PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK KELAS X DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF | Arfanuddin | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8647 28376 1 PB

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK
KELAS X DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF
Arfanuddin1) Sukayasa2) Sutji Rochaminah2)
E-mail: arfanudin87@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Tadulako
Abstract: This paper aims to describe the mathematic problem solving profile of 10 th class
SMK students from both Field Independent (FI) and Field Dependent (FD) Cognitive Style.
This is a descriptive research by qualitative approach. For classifying the cognitive style of
students, it used Group Embedded Figures Test (GEFT). The data collection technic are giving
mathematical problem, depth interview, and observation through four steps problem solving
based on Polya’s view, those are (a) understanding problem, (b) arranging plan, (c), doing
plan, and (d) verification. The results show that: (1) the FI mathematic problem solving profile,
in terms of understanding problem are: logically and clearly able to identify and analyze the
problem, while FD is logically and clearly able to identify the problem, (2) FI and FD in terms
of arranging plan is able to arrange the solution plan strategy to solve the problem, (3) FI and
FD have differences in terms of doing plan, those are: FI is systematically able to employ the
problem solving strategy planned, while FD is able to employ the problem solving strategy
nevertheless unsystematically, (4) FI and FD simultaneously verify the answer and the gained

results by tracing the calculation of results created, and what is more that FI employs the
constructed formulation for verifying the answer.
Keywords: Problem Solving, Cognitive Style

Matematika merupakan salah satu wahana pendidikan yang mempunyai peranan penting
untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Pentingnya peranan matematika menjadikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang merupakan salah satu wadah untuk menciptakan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan teknologi dan industri. Hal ini sejalan
dengan standar standar kompetensi lulusan SMK (BSNP, 2006), diantaranya adalah
menunjukkan kemampuan dalam berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam
pengambilan keputusan, serta menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan
masalah kompleks.
Berdasarkan harapan dan tujuan pendidikan di SMK tersebut, matematika termasuk
salah satu ilmu yang dipelajari. Tujuan belajar matematika agar siswa tidak hanya terampil
dalam mengerjakan soal-soal matematika, tetapi dapat menggunakan matematika untuk
memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti
bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang penting dikembangkan
dan harus dimiliki oleh siswa.
Pentingnya pemecahan masalah dalam matematika juga dikemukakan oleh Bell

(Widjajanti, 2009) yakni bahwa strategi-strategi pemecahan masalah yang umumnya
dipelajari dalam pelajaran matematika dalam hal-hal tertentu, dapat ditransfer dan
diaplikasikan dalam situasi pemecahan masalah yang lain. Penyelesaian masalah secara
matematis dapat membantu para siswa meningkatkan daya analitis mereka dan dapat
menolong mereka dalam menerapkan daya tersebut pada bermacam-macam situasi.
Kegiatan didalam pembelajaran matematika, sering dijumpai hal-hal yang dapat
menghambat tumbuh kembangnya hasil belajar siswa seperti menerima pelajaran secara
pasif, mempunyai kecenderungan untuk menghapalkan pelajaran khususnya rumus dan
sering dituntut untuk menghitung dengan cepat.

434 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Kegiatan belajar dan mengajar seharusnya disusun berdasarkan kemampuan dan
karakteristik siswa, karena setiap siswa memahami dan menyerap pelajaran dengan
berbeda-beda ada yang cepat, sedang, ada pula yang sangat lambat (Uno, 2006). Oleh
karena itu, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara siswa yang satu dan
yang lainnya dalam mempelajari materi di dalam kelas. Hal ini sangat penting diketahui oleh
guru, agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan kondisi siswanya.
Terkait dengan hal tersebut, karakteristik siswa dapat berbeda dalam memproses

