Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas antara Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, terutama negara sedang berkembang. Masalah kemiskinan sangatlah
kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
aspek ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan tidak hanya berkaitan
dengan rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga berkaitan dengan
rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidakberdayaan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, dan berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan
manusia. Dimensi – dimensi kemiskinan tercermin dari kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat
pendidikan yang rendah (Wijayanti Wahono, 2005).
Menurunkan tingkat kemiskinan adalah salah satu sasaran pembangunan
nasional karena kemiskinan menghambat tercapainya pembangunan wilayah,
pemerataan
pembangunan,
dan
demokrasi
ekonomi.
Kemiskinan
bisa
meningkatkan permasalahan sosial dimana dengan meningkatnya jumlah
penduduk miskin maka jumlah gelandangan dan anak jalanan juga akan
meningkat. Selain itu, kemiskinan juga bisa menyebabkan tingkat kriminalitas
bertambah, seperti perampokan dan pencurian.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis
kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan
1
Universitas Sumatera Utara
makanan
dan
garis
kemiskinan
non
makanan.
Garis
kemiskinan
makananmerupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100kilokalori perkapita perhari. Sedangkan garis kemiskinan
non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan (luas lantai bangunan,
penggunaan air bersih, dan fasilitas tempat pembuangan air besar); pendidikan
(angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun, dan angka putus sekolah); dan
kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan
sertalingkungan yang tidak memadai).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28
juta orang atau sekitar 11.25 persen, turun sebesar0,32 juta orang dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28.60 juta orang.
Selama periode September 2013 – Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah
turun sebanyak 0.17 juta dari 10.68 juta pada September 2013 menjadi 10.51 juta
pada Maret 2014. Sementara di pedesaan turun sebanyak 0.15 juta orang dari
17.92 orang pada September 2013 menjadi 17.77 juta pada Maret 2014.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2013
Kabupaten/Kota
2011
2012
2013
Rata-Rata
Nias
25.39
24.99
23.28
24.6
Mandailing Natal
49.05
48.39
40.69
46
Tapanuli Selatan
30.39
29.91
30.77
30.4
Tapanuli Tengah
50.21
49.61
52
50.6
Tapanuli Utara
33.57
33.09
33.75
33.5
Toba Samosir
16.93
16.64
16.96
16.8
Labuhan Batu
42.61
42.08
38.14
40.9
2
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten/Kota
2011
2012
2013
Rata-Rata
Asahan
73.39
72.32
80.54
75.4
Simalungun
84.35
83.09
87.72
85.1
Dairi
25.87
25.49
24
25.1
Karo
37.22
36.71
36.93
34
Deli Serdang
92.33
91.19
91.97
91.8
Langkat
100.8
99.27
104.31
101.5
Nias Selatan
57.8
56.94
56.96
57.2
Humbang Hasundutan
17.5
17.25
17.94
17.6
Pakpak Bharat
5.39
5.32
4.94
5.2
Samosir
18.95
18.48
17.18
18.2
Serdang Bedagai
60.5
59.53
56.55
58.9
Batu Bara
44.34
43.66
46.86
45
Padang Lawas Utara
24.04
23.72
25.01
24.3
Padang Lawas
24.04
23.64
21.23
23
Labuhanbatu Selatan
41.74
41.21
37.33
40.1
Labuhanbatu Utara
39.34
38.68
39.09
39
Nias Utara
39.15
38.51
40.78
39.4
Nias Barat
24.24
23.84
24.88
24.3
Sibolga
11.25
11.13
11.08
11.2
Tanjungbalai
24.24
23.86
24.2
24.1
Pematang Siantar
26.45
26.01
26.61
26.4
Tebing Tinggi
18.27
18.02
17.98
18.1
Medan
204.19
201.06
209.69
205
Binjai
17.41
17.16
17.48
17.4
Padangsidimpuan
19.52
19.24
18.44
19.1
Gunungsitoli
40.97
40.4
41.1
40.8
1421.44
1400.44
1416.39
1410
Jumlah
Sumber: BPS Sumatera Utara
Menurut tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin di
Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2011-2013 paling banyak terdapat di kota
Medan dengan rata-rata sebesar 205 ribu jiwa, diikuti oleh kabupaten Langkat
3
Universitas Sumatera Utara
sebesar 101.5 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di
kabupaten Pakpak Bharat sebesar 5.2 ribu jiwa, diikuti oleh kota Sibolga sebesar
11.2 ribu jiwa. Namun jika dilihat secara persentase, pada tahun 2013 kota
Gunungsitoli dan kabupaten Nias Utara memiliki persentase penduduk miskin
paling banyak yaitu sebesar 30.94 persen, diikuti oleh kabupaten Nias Barat
sebesar 29.65 persen. Sedangkan tingkat persentase terendah terletak di kabupaten
Deli Serdang sebesar 4.71 persen, diikuti oleh kota Binjai sebesar 6.75 persen.
