Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh | Rahmawati | Jurnal Kreatif Tadulako Online 4068 13044 1 PB
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh
Rahmawati, Mestawaty As. A, dan Lilies
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas V SDN 3 Tompoh. Masalah yang diselidiki adalah rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Alternatif pemecahan masalah
adalah menerapkan metode pembelajaran PAIKEM. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 3 Tompoh
dengan jumlah siswa 26 siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari guru dan siswa
berupa data hasil observasi aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I aktivitas siswa sebesar
68,42% dan aktivitas guru 78,29% meningkat pada tindakan siklis II aktivitas
siswa sebesar 90,79% dan aktivitas guru 94,08%. Untuk hasil belajarnya terjadi
peningkatan seiring dengan diterapkannya tindakan pembelajaran PAIKEM dari
siklus I menuju siklus II. Hasil belajar siklus I ketuntasan belajar klasikal yakni
69,23% dan daya serap klasikal 69,61% dengan jumlah yang tuntas sebanyak 19
orang dan yang belum tuntas sebanyak 7 orang. Pada siklus II mengalami
peningkatan keberhasilan dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,31%
dan daya serap klasikal mencapai 85,96 % dengan rincian 24 orang yang tuntas
dan 2 orang yang belum tuntas. Berdasarksan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran PAIKEM
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan ditunjang oleh kemampuan guru dalam
mengajar. Dalam proses pengajaran seorang guru harus mengembangkan strategi
mengajar yang mengarah keaktifan optimal belajar murid. Disamping itu terdapat
juga permasalahan yang muncul berkaitan dengan implementasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Diantaranya disebabkan oleh padatnya materi yang
menjadi tuntutan kurikulum yang berakibat hilangnya kreativitas guru dalam
mengelolah pembelajaran, sehingga cenderung pada pembelajaran yang terpusat
pada guru. Kondisi tersebut membawa akibat pada murid yang pasif dan
234
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
cenderung untuk menghafal konsep tanpa dibarengi dengan pemahaman
memadai.
Rendahnya keterampilan proses IPA siswa setidaknya dapat dijelaskan
dari aspek proses pembelajaran yang berlangsung dan dari aspek sistem penilaian
yang dikembangkan oleh para guru (Mary, 2002). Dari sisi proses pembelajaran
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru SD tampak belum kondusif
bagi perkembangan kemampuan proses IPA siswa. Hal ini tampak dari intensitas
kegiatan pembelajaran yang mendorong pengembangan saintifik IPA siswa.
Dimana pendekatan saintifik dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan pada kurikulum 2013 bahwa model
interaktif yang menggunakan pendekatan saintifik dapat membuat siswa lebih
interaktif,
karena
dimulai
dari
mengamati,
menanya,
mengobservasi,
mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun yang
mengembangkan kemampuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Mata
pelajaran di Sekolah Dasar Negeri 3 Tompoh menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu
mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan
motivasi siswa, keaktifan siswa dalam kegitan belajar mengajar meningkat.
Kenyataan yang ditemui di lapangan, banyak guru menggunakan
pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencatat.
Alasan menggunakan pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh
beberapa sumber informasi (guru) antara lain: Terbenturnya oleh waktu tatap
muka dikelas, kesulitan untuk menyusun bahan pelajaran yang menggunakan
pendekatan yang menarik, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, Strategi
pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan dalam mengajar guru kurang
memperhatikan kebiasaan siswa. Misalnya anak lebih cenderung berpikir
menggunakan perasaannya daripada nalarnya. Perasaan takut murid terhadap
pelajaran IPA karena mereka khawatir dimarahi guru jika menjawab salah.
Sehingga murid tidak tahan lama duduk dan sulit berkonsentrasi pada pelajaran.
235
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SDN 3
Tompoh. Hal ini dapat terlihat dari nilai mata pelajaran IPA siswa kelas V tahun
pelajaran 2013/2014 yaitu rata-rata sebesar 60,25 % (Rapor siswa) dari skor dasar
KKM 65. Hal ini diakibatkan dalam proses pembelajaran IPA di SDN 3 Tompoh
guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang membiasakan siswa untuk
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga berakibat pada
kebosanan siswa untuk belajar, karena dalam proses pembelajaran guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep IPA.
Masalah dari aspek guru adalah kecenderungan guru yang kurang menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yang kemudian
berdampak bagi siswa sekaligus menjadi permasalahan aspek siswa yakni siswa
kurang dilibatkan dalam pembelajaran, padahal pembelajaran IPA sangat dekat
dengan kehidupan siswa. Alangkah baiknya apabila siswa sendiri yang
mengonstruksi pemikirannya dalam memahami, mengaitkan dan menghubungkan
pembelajaran IPA dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diduga bahwa hasil belajar IPA
siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang
menciptakan kondisi siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi
guru dan siswa, sehingga peneliti melakukan suatu penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan
hasil belajar IPA di kelas V SDN 3 Tompoh”.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan pendekatan / pembelajaran PAIKEM. Penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara bersiklus. Adapun alur
penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram oleh Kemmis dan Mc. Tanggart
Depdiknas, (2003).
236
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
O
4
3
aa
1
2
8
7
b
6
5
Keterangan:
0
: Pra Tindakan
1
: Rencana siklus 1
2
: Pelaksanaan tindakan siklus 1
3
: Observasi siklus
4
: Refleksi siklus 1
5
: Rencana siklus 2
6
: Pelaksanaan tindakan siklus 2
7
: Observasi siklus 2
8
: Refleksi siklus 2
a. : Siklus I
b. : Siklus II
Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tompoh. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa kelas V berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan yang aktif yang mengikuti mata pelajaran
IPA tahun ajaran 2014/2015. Penulis memilih tempat atau lokasi ini dengan
pertimbangan bahwa ketika melakukan pratindakan, penguasaan siswa tentang
materi alat dan proses pernapasan pada manusia masih kurang dan belum
mencapai ketentuan ketuntasan belajar klasikal yakni 80%. Waktu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai tanggal 22
Oktober sampai 22 Desember 2014.