simbol pesan-pesan, menyimpan, dan menggunakan informasi untuk menanggapi suatu
tugas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wolfe dan Johnson (Wijaya, 2014) yang
menyatakan bahwa seseorang memiliki cara yang berbeda dalam mencari dan memproses
informasi, serta melihat dan menginterpretasikannya. Menurut Keefe (Wijaya, 2014)
perbedaan cara seseorang dalam memproses informasi tersebut lebih dikenal dengan gaya
kognitif. Dengan kata lain gaya kognitif merupakan cara seseorang menggunakan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan masalah, seperti cara seseorang memproses
informasi, kemudian menyimpan dan mengkomunikasikan informasi tersebut pada saat
menyelesaikan tugas. Witkin (dalam Pithers, 2002) mengungkapkan bahwa gaya kognitif
dikategorikan menjadi gaya kognitif field-independent (FI) dan field dependent (FD). Siswa
yang bergaya kognitif FI adalah siswa yang memperoleh informasi tidak terlalu
dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan siswa yang bergaya kognitif FD adalah siswa
yang memperoleh informasi yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Siswa dengan field independent cenderung reflektif dalam berpikir, lebih kreatif,
kreativitas berkembang berdasarkan rasional, cenderung pada materi pelajaran yang
abstrak, impersonal, fakta, analitis, berdaya otak kiri, cenderung berpikir divergen, dan
kurang bersosialisasi dengan baik, lebih bersifat individualis. Sedangkan Siswa dengan
field dependent cenderung imfulsif dalam berpikir, kurang kreatif, kreativitas berkembang
berdasarkan imaginasi, cenderung pada materi pelajaran yang bersifat kemanusiaan, konten
social, dan fantasi, berdaya otak kanan, cenderung kurang berpikir divergen, dan dapat

menjalin hubungan sosial dengan baik (Wijaya, 2014).
Berdasarkan karakteristik dari dua gaya kognitif field independent dan field
dependent tidak dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya kognitif yang satu lebih
unggul atau lebih rendah dengan gaya kognitif yang lain. Karena dari karakteristik kedua
gaya kognitif ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berdasarkan
karakteristik masing-masing gaya kognitif bisa dikemukakan adanya kaitan antara gaya
kognitif dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Siswa SMK rata-rata berumur 15 tahun ke atas. Menurut Teori perkembangan
kognitif Piaget, siswa SMK berada pada periode operasional formal yang disebut juga
periode hipotesis deduktif (periode remaja dan orang dewasa). Pada periode ini siswa
memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak symbol-simbol atau ide dari pada
obyek-obyek yang berkaitan dengan benda-benda di dalam cara berfikirnya. Dengan
demikian berarti siswa diduga mampu mengkomunikasikan permasalahan kehidupan
sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika. Oleh sebab itu, untuk mengungkapkan
profil pemecahan masalah matematika siswa SMK ditinjau dari gaya kognitif sangat
diperlukan pada usia tersebut.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran dan beberapa kajian yang telah dipaparkan, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana profil pemecahan masalah matematika siswa
kelas X SMK ditinjau dari gaya kognitif.


Arfanuddin, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Profil Pemecahan … 435
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengungkapkan profil pemecahan masalah
matematika siswa kelas X SMK ditinjau dari gaya kognitif. Pengungkapan profil pemecahan
masalah didasarkan pada langkah pemecahan masalah oleh Polya yaitu: (a) memahami
masalah; (b) merencanakan pemecahan masalah; (c) melaksanakan rencana pemecahan dan (d)
memeriksa kembali hasil pekerjaan yang telah dibuat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Penelitian ini mendeskripsikan profil pemecahan masalah matematika siswa SMK Kelas X
yang memiliki yang memiliki gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent
berdasarkan langkah-langkah Polya. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 7 Palu,
Propinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan subjek dilakukan dengan menggunakan group embedded
figures test (GEFT) yang dikembangkan oleh Philip K. Oltman, Evelyn Raskin, dan Herman A.
Witkin. Dari 60 orang siswa yang diberikan tes GEFT diperoleh 46 siswa bergaya kognitif Field
Dependent, 14 siswa bergaya kognitif Field Independent, berdasarkan hasil tersebut dipilih
masing-masing minimal 1 (satu) siswa sebagai subjek. Jenis data dalam penelitian ini adalah
data kualitatif berupa data profil pemecahan masalah matematika subjek yang terdiri dari data
profil pemahaman masalah matematika, penyusunan rencana pemecahan masalah matematika,
pelaksanaan rencana pemecahan masalah matematika dan pemeriksaan kembali hasil pekerjaan
yang telah dibuat siswa kelas X SMK dengan gaya kognitif Field Independent dan Field

