Laporan Praktikum Struktur Anatomi Epide

LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
“Struktur Anatomi Epidermis Daun dan Derivatnya”

KIMIA E KELOMPOK 8
Siti Dewi Fatimah

NIM. 14307141045

Very Ega Efrika

NIM. 14307141059

Sari Rosiati Nur Khasanah

NIM. 14307144004

Haryo Rohmadiyanto

NIM. 14307144011


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
A. TOPIK
Struktur anatomi epidermis daun dan derivatnya.
B. TUJUAN
1.

Mahasiswa dapat mengamati bentuk dan susunan epidermis daun dan
derivatnya.

2.

Mahasiswa dapat menunjukkan perbedaaan struktur anatomi epidermis
daun yang diamati.


C. DASAR TEORI
Anatomi tumbuhan atau fitotomi merupakan analogi dari anatomi
manusia dan hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan adalah
melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional
berbeda, anatomi tumbuhan menggunakan pendekatan metode yang berbeda
dari anatomi hewan. Organ tumbuhan terekspos dari luar, sehingga umumnya
tidak perlu dilakukan “pembedahan”. Anatomi tumbuhan biasanya dibagi
menjadi tiga bagian berdasarkan heirarki dalam kehidupan, yaitu:
1.

Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di
dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel
dengan sel yang lainnya,

2.

Histologi, mempelajari struktur dan fungsi jaringan berdasarkan bentuk
dan peran sel penyusunnya.

3.


Organologi, mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringanjaringan penyusunnya.
Berdasarkan organologi, struktur dan fungsi epidermis daun dan

derivatnya mengacu pada jaringan epidermis itu sendiri. Jaringan epidermis
merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar. Jaringan
epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, hingga

daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih
dan rapat. Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di
dalamnya serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan epidermis daun
terdapat di permukaan atas dan permukaan bawah daun. Jaringan epidermis
daun tidak mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup stomata
(Arifin, 2010).
Menurut Bagod Sudjadi dan Siti Laila (2005: 30), jaringan epidermis
merupakan lapisan sel yang paling luar pada daun, akar, buah, biji, dan
batang. Kata epidermis berasal dari bahasa Yunani (epi = di atas/menutupi;
derma = kulit). Jaringan epidermis biasanya terdiri atas deretan sel tunggal
yang menutupi dan melindungi semua bagian tumbuhan yang masih muda.
Secara umum, fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai pelindung.

Namun, sel-sel epidermis sering kali memiliki ciri dan fungsi khusus yang
berkaitan dengan fungsi utama organ yang ditutupi. Jaringan epidermis dapat
juga berkembang dan mengalami modifikasi menjadi sel rambut akar, sel
penutup pada stomata, dan spina. Ciri-ciri jaringan epidermis adalah:
1.

Tersusun dari se-sel hidup,

2.

Terdiri atas satu lapis sel tunggal,

3.

Beragam bentuk, ukuran dan susunannya, tetapi biasanya tersusun rapat
tidak ada ruang antar sel,

4.

Tidak memiliki klorofil,


5.

Dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang berbatasan dengan udara
mengalami penebalan, sedangkan dinding sel jaringan epidermis bagian
dalam yang berbatasan dengan jaringan lain selnya tetap tipis.
Jaringan epidermis daun terdiri atas satu lapis sel dan terdapat pada

bagian atas dan bawah daun. Pada lapisan epidermis daun, terdapat beberapa
derivat epidermis, seperti: stomata yang berperan dalam pertukaran gas,
trikoma, dan sel kipas. Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang
tidak merata. Dinding sel yang menghadap keluar berdinding lebih tebal dan
tertutup kutikula yang berfungsi untuk mengurangi penguapan.

Stomata adalah lubang-lubang yang terdapat pada epidermis yang
masing-masing dibatasi oleh dua buah “guard cell” atau sel-sel penutup.
Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau. Sebuah stomata terdiri dari beberapa bagian, yaitu: bagian sel penutup,
bagian celah, bagian yang merupakan sel tetangga, serta ruang udara dalam
(Yayan, 1992: 136-137).

Fungsi stomata bagi tumbuhan adalah sebagai berikut:
1.

Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis.

2.

Sebagai jalan penguapan (transpirasi).

3.