Penelitian ini beberapa faktor yang akan diselidiki antara lain murid yaitu
faktor yang diselidiki adalah hasil belajar dan tingkat aktifitas murid dalam
pembelajaran IPA melalui pendekatan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Guru yaitu faktor yang diselidiki adalah aktivitas proses
pembelajaran PAIKEM. Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila
daya serap murid secara individu dari hasil belajar mencapai 65% dan ketuntasan
hasil belajar murid secara klasikal mencapai 80% (Depdiknas, 2003).
237
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu
data yang diperoleh dari murid berupa data hasil observasi aktivitas serta kegiatan
guru selama proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari
hasil belajar murid. Sumber data dari penelitian ini adalah guru dan murid.
Pengambilan data di tempuh dengan 2 cara yaitu, tes untuk mengetahui hasil
belajar IPA murid yang diberikan setiap akhir tindakan. Observasi, dilakukan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan
dengan cara mengisi lembar observasi yang telah di siapkan oleh peneliti.
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas peneliti dan murid
selama kegiatan pembelajaran.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan
persentase tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
Depdiknas (2003) sebagai berikut :
1) Daya serap murid secara individu
DSI =
x
x 100%
y
keterangan:
DSI = Daya Serap Individu
x = Skor yang diperoleh siswa
y = Skor maksimal soal
Murid dikatakan tuntas individu jika daya serap murid lebih dari atau sama
dengan 65%
2) Ketuntasan hasil belajar murid secara klasikal
KBK = N x 100%
S
Keterangan:
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
N = Jumlah siswa yang tuntas
S = Jumlah siswa seluruhnya
238
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Murid dikatakan tuntas klasikal jika lebih dari atau sama dengan 85% murid
telah tuntas.
3) Daya serap klasikal :
DSK = P x 100%
I
Keterangan:
DSK = Daya Serap Klasikal
P = Skor total persentase
I = Skor ideal seluruh sisw
Indikator yang menunjukan keberhasilan pembelajaran atau peningkatan
hasil belajar siswa SDN 3 Tompoh yaitu jika daya serap individu memperoleh
nilai 65 %, ketuntasan belajar klasikal 80 %. (KTSP).
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah
proses pengumpulan data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa. Data hasil
aktivitas siswa dan guru diperoleh dari lembar observasi, kemudian dianalisis
dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Nilai Rata-rata
Jumlah skor perolehan
X
100%
Skor maksimal
Kategori penilaian
90% ≤ NR < 100%
: Sangat Baik
80% ≤ NR < 90%
: Baik
70% ≤ NR < 80%
: Cukup
60% ≤ NR < 70%
: Kurang
Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek
yaitu hasil observasi aktifitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru.
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah berada dalam
kategori baik atau sangat baik.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Deskripsi Data Sebelum Tindakan
239
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah
memberikan tes awal kepada siswa yang berbentuk pilihan ganda sebanyak lima
nomor pada pokok bahasan alat pernapasan manusia dan proses pernapasan
manusia. Tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
alat dan proses pernapasan pada manusia. Dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Tes Pratindakan
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
90
2.
Skor Terendah
20
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
6 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
23 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
23,07%
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
48,85%
Kegiatan selanjutnya adalah membentuk kelompok belajar. Anggota
kelompok yang dibentuk sifatnya heterogen berdasarkan kemampuan yang
dimiliki siswa dengan menyusun nama-nama siswa berdasarkan hasil tes awal dari
skor siswa yang tertinggi. Selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran sesuai
skenario pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
1.
Deskripsi Data Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri atas beberapa tahapan yaitu
perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I
dengan materi alat pernapasan dan proses pernapasan pada manusia, kegiatan
selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil balajar
siswa. Hasil analisis tes dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
240
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Tabel 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
100
2.
Skor Terendah
35
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
19 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
7 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
69,23 %
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
69,61%
Berdasarkan tabel 2 hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Tompoh belum
mencapai hasil yang baik. Hasil belajar IPA yang diperoleh belum berada diatas
rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 80 %.
Hasil analisis tes siklus I dapat diketahui bahwa jumlah siswa tuntas
dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 69,23 % dan persentase daya serap
klasikal sebesar 69,61%. Namun dari hasil analisis tes tersebut terdapat beberapa
hal yang tidak diharapkan selama tindakan pada siklus I, diantaranya yaitu
sebagian besar siswa belum menguasai konsep dasar dan cenderung menghafal.
Hasil observasi aktivitas siswa dan guru siklus I. Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,42% atau berada
dalam kategori kurang. Dan aktivitas guru sebesar 78,29% dan berada dalam
kategori cukup.
2. Deskripsi Data Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri atas beberapa tahapan yaitu
perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II
dengan penggunaan model pembelajaran PAIKEM, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil balajar siswa. Hasil analisis
tes dapat dilihat pada tabel 3.
241
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Tabel 3. Analisis Hasil Belajar Siswa siklus II
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
100
2.
Skor Terendah
55
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
24 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
2 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
92,31%
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
85,96%
Berdasarkan tabel 3 hasil belajar IPA kelas V SDN 3 Tompoh sudah
menunjukan hasil yang baik yaitu ketuntasan klasikal sebesar 92,31%. Hasil yang
diperoleh sudah berada diatas rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu
80 %. Hasil belajar pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dari
siklus I kesiklus II yaitu dari 69,61 % pada siklus I dan 92,31% pada siklus II.
Sedangkan rata-rata aktivitas siswa telah meningkat dari siklus I yaitu 68,42 %
dan siklus II 90,79 % sedangkan rata-rata aktivitas pembelajaran yang dilakukan
oleh guru juga meninngkat yaitu siklus I 78,29 % sedangkan pada siklus II 94,08
%.
