BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI - Analisis Harga Pokok Tandan Buah Segar (TBS), CPO dan Inti Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

  Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan dalam bentuk industri minyak sawit pada tahun 1911 di Tanah Itam Ulu oleh maskapai Oliepalmen Culture dan di Pulau Raja oleh maskapai Huileries de Sumatera, yang kemudian diikuti oleh berbagai perusahaan lainnya.

  Usaha perkebunan kelapa sawit sampai dengan tahun 70-an hanya diusahakan sebagai usaha perkebunan besar. Sejak pertengahan tahun 70-an mulai dirancang model-model pengembangan perkebunan rakyat di wilayah perkebunan yang sudah ada maupun pada wilayah bukaan baru, yang ditempuh dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan PTPN sebagai perusahaan inti pengembangan perkebunan pola PIR. Disamping pengembangan perkebunan rakyat melalui Pola PIR, secara simultan juga difasilitasi pembangunan perkebunan besar swasta melalui fasilitasi kredit Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) (Ditjenbun, 2007).

  Menurut Ditjenbun (2006), Sejak tahun 1980, terjadi pertumbuhan yang cukup menonjol pada perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta.

  Dibandingkan dengan Malaysia, pada tahun 2004 luas areal perkebunan kelapa sawit Malaysia seluas 3.790 ribu hektar dan Indonesia telah melampaui yaitu 5.285 ribu hektar. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi areal perkebunan kelapa sawit Indonesia menduduki urutan pertama di dunia.

  7 Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), Dalam perkembangannya, kelapa sawit terbukti telah memberikan peranan yang sangat penting bagi pembangunan nasional, antara lain sebagai sumber devisa dari komoditi non migas, penyedia bahan baku industri minyak goreng dalam negeri, sumber PDRB dan mata pencaharian utama bagi petani di beberapa propinsi penghasil kelapa sawit.

  PT. Perkebunan Nusantara IV adalah badan usaha milik Negara atau BUMN yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PT. Perkebunan Nusantara

  IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya (PTPN IV, 2011).

  Struktur Biaya pada perkebunan kelapa sawit adalah demikian pentingnya, sebab hanya struktur biaya yang dikelola dan dikontrol dengan tepat, usaha perkebunan akan memperoleh hasil keuntungan yang lebih baik.

  Biaya produksi merupakan segala pengorbanan yang bersifat ekonomis untuk menghasilkan produk, dalam rangka untuk mendapatkan laba/keuntungan yang diinginkan. Menurut M. Nafarin (2004

  ) “biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode sekarang, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persedian barang dalam proses awal”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan biaya produksi yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Dapat disimpulkan juga biaya produksi memiliki 3 unsur utama yaitu:

   Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah biaya dari bahan yang membentuk bagian integral dari produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah tempurung kelapa yang digunakan untuk membuat arang. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Karakteristik biaya bahan baku langsung yaitu: 1.

  Mudah dilihat, diidentifikasi, dan diukur dengan jelas, dan 2. Dapat ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam produk yang dihasilkan.

  Untuk memperoleh bahan baku terdapat dua cara yaitu dengan cara membeli dari luar atau mengolah sendiri. Apaila bahan baku diperoleh melalui pembelian, maka harga faktur pemasok dan beban transportasi adalah biaya pembelian yang paling tampak. Sedangkan biaya yang tidak terlalu tampak adalah biaya yang dapat disebut biaya akuisisi, yaitu biaya melakukan fungsi pembelian, penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, penyimpanan, dan akuntansi. Jika bahan baku diperoleh melalui pengolahan sendiri, maka biaya untuk mengolah bahan tersebut yang dijadikan perhitungan biaya bahan baku untuk proses selanjutnya.  Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya dari tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Dengan kata lain tenaga kerja langsung ini berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan proses produksi, sehingga apabila tenaga kerja langsung ini berhenti, proses produksinya juga akan terhenti. Identifikasi dari penggunaan tenaga kerja langsung biasanya dinyatakan dalam berapa jam tenaga kerja langsung yang dipakai untuk mengerjakan satu unit barang jadi. Sedangkan jam yang dapat dipakai dapat dinyatakan dalam jam tenaga kerja atau jam mesin. Biaya upah langsung terdiri dari: 1) Gaji Pokok (Original Wages) 2) Uang Lembur (Overtime) 3) Bonus (Incentive)