Dependent. Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes
tertulis, teknik wawancara mendalam (In dept interview) dan observasi. Tes tertulis berisi
masalah matematika yang harus diselesaikan oleh subjek penelitian. Wawancara mendalam
ialah proses memperoleh keterangan dari subjek mengenai suatu masalah yang dihadapi dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman. Adapun observasi merupakan proses pengamatan perilaku yang
dilakukan subjek penelitian untuk memperoleh data dari tingkah laku tersebut. Instrumen utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sedangkan Instrumen pendukung dalam penelitian
ini adalah tes GEFT, dan tes pemecahan masalah matematika berupa tes tertulis.
Untuk menguji kredibilitas data, peneliti melakukan triangulasi waktu yaitu memberikan
soal yang setara dengan M1 yang diberi simbol M2 pada setiap subjek di waktu yang berbeda.
Hasil triangulasi menunjukkan ada konsistensi jawaban subjek dalam menyelesaikan M1 dan M2,
sehingga data setiap subjek dalam mengerjakan M1 dikatakan kredibel. Oleh karena data setiap
subjek kredibel maka profil pemecahan masalah setiap subjek yang dianalisis adalah data
pemecahan M1. Analisis data yang digunakan mengacu pada analisis data menurut Miles dan
Huberman (1992) yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini dipaparkan hasil-hasil penelitian yaitu profil pemecahan masalah
matematika subjek dengan gaya kognitif FI dan FD yang diungkapkan berdasarkan langkahlangkah Polya (memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, melaksanakan
pemecahan masalah dan memeriksa kembali hasil pekerjaan yang telah dibuat).


436 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Hasil Analisis Data profil pemecahan M1 dengan subjek Field Independent (FI)
1) Hasil analisis data profil pemahaman M1
FI melakukan pembacaan M1 secara berulang–ulang dengan tujuan agar dapat memahami
masalah. FI mengidentifikasi dan menganalisis informasi yang tersedia (yang diketahui) dan
informasi yang ingin didapatkan (yang ditanyakan) secara jelas dan logis. FI dapat
menganalisis bagian-bagian informasi dengan mencari hubungannya pada M1. Selanjutnya FI
dapat menyebutkan bahwa syarat yang harus dipenuhi masalah M1 yaitu kemampuan bekerja
setiap pekerja itu harus sama agar dapat diselesaikan, Hal ini dapat dilihat pada Kutipan 1.
P
FI
P
FI
P
FI

:

:
:
:
:
:

P :
FI :

P
FI
P
FI

:
:
:
:

P

FI
P
FI
P
FI
P
FI
P
FI

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:


P :
FI :
P :
FI :

Berapa kali kamu baca soal?
Tiga kali
Kenapa kamu baca berulang soal itu?
Saya ingin memahaminya
Informasi apa yang kamu dapatkan dari masalah ini?
Informasi yang saya dapatkan. Ada informasi yang diketahui dan ada yang
ditanyakan.
Bisa kamu ungkapkan informasi itu?
Infotmasi yang diketahui “sebuah gedung direncanakan selesai dibangun dalam
waktu 22 hari oleh 20 orang pekerja, setelah dikerjakan 10 hari”. (kemudian
subjek diam sambil melihat soal dan membuat coretan)
Ada apa Nak?
Berarti 20 – 10 = 12 hari
Kenapa bisa berkurang?

Karena sudah dikerjakan 10 hari, jadi sisa 12 hari waktu yang digunakan pekerja
dalam pembangunan tersebut.
Terus?
Selanjutnya pekerjaan dihentikan 6 hari, berarti 12 – 6 = 6 hari
Kenapa bisa begitu?
Karena dihentikan 6 hari, akibatnya 6 hari lagi waktu yang digunakan pekerja
Terus apa lagi?
Ini, informasi yang ditanyakan soal Pak
Bisa kamu ungkapkan informasi itu?
“berapa pekerja yang harus ditambahkan dalam pembangunan tersebut”
Apa kamu tahu maksud yang ditanyakan soal?
Iya Pak. Didalam soal ini disuruh mencari berapa tambahan pekerja dalam
pembangunan tersebut, padahal pembangunan sudah dikerjakan 10 hari dan
waktunya dihentikan 6 hari.
Menurut kamu Nak, apa syarat yang harus ada dalam soal ini?
(subjek diam dan kembali melihat soal). Yang harus ada Pak, kemampuan
bekerja setiap pekerja itu harus sama.
Kenapa harus begitu?
Supaya dapat diselesaikan.

Arfanuddin, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Profil Pemecahan … 437
2) Hasil analisis data profil penyusunan rencana pemecahan M1
Awalnya FI merencanakan M1 dengan membuat rumus perbandingan berbalik nilai, cara
untuk membuat rumus tersebut yaitu membuat tabel dikertas coretan yang berisi kolom hari
dan pekerja. Selanjutnya kolom tersebut berisi informasi masalah yang tesedia yang telah
dianalisis sebelumnya, selanjutnya FI memisalkan x sebagai pekerja untuk mencari pekerja
jika dikerjakan 6 hari, sehingga pada akhirnya FI dapat membuat rumus perbandingan berbalik
nilai. hal ini dapat dilihat pada Kutipan 2.
P : Nak, apa rencana kamu menyelesaikan soal ini?
FI : Saya mau membuat rumus perbandingan berbalik nilai.