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa penerapan pendekatan
PAIKEM dapat digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya pada kelas V SDN
3 Tompoh. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa telah
meningkat dari siklus I ke siklus II. Sedangkan aktivitas siswa telah meningkat
dari siklus I ke siklus II dan aktivitas pembelajaran guru juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan
karena peningkatan aktivitas siswa yaitu siswa sudah tidak takut salah,
ditertawakan dan dianggap sepeleh. Pada siklus II siswa sudah mulai termotivasi
mengeluarkan gagasannya akibat adanya penguatan yang diberikan oleh guru.
Faktor yang juga menyebabkan hasil pembelajaran meningkat adalah peningkatan
aktivitas guru dan guru sudah mengatasi kekurangannya pada siklus I yaitu lebih
242
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
memotivasi siswa, peningkatan pemberian penguatan, memantau kegiatan belajar,
memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan menantang, mempertanyakan
gagasan murid dan tidak membuat siswa merasa takut.
Pembahasan
Pembelajaran PAIKEM adalah model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam
rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan
peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Masitoh, 2009).
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran
berhasil tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian berupa
tes.“Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”.
Selanjutnya dikemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
murid setelah melalui kegiatan belajar” (Muliono, 1994).
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM merupakan
pendekatan yang dianggap efektif, yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan karakteristik siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada
siswa yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil
belajar terlihat masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai
48,85% dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 23,07% yang mana hasil
ini belum mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu
ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%.
Selain itu juga, terlihat masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak
20 orang. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-benar
memahami konsep yang dipelajarinya. Siswa masih kurang dilibatkan dalam
243
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
proses
pembelajaran
dan
jarang
melakukan
observasi/mengamati
dan
mempraktekkan secara langsung. Selain itu juga siswa masih kurang menemukan
sesuatu yang baru dan berguna bagi dirinya.Strategi pembelajaran yang digunakan
oleh guru pada saat mengajar dikelas masih kurang bervariasi. Akibat kurangnya
variasi daiam pengembangan pembelajaran salah satunya anak lebih cenderung
berfikir menggunakan perasaannya daripada nalarnya. Perasaan takut siswa
terhadap pelajaran IPA karena mereka khawatir dimarahi guru jika menjawab
salah. Sehingga siswa tidak tahan lama duduk dan sulit berkonsentrasi pada
pelajaran.Sebagai akibatnya siswa kurang terarah dalam belajar IPA, yang
berujung pada rendahnya pemahaman siswa. Hasil analisis aktivitas siswa pada
siklus I yaitu 68,42% berada dalam kategori kurang. Sedangkan untuk aktivitas
guru diperoleh dari pertemuan adalah 78,29% berada dalam kategori cukup.
Pada penelitian aktivitas siswa sklus I, kegiatan siswa masih belum aktif
secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum siap
mengikuti pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena
sebelumnya telah terbiasa dengan pembelajaran konvensional yang mana mereka
(siswa) hanya sebagai pendengar atau cenderung pada pembelajaran yang terpusat
pada guru, siswa masih belum dapat berdiskusi dan bekerja sama secara aktif
dengan kelompok dalam mengisi dan menjawab serta menyelesaikan LKS,
sebagian besar siswa belum berani mengemukakan pendapatnya, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada penilaian aktivitas guru siklus I terjadi sedikit perubahan pada siswa
meski siswa cenderung takut. Hal ini karena guru selalu berusaha dan
memotivasi,arahan dan bimbingan kepada siswa yang mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
Hasil analisis aktivitas siswa pada siklus II untuk masing-masing
pertemuan yaitu 90,79% berada dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas
siswa dari siklus I ke siklus II disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam
proses pembelajaran, siswa sudah mampu mengembangkan kemampuan berfikir
kritis, kreatif dan siswa lebih aktif dalam diskusi dan kerjasama dengan teman
kelompoknya meliputi keaktifan siswa dalam mengisi, menjawab serta
244
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
menyelesaikan LKS bersama kelompoknya, siswa terlihat berusaha memahami
materi masing-masing karena mengetahui tanggung jawab masing-masing untuk
menjelaskan hasil diskusi mereka kepada kelompok lain, siswa lebih percaya diri
ketika menjelaskan didepan temen-temannya, siswa tidak ragu lagi dalam
menyimpulkan hasil diskusi. Sedangkan untuk aktivitas guru diperoleh dari
pertemuan adalah 94,08% berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan
persentase nilai rata-rata, aktivitas guru dari siklus I ke siklus II menunjukkan
kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II
disebabkan karena guru terus dan terus berusaha untuk meningkatkan motivasi
dan bimbingan kepada siswa.
Penilaian sikap dan penilaian kelompok dilakukan pada saat tindakan
sedang berlangsung.Pada awal pembelajaran, keaktifan siswa masih belum
Nampak. Hal ini disebabkan karena siswa balum terbiasa dengan penerapan
pendekatan PAIKEM. Namun pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena telah terjadi saling
interaksi antara siswa yang menuntut mereka saling menghargai pendapat, tidak
merasa takut baik itu takut salah maupun takut ditertawakan atau dianggap
sepeleh. Siswa mulai berlomba-lomba mengemukakan pertanyaan, pendapat dan
menjawab pertanyaan siswa lain.
Pada pelasanaan tindakan siklus I, telah diterapkan pendekatan PAIKEM,
digunakan alat bantu belajar berupa lembar kerja siswa sebagai panduan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Lembar kerja siswa tersebut digunakan untuk
memudahkan siswa pada saat melakukan eksperimen dan hal ini juga
mengajarkan siswa agar dapat menerapkan konsep yang dipelajari dengan
peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lembar kerja
siswa sangat membantu kelancaran dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hasil
analisis tes hasil belajar pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal
mencapai 69,23% dan daya serap klasikal mencapai 69,61% dengan 19 orang
siswa mendapatkan nilai tertinggi dan 7 orang siswa mendapatkan nilai terendah.