   Overhead Pabrik

  Overhead pabrik sering juga disebut overhead manufaktur, beban

  manufaktur, atau beban pabrik, terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sebagian besar sistem akuntansi biaya mengklasifikasikan dalam overhead semua biaya yang tidak dapat ditelusuri ke unit atau output tertentu. Biaya-biaya produksi yang termasuk ke dalam biaya overhead dikelompokkan ke dalam: 1)

  Biaya bahan tidak langsung, yaitu biaya bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung karena sulit diidentifikasi pada produk yang bersangkutan. Ketika konsumsi bahan baku tersebut sangat minimal, atau penelusuran terlalu rumit, maka pengklasifikasian biaya bahan baku menjadi biaya langsung menjadi tidak ekonomis. Contoh: biaya-biaya kawat las untuk membuat lemari es, paku, sekrup, mur, lem dan staples.

  2) Biaya reparasi dan pemeliharaan, yang termasuk kedalam biaya ini adalah biaya untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan pabrik, mesin-mesin, dan kendaraan serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk keperluan pabrik.

  3) Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung dalam konstruksi atau komposisi produk jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari: biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam departemen pembantu, seperti departemen pembangkit tenaga listrik, gudang, dan sebagainya serta biaya tenaga kerja tertentu yang dikeluarkan dalam departemen produksi, gaji pegawai, gaji pengawas, administrasi pabrik, dan upah mandor.

  4) Biaya-biaya yang timbul akibat menurunnya nilai aktiva tetap, biaya ini disebut dengan biaya penyusutan baik itu gedung pabrik, mesin- mesin dan peralatan.

  5) Biaya-biaya yang termasuk biaya asuransi yaitu asuransi gedung dan tenaga kerja

  Sampai saat ini Indonesia lebih bayak mengekspor CPO (90% ekspor minyak sawit Indonesia berbentuk CPO, 10% sisanya berupa produk turunan), karena pasar dunia lebih banyak meminta CPO dibandingkan produk turunannya. Salah satu sebabnya, industri hilir pengolahan oleo-kimia masih sedikit. Hal ini menyebabkan CPO yang diperoses menjadi kebutuhan non-makanan baru sekitar 15%.

  Berbeda dengan Indonesia, sebagai pesaing utama, Malaysia membutuhkan lebih banyak bahan mentah. Menghasilkan bahan mentah dengan menanam atau membuka lahan baru tampaknya kurang menarik bagi Malaysia. Selain kesuburan tanah yang kurang, tenaga kerja juga sulit didapatkan. Karena itu, Malaysia lebih memilih mengimpor bahan mentah dari Indonesia.

  Menurut Pahan (2010) sebaiknya Indonesia juga mengembangkan industri hilir CPO, karena akan menghasilkan nilai tambah secara maksimal. Dengan begitu, Indonesia juga membutuhkan lebih banyak bahan mentah. Kondisi tanah dan iklim yang menguntungkan, tenaga kerja yang tersedia, serta teknologi yang memungkinkan dapat mempercepat perkembangan industri hilir CPO dan Minyak Inti di Indonesia. Tidak hanya itu, masih terdapat jutaan hektar lahan yang sesuai untuk dikembangkan di Kalimantan dan Papua.

  Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan , margarine , sabun, kosmetik, dan industri farmasi. Bagian yang populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari kelapa sawit adalah harga yang murah, rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten yang tinggi. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alcohol dan industri kosmetika .