P
FI
P
FI

:
:
:
:

P
FI
P
FI
P
FI

:
:
:
:
:
:

Caranya?
Tunggu Pak. (subjek kembali membaca soal dan membuat coretan).
Bisa kamu jelaskan tabel itu?
Iya (subjek kemudian menjelaskan table diatas) rencana 22 hari dikerja oleh 20
pekerja, karena telah dikerjakan 10 hari, dikurang jadi 12 hari target waktu oleh
20 pekerja, terus dihentikan lagi 6 hari, dikurang jadi sisa 6 hari, jadi sebenarnya 12
hari target dikerjakan oleh 20 pekerja menjadi sisa 6 hari.
Terus, untuk apa x ini ?
x saya misalkan pekerja.
Untuk apa?
Untuk mencari pekerja jika dikerjakan 6 hari?
Terus apa lagi rencanamu?
Sekarang saya buat rumus pak (subjek kemudian membuat rumus)

3) Hasil analisis data profil pelaksanakan rencana pemecahan M1
FI melaksanakan rencana sesuai berdasarkan informasi yang disusun pada M1 yaitu
menggunakan rumus perbandingan berbalik nilai untuk mencari nilai x (pekerja
dimisalkan), setelah itu FI melakukan perhitungan sehingga dapatlah nilai x = 40. FI
berargumen jika 12 hari dikerjakan oleh 20 pekerja maka 6 hari dikerjakan 40 pekerja, pada
akhirnya FI menemukan tambahan pekerja yang diperlukan dalam pembangunan tersebut
adalah 20 orang, yang diperoleh dari selisih antara 40 pekerja (yang dicari) dengan
menggunakan variabel dengan 20 pekerja (yang diketahui), hal ini dapat dilihat pada
Kutipan 3.
P : Sekarang, bisa kamu kerjakan masalah ini?
FI : Bisa pak (subjek kemudian mengerjakan masalah)

438 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

P : Bagaimana kamu menemukan jawaban itu?
FI : Rumus yang telah saya buat saya kali silang akhirnya mendapatkan nilai x = 40
orang.
P : Lanjut?
FI : Jadi Pak, jika 12 hari dikerjakan oleh 20 pekerja, maka 6 hari dikerjakan 40
pekerja.
P : Terus?
FI : Jadi, untuk mencari tambahan pekerja, saya kurang antara 40 pekerja dengan 20
pekerja.
P : Dari mana pekerja itu?
FI : 40 ini saya cari, sementara 20 ini diketahui.
P : Terus?
FI : Jadi, tambahan pekerja yang ditambahkan 20 pekerja.
4) Analisis data profil pemeriksaan kembali hasil pekerjaan untuk M1
FI memeriksa kembali dengan menelusuri kembali hasil pekerjaan yang telah dibuat dan
melakukan perhitungan mental terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan pada M1. Selain itu
FI juga mengungkapkan strategi lain dalam memeriksa kembali jawaban yaitu mensubtitusikan
nilai x = 40 kedalam rumus perbandingan berbalik nilai yang telah dibuat, kemudian
melakukan perkalian silang pada rumus tersebut sehingga mendapatkan hasil yang sama pada
ruas kiri dan kanan yaitu sama-sama 240. Hal ini dilakukan untuk mengecek kebenaran
jawaban yang telah dibuat. hal ini dapat dilihat pada Kutipan 4.
P : Coba periksa kembali jawaban yang telah kamu buat?
FI : Ia Pak (subjek kemudian melihat pekerjaan yang telah dibuat dan melakukan
perhitungan).
P : Sudah diperiksa Nak?
FI : Sudah.
P : Apa kamu sudah yakin dengan jawabanmu?
FI : Sudah.
P : Bagaimana cara kamu tahu tidak ada yang salah?
FI : Saya sudah hitung, sudah tidak ada yang salah (Subjek memperlihatkan hasil
perhitungan mental 12x20 = 240 dan 240 : 6 = 40).
P : Apa kamu punya cara lain memeriksa jawabanmu?
FI : Tunggu Pak (subjek diam, kemudian bertanya) boleh saya mencoba gunakan

Arfanuddin, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Profil Pemecahan … 439
rumus ini Pak (subjek menunjukkan rumus tersebut)?
P : Boleh, untuk apa?
FI : Untuk mengecek, apakah jawaban saya sudah benar (kemudian subjek
menuliskan rumus, mensubtitusi nilai x dan melakukan perhitungan).