Persentase ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal belum memenuhi
indikator keberhasilan yaitu sebesar 80%. Rendahnya ketuntasan belajar klasikal
245
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
dan daya serap klasikal disebabkan karena sejumlah konsep yang diberikan masih
belum dapat dipahami dengan baik oleh siswa.Siswa juga masih belum terlalu
paham dalam melatih diri belajar berkelompok yang diajarkan, hal ini karena
pembelajaran yang dirasakan baru oleh siswa sehingga butuh penyesuaian untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I terdapat beberapa kelemahankelemahan yang dijadikan tolak ukur guru untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya.
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a. Sebagian siswa masih terlihat belum siap mengikuti pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b. Sebagian siswa belum sepenuhnya mampu menyerap materi yang
diterimanya.
c. Peneliti kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk bertanya
d. Sebagian siswa masih ada yang ragu-ragu dan takut untuk bertanya dan
mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang dibahas.
e. Sebagian siswa masih ada yang kurang perhatian dan kerjasama dalam
kelompok masih sangat kurang.
Selain kelemahan-kelemahan diatas terdapat juga kelebihan-kelebihan
yaitu pembelajaran lebih banyak dilakukan siswa, dan sebagian siswa menjadi
lebih bersemangat dalam menerima materi pelajaran yang akan diberikan dan
sebagian siswa antusias dan senang mengikuti proses KBM.
Pada siklus II, peneliti berusaha meminimalisir kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada siklus I sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II meningkat
dari siklus I. Dengan menggunakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan, hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini ditandai dengan
sudah terpenuhinya indikator kinerja, dimana hasil ketuntasan belajar klasikal
mencapai 92,31% dari ketuntasan belajar klasikal minimal yaitu 80%, sedangkan
hasil daya serap klasikal mencapai 85,96% dari daya serap klasikal minimal yaitu
80%. Peningkatan hasil belajar menggunakan pendekatan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat dikatakan berhasil.
246
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada siklus II terlihat bahwa
siswa yang mendapatkan nilai terendah telah mengalami peningkatan yang
maksimal, sisa 2 orang yang belum tuntas dan yang mendapatkan nilai tertinggi
tetap mempertahankan hasil pembelajaran yang telah dicapai. Hal ini disebabkan
karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses KBM. Adanya alat bantu
yang digunakan berupa lembar kerja siswa yang sangat membantu dalam proses
pembelajaran materi ajar yang berfungsi memudahkan siswa pada saat melakukan
eksperimen dan hal ini juga mengajarkan siswa agar dapat menerapkan konsep
yang dipelajari dengan peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
Unsur penerapannya di dalam metode diskusi dan eksperimen pada proses
belajar IPA, peneliti melakukan aktivitas tanya jawab, memberi kebebasan untuk
berbeda pendapat dalam kelompok, mengontrol proses belajar siswa, member
pengutan, member kesempatan bertanya, serta membimbing siswa untuk
melakukan kerja sama, menugaskan kerja kelompok, mendiskusikan penelesaian
masalah, dan mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan
siswa dalam menciptakan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran PAIKEM
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga apa
yangdiharapkan yaitu meningkatnya hasil belajar siswa dapat tercapai dengan
baik. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan penelitian ini berhasil.
Hasil pembahasan diatas didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Darmaji pada tahun 2012 tentang peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA adapun model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah model pembelajaran PAIKEM. Darmaji menyimpulkan
bahwa perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEM sudah baik
di Sekolah Dasar Negeri 1 Polanto Jaya. Senada dengan pernyataan Selfi T.
Usman (2014) bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di Sekolah
Dasar Negeri 21 Ampana.
247
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SDN 3
Tompoh. Hal ini terlihat pada hasil siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal
mencapai 69,23% dan daya serap klasikal mencapai 69,61%. Pada siklus II telah
meningkat, diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,31% dan daya serap
klasikal mencapai 85,96%. Sedangkan rata-rata aktivitas siswa telah meningkat
dari siklus I yaitu 68,42 % dan siklus II 90,79 % sedangkan rata-rata aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga meningkat yaitu siklus I 78,29 %
sedangkan pada siklus II 94,08 %.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data serta kesimpulan, maka
peneliti menyarankan perlunya penyesuaian diri lebih maksimal dengan
pendekatan
PAIKEM
dengan
lebih mengaktifkan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Pada saat penerapan pembelajaran PAIKEM lebih menekankan
pada pemberian motivasi untuk mengeluarkan gagasan dan pemberian penguatan
yang lebih baik.
248
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
DAFTAR PUSTAKA
Darmaji, 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA SDN Polanto Jaya dengan
Model Pembelajaran PAKEM. Skripsi Tidak di Publikasikan, FKIP Untad.
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Ajar Pembekalan Guru
Bantu.
Mary L.A., 2002. Mastery of Science Process Skill and Their Effective Use in The
Teaching of Science. Internasional Journal Edocology. Vo.16. No.1
Masitoh, 2009. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Depertemen Agama Islam RI. Jakarta pusat.
Muliono, 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta :
Jakarta.
Selfi T. Usman. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Melalui Pendekatan PAKEM Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 21
Ampana. Skripsi Tidak di Publikasikan, FKIP Untad.
249
ISSN 2354-614X
Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh
Rahmawati, Mestawaty As. A, dan Lilies
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas V SDN 3 Tompoh. Masalah yang diselidiki adalah rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Alternatif pemecahan masalah
adalah menerapkan metode pembelajaran PAIKEM. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 3 Tompoh
dengan jumlah siswa 26 siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari guru dan siswa
berupa data hasil observasi aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan
data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I aktivitas siswa sebesar
68,42% dan aktivitas guru 78,29% meningkat pada tindakan siklis II aktivitas
siswa sebesar 90,79% dan aktivitas guru 94,08%. Untuk hasil belajarnya terjadi
peningkatan seiring dengan diterapkannya tindakan pembelajaran PAIKEM dari
siklus I menuju siklus II. Hasil belajar siklus I ketuntasan belajar klasikal yakni
69,23% dan daya serap klasikal 69,61% dengan jumlah yang tuntas sebanyak 19
orang dan yang belum tuntas sebanyak 7 orang. Pada siklus II mengalami
peningkatan keberhasilan dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,31%
dan daya serap klasikal mencapai 85,96 % dengan rincian 24 orang yang tuntas
dan 2 orang yang belum tuntas. Berdasarksan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran PAIKEM
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan ditunjang oleh kemampuan guru dalam
mengajar. Dalam proses pengajaran seorang guru harus mengembangkan strategi
mengajar yang mengarah keaktifan optimal belajar murid. Disamping itu terdapat
juga permasalahan yang muncul berkaitan dengan implementasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Diantaranya disebabkan oleh padatnya materi yang
menjadi tuntutan kurikulum yang berakibat hilangnya kreativitas guru dalam
mengelolah pembelajaran, sehingga cenderung pada pembelajaran yang terpusat
pada guru. Kondisi tersebut membawa akibat pada murid yang pasif dan
234
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
cenderung untuk menghafal konsep tanpa dibarengi dengan pemahaman
memadai.
Rendahnya keterampilan proses IPA siswa setidaknya dapat dijelaskan
dari aspek proses pembelajaran yang berlangsung dan dari aspek sistem penilaian
yang dikembangkan oleh para guru (Mary, 2002). Dari sisi proses pembelajaran
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru SD tampak belum kondusif
bagi perkembangan kemampuan proses IPA siswa. Hal ini tampak dari intensitas
kegiatan pembelajaran yang mendorong pengembangan saintifik IPA siswa.
Dimana pendekatan saintifik dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan pada kurikulum 2013 bahwa model
interaktif yang menggunakan pendekatan saintifik dapat membuat siswa lebih
interaktif,
karena
dimulai
dari
mengamati,
menanya,
mengobservasi,
mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun yang
mengembangkan kemampuan berfikir analitis, induktif, dan deduktif dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Mata
pelajaran di Sekolah Dasar Negeri 3 Tompoh menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu
mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan
motivasi siswa, keaktifan siswa dalam kegitan belajar mengajar meningkat.
Kenyataan yang ditemui di lapangan, banyak guru menggunakan
pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencatat.
Alasan menggunakan pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh
beberapa sumber informasi (guru) antara lain: Terbenturnya oleh waktu tatap
muka dikelas, kesulitan untuk menyusun bahan pelajaran yang menggunakan
pendekatan yang menarik, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, Strategi
pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan dalam mengajar guru kurang
memperhatikan kebiasaan siswa. Misalnya anak lebih cenderung berpikir
menggunakan perasaannya daripada nalarnya. Perasaan takut murid terhadap
pelajaran IPA karena mereka khawatir dimarahi guru jika menjawab salah.
Sehingga murid tidak tahan lama duduk dan sulit berkonsentrasi pada pelajaran.
235
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Permasalahan dalam proses belajar mengajar juga terjadi di SDN 3
Tompoh. Hal ini dapat terlihat dari nilai mata pelajaran IPA siswa kelas V tahun
pelajaran 2013/2014 yaitu rata-rata sebesar 60,25 % (Rapor siswa) dari skor dasar
KKM 65. Hal ini diakibatkan dalam proses pembelajaran IPA di SDN 3 Tompoh
guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang membiasakan siswa untuk
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga berakibat pada
kebosanan siswa untuk belajar, karena dalam proses pembelajaran guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep IPA.
Masalah dari aspek guru adalah kecenderungan guru yang kurang menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yang kemudian
berdampak bagi siswa sekaligus menjadi permasalahan aspek siswa yakni siswa
kurang dilibatkan dalam pembelajaran, padahal pembelajaran IPA sangat dekat
dengan kehidupan siswa. Alangkah baiknya apabila siswa sendiri yang
mengonstruksi pemikirannya dalam memahami, mengaitkan dan menghubungkan
pembelajaran IPA dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diduga bahwa hasil belajar IPA
siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang
menciptakan kondisi siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi
guru dan siswa, sehingga peneliti melakukan suatu penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan model pembelajaran PAIKEM untuk meningkatkan
hasil belajar IPA di kelas V SDN 3 Tompoh”.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan pendekatan / pembelajaran PAIKEM. Penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara bersiklus. Adapun alur
penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram oleh Kemmis dan Mc. Tanggart
Depdiknas, (2003).
236
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
O
4
3
aa
1
2
8
7
b
6
5
Keterangan:
0
: Pra Tindakan
1
: Rencana siklus 1
2
: Pelaksanaan tindakan siklus 1
3
: Observasi siklus
4
: Refleksi siklus 1
5
: Rencana siklus 2
6
: Pelaksanaan tindakan siklus 2
7
: Observasi siklus 2
8
: Refleksi siklus 2
a. : Siklus I
b. : Siklus II
Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tompoh. Siswa yang dijadikan
subjek penelitian adalah siswa kelas V berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan yang aktif yang mengikuti mata pelajaran
IPA tahun ajaran 2014/2015. Penulis memilih tempat atau lokasi ini dengan
pertimbangan bahwa ketika melakukan pratindakan, penguasaan siswa tentang
materi alat dan proses pernapasan pada manusia masih kurang dan belum
mencapai ketentuan ketuntasan belajar klasikal yakni 80%. Waktu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai tanggal 22
Oktober sampai 22 Desember 2014.
Penelitian ini beberapa faktor yang akan diselidiki antara lain murid yaitu
faktor yang diselidiki adalah hasil belajar dan tingkat aktifitas murid dalam
pembelajaran IPA melalui pendekatan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Guru yaitu faktor yang diselidiki adalah aktivitas proses
pembelajaran PAIKEM. Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila
daya serap murid secara individu dari hasil belajar mencapai 65% dan ketuntasan
hasil belajar murid secara klasikal mencapai 80% (Depdiknas, 2003).
237
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu
data yang diperoleh dari murid berupa data hasil observasi aktivitas serta kegiatan
guru selama proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari
hasil belajar murid. Sumber data dari penelitian ini adalah guru dan murid.
Pengambilan data di tempuh dengan 2 cara yaitu, tes untuk mengetahui hasil
belajar IPA murid yang diberikan setiap akhir tindakan. Observasi, dilakukan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan
dengan cara mengisi lembar observasi yang telah di siapkan oleh peneliti.
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas peneliti dan murid
selama kegiatan pembelajaran.
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dan menentukan
persentase tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus
Depdiknas (2003) sebagai berikut :
1) Daya serap murid secara individu
DSI =
x
x 100%
y
keterangan:
DSI = Daya Serap Individu
x = Skor yang diperoleh siswa
y = Skor maksimal soal
Murid dikatakan tuntas individu jika daya serap murid lebih dari atau sama
dengan 65%
2) Ketuntasan hasil belajar murid secara klasikal
KBK = N x 100%
S
Keterangan:
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
N = Jumlah siswa yang tuntas
S = Jumlah siswa seluruhnya
238
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Murid dikatakan tuntas klasikal jika lebih dari atau sama dengan 85% murid
telah tuntas.
3) Daya serap klasikal :
DSK = P x 100%
I
Keterangan:
DSK = Daya Serap Klasikal
P = Skor total persentase
I = Skor ideal seluruh sisw
Indikator yang menunjukan keberhasilan pembelajaran atau peningkatan
hasil belajar siswa SDN 3 Tompoh yaitu jika daya serap individu memperoleh
nilai 65 %, ketuntasan belajar klasikal 80 %. (KTSP).
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah
proses pengumpulan data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa. Data hasil
aktivitas siswa dan guru diperoleh dari lembar observasi, kemudian dianalisis
dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Nilai Rata-rata
Jumlah skor perolehan
X
100%
Skor maksimal
Kategori penilaian
90% ≤ NR < 100%
: Sangat Baik
80% ≤ NR < 90%
: Baik
70% ≤ NR < 80%
: Cukup
60% ≤ NR < 70%
: Kurang
Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek
yaitu hasil observasi aktifitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru.
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika kedua aspek tersebut telah berada dalam
kategori baik atau sangat baik.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Deskripsi Data Sebelum Tindakan
239
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan adalah
memberikan tes awal kepada siswa yang berbentuk pilihan ganda sebanyak lima
nomor pada pokok bahasan alat pernapasan manusia dan proses pernapasan
manusia. Tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
alat dan proses pernapasan pada manusia. Dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Tes Pratindakan
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
90
2.
Skor Terendah
20
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
6 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
23 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
23,07%
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
48,85%
Kegiatan selanjutnya adalah membentuk kelompok belajar. Anggota
kelompok yang dibentuk sifatnya heterogen berdasarkan kemampuan yang
dimiliki siswa dengan menyusun nama-nama siswa berdasarkan hasil tes awal dari
skor siswa yang tertinggi. Selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran sesuai
skenario pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
1.
Deskripsi Data Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I terdiri atas beberapa tahapan yaitu
perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus I
dengan materi alat pernapasan dan proses pernapasan pada manusia, kegiatan
selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil balajar
siswa. Hasil analisis tes dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
240
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Tabel 2. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
100
2.
Skor Terendah
35
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
19 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
7 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
69,23 %
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
69,61%
Berdasarkan tabel 2 hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 3 Tompoh belum
mencapai hasil yang baik. Hasil belajar IPA yang diperoleh belum berada diatas
rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 80 %.
Hasil analisis tes siklus I dapat diketahui bahwa jumlah siswa tuntas
dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 69,23 % dan persentase daya serap
klasikal sebesar 69,61%. Namun dari hasil analisis tes tersebut terdapat beberapa
hal yang tidak diharapkan selama tindakan pada siklus I, diantaranya yaitu
sebagian besar siswa belum menguasai konsep dasar dan cenderung menghafal.
Hasil observasi aktivitas siswa dan guru siklus I. Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,42% atau berada
dalam kategori kurang. Dan aktivitas guru sebesar 78,29% dan berada dalam
kategori cukup.
2. Deskripsi Data Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II terdiri atas beberapa tahapan yaitu
perencanaan pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II
dengan penggunaan model pembelajaran PAIKEM, kegiatan selanjutnya adalah
pemberian tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil balajar siswa. Hasil analisis
tes dapat dilihat pada tabel 3.
241
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Tabel 3. Analisis Hasil Belajar Siswa siklus II
No
Aspek Perolehan
Hasil
1.
Skor Tertinggi
100
2.
Skor Terendah
55
3.
Jumlah Seluruh Siswa
26 Orang
4.
Banyaknya Siswa yang Tuntas
24 Orang
5.
Banyak Siswa yang Tidak Tuntas
2 Orang
6.
Persentase Ketuntasan Klasikal
92,31%
7.
Persentase Daya Serap Klasikal
85,96%
Berdasarkan tabel 3 hasil belajar IPA kelas V SDN 3 Tompoh sudah
menunjukan hasil yang baik yaitu ketuntasan klasikal sebesar 92,31%. Hasil yang
diperoleh sudah berada diatas rata-rata ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu
80 %. Hasil belajar pada siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar dari
siklus I kesiklus II yaitu dari 69,61 % pada siklus I dan 92,31% pada siklus II.