Sebagai jalan pernafasan (respirasi).
Berdasarkan tipe penyebaran stomata pada daun, maka stomata

dibedakan menjadi 5 tipe, antara lain:
1.

Tipe apel atau murbei, dimana stomata didapatkan hanya tersebar pada
sisi bawah daun saja, seperti pada apel, peach, murbei, kenari, dan lainlain.


2.

Tipe kentang, dimana stomata didapatkan tersebar lebih banyak pada sisi
bawah daun dan sedikit pada sisi atas daun, seperti pada kentang, kubis,
buncis, tomat, pea, dan lain-lain.

3.

Tipe oat, yaitu stomata tersebar sama banyak baik pada sisi atas maupun
pada sisi bawah daun, misalnya pada jagung, oat, rumput, dan lain-lain.

4.

Tipe lily hutan, yaitu stomata hanya terdapat pada epidermis atas saja,
misalnya lily air dan beberapa tumbuhan air.

5.

Tipe potamogeton, yaitu stomata sama sekali tidak ada atau kalau ada
vestigial, misalnya pada tumbuh-tumbuhan bawah air.


Sedangkan berdasarkan pada keadaan letak sel penutup yang berbeda dapat
menentukan macam-macam stomata seperti:
1.

Stomata phanerophore, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak
pada permukaan daun, seperti pada tumbuh-tumbuhan hidrophyt.
Stomata yangletaknya dipermukaan daun ini dapat menimbulkan
banyaknya pengeluaran secara mudah dan selain itu epidermisnya tidak
mempunyai lapisan kutikula.

2.

Stomata kriptophore, yaitu stomata yang sel penutupnya berada jauh
dipermukaan daun, biasanya terdapat pada tumbuhan yang hidup di daerah kering
yang dapat langsung menerima radiasi matahari. Dengan demikian
fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan, membantu fungsi
epidermis, mempunyai lapisan kutikula yang tebal serta rambut-rambut.
Biasanya sering terdapat pada tumbuhan golongan kaktus


(Kartasaputra, 1988).
Trikomata merupakan rambut-rambut yang tumbuh yang berasal dari
sel-sel epidermis yang bentuk, susunan, serta fungsinya bervariasi. Trikomata
terdapat hampir pada semua organ tumbuh-tumbuhan (pada epidermisnya),
selama organ-organ tumbuhan itu masih hidup/aktif. Disamping itu juga
terdapat trikomata yang hidupnya hanya sebentar (Yayan, 1992: 149).
Trikoma dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.

Trikoma non glandular (tidak menghasilkan sekret)
a.

Rambut uniselular sederhana atau multiselular uniseriat, yang tidak
memipih, umum dijumpai pada Lauraceae, Moraceae, Triticium,
Hordeum, Pelargonium, dan Gossypium.

b.

Rambut skuamiform (bentuk sisik) yang multiselular dan memipih
nyata sekali. Contohnya pada Olea dan Cruciferae.


c.

Rambut multiselular yang dapat berbentuk bintang atau tempat lilin
bercabang. Misalnya pada Styrak, Platanus, dan Verbacum.

d.

Rambut kasar, trikoma kasar berserat, yang dipangkalnya terdiri atas
sedikitnya dua atau lebih deretan sel yang berdampingan.

2.

Trikoma glandular (menghasilkan sekret)
Trikom ini dapat bersel satu, bersel banyak, atau berupa sisik.Trikom
glandular terlibat dalam sekresi berbagai bahan, contohnya: trikom
sekresi garam, trikom sekresi nektar, trikom sekresi getah, trikom sekresi
terpentin, koleter, rambut sengat, rambut akar, dll.

Berdasarkan bentuk dan susunannya, trikomata pada tumbuhan

memiliki fungsi sebagai berikut:
1.

Dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung,
terutama mencegah penguapan yang berlebihan.

2.

Sebagai alat penghisap air dan garam-garam tanah.

3.

Sebagai

pembantu

penyebaran

biji

serta

pengisapan

air

dan

memungkinkan biji-biji itu tumbuh (kapas).
4.

Sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan luar.

5.

Alat penerus rangsangan yang datang dari luar, yaitu trikomata yang
terdiri dari sel-sel hidup.

6.

Alat sekresi.