P : Coba jelaskan apa yang kamu tulis?
FI : Begini Pak, saya memasukkan nilai x = 40 kerumus, setelah itu Pak saya kali
silang, hasilnya 240.
P : Jadi?
FI : Jadi, jawaban saya sudah benar, karena hasilnya sudah sama-sama 240.
Hasil Analisis Data profil pemecahan M1 dengan subjek Field Dependent (FD)
1) Hasil analisis data profil pemahaman M1
FD membaca masalah secara berulang-ulang dengan tujuan agar dapat memahami
M1, FD mencoba memahami informasi yang masalah dengan sering mengajukan pertanyaan,
hal ini dilakukan karena subjek masih bingung memahami M1. Selanjutnya FD dapat
mengidentifikasi informasi yang tersedia (yang diketahui) dan informasi yang ingin didapat
(yang ditanyakan) secara jelas dan logis. Selain itu FD menyebutkan bahwa syarat yang
harus dipenuhi pada M1 yaitu kemampuan bekerja setiap pekerja harus sama. Hal ini dapat
dilihat yang terlihat pada Kutipan 5.
P
: Bagaimana nak, apa kamu sudah paham?
FD : Pak, didalam soal kan dikatakan setelah dikerjakan 10 hari, pekerjaan kemudian
dihentikan 6 hari
P
: Bagaimana sudah ada bayangan?
FD : Berarti 10 hari itu telah digunakan
P
: Kenapa bisa?
FD : Karena dikerjakan 10 hari
P
: Terus?
FD : Kalau yang dihentikan 6 hari
P
: Bagaimana itu?
FD : Berarti 6 hari ini, tidak digunakan bekerja
P
: Bapak mau tanya berapa kali kamu baca soal ini?
FD : Banyak kali
P
: Berapa kali ?
FD : Sepertinya 5 kali pak
P
: Kenapa kamu baca sebanyak itu?
FD : Supaya bisa paham
P
: Setelah kamu baca soal ini, informasi apa yang kamu dapatkan dari masalah ini?
FD : Informasi, ada yang diketahui dan ada ditanyakan
P
: Bisa kamu ungkapkan informasi itu?
FD : Yang diketahui gedung direncanakan 22 hari dengan 20 pekerja, setelah
dikerjakan 10 hari, terus pekerjaan dihentikan selama 6 hari

440 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

P
: Apakah masih ada masalah lain ?
FD : Disini ada pertanyaan “berapakah orang pekerja yang harus ditambahkan dalam
pembangunan”
P
: Bisa kamu jelaskan sama bapak maksud soal ini?
FD : (diam dan kembali membaca soal) begini pak, didalam soal kan telah dikerjakan
10 hari dan dihentikan 6 hari. Jadi waktunya itu semakin sedikit karena telah
digunakan sementara pekerja dalam pembangunan ini hanya 20 pekerja, jadi
waktu sedikit membutuhkan tambahan pekerja, supaya pembangunan ini selesai
tepat waktu.
P
: Menurut kamu apa syarat yang harus ada dalam soal ini?
FD : (diam dan melihat soal) Kemampuan bekerja pekerja harus sama
P
: Kenapa kalimat itu harus ada?
FD : Karena kalau kemampuan bekerja pekerja beda-beda maka susah dikerjakan
2) Hasil analisis data profil penyusunan rencana pemecahan M1
FD menyusun rencana dengan menggunakan konsep pengurangan, FD berargumen bahwa
didalam soal dikatakan telah dikerjakan 10 hari, jadi harus dikurang setelah itu menyebutkan
bahwa didalam soal juga dihentikan 6 hari jadi harus dikurang karena telah lewat 6 hari. Hal
ini dapat dilihat pada Kutipan 6.
P
FD
P
FD

:
:
:
:

P
FD
P
FD

:
:
:
:

Jadi, apa rencana kamu susun untuk menyelesaikan masalah ini?
Saya mau gunakan cara pengurangan
Bagaimana caranya?
Begini, didalam soal kan dikatakan telah dikerjakan 10 hari, dan dihentikan
6 hari
Terus?
Jadi harus dikurang
Kenapa harus dikurang?
Karena telah digunakakan waktunya

