DOCRPIJM 09dee0a22f BAB III03 ARAHAN KEBIJAKAN

LAPORAN PENDAHULUAN

  Bagian ini berisikan arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya.

  RPIJM Kabupaten Sumbawa TAHUN 2017 - 2021 BAB 3.

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-0

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b) menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta (e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan.

  UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah, serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

  Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun 2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas infrastruktur seperti jalan, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara (bandara), energi,

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-1

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu, upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air minum dengan tujuan untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air nasional. Dalam upaya percepatan pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.

  Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan (urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan. Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen (BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus di daerah perkotaan (Riskesdas, 2013).

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-2

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaan penyediaan air minum dan sanitasi saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan. Penyediaan layanan sanitasi belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan). Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan kumuh terutama di perkotaan. Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun 2015-2019 adalah :

  1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang nasional;

  2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

  3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan sumbangan terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang berkualitas dan perluasan lapangan kerja;

  4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-3

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;

  6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas layanan infrastruktur. Adapun sasaran-sasaran khusus dari indikator kinerja Infrastruktur Bidang Cipta Karya selama 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR

  No. SASARAN

  INDIKATOR

Isu Strategis : Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan Permukiman serta

Energi dan Ketenagalistrikan

1 Meningkatnya akses terhadap

  a. Tercapainya pengentasan permukiman layanan air minum dan sanitasi kumuh perkotaan menjadi 0 persen yang layak dan berkelanjutan melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

  b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai prinsip 4K (Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs).

  c. Tercapainya 100 persen pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85 persen penduduk terlayani akses sesuai standar pelayanan (pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat, pelayanan sampah perkotaan dan pengelolaan.

  Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan sanitasi dalam pencapaian universal access, sebagai berikut :

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-4

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi: a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off- site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi dan nilai ekonomis air.

  b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.

  c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.

  d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).

  2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi : a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan Non-Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-5

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan layanan.

  c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang terkena dampak bencana.

  d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.

  e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.

  f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.

  g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.

  3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi: a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem

  Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah kabupaten/kota;

  b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi; c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-6

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan daerah.

  4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui strategi: a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.

  b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.

  c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i) peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii) pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.

  d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.

  Isu-isu politik dan sosial terutama pada tingkat local seringkali menghambat dan mengganggu kesinambungan proses pembangunan infrastruktur.

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-7

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  Pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kepentingan jangka pendek seperti untuk mendapatkan dukungan politik dari masyarakat. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur tidak sepenuhnya didasarkan pada kebutuhan dalam hal besaran dan waktu namun lebih berperan sebagai instrumen sosial politik. Kondisi ini juga mengurangi kesempatan untuk memaksimalkan sinergi antarsektor infrastruktur dan antarwilayah karena integrasi perencanaan menjadi sulit untuk dilaksanakan. Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang memperhitungkan kesesuaian dengan arah pengembangan sektor lainnya maupun pengembangan wilayah sangat diperlukan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih luas. Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) sebagai instrumen yang mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

  RPIJM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPIJM telah mengintergrasikan kebijakan sektoral dan kebijakan spasial beserta pembiayaanya. Penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPIJM digunakan sebagai bahan pembahasan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.RPIJM pada tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPIJM Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPIJM Kabupaten/Kota dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.

  Penyusunan RPIJM dilakukan melalui 6 (enam) tahapan: (i) penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah; (ii) penyusunan program prioritas pembangunan infrastruktur; (iii) penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur; (iv) sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur;

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-8

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-9

  (v) penyusunan sumber pembiayaan pembangunan; serta (vi) inisiasi pelaksanaan pembangunan. Infrastruktur yang dapat dimasukan dalam RPIJM antara lain meliputi: (i) infrastruktur transportasi; (ii) infrastruktur sumber daya air; (iii) infrastruktur air minum dan sanitasi; (iv) infrastruktur telekomunikasi; (v) infrastruktur ketenagalistrikan; dan (vi) infrastruktur minyak dan gas bumi.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan dokumen yang berskala nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPIJM. Pada RTRWN disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

  1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

  2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

  3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

  4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

  6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  Dalam hal ini, arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN bertujuan untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

  1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

  c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

  c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  e. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Sumbawa, kriteria penetapan kawasan strategis nasional ini dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai berikut:

  a. Pertahanan dan keamanan, 1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