  Saat ini harga CPO memang merosot dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi Eropa dan USA sehingga memicu turunnya permintaan minyak sawit mentah atau CPO, akan tetapi pengusaha sawit tetap termotivasi untuk lebih ekspansif dalam mengembangkan kebun sawitnya. Namun sebenarnya pengusaha tak perlu membuka lahan baru, melainkan memanfaatkan lahan yang ada secara optimal. Salah satu caranya yaitu dengan meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Jika produktivitas Kelapa Sawit ditingkatkan maka pendapatan akan naik. Bahkan menjadi double karena lahannya menjadi produktif. Media perkebunan (2011).

  Menurut Fauzi dkk (2008), pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan : Faktor lingkungan, Faktor genetis, Faktor teknis agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan produksi kepala sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal diharapkan ketiga faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal.

2.2. Landasan Teori

  Harga pokok adalah nilai uang dari alat-alat produksi yang dikorbankan dan gambaran kuantitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan oleh produsen untuk mendapatkan nilai tambah produk dipasar. Harga pokok merupakan dasar untuk menentukan harga jual.

  Dalam proses produksi yang terjadi di dalam perusahaan, selalu ada alat- alat produksi yang dipakai untuk memperoleh produk yang kita inginkan.

  Perusahaan industri menghasilkan produk tertentu dengan memakai tenaga kerja, bahan baku, gedung, mesin-mesin dan alat-alat produksi lainnya; sebuah perusahaan angkutan memberikan jasa angkutan dengan menggunakan manusia, kendaraan, bahan-bahan pembantu, dan sebagainya.

  Bunga atas modal sendiri yang dimasukkan sebagai biaya juga merupakan biaya yang bukan pengeluaran uang. Demikian juga dengan gaji dari pemilik yang bekerja di perusahaan, dalam hal gaji diperhitungkan sebagai biaya, tetapi tidak ada uang gaji yang dikeluarkan dari perusahaan. Jadi penggunaan modal sendiri dan tenaga sendiri di dalam proses produksi perusahaan yang dimilikinya sendiri adalah pengorbanan yang merupakan biaya kalau modal sendiri dan tenaga kerja dikerahkan di luar perusahaan, mereka akan mempunyai nilai. Karena itu mereka adalah biaya. Tetapi memang tidak ada uang yang dikeluarkan dari perusahaan, karena pembayarannya dapat ditunda atau tidak dilakukan sama sekali (disimpan terus di dalam perusahaan). Juga ada pengeluaran uang yang tidak langsung berhubungan dengan pembelian dan pembayaran untuk alat-alat produksi. Contohnya adalah uang yang dipinjamkan kepada pihak lain, atau uang yang dipakai untuk melunasi utang. Ini adalah pengeluaran-pengeluaran uang yang tidak berkaitan dengan timbulnya biaya.

  Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

  Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupundiberikan perusahaan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya. Biaya total (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.

  Penyusutan atau depresiasi aktiva tetap adalah pengalokasian harga perolehan aktiva tetap untuk periode- periode aktiva tersebut digunakan. suatu barang semakin lama kondisinya dan nilainya akan menurun, sehingga kita perlu mengalokasikan harga perolehannya itu selama umur barang itu bisa dipakai.

  2.3. Kerangka Pemikiran

  Keterangan : : Mempengaruhi : Perbandingan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.

  2.4. Hipotesis Penelitian

  Biaya Tetap Gaji staf, biaya penyusutan, dll

  Biaya Variabel Biaya pemeliharaan, tenaga keja buruh harian lepas, saprodi, dll.

  Biaya Produksi Produksi

  Harga Jual Harga pokok

  1. Penentuan harga pokok Tandan Buah Segar (TBS), CPO dan Inti sawit di kebun Gunung Bayu PTPN IV Kabupaten Simalungun ditentukan oleh biaya produksi total dan produksi.

2. Harga pokok lebih rendah dari pada harga jual Tandan Buah Segar (TBS),

  CPO dan Inti Sawit di kebun Gunung Bayu PTPN IV Kabupaten Simalungun pada 5 tahun terakhir yaitu 2008- 2012.