Sedangkan rata-rata aktivitas siswa telah meningkat dari siklus I yaitu 68,42 %
dan siklus II 90,79 % sedangkan rata-rata aktivitas pembelajaran yang dilakukan
oleh guru juga meninngkat yaitu siklus I 78,29 % sedangkan pada siklus II 94,08
%.
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa penerapan pendekatan
PAIKEM dapat digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya pada kelas V SDN
3 Tompoh. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa telah
meningkat dari siklus I ke siklus II. Sedangkan aktivitas siswa telah meningkat
dari siklus I ke siklus II dan aktivitas pembelajaran guru juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan
karena peningkatan aktivitas siswa yaitu siswa sudah tidak takut salah,
ditertawakan dan dianggap sepeleh. Pada siklus II siswa sudah mulai termotivasi
mengeluarkan gagasannya akibat adanya penguatan yang diberikan oleh guru.
Faktor yang juga menyebabkan hasil pembelajaran meningkat adalah peningkatan
aktivitas guru dan guru sudah mengatasi kekurangannya pada siklus I yaitu lebih
242
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
memotivasi siswa, peningkatan pemberian penguatan, memantau kegiatan belajar,
memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan menantang, mempertanyakan
gagasan murid dan tidak membuat siswa merasa takut.
Pembahasan
Pembelajaran PAIKEM adalah model pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam
rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan
peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif (Masitoh, 2009).
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran
berhasil tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan
untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian berupa
tes.“Hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”.
Selanjutnya dikemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
murid setelah melalui kegiatan belajar” (Muliono, 1994).
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM merupakan
pendekatan yang dianggap efektif, yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan karakteristik siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada
siswa yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil
belajar terlihat masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai
48,85% dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 23,07% yang mana hasil
ini belum mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu
ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%.
Selain itu juga, terlihat masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak
20 orang. Hal ini disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-benar
memahami konsep yang dipelajarinya. Siswa masih kurang dilibatkan dalam
243
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
proses
pembelajaran
dan
jarang
melakukan
observasi/mengamati
dan
mempraktekkan secara langsung. Selain itu juga siswa masih kurang menemukan
sesuatu yang baru dan berguna bagi dirinya.Strategi pembelajaran yang digunakan
oleh guru pada saat mengajar dikelas masih kurang bervariasi. Akibat kurangnya
variasi daiam pengembangan pembelajaran salah satunya anak lebih cenderung
berfikir menggunakan perasaannya daripada nalarnya. Perasaan takut siswa
terhadap pelajaran IPA karena mereka khawatir dimarahi guru jika menjawab
salah. Sehingga siswa tidak tahan lama duduk dan sulit berkonsentrasi pada
pelajaran.Sebagai akibatnya siswa kurang terarah dalam belajar IPA, yang
berujung pada rendahnya pemahaman siswa. Hasil analisis aktivitas siswa pada
siklus I yaitu 68,42% berada dalam kategori kurang. Sedangkan untuk aktivitas
guru diperoleh dari pertemuan adalah 78,29% berada dalam kategori cukup.
Pada penelitian aktivitas siswa sklus I, kegiatan siswa masih belum aktif
secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang belum siap
mengikuti pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena
sebelumnya telah terbiasa dengan pembelajaran konvensional yang mana mereka
(siswa) hanya sebagai pendengar atau cenderung pada pembelajaran yang terpusat
pada guru, siswa masih belum dapat berdiskusi dan bekerja sama secara aktif
dengan kelompok dalam mengisi dan menjawab serta menyelesaikan LKS,
sebagian besar siswa belum berani mengemukakan pendapatnya, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada penilaian aktivitas guru siklus I terjadi sedikit perubahan pada siswa
meski siswa cenderung takut. Hal ini karena guru selalu berusaha dan
memotivasi,arahan dan bimbingan kepada siswa yang mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
Hasil analisis aktivitas siswa pada siklus II untuk masing-masing
pertemuan yaitu 90,79% berada dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas
siswa dari siklus I ke siklus II disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam
proses pembelajaran, siswa sudah mampu mengembangkan kemampuan berfikir
kritis, kreatif dan siswa lebih aktif dalam diskusi dan kerjasama dengan teman
kelompoknya meliputi keaktifan siswa dalam mengisi, menjawab serta
244
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
menyelesaikan LKS bersama kelompoknya, siswa terlihat berusaha memahami
materi masing-masing karena mengetahui tanggung jawab masing-masing untuk
menjelaskan hasil diskusi mereka kepada kelompok lain, siswa lebih percaya diri
ketika menjelaskan didepan temen-temannya, siswa tidak ragu lagi dalam
menyimpulkan hasil diskusi. Sedangkan untuk aktivitas guru diperoleh dari
pertemuan adalah 94,08% berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan
persentase nilai rata-rata, aktivitas guru dari siklus I ke siklus II menunjukkan
kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II
disebabkan karena guru terus dan terus berusaha untuk meningkatkan motivasi
dan bimbingan kepada siswa.
Penilaian sikap dan penilaian kelompok dilakukan pada saat tindakan
sedang berlangsung.Pada awal pembelajaran, keaktifan siswa masih belum
Nampak. Hal ini disebabkan karena siswa balum terbiasa dengan penerapan
pendekatan PAIKEM. Namun pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai
aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena telah terjadi saling
interaksi antara siswa yang menuntut mereka saling menghargai pendapat, tidak
merasa takut baik itu takut salah maupun takut ditertawakan atau dianggap
sepeleh. Siswa mulai berlomba-lomba mengemukakan pertanyaan, pendapat dan
menjawab pertanyaan siswa lain.