  2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-10

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  3) kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  b. Pertumbuhan ekonomi, 1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, 2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, 3) memiliki potensi ekspor, 4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, 6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, 7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau 8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  c. Sosial dan budaya 1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, 2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, 3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, 4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, 5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi 1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu 2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, 3) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir 4) memiliki sumber daya alam strategis nasional 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 6) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-11

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-12 7) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, 2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang 3) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau 4) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, 5) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang 6) menimbulkan kerugian negara, 7) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 8) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup 9) rawan bencana alam nasional 10) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untukpenyusunan RPIJM Kabupaten/Kota adalah:

  1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

  a. Arahan pengembangan pola ruang: 1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya 2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

  b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

  2. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten di Kabupaten Sumbawa, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang tercantum didalam RTRW terdiri dari 2 (dua), yaitu kebijakan dan strategi pengembangan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  

struktur ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola

ruang wilayah kota.

3.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa

  Rencana struktur ruang Kabupaten Sumbawa terbagi dalam 3 wilayah kegiatan yaitu meliputi :

  1. pusat-pusat kegiatan, terdiri atas :

  a. PKW yaitu Sumbawa Besar sebagai Ibukota Kabupaten;

  b. PKL meliputi Alas, Lenangguar, Empang, Labangka, dan Lunyuk;

  c. PKLp meliputi Utan, Langam, dan Semamung;

  d. PPK meliputi Labuhan Mapin, Pernang, Semongkat, Lape, Maronge, Plampang, dan Labuhan Aji; dan

  e. PPL meliputi Gontar, Juru Mapin, Batu Rotok, Labuhan Kuris, Teluk Santong, Labuhan Jambu, Labuhan Aji Pulau Moyo, Bajo Medang, Sebeok, Rhee Luar, Ropang, Lantung Ai Mual, Leseng, Labuhan Padi.

  2. sistem jaringan prasarana utama, meliputi :

  a. sistem transportasi darat;

  b. sistem transportasi laut; dan c. sistem transportasi udara.

  3. sistem jaringan prasarana lainnya.

  a. sistem jaringan energi dan kelistrikan;

  b. sistem jaringan sumber daya air;

  c. sistem jaringan telekomunikasi; dan d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-13

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 3.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sumbawa

  Sumber: Bappeda Sumbawa, 2012 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-14

LAPORAN PENDAHULUAN

3.1.2.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa

  ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-15

  Rencana pola ruang wilayah kabupaten dilaksanakan berdasarkan arahan perencanaan : a. rencana pengembangan kawasan lindung dengan luas paling sedikit 228.722,03

  Ha; yang meliuti :

  a. kawasan hutan lindung;

  b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;

  c. kawasan perlindungan setempat;

  d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, taman buru, perlindungan esensial ekosistem dan cagar budaya; dan e. kawasan lindung geologi.

Gambar 3.2. Peta Deleniasi Kawasan Lindung Kabupaten Sumbawa

  Sumber : BAPPEDA Kab. Sumbawa 2016

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  b. rencana pengembangan kawasan budidaya dengan luas paling banyak 35.675,97 Ha; terdiri atas :

  a. kawasan peruntukan hutan produksi;

  b. kawasan peruntukan pertanian;

  c. kawasan peruntukan perikanan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

  d. kawasan peruntukan pertambangan;

  e. kawasan peruntukan industri

  f. kawasan peruntukan pariwisata;

  g. kawasan peruntukan permukiman; dan h. kawasan peruntukan lain.

Gambar 3.3. Peta Deleniasi Kawasan Budidaya Kabupaten Sumbawa

  Sumber : BAPPEDA Kab. Sumbawa 2016 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-16

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 3.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumbawa

  Sumber: Pemerintah Kabupaten Sumbawa, 2016 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 3-17

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021

3.1.2.3. Arahan Kebijakan dan Kegiatan Kabupaten Sumbawa

  Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Sumbawa terdiri dari :

  a. pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura; b. pengembangan kawasan yang berbasis peternakan dan perikanan;

  c. pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya; d. pengembangan kawasan potensi pertambangan yang ekonomis;

  e. peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep Agribisnis dan industriwisata;

  f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan Agribisnis, industriwisata dan pertambangan; lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi; h. penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan dan menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan dan pariwisata dan pertambangan; dan i. Pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan hidup strategis.

  Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari :

  

1. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman

pangan dan hortikultura, meliputi : PENDAHULUAN | 3-18

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  a. meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan serta hortikultura melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi lahan;

  b. mengembangkan usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura;

  c. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha tanaman pangan dan hortikultura; d. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis tanaman pangan dan hortikultura; e. menekan pengurangan luasan lahan sawah beririgasi;

  f. menetapkan lahan sawah abadi atau lahan sawah berkelanjutan;

  g. mengembangkan sawah baru pada kawasan potensial; h. mengoptimalkan pemanfaatan kawasan pertanian lahan kering. i. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang produksi dan pemasaran.

  perikanan, meliputi :

  a. meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan dan perikanan yang ekonomis;

  b. penataan dan penyediaan lahan usaha pengembalaan ternak (lar atau

  ranch);

  c. penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, tambak, danau dan sungai; d. mengembangkan usaha agribisnis peternakan dan perikanan;

  e. mengembangkan kegiatan pengolahan hasil usaha peternakan dan perikanan; f. mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis peternakan dan perikanan; g. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang produksi dan pemasaran.

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  

3. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi

alam dan budaya, meliputi :

  a. mengembangkan wisata bahari pada kawasan unggulan;

  b. merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai historis; c. mendorong percepatan pengembangan kawasan wisata alam melalui penataan, promosi, dan jaringan perjalanan wisata; d. mendorong percepatan pengembangan wisata budaya melalui penataan kawasan cagar budaya (kampung wisata), konservasi bangunan bersejarah, situs dan peninggalan bersejarah lainnya; e. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

4. Strategi kawasan potensi pertambangan yang ekonomis, meliputi :

  a. menetapkan kawasan pertambangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi;

  b. menata dan menertibkan kawasan pertambangan yang mempercepat

  c. menata dan mendorong percepatan pengembangan daerah potensi pertambangan, dengan tetap menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

  d. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang kawasan pertambangan.

  

5. Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah

dengan konsep agrobisnis, agroindustri dan industriwisata, meliputi:

  a. menetapkan wilayah Agribisnis di Kecamatan Alas, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Empang dan Kecamatan Labangka.

  b. menetapkan wilayah agroindustri di Kecamatan Sumbawa dan Kecamatan Alas;

  c. menetapkan wilayah industriwisata di Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Tarano, Kecamatan Lunyuk, dan Kecamatan Moyo Hulu;

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  d. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan kecil yang memanfaatan sumber daya lokal, khususnya hasil pertanian, perkebunan, peternakan serta perikanan, termasuk untuk menunjang kegiatan wisata; e. mendorong percepatan pengembangan sentra industri menengah dan kecil berbasis kompetensi di kawasan perkotaan.

  f. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang kawasan Agribisnis, agroindustri, dan wisata; g. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan Agribisnis, agroindustri dan industriwisata.

  

6. Strategi untuk pengelolaan pemanfaatan lahan dengan

memperhatikan peruntukan lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi, meliputi:

  a. mempertahankan luas kawasan lindung; menurun dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

  c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas fungsi kawasan lindung; d. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim kemarau; e. memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  

7. Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan

aspek keberlanjutan dan lingkungan hidup melalui kajian lingkungan hidup strategis, meliputi :

  a. mendukung kebijakan dalam kawasan hutan produksi serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;

  b. mengembangkan produksi dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi; c. melakukan rehabilitasi/reboisasi terhadap lahan hutan produksi;

  d. mengembangkan produksi hasil hutan yang berasal dari hutan produksi, dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin yang sah;

  e. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai objek penelitian dan pariwisata; f. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%

  g. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; h. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; i. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan; j. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan k. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

  

8. Strategi untuk penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan

ekonomi perkotaan dan menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, perikanan & pariwisata dan pertambangan, meliputi :

  a. menetapkan hierarki simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;

  b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;

  c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya;

  d. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

  e. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum

  f. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

  

9. Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung

kegiatan agrobisnis, industriwisata dan pertambangan, meliputi:

  a. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara; b. meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air; c. mengembangkan akses jaringan jalan sistem perkotaan di pusat-pusat kegiatan, antar pusat kegiatan dan antara pusat kegiatan ke pusat-pusat produksi ekonomi;

  d. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten Sumbawa; e. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi di pusat-pusat pertumbuhan; dan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  f. meningkatkan jaringan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.