3) Hasil analisis data profil pelaksanakan rencana pemecahan M 1
FD dapat melaksanakan rencana M1 sesuai apa yang direncanakan yaitu menggunkan
konsep pengurangan, selanjutnya FD menyebutkan langkah-langkah yang dilakukan dalam
menyelesaikan masalah seperti yang terlihat pada kutipan 7.
P
: Sekarang, coba kamu kerjakan masalah ini?
FD : Iya (subjek menuliskan jawabannya)

P
: Bisa kamu jelaskan jawaban yang kamu tulis?
FD : Ini pak. Gedung direncanakan 22 hari, setelah dikerjakan 10 hari, jadi 22 - 10 =

Arfanuddin, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Profil Pemecahan … 441

P
FD
P
FD
P
FD

:
:
:
:
:
:

12 hasilnya, kemudian dikurang lagi 6 hari yang dihentikan, jadi 12 – 6 = 6 hari.
Jadi 20 - 6 = 14 orang, jadi tambahan pekerja yang harus ditambah dalam
pembangunan tersebut adalah 14 orang
Dari mana kamu dapat 20 dan 6?
20 dari soal pekerja 20 orang dan 6 dari hasil yang dikurangi
Kenapa kamu kurang 20 dengan 6?
Saya pikir untuk mencari tambahan pekerja, itu dikurang
Kenapa dikurang?
Saya pikir dikurang, kerena sebelumnya 10 hari dan 6 hari yang dihentikan saya
kurang.

4) Hasil analisis data profil pemeriksaan kembali hasil pekerjaan untuk M1
FD memeriksa jawabannya dengan menelusuri kembali hasil penyelesaian yang telah
dilaksanakan dan melakukan perhitungan mental dari hasil pekerjaan yang telah dibuat. hal ini
dapat terlihat pada kutipan 8.
P
: Sekarang, coba kamu periksa jawabanmu?
FD : Iya (subjek kembali melihat pekerjaan yang telah dibuat dan melakukan
perhitungan)
P
: Apa kamu sudah periksa?
FD : Sudah
P
: Apa kamu sudah yakin jawaban kamu sudah tidak ada yang salah?
FD : Hasilnya benar (subjek memperlihatkan hasil coretan yang telah dibuat)
(22 – 10 = 12, 12 – 6 = 6, dan 20 - 6 = 14)
P
: Jadi sudah yakin?
FD : Iya
PEMBAHASAN
Pada bagian ini dilakukan pembahasan hasil penelitian yang telah diungkapan
sebelumnya tentang profil pemecahan masalah matematika pada masalah berdasarkan gaya
kognitif FD dan FI berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah menurut Polya.
1) Tahapan Memahami Masalah
Tahap memahami masalah merupakan tahap pertama dalam pemecahan masalah. Polya
(1973) menyatakan bahwa untuk dapat memecahkan suatu masalah, siswa harus dapat
memahami masalah yang dihadapinya. Dalam penelitian ini pada subyek FI dan FD mencoba
memahami masalah dengan cara membaca masalah terlebih dahulu secara berulang-ulang.
Pembacaan secara berulang yang dilakukan menunjukkan bahwa soal yang diberikan
merupakan masalah bagi kedua subyek, karena subyek tidak dapat langsung memahami dan
menemukan cara penyelesaian dari masalah tersebut. Hal ini senada dengan yang dinyatakan
Hudoyo (2005) bahwa masalah adalah suatu soal yang ingin dipecahkan oleh seseorang
(termasuk siswa), tetapi cara/langkah untuk memecahkannya tidak segera ditemukan oleh
orang itu.