Memasuki tahun 2015, masalah kemiskinan masih menjadi tantangan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Sumut terus bertambah. Jika
dibandingkan dengan Maret 2014 yang berjumlah 1.286.700 orang atau di kisaran
9,38 persen bertambah 73.900 orang menjadi 1.360.600 orang atau 9,85 persen
pada September 2014. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi
Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.286.700 orang atau
sebesar 9,38 persen. Ini berarti, ada peningkatan jumlah penduduk miskin
sebanyak 73.900 orang serta peningkatan persentase penduduk miskin sebesar
0,47 persen.
Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
yang cukup tinggi tersebut adalah melalui pengeluaran pemerintah. Pengeluaran
pemerintahmerupakan
mengalokasikan
masyarakat
kebijakan
fiskal
anggaranbelanjanya
miskin,
sehingga
pada
kebijakan
yang
dapatdigunakan
kepentingan
anggaran
untuk
publik,khususnya
yang
tepat
akan
4
Universitas Sumatera Utara
mampumengurangi angka kemiskinan.Dari tahun ke tahun pemerintah telah
mengeluarkan banyak anggaran untuk menekan angka kemiskinan
Tabel 1.2
Jumlah Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan
di Provinsi Sumatera Utara
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pengeluaran
Pemerintah
(milyar Rp)
2560.7
2967.3
3444.56
3666.7
4611.47
7633.63
8866.92
Persentase
Perubahan
(%)
115.9
134.5
143.2
180.1
298.1
346.3
Kemiskinan
(ribu jiwa)
1768.5
1613.8
1499.7
1490.9
1481.3
1407.2
1339.2
Persentase
Perubahan
(%)
91.3
84.8
84.3
83.8
79.6
75.7
Sumber : BPS, Sumut Dalam Angka
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2007 – 2013 jumlah
penduduk miskin di Sumatera Utara terus mengalami penurunan, namun tidak
signifikan. Sedangkan, pengeluaran pemerintah selama
tahun 2007 – 2013
mengalami perkembangan rata – rata berada diatas 100 %. Namun, kenaikan
pengeluaran pemerintah yang cukup tajam tersebut hanya sedikit menurunkan
jumlah penduduk miskin. Seperti pada tahun 2012, dapat dilihat bahwa
pengeluaran pemerintah naik secara signifikan sebesar 3022.16 milyar rupiah
dibandingkan tahun 2011, tetapi jumlah penduduk miskin hanya turun sebesar
74.1 jiwa.
Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dapat dilihat dari
banyaknya program yang dibuat oleh pemerintah untuk pengentasan kemiskinan.
Langkah-langkah konsolidasi program penanggulangan kemiskinandiluncurkan
pemerintah dalam tiga klaster yaitu Paket Bantuan Program I yang merupakan
5
Universitas Sumatera Utara
bantuan dan perlindungan sosial (bantuan langsung tunai, beras miskin,
jaminankesehatan masyarakat, program keluarga harapan, bantuan operasional
sekolah, bantuan sosial untuk pengungsi/ korban bencana, bantuan untuk
penyandang cacat, bantuan untuk kelompok lansia, dan lain-lain), Paket Bantuan
II yang merupakan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri), dan
paket Bantuan Program III yang merupakan program pemberdayaan usaha mikro
dan kecil (UMK-KUR).
Walaupun sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan, tetapi sampai saat ini jumlah penduduk miskin masih
cukup tinggi, ini berarti semua program yang dilakukan pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan belum maksimal dalam menurunkan kemiskinan,
sehingga program – program tersebut perlu untuk ditinjau ulang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian guna menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Hubungan
Kointegrasi
dan
Kausalitas
Antara
Pengeluaran
Pemerintah
dan
Kemiskinan di Sumatera Utara”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji di dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)antara
pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pengeluaran
pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara ?
6
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)
antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara.
2. Untuk mengetahui arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara
pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan
mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan kemiskinan.
2. Memberi pemahaman dan wawasan kepada peneliti tentang hubungan
kointegrasi dan kausalitas tentang pengeluaran pemerintah dan kemiskinan
di Sumatera Utara dan cara menganalisanya.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan kemiskinan.
7
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, terutama negara sedang berkembang. Masalah kemiskinan sangatlah
kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
aspek ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan tidak hanya berkaitan
dengan rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga berkaitan dengan
rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidakberdayaan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, dan berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan
manusia. Dimensi – dimensi kemiskinan tercermin dari kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat
pendidikan yang rendah (Wijayanti Wahono, 2005).
Menurunkan tingkat kemiskinan adalah salah satu sasaran pembangunan
nasional karena kemiskinan menghambat tercapainya pembangunan wilayah,
pemerataan
pembangunan,
dan
demokrasi
ekonomi.
Kemiskinan
bisa
meningkatkan permasalahan sosial dimana dengan meningkatnya jumlah
penduduk miskin maka jumlah gelandangan dan anak jalanan juga akan
meningkat. Selain itu, kemiskinan juga bisa menyebabkan tingkat kriminalitas
bertambah, seperti perampokan dan pencurian.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis
kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan
1
Universitas Sumatera Utara
makanan
dan
garis
kemiskinan
non
makanan.
Garis
kemiskinan
makananmerupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang
disetarakan dengan 2100kilokalori perkapita perhari. Sedangkan garis kemiskinan
non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan (luas lantai bangunan,
penggunaan air bersih, dan fasilitas tempat pembuangan air besar); pendidikan
(angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun, dan angka putus sekolah); dan
kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan
sertalingkungan yang tidak memadai).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28
juta orang atau sekitar 11.25 persen, turun sebesar0,32 juta orang dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28.60 juta orang.
Selama periode September 2013 – Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah
turun sebanyak 0.17 juta dari 10.68 juta pada September 2013 menjadi 10.51 juta
pada Maret 2014. Sementara di pedesaan turun sebanyak 0.15 juta orang dari
17.92 orang pada September 2013 menjadi 17.77 juta pada Maret 2014.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011-2013
Kabupaten/Kota
2011
2012
2013
Rata-Rata
Nias
25.39
24.99
23.28
24.6
Mandailing Natal
49.05
48.39
40.69
46
Tapanuli Selatan
30.39
29.91
30.77
30.4
Tapanuli Tengah
50.21
49.61
52
50.6
Tapanuli Utara
33.57
33.09
33.75
33.5
Toba Samosir
16.93
16.64
16.96
16.8
Labuhan Batu
42.61
42.08
38.14
40.9
2
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten/Kota
2011
2012
2013
Rata-Rata
Asahan
73.39
72.32
80.54
75.4
Simalungun
84.35
83.09
87.72
85.1
Dairi
25.87
25.49
24
25.1
Karo
37.22
36.71
36.93
34
Deli Serdang
92.33
91.19
91.97
91.8
Langkat
100.8
99.27
104.31
101.5
Nias Selatan
57.8
56.94
56.96
57.2
Humbang Hasundutan
17.5
17.25
17.94
17.6
Pakpak Bharat
5.39
5.32
4.94
5.2
Samosir
18.95
18.48
17.18
18.2
Serdang Bedagai
60.5
59.53
56.55
58.9
Batu Bara
44.34
43.66
46.86
45
Padang Lawas Utara
24.04
23.72
25.01
24.3
Padang Lawas
24.04
23.64
21.23
23
Labuhanbatu Selatan
41.74
41.21
37.33
40.1
Labuhanbatu Utara
39.34
38.68
39.09
39
Nias Utara
39.15
38.51
40.78
39.4
Nias Barat
24.24
23.84
24.88
24.3
Sibolga
11.25
11.13
11.08
11.2
Tanjungbalai
24.24
23.86
24.2
24.1
Pematang Siantar
26.45
26.01
26.61
26.4
Tebing Tinggi
18.27
18.02
17.98
18.1
Medan
204.19
201.06
209.69
205
Binjai
17.41
17.16
17.48
17.4
Padangsidimpuan
19.52
19.24
18.44
19.1
Gunungsitoli
40.97
40.4
41.1
40.8
1421.44
1400.44
1416.39
1410
Jumlah
Sumber: BPS Sumatera Utara
Menurut tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin di
Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2011-2013 paling banyak terdapat di kota
Medan dengan rata-rata sebesar 205 ribu jiwa, diikuti oleh kabupaten Langkat
3
Universitas Sumatera Utara
sebesar 101.5 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di
kabupaten Pakpak Bharat sebesar 5.2 ribu jiwa, diikuti oleh kota Sibolga sebesar
11.2 ribu jiwa. Namun jika dilihat secara persentase, pada tahun 2013 kota
Gunungsitoli dan kabupaten Nias Utara memiliki persentase penduduk miskin
paling banyak yaitu sebesar 30.94 persen, diikuti oleh kabupaten Nias Barat
sebesar 29.65 persen. Sedangkan tingkat persentase terendah terletak di kabupaten
Deli Serdang sebesar 4.71 persen, diikuti oleh kota Binjai sebesar 6.75 persen.