  

Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa mengacu kepada potensi yang

  • – ada dengan mempertimbangkan adanya pertumbuhan yang merata pada wilayah

    wilayah baru dengan memprioritaskan pembangunan berkelanjutan serta dengan

    mempertimbangkan faktor kelestarian dan kesinambungan lingkungan dengan konsep

    pemberdayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

    Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa dipilih berdasarkan hasil

    analisa SWOT (Kekuatan, Kelemahan, peluang dan tantangan), yaitu :

  

1. Jumlah penduduk produktif dan agraris di Kabupaten Sumbawa lebih tinggi dari

jumlah pendudk non produktif dan non agraris, sehingga menguntungkan dalam pemenuhan tenaga kerja yang dipasok dari dalam kawasan itu sendiri;

  

2. Budaya masyarakat di kabupaten Sumbawa yang agamis dan beretos kerja tinggi

dan partisipatif dan adanya potensi daerah yang masih memungkinkan digali dan dikembangkan, sehingga dapat mendukung pengembangan wilayah;

  

3. Pengembangan perekonomian secara optimal dengan memacu sektor pertanian,

peternakan, perikanan berbasis industri yang mempunyai peluang investasi;

  

4. Melakukan pembinaan dan penyuluhan serta pembangunan fasilitas penunjang

pendidikan, sehingga dapat memacu perkembangan wilayah secara maksimal;

  

5. Pengembangan dan peningkatan jaringan dan sistem sarana prasarana (basic

infrastructure) penunjang kebutuhan wilayah untuk menarik investor;

  

6. Pengembangan wilayah di berbagai aspek dengan mempertimbangkan kelestarian

lingkungan;

  

7. Pengembangan peruntukan lahan yang digunakan sesuai dengan hasil analisa

yang telah dibuat, sehingga peruntukan lahan yang dilakukan sesuai dengan fungsinya;

8. Konsep wisata ekotourism berbasis budaya masyarakat lokal untuk memajukan sektor pariwisata.

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

3.1.3. Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  Untuk mencapai sasaran strategis PUPR melalui pendekatan wilayah yang dituangkan dalam

  35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, dan fokus kepada pengembangan infrastruktur di daerah strategis untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas regional dan mendukung Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan.

  Untuk itu, diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan kawasan strategis seperti kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan pariwisata dan pelabuhan. Kesinkronan program diperlukan untuk meningkatkan sinergi dalam rangka mendukung pertumbuhan kawasan sesuai fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana. Strategi ini bertujuan membentuk spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar kawasan pertumbuhan/kota yang bertetangga dengan hinterland pedesaannya.Dengan demikian, melalui WPS, kita dapat menyiapkan wilayah dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi.

  Nusa Tenggara Barat termasuk dalam WPS 16 yaitu Tanjung – Mataram – Mandalika dan WPS 17 yaitu Sumbawa Besar

  • – Dompu – Bima. Kabupaten Sumbawa sebagai WPS 16 memiliki kawasan inti yang merupakan Kawasan Strategis Nasional yaitu Pulau Moyo dan juga Kawasan Strategis Provinsi yaitu SAMOTA dan KTM Labangka. Wilayah pengembangan strategis menjadi penting mengingat konsep keterpaduan yang ditawarkan sebagai suatu strategi percepatan pembangunan infrastruktur permukiman. WPS Sebagai strategi pembangunan infrastruktur permukiman, maka beberapa halyang penting fokus kegiatannya adalah sebagai berikut :

  1. Pembangunan konektivitas mendukung pengembangan wilayah

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021

  a. Mendukung pengembangan wilayah Nusa Tenggara Barat di WPS 16 dan WPS 17 sebagai pendukung dalam mengembangkan potensi ekonomi;

  b. Pengembangan wilayah Kepulauan Nusa Tenggara melalui pembangunan keseluruhan Trans Nusa dengan menghubungkan antar wilayah pertumbuhan (WPS) serta pengembangan konektivitas menuju kawasan-kawasan prioritas di luar WPS.

  2. Pemanfaatan sumber daya air

  a. Pemanfaatan infrastruktur sumber daya air seperti pengaman pantai dan pengendali banjir untuk mendukung Ketahanan Air; b. Pengembangan Infrastruktur jaringan irigasi melalui pengembangan daerah irigasi (DI) dan pembangunan embung untuk mendukung

  Ketahanan Pangan; c. Pembangunan bendungan untuk mendukung Ketahanan Energi.

  3. Peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman