Analisis Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kebijakan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi
perusahaan, hal ini karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan
operasi perusahaan. Ada dua sumber dana berasal, yaitu dana yang berasal dari
eksternal dan dana yang berasal dari internal perusahaan. Dana yang berasal dari
sumber eksternal dapat diperoleh melalui utang dan penerbitan saham. Teori
struktur modal dari Miller dan Modligiani dalam Setia (2008) berpendapat bahwa
dengan asumsi tidak ada pajak, bankruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris
antara pihak manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam
kondisi yang efisien, maka value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait
dengan
bagaimana
perusahaan
melakukan
strategi
pendanaan.
Setelah
menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, utang dapat menghemat pajak
yang dibayar.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Putri dan Handayani (2009)
menyatakan bahwa dengan menggunakan utang menjadi sumber pembiayaan,
maka perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pinjaman
pokoknya. Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free
cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal.Utang
merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan
akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang
Universitas Sumatera Utara
muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya
leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para
pemegang saham.
Pembiayaan dengan utang memiliki tiga implikasi penting, yaitu :
1.
Memperolah dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas.
2.
Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan
sebagian kecil dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagian besar
ada pada kreditur.
3.
Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding dengan pembayaran bunga,
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.
Dalam suatu perusahaan sering terjadi konflik antara manajemen dan
pemegang saham. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan antara fungsi
kepemilikan dan fungsi pengolahan perusahaan sehingga menyebabkan timbulnya
perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham, dan keadaan
ini sering disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Pemegang saham
menginginkan kelebihan dana yang ada pada perusahaan dibagikan untuk
meningkatkan
kesejahteraan
mereka,
sedangkan
manajer
berkeinginan
menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyek-proyek yang
menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi
Universitas Sumatera Utara
manajer. Para manajer mempunyai kecenderungan untuk konsumsi dan perilaku
opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari
kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang
dikeluarkan tersebut.
Menurut Handayani dalam Rizka Putri (2009), bahwa
penyebab konflik
antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah membuat keputusan
yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision). Konflik ini
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang berbeda tersebut, namun akan
menimbulkan biaya juga yang disebut agency cost.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu:
1.
Menurunkan agency cost dari free cash flow akan mengurangi sumbersumber discreationary, khususnya aliran kas dibawah konrol manajemen
(Jensen, 1986 dalam Pramudita Pawestri, 2010).
2.
Meningkatkan dividend payout ratio.
3.
Meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan
besarnya konflik antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan
Mackling, 1976 dalam Pramudita Pawestri, 2010).
2.2
Free Cash Flow
Free cash flow (aliran kas bebas) merupakan sisa uang sesungguhnya
setelah perusahaan memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan
merupakan jumlah yang tersedia untuk membayar utang, membeli kembali saham,
Universitas Sumatera Utara
membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan (Koch, Edward T.,et
al 2008). Jensen, 1986 mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.
Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer.
Faisal (2004) membuktikan bahwa free cash flow mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kebijakan perusahaan. Ini berarti bahwa free cash flow yang
tinggi mempengaruhi jumlah penggunaan utang yang tinggi pula.Jadi dengan
adanya free cash flow yang memadai diharapkan mampu mempengaruhi
kebijakan yang diambil khususnya mengenai utang. Free cash flow yang tersedia
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya. Semakin
tinggi free cash flow yang tersedia maka perusahaan dinilai semakin mampu
untuk
membayar
utangnya
sehingga
memungkinkan
perusahaan
untuk
menggunakan utang yang tinggi.
2.3
Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham oleh
pihak manajerial. Kepemilikan manajerial akan dapat mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian jika
keputusan yang diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai
utang.
Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang
Universitas Sumatera Utara
manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan
kesulitan keuangan bahkan mengalami kebangkrutan. Keadaan ini akan
merugikan baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer
akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return
ataupun dana yang diinvestasikan (Pithaloka 2009 dalam Susanti 2013).