Pada pelasanaan tindakan siklus I, telah diterapkan pendekatan PAIKEM,
digunakan alat bantu belajar berupa lembar kerja siswa sebagai panduan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Lembar kerja siswa tersebut digunakan untuk
memudahkan siswa pada saat melakukan eksperimen dan hal ini juga
mengajarkan siswa agar dapat menerapkan konsep yang dipelajari dengan
peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lembar kerja
siswa sangat membantu kelancaran dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hasil
analisis tes hasil belajar pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal
mencapai 69,23% dan daya serap klasikal mencapai 69,61% dengan 19 orang
siswa mendapatkan nilai tertinggi dan 7 orang siswa mendapatkan nilai terendah.
Persentase ketuntasan belajar klasikal dan daya serap klasikal belum memenuhi
indikator keberhasilan yaitu sebesar 80%. Rendahnya ketuntasan belajar klasikal
245
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
dan daya serap klasikal disebabkan karena sejumlah konsep yang diberikan masih
belum dapat dipahami dengan baik oleh siswa.Siswa juga masih belum terlalu
paham dalam melatih diri belajar berkelompok yang diajarkan, hal ini karena
pembelajaran yang dirasakan baru oleh siswa sehingga butuh penyesuaian untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I terdapat beberapa kelemahankelemahan yang dijadikan tolak ukur guru untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya.
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a. Sebagian siswa masih terlihat belum siap mengikuti pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b. Sebagian siswa belum sepenuhnya mampu menyerap materi yang
diterimanya.
c. Peneliti kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk bertanya
d. Sebagian siswa masih ada yang ragu-ragu dan takut untuk bertanya dan
mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang dibahas.
e. Sebagian siswa masih ada yang kurang perhatian dan kerjasama dalam
kelompok masih sangat kurang.
Selain kelemahan-kelemahan diatas terdapat juga kelebihan-kelebihan
yaitu pembelajaran lebih banyak dilakukan siswa, dan sebagian siswa menjadi
lebih bersemangat dalam menerima materi pelajaran yang akan diberikan dan
sebagian siswa antusias dan senang mengikuti proses KBM.
Pada siklus II, peneliti berusaha meminimalisir kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada siklus I sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II meningkat
dari siklus I. Dengan menggunakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan, hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini ditandai dengan
sudah terpenuhinya indikator kinerja, dimana hasil ketuntasan belajar klasikal
mencapai 92,31% dari ketuntasan belajar klasikal minimal yaitu 80%, sedangkan
hasil daya serap klasikal mencapai 85,96% dari daya serap klasikal minimal yaitu
80%. Peningkatan hasil belajar menggunakan pendekatan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dapat dikatakan berhasil.
246
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada siklus II terlihat bahwa
siswa yang mendapatkan nilai terendah telah mengalami peningkatan yang
maksimal, sisa 2 orang yang belum tuntas dan yang mendapatkan nilai tertinggi
tetap mempertahankan hasil pembelajaran yang telah dicapai. Hal ini disebabkan
karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses KBM. Adanya alat bantu
yang digunakan berupa lembar kerja siswa yang sangat membantu dalam proses
pembelajaran materi ajar yang berfungsi memudahkan siswa pada saat melakukan
eksperimen dan hal ini juga mengajarkan siswa agar dapat menerapkan konsep
yang dipelajari dengan peristiwa nyata, yang biasanya terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.
Unsur penerapannya di dalam metode diskusi dan eksperimen pada proses
belajar IPA, peneliti melakukan aktivitas tanya jawab, memberi kebebasan untuk
berbeda pendapat dalam kelompok, mengontrol proses belajar siswa, member
pengutan, member kesempatan bertanya, serta membimbing siswa untuk
melakukan kerja sama, menugaskan kerja kelompok, mendiskusikan penelesaian
masalah, dan mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan
siswa dalam menciptakan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran PAIKEM
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga apa
yangdiharapkan yaitu meningkatnya hasil belajar siswa dapat tercapai dengan
baik. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan penelitian ini berhasil.
Hasil pembahasan diatas didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Darmaji pada tahun 2012 tentang peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA adapun model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah model pembelajaran PAIKEM. Darmaji menyimpulkan
bahwa perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran PAKEM sudah baik
di Sekolah Dasar Negeri 1 Polanto Jaya. Senada dengan pernyataan Selfi T.
Usman (2014) bahwa dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di Sekolah
Dasar Negeri 21 Ampana.
247
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SDN 3
Tompoh. Hal ini terlihat pada hasil siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal
mencapai 69,23% dan daya serap klasikal mencapai 69,61%. Pada siklus II telah
meningkat, diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 92,31% dan daya serap
klasikal mencapai 85,96%. Sedangkan rata-rata aktivitas siswa telah meningkat
dari siklus I yaitu 68,42 % dan siklus II 90,79 % sedangkan rata-rata aktivitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru juga meningkat yaitu siklus I 78,29 %
sedangkan pada siklus II 94,08 %.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis data serta kesimpulan, maka
peneliti menyarankan perlunya penyesuaian diri lebih maksimal dengan
pendekatan
PAIKEM
dengan
lebih mengaktifkan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Pada saat penerapan pembelajaran PAIKEM lebih menekankan
pada pemberian motivasi untuk mengeluarkan gagasan dan pemberian penguatan
yang lebih baik.
248
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 10
ISSN 2354-614X
DAFTAR PUSTAKA
Darmaji, 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA SDN Polanto Jaya dengan
Model Pembelajaran PAKEM. Skripsi Tidak di Publikasikan, FKIP Untad.
Depdiknas. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Ajar Pembekalan Guru
Bantu.
Mary L.A., 2002. Mastery of Science Process Skill and Their Effective Use in The
Teaching of Science. Internasional Journal Edocology. Vo.16. No.1
Masitoh, 2009. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Depertemen Agama Islam RI. Jakarta pusat.
Muliono, 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta :
Jakarta.
Selfi T. Usman. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Melalui Pendekatan PAKEM Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 21
Ampana. Skripsi Tidak di Publikasikan, FKIP Untad.
249