442 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Pengulangan tersebut juga merupakan kegiatan yang dilakukan mencari pemecahan
masalah yang dihadapi, seperti yang dikemukakan Rizal (2011) bahwa pemecahan masalah
adalah suatu masalah yang ingin diselesaikan, namun tidak segera dapat ditemukan cara
penyelesaiannya.
Selanjutnya pada tahap ini, FI lebih sering membaca masalah yang diberikan dibadingkan
FD, FI membaca masalah sebanyak 3 kali sedangkan FD membaca masalah sebanyak 5 kali,
hal ini dilakukan agar dapat memahami masalah, setelah itu FD pada tahap ini, mencoba
memahami informasi masalah yang tersedia dengan lebih sering mengajukan pertanyaan, hal
ini dilakukan karena FD masih bingung dengan masalah yang diberikan sehingga
mengharapkan bantuan informasi untuk meyakinkan pemahamannya, sehingga nampak bahwa
FD membutuhkan pengaruh dari lingkungan hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Nasution
(2010) yaitu gaya kognitif FD memerlukan petunjuk yang lebih banyak untuk dapat
memahami sesuatu, bahkan hendaknya tersusun langkah demi langkah.
Berbeda dengan FI, pada tahap ini FI menganalisis informasi masalah yang yang diberikan
dengan cara membagi-bagi dan mencari hubungan setiap informasi, selain itu FI juga
mengidentifikasi masalah yang tersedia(diketahui) dan yang ingin didapatkan (ditanyakan)
secara jelas dan logis. Hal ini sejalan dengan pendapat Witkin, dkk (dalam Candiasa, 2002)
bahwa siswa bergaya kognitif FI memiliki kemampuan menganalisis bagian-bagian dari polapola keseluruhan. Sementara FD dapat mengidentifikasi informasi masalah yang tersedia
(diketahui) dan yang ingin didapatkan (ditanyakan) secara jelas dan logis berdasarkan informasi
yang ada. Hal ini sesuai dengan karaketeristik FD yang cenderung menerima struktur yang
sudah ada.
2) Tahap Membuat Rencana Penyelesaian
FI dan FD memiliki perbedaan dalam mengungkapkan rencana penyelesaian masalah
yang diajukan. Pada tahap ini FI mengajukan rencana dengan membuat rumus
perbandingan berbalik nilai, kemudian rencana tersebut disusun kedalam bentuk tabel
perbandingan hari dan pekerja, tabel tersebut dianalisis hingga menemukan rumus
perbandingan berbalik nilai, ide-ide tersebut diungkapkan secara jelas dan logis.
Berdasarkan rencana yang diajukan FI diatas sejalan dengan pendapat witkin dkk. (dalam
Candiasa, 2002) yaitu FI mempunyai kemampuan mengorganisasikan objek-objek yang
belum terorganisir dan mereorganisir objek-objek yang sudah terorganisir.
Berbeda dengan FD membuat rencana, dengan menggunakan konsep pengurangan
untuk mencari penyelesaian masalah, informasi ini disusun berdasarkan informasi yang
sudah ada dalam masalah, subjek tidak menganalisis informasi secara terpisah-pisah ke
dalam beberapa bagian atau kedalam bentuk rumus atau menggunakan persamaan
matematika. Hal ini sesuai dengan karakteristik gaya kognitif FD yaitu sulit focus dalam
menganalisis pola menjadi bagian yang berbeda dan cenderung menerima struktur yang
sudah ada karena kurang memiliki kemampuan merestrukturisasi.
3) Tahap Melaksanakan Rencana Penyelesaian
Saat melaksanakan rencana penyelesaian masalah, subyek FD dan FI secara langsung
dapat menerapkan ide-idenya untuk menyelesaikan masalah dengan melaksanakan rencana
sesuai apa yang direncanakan. FI memulai mencari penyesaian masalah dengan
menggunakan rumus perbandingan berbalik nilai yang telah direncanakan, FI focus
memproses dan menganalisis hubungan bagian masalah yang dicari hingga menemukan
hasil yang dicari. FI kemudian mengungkapkan ide dengan jelas dan logis Hal ini sesuai