Kepemilikan manajerial dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial =
2.4
�����ℎ ��ℎ�� ���������
x
����� ��ℎ�� �������
100%
Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership)
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan
asuransi maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perushaan lain.
Kepemilikan ini mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor
institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena
dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer.
Tindakan monitoring tersebut akan mengurangi biaya keagenan karena
memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat utang yang lebih rendah.
Kepemilikan institusional dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional =
�����ℎ ��ℎ�� �������������
x
����� ��ℎ�� �������
100%
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
mengenai
pengaruh
variabel-variabel
yang
mempengaruhi kebijakan utang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul Penelitian
kepemilikan
kepemilikan
dividen,
perusahaan,
flow dan
terhadap
hutang
Metode
Penelitian
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel
Penelitian
Variabel terikat :
kebijakan hutang
Varabel bebas :
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
dividen,
pertumbuhan
perusahaan,
free
cash
flow,
profitabilitas
Rizka
Putri
Indahningrum
dan
Ratih
Handayani
(2009)
Pengaruh
manajerial,
intitusional,
pertumbuhan
free cash
profitabiitas
kebijakan
perusahaan
Pramudita
Pawestri
(2010)
Analisis Pengaruh Free
Cas Flow dan Managerial
Ownership
Terhadap
Kebijakan
Hutang
Perusahaan
:
Sebuah
Perspektif Pada Agency
Theory
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel terikat :
kebijakan hutang
Variabel bebas :
free cash flow,
managerial
ownership
Abdullah W. Kebijakan Dividen dan
Kepemilikan
Djabid (2009) Struktur
Terhadap
Kebijakan
Utang: Sebuah Perspektif
Agency Theory
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel terikat :
kebijakan utang
Variabel bebas :
kebijakan dividen,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
Variabel kontrol :
Hasil Penelitian
Kepemilikan
manajerial,
dividen
dan
pertumbuhan
perusahaan tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang.
Kepemilikan
institusional,
profitabilitas dan
free cash flow
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
Free cash flow
(FCF)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan hutang
perusahaan,
Managerial
ownership
(MOWNS) tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
Kebijakan dividen
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan utang,
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
signifikan
Universitas Sumatera Utara
agency theory
2.6
terhadap
kebijakan utang,
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan utang.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Free cash flow
Kepemilikan
manajerial
Kebijakan
Utang
Kepemilikan
instit sional
Kebijakan utang dapat dipengaruhi dengan mempertimbangkan beberapa
hal, diantaranya dapat dilihat dari besar kecilnya free cash flow, kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan institusional. Penelitian Firiany (2008) menunjukkan
bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang perusahaan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faisal (2004), bahwa free cash flow
berhubungan positif dengan level utang. Free cash flow mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan dalam pertimbanganpengambilan keputusan. Semakin tinggi free
cash flow maka perusahaan dapat menggunakan utang yang tinggi pula.
Semakin besar persentase kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan,
maka manajer tersebut
akan merasakan langsung dampak dari pengambilan
keputusan yang dibuatnya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan.
Susanti (2013), Putri (2009), Pawestri (2010) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal itu disebabkan karena
rendahnya kepemilikan saham oleh manajer dibandingkan dengan kelompok
lainnya dalam perusahaan sehingga manajer tidak dapat mengambil keputusan
berdasarkan atas keinginannya sendiri.
Dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen atas pengambilan
kebijakan yaitu kebijakan utang. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka
diharapkan semakin kuat pengawasan internal terhadap perusahaan dimana akan
dapat mengurangi penggunaan utang oleh manajer. Sejalan dengan penelitian
Firianny (2013), kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif
terhadap kebijakan utang pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
dari
perumusan
masalah
dan
landasan
teori
yang
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kebijakan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi
perusahaan, hal ini karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan
operasi perusahaan. Ada dua sumber dana berasal, yaitu dana yang berasal dari
eksternal dan dana yang berasal dari internal perusahaan. Dana yang berasal dari
sumber eksternal dapat diperoleh melalui utang dan penerbitan saham. Teori
struktur modal dari Miller dan Modligiani dalam Setia (2008) berpendapat bahwa
dengan asumsi tidak ada pajak, bankruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris
antara pihak manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam
kondisi yang efisien, maka value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait
dengan
bagaimana
perusahaan
melakukan
strategi
pendanaan.
Setelah
menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, utang dapat menghemat pajak
yang dibayar.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Putri dan Handayani (2009)
menyatakan bahwa dengan menggunakan utang menjadi sumber pembiayaan,
maka perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan pinjaman
pokoknya. Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free
cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal.Utang
merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan
akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang
Universitas Sumatera Utara
muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya
leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para
pemegang saham.
Pembiayaan dengan utang memiliki tiga implikasi penting, yaitu :
1.
Memperolah dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas.
2.
Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan
sebagian kecil dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagian besar
ada pada kreditur.
3.
Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding dengan pembayaran bunga,
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.
Dalam suatu perusahaan sering terjadi konflik antara manajemen dan
pemegang saham. Hal ini terjadi karena adanya pemisahan antara fungsi
kepemilikan dan fungsi pengolahan perusahaan sehingga menyebabkan timbulnya
perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham, dan keadaan
ini sering disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Pemegang saham
menginginkan kelebihan dana yang ada pada perusahaan dibagikan untuk
meningkatkan
kesejahteraan
mereka,
sedangkan
manajer
berkeinginan
menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyek-proyek yang
menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi
Universitas Sumatera Utara
manajer. Para manajer mempunyai kecenderungan untuk konsumsi dan perilaku
opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari
kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang
dikeluarkan tersebut.
Menurut Handayani dalam Rizka Putri (2009), bahwa
penyebab konflik
antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah membuat keputusan
yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision). Konflik ini
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang berbeda tersebut, namun akan
menimbulkan biaya juga yang disebut agency cost.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu:
1.
Menurunkan agency cost dari free cash flow akan mengurangi sumbersumber discreationary, khususnya aliran kas dibawah konrol manajemen
(Jensen, 1986 dalam Pramudita Pawestri, 2010).
2.
Meningkatkan dividend payout ratio.
3.
Meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan
besarnya konflik antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan
Mackling, 1976 dalam Pramudita Pawestri, 2010).
2.2
Free Cash Flow
Free cash flow (aliran kas bebas) merupakan sisa uang sesungguhnya
setelah perusahaan memperhitungkan seluruh kebutuhan re-investasi dan
merupakan jumlah yang tersedia untuk membayar utang, membeli kembali saham,
Universitas Sumatera Utara
membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan (Koch, Edward T.,et
al 2008). Jensen, 1986 mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.
Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer.
Faisal (2004) membuktikan bahwa free cash flow mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kebijakan perusahaan. Ini berarti bahwa free cash flow yang
tinggi mempengaruhi jumlah penggunaan utang yang tinggi pula.Jadi dengan
adanya free cash flow yang memadai diharapkan mampu mempengaruhi
kebijakan yang diambil khususnya mengenai utang. Free cash flow yang tersedia
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya. Semakin
tinggi free cash flow yang tersedia maka perusahaan dinilai semakin mampu
untuk
membayar
utangnya
sehingga
memungkinkan
perusahaan
untuk
menggunakan utang yang tinggi.
2.3
Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham oleh
pihak manajerial. Kepemilikan manajerial akan dapat mensejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian jika
keputusan yang diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai
utang.
Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang
Universitas Sumatera Utara
manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan
kesulitan keuangan bahkan mengalami kebangkrutan. Keadaan ini akan
merugikan baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer
akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return
ataupun dana yang diinvestasikan (Pithaloka 2009 dalam Susanti 2013).