(Yayan, 1992: 156-157).
Sel Kipas (buliform cell) merupakan sel-sel yang berukuran lebih besar
dibandingkan dengan sel epidermis, berbentuk seperti kipas, berdinding tipis
dan mempunyai vakuola yang besar. Dindingnya terdiri dari bahan-bahan
selulosa dan pektin, dinding paling luar mengandung kutin dan diselubungi
kutikula. Plasma sel berupa selaput yang melekat pada dinding sel dan
berfungsi menyimpan air. Jika udara panas, air dalam sel kipas akan
menguap, sel kipas akan mengerut sehingga luas permukaan atas daun akan
lebih kecil dari luas permukaan bawah. Oleh karenanya daun akan
menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih lanjut.
D. ALAT DAN BAHAN
1.

Mikroskop

2.

Gelas objek

3.

Plastik mika transparan

4.

Lem altheco

5.

Daun beberapa tumbuhan seperti: daun sosongkokan (Rhoeo discolor),
daun enceng gondok (Eichhornia crassipes), daun poncosudo (Jasminum
pubescens), dan daun waru (Hibiscus tiliaceus).

E. PROSEDUR KERJA
Menyiapkan 4 macam daun di atas meja.

Memberikan sedikit lem altheco pada
permukaan daun (atas dan bawah.)

Menempelkan plastik mika transaparan ukuran 2 x 2 cm pada daun
yang telah diberi lem, kemudian diamkan sampai lem mengering.

Mengambil cetakan stomata tersebut kemudian
mengamati menggunakan mikroskop.

Menggambar penampang struktur anatomi epidermis
daun yang tampak pada bidang pandang.

Menghitung jumlah stomata yang ada pada
permukaan daun (atas dan bawah) yang diamati.

F. DATA PENGAMATAN
No
.
1.

Nama Daun

Gambar Permukaan

Gambar Permukaan

Atas

Bawah

Daun
Sosongkokan
(Rhoeo discolor)

2.

Daun

Jumlah stomata: 0

Jumlah stomata: 15

Jumlah stomata: 148

Jumlah stomata: 132

Jumlah stomata: 0

Jumlah stomata: 84

Enceng

Gondok
(Eichhornia
crassipes)

3.

Daun Pancasuda
(Jasminum
pubescens)

4.

Daun Waru
(Hibiscus
tiliaceus)

Pengamatan yang dilakukan pada perbesaran 15 x10.

G. PEMBAHASAN
Kegiatan pengamatan terhadap struktur anatomi epidermis daun dan
derivatnya yang bertujuan untuk mengamati bentuk dan susunan epidermis
daun dan derivatnya terutama pengamatan terhadap stomata baik jumlah,
letak, tipe, maupun ada atau tidaknya stomata pada msing-masing permukaan
atas dan bawah daun. Sehingga nantinya dapat ditunjukkan perbedaan
masing-masing daun yang telah kami amati.
Kami telah mengamati beberapa jenis daun pada tumbuhan air dan
tumbuhan darat, antara lain: daun sosongkokan (Rhoeo discolor), daun
enceng gondok (Eichhornia crassipes), daun pancasuda (Jasminum
pubescens), serta daun waru (Hibiscus tiliaceus). Kami menemukan bahwa
setiap daun memiliki struktur anatomi epidermis yang berbeda-beda, terutama
pada stomatanya baik dari segi ada/tidaknya stomata, jumlah stomata pada
masing-masing permukaan daun, maupun tipe/bentuk stomata yang dimiliki
oleh masing-masing daun tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, perbedaan struktur
anatomi epidermis bukan hanya terjadi pada daun dari jenis tumbuhan yang
berbeda, namun dapat juga terjadi pada daun yang sama. Perbedaan yang
dapat diamati pada daun yang sama yang paling nyata adalah pada jumlah
stomata antara permukaan atas daun dan permukaan bawah daun.
Sebagai contoh terhadap daun yang kami amati adalah pada daun
sosongkokan (Rhoeo discolor), daun enceng gondok (Eichhornia crassipes),
dan daun pancasuda (Jasminum pubescens). Masing-masing daun tersebut
memiliki jumlah stomata yang berbeda pada masing-masing permukaan
daunnya.
Pada epidermis daun Rhoe Discolour yang kami amati, terlihat bahwa
bagian permukaan bawah daun terdapat sejumlah stomata, yaitu kurang lebih
15 stomata pada bidang pandang mikroskop. Sedangkan pada bagian
permukaan atas daun Rhoe Discolour tidak menunjukkan adanya stomata.
Stomata dapat diketahui dengan ciri adanya lingkaran-lingkaran kecil
berwarna hitam.