Arfanuddin, Sukayasa, dan Sutji Rochaminah, Profil Pemecahan … 443
dengan karakteristik gaya kognitif FI yang focus pada satu aspek dan menganalisis pola
menjadi bagian yang berbeda.
Sedangkan FD melaksanakan rencana penyelesaian dengan menggunakan konsep
pengurangan yang telah direncanakan sebelumnya. FD focus menyelesaikan masalah
dengan konsep tersebut hingga mendapat hasil jawaban. Sebelumnya FD tidak mencoba
mencari prasyarat-prasyarat dan menganalisis bagian-bagian yang memenuhi prasyarat
masalah untuk dipecahkan. Dari hal tersebut maka FD pada saat melaksanakan rencana
penyelesaian masalah belum tepat dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo
(2001) bahwa sebuah perencanaan, memahami ide solusi tidak menjadi jaminan untuk
mudah berhasil menyelesaikan masalah, diperlukan pengetahuan prasyarat yang baik. Hal
ini sesuai dengan karakteristik gaya kognitif FD yang kesulitan memproses informasi dan
cenderung hanya menerima informasi yang disajikan tanpa mengorganisasi kembali (dalam
Wijaya, 2014).
4) Tahap Memeriksa Kembali
Memeriksa kembali merupakan langkah terakhir dalam pemecahan masalah menurut
Polya. Subyek dengan gaya kognitif F1 dan FD pada tahap ini sama-sama memeriksa
kembali jawaban, dengan menelusuri kembali dan melakukan perhitungan mental pada
langkah-langkah penyelesaian masalah, hingga yakin dengan jawabannya, selanjutnya FI
kemudian mencoba strategi lain dalam memeriksa kembali jawaban yaitu menggunakan
rumus yang telah disusun, untuk mengecek kebenaran jawaban yang telah dilaksanakan.
FI menggunakan kemampuan prosedural dan penalaran dalam memeriksa kembali
masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bilal Atasoy, Guyer Tolga, dan
Sibel Somyurek (dalam Wijaya, 2014) mengatakan bahwa karakteristik gaya kognitif FI
lebih menyukai penyelesaian tidak linear.
KESIMPULAN
1)

2)

3)

4)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Tahap memahami masalah, subjek FI dan FD melakukan pembacaan masalah secara
berulang-ulang untuk dapat memahami masalah, selanjutnya FI menganalisis masalah
dengan cara membagi-bagi dan mencari hubungan setiap informasi masalah, Serta
mengidentifikasi informasi masalah secara jelas logis da sedangkan FD berusaha
memahami masalah masalah dengan lebih sering mengajukan pertanyaan.dan
mengidentifikasi masalah dengan jelas dan logis.
Tahap merencanakan penyelesaian masalah, subjek FI merencanakan penyelesaian
masalah dengan konsep perbandingan berbalik nilai sedangkan subjek FD
menggunakan konsep pengurangan.
Tahap Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah, subjek FI menggunakan rumus
perbandingan berbalik nilai yang telah dibentuk untuk menyelesaikan masalah
sedangkan sunjek FD menggunakan konsep pengurangan yang telah direncanakan
untuk menyelesaikan masalah.
Tahap memeriksa kembali penyelesaian masalah, subjek FI dan FD memeriksa kembali
jawaban dengan menelusuri kembali hasil pekerjaan dan melakukan perhitungan mental
terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan. Selain itu subjek FI menggunakan strategi
lain dalam mengecek kembali jawaban yaitu menggunakan rumus perbandingan
berbalik nilai.

444 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

SARAN
Berdasarkan simpulaan penelitian yang telah dipaparkan, beberapa saran yang dapat
peneliti kemukakan yaitu:
1) Guru hendaknya memperhatikan profil pemecahan masalah setiap anak didiknya dalam
memecahkan masalah matematika berdasarkan gaya kognitifnya. Apabila mengetahui
profil pemecahan masalah matematika dan gaya kognitif siswa maka guru diharapkan
dapat merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa.
2) Untuk penelitian yang relevan, agar meneliti kembali profil pemecahan masalah
matematika berdasarkan dari gaya kognitif yang lebih lengkap, perlu dilakukan
verifikasi dengan mengembangkan ke materi-materi yang lain seperti persamaan garis
lurus, sistem persamaan linear, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Candiasa, I Made.2002. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif terhadap
kemampuan Program Komputer. Eksperimen pada Mahasiswa IKP Negeri Singaraja.
Disertasi Doktor pada PPS Universitas Negeri Jakarta: tidak diterbitkan.
Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Miles, M. B. And Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kuantitatif. Terjemahan Tjejep
Rohendi. Jakarta: Universitas Indonesia pers.
Nasution, S,2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Pithers R. T. 2002. Cognitive learning style: a review of the field dependent-field independent
approach, Journal of Vocational Education & Training, 54:1, 117-132, University of
Technology: Sydney, Australia. Diakses pada tanggal 5 September 2014.
Polya, George. 1973. How To Solve It , A New Aspect of Mathematical Method. Princeton
University Press: Princeton, New Jersey.
Puspita, Elfa. 2016. Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Matematika
ditinjau dari Gaya Kognitif. Tesis. Palu: Program Pascasarjana Universitas Tadulako.
Rizal, Muh. 2011. Proses Berpikir Siswa Sekolah Dasar Melakukan Estimasi dalam
Pemecahan Masalah Berhitung Ditinjau Dari Kemampuan Matematika dan jenis
Kelamin. Disertasi. Tidak diterbitkan