Kepemilikan manajerial dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial =
2.4
�����ℎ ��ℎ�� ���������
x
����� ��ℎ�� �������
100%
Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership)
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan
asuransi maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perushaan lain.
Kepemilikan ini mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya
kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja perusahaan.
Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor
institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena
dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer.
Tindakan monitoring tersebut akan mengurangi biaya keagenan karena
memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat utang yang lebih rendah.
Kepemilikan institusional dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional =
�����ℎ ��ℎ�� �������������
x
����� ��ℎ�� �������
100%
Universitas Sumatera Utara
2.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian
terdahulu
mengenai
pengaruh
variabel-variabel
yang
mempengaruhi kebijakan utang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul Penelitian
kepemilikan
kepemilikan
dividen,
perusahaan,
flow dan
terhadap
hutang
Metode
Penelitian
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel
Penelitian
Variabel terikat :
kebijakan hutang
Varabel bebas :
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
dividen,
pertumbuhan
perusahaan,
free
cash
flow,
profitabilitas
Rizka
Putri
Indahningrum
dan
Ratih
Handayani
(2009)
Pengaruh
manajerial,
intitusional,
pertumbuhan
free cash
profitabiitas
kebijakan
perusahaan
Pramudita
Pawestri
(2010)
Analisis Pengaruh Free
Cas Flow dan Managerial
Ownership
Terhadap
Kebijakan
Hutang
Perusahaan
:
Sebuah
Perspektif Pada Agency
Theory
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel terikat :
kebijakan hutang
Variabel bebas :
free cash flow,
managerial
ownership
Abdullah W. Kebijakan Dividen dan
Kepemilikan
Djabid (2009) Struktur
Terhadap
Kebijakan
Utang: Sebuah Perspektif
Agency Theory
Model
analisis
regresi
berganda
Variabel terikat :
kebijakan utang
Variabel bebas :
kebijakan dividen,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
Variabel kontrol :
Hasil Penelitian
Kepemilikan
manajerial,
dividen
dan
pertumbuhan
perusahaan tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap
kebijakan hutang.
Kepemilikan
institusional,
profitabilitas dan
free cash flow
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
Free cash flow
(FCF)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan hutang
perusahaan,
Managerial
ownership
(MOWNS) tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
kebijakan hutang.
Kebijakan dividen
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan utang,
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
signifikan
Universitas Sumatera Utara
agency theory
2.6
terhadap
kebijakan utang,
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kebijakan utang.
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Free cash flow
Kepemilikan
manajerial
Kebijakan
Utang
Kepemilikan
instit sional
Kebijakan utang dapat dipengaruhi dengan mempertimbangkan beberapa
hal, diantaranya dapat dilihat dari besar kecilnya free cash flow, kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan institusional. Penelitian Firiany (2008) menunjukkan
bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang perusahaan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faisal (2004), bahwa free cash flow
berhubungan positif dengan level utang. Free cash flow mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan dalam pertimbanganpengambilan keputusan. Semakin tinggi free
cash flow maka perusahaan dapat menggunakan utang yang tinggi pula.
Semakin besar persentase kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan,
maka manajer tersebut
akan merasakan langsung dampak dari pengambilan
keputusan yang dibuatnya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan.
Susanti (2013), Putri (2009), Pawestri (2010) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal itu disebabkan karena
rendahnya kepemilikan saham oleh manajer dibandingkan dengan kelompok
lainnya dalam perusahaan sehingga manajer tidak dapat mengambil keputusan
berdasarkan atas keinginannya sendiri.
Dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen atas pengambilan
kebijakan yaitu kebijakan utang. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka
diharapkan semakin kuat pengawasan internal terhadap perusahaan dimana akan
dapat mengurangi penggunaan utang oleh manajer. Sejalan dengan penelitian
Firianny (2013), kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif
terhadap kebijakan utang pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
dari
perumusan
masalah
dan
landasan
teori
yang
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan.
Universitas Sumatera Utara