Bagian permukaan atas maupun permukaan bawah epidermis daun
enceng gondok yang telah kami amati menunjukkan adanya kumpulan
stomata. Pada bagian permukaan atas daun enceng gondok terdapat 148
jumlah stomata, lebih banyak daripada bagian permukaan bawah daun yang
hanya terdapat 132 jumlah stomata.
Sama halnya seperti pengamatan pada daun Rhoeo discolour, pada
bagian permukaan bawah daun panca suda memiliki stomata dengan jumlah
kurang lebih sebanyak 84. Sedangkan bagian permukaan atas daun panca
suda tidak memiliki stomata.
Pada lapisan epidermis daun, terdapat beberapa derivat epidermis selain
stomata, yaitu trikoma. Trikoma yang berupa helaian seperti rambut kami
temukan pada pengamatan bagian permukaan bawah daun waru. Dilain sisi
bagian permukaan atas daun waru tidak terdapat stomata maupun trikoma.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, terdapat
perbedaan jumlah stomata pada bagian permukaan atas daun dan bagian
permukaan bawah daun. Hal ini memiliki tujuan tertentu. Stomata pada
bagian permukaan bawah daun Rhoe discolour dan pancasuda lebih banyak
dibandingkan dengan bagian permukaan atas daunnya, karena tumbuhan
Rhoe discolour dan pancasuda merupakan tumbuhan darat, sehingga dapat
mengurangi penguapan dari sinar matahari di bagian atas daun. Pada bagian
permukaan bawah daun terdapat celah stomata yang terbentuk apabila
sepasang sel penjaga stoma mengkerut. Sel penjaga ini mengatur ukuran
stomata, berperan penting dalam pertukaran gas (CO2 dan O2) yang terdapat
di dalam daun dengan lingkungan luar, selain itu juga berperan dalam
pengaturan hilangnya air dari tumbuhan jaringan dasar pada daun yang
disebut dengan mesofil.
Hasil pengamatan jumlah stomata pada daun tumbuhan air, yaitu
enceng gondok, memiliki jumlah stomata yang lebih banyak pada bagian
permukaan atas daun. Hal ini dikarenakan pada bagian permukaan bawah
daun bersentuhan langsung dengan air, sehingga kurang baik untuk terjadinya
penguapan. Maka dari itu bagian permukaan bawah daun enceng gondok

berfungsi untuk mengatur menutup dan membukanya stomata serta
mengendalikan pertukaran gas.
Pada daun waru (Hibiscus tiliaceus) tidak ditemukan adanya stomata
pada bagian permukaan atas daun maupun bagian permukaan bawah daun,
melainkan ditemukan adanya trikoma pada bagian permukaan bawah daun.
Trikoma pada daun waru ini merupakan trikoma non-granduler, bentuknya
seperti rambut bercabang dan bersel banyak. Trikoma yang terdapat di
permukaan epidermis daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan pada
daun waru (Hibiscus tiliaceus).
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1.

Tumbuhan yang hidup di darat memiliki jumlah dan letak stomata yang
berbeda dengan tumbuhan yang hidup di air.

2.

Tumbuhan darat memiliki jumlah stomata yang lebih banyak pada bagian
permukaan bawah daun, hal ini dikarenakan untuk mengurangi
penguapan.

3.

Tumbuhan air memiliki jumlah stomata yang lebih banyak pada bagian
permukaan atas daun, sebab bagian bawah daun bersentuhan langsung
dengan air sehingga kurang baik untuk penguapan.

4.

Pada daun waru (Hibiscus tiliaceus), ditemukan adanya trikoma yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan.

I.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. Jaringan Epidermis dan Derivatnya. [Online]. Tersedia:
http://arifinbits.wordpress.com/2010/04/01/jaringan-epidermis-danderivatnya/ [21 Oktober 2014].
Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan: Tentang
Sel dan Jaringan. Jakarta: Bina Aksara.

Sintia, Mega. 2014. Anatomi dan Fisologi Tumbuhan “Stomata”. [Laporan]
Pontianak: Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura.
Sutrian, Yayan. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan: Tentang Sel
dan Jaringan. Jakarta: Rineka Cipta.