Memasuki tahun 2015, masalah kemiskinan masih menjadi tantangan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) menunjukkan jumlah penduduk miskin di Sumut terus bertambah. Jika
dibandingkan dengan Maret 2014 yang berjumlah 1.286.700 orang atau di kisaran
9,38 persen bertambah 73.900 orang menjadi 1.360.600 orang atau 9,85 persen
pada September 2014. Kondisi ini lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi
Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.286.700 orang atau
sebesar 9,38 persen. Ini berarti, ada peningkatan jumlah penduduk miskin
sebanyak 73.900 orang serta peningkatan persentase penduduk miskin sebesar
0,47 persen.
Salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
yang cukup tinggi tersebut adalah melalui pengeluaran pemerintah. Pengeluaran
pemerintahmerupakan
mengalokasikan
masyarakat
kebijakan
fiskal
anggaranbelanjanya
miskin,
sehingga
pada
kebijakan
yang
dapatdigunakan
kepentingan
anggaran
untuk
publik,khususnya
yang
tepat
akan
4
Universitas Sumatera Utara
mampumengurangi angka kemiskinan.Dari tahun ke tahun pemerintah telah
mengeluarkan banyak anggaran untuk menekan angka kemiskinan
Tabel 1.2
Jumlah Pengeluaran Pemerintah dan Kemiskinan
di Provinsi Sumatera Utara
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pengeluaran
Pemerintah
(milyar Rp)
2560.7
2967.3
3444.56
3666.7
4611.47
7633.63
8866.92
Persentase
Perubahan
(%)
115.9
134.5
143.2
180.1
298.1
346.3
Kemiskinan
(ribu jiwa)
1768.5
1613.8
1499.7
1490.9
1481.3
1407.2
1339.2
Persentase
Perubahan
(%)
91.3
84.8
84.3
83.8
79.6
75.7
Sumber : BPS, Sumut Dalam Angka
Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2007 – 2013 jumlah
penduduk miskin di Sumatera Utara terus mengalami penurunan, namun tidak
signifikan. Sedangkan, pengeluaran pemerintah selama
tahun 2007 – 2013
mengalami perkembangan rata – rata berada diatas 100 %. Namun, kenaikan
pengeluaran pemerintah yang cukup tajam tersebut hanya sedikit menurunkan
jumlah penduduk miskin. Seperti pada tahun 2012, dapat dilihat bahwa
pengeluaran pemerintah naik secara signifikan sebesar 3022.16 milyar rupiah
dibandingkan tahun 2011, tetapi jumlah penduduk miskin hanya turun sebesar
74.1 jiwa.
Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dapat dilihat dari
banyaknya program yang dibuat oleh pemerintah untuk pengentasan kemiskinan.
Langkah-langkah konsolidasi program penanggulangan kemiskinandiluncurkan
pemerintah dalam tiga klaster yaitu Paket Bantuan Program I yang merupakan
5
Universitas Sumatera Utara
bantuan dan perlindungan sosial (bantuan langsung tunai, beras miskin,
jaminankesehatan masyarakat, program keluarga harapan, bantuan operasional
sekolah, bantuan sosial untuk pengungsi/ korban bencana, bantuan untuk
penyandang cacat, bantuan untuk kelompok lansia, dan lain-lain), Paket Bantuan
II yang merupakan program pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri), dan
paket Bantuan Program III yang merupakan program pemberdayaan usaha mikro
dan kecil (UMK-KUR).
Walaupun sudah banyak program yang dilakukan pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan, tetapi sampai saat ini jumlah penduduk miskin masih
cukup tinggi, ini berarti semua program yang dilakukan pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan belum maksimal dalam menurunkan kemiskinan,
sehingga program – program tersebut perlu untuk ditinjau ulang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian guna menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Hubungan
Kointegrasi
dan
Kausalitas
Antara
Pengeluaran
Pemerintah
dan
Kemiskinan di Sumatera Utara”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
dikaji di dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)antara
pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara pengeluaran
pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara ?
6
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasi (keseimbangan jangka panjang)
antara pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera
Utara.
2. Untuk mengetahui arah hubungan kausalitas (timbal balik) antara
pengeluaran pemerintah dan kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
1. Menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan
mengetahui hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan kemiskinan.
2. Memberi pemahaman dan wawasan kepada peneliti tentang hubungan
kointegrasi dan kausalitas tentang pengeluaran pemerintah dan kemiskinan
di Sumatera Utara dan cara menganalisanya.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan kemiskinan.
7
Universitas Sumatera Utara