PENGEMBANGAN dan PERANGKAT PEMBELAJARAN MODE

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MODEL IDEAL PROBLEM SOLVING
MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

Artikel

Oleh
IKA NORA DHANY
4101508045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL IDEAL
PROBLEM SOLVING MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

Oleh: Ika Nora Dhany


Perangkat pembelajaran merupakan persiapan guru sebelum melakukan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan
pembelajaran matematika SMA adalah memecahkan masalah. IDEAL Problem
Solving adalah model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa
berlatih memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran model IDEAL Problem Solving sehingga dapat
meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah materi dimensi tiga kelas X
yang valid, efektif dan praktis .
Model pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah modifikasi 4-D
dari Thiagarajan, yang meliputi tiga tahap yaitu pendefinisian, perancangan dan
pengembangan. Penelitian ini dilakukan di kelas XA sebagai kelas eksperimen
dan kelas XB sebagai kelas kontrol di SMA 1 Cepu. Teknik analisis data untuk
menilai kevalidan perangkat dengan validasi isi dan konstruk yang dilakukan oleh
5 orang ahli. Kepraktisan perangkat dinilai menggunakan angket respon siswa dan
lembar pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Keefektifan
pembelajaran dinilai dengan uji coba perangkat pada kelas eksperimen dengan
analisis pada hasil belajar menggunakan one sample t-test dan proporsi untuk uji
ketuntasan hasil pembelajaran, Uji regresi untuk mengetahui pengaruh antara
kreativitas terhadap kemampuan penyelesaian masalah, serta independent t-test

untuk membandingkan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol.
Hasil validasi pada perangkat pembelajaran menyatakan bahwa perangkat
valid menurut ahli dengan rata-rata 4,66. Dari hasil ujicoba diperoleh (1)
kepraktisan: dari hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berkategori
sangat baik, dengan rata-rata 4,45. Respon peserta didik > 75% memberi respon
baik. (2) Keefektifan: dari analisis hasil uji coba, diperoleh ketercapaian
ketuntasan kemampuan penyelesaian masalah secara klasikal dengan rataan nilai
>70 melebihi 75%, Ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas terhadap
kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68.6%, serta hasil uji t menunjukkan
rataan kemampuan di kelas eksperimen lebih besar dari rataan dikelas kontrol.
Sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan efektif.
Kata Kunci: Pengembangan Perangkat, IDEAL problem solving, Penyelesaian
masalah, Kreativitas.

1

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Salah satu tujuan pembelajaran
matematika tingkat SMA (Depdiknas, 2006) adalah memecahkan masalah.
Dengan memperhatikan tujuan tersebut, maka


pembelajaran matematika

difokuskan pada kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Selain
kemampuan pemecahan masalah, siswa perlu mengembangkan kemampuan
berpikir

kreatifnya,

yaitu

kemampuan

untuk

melihat

bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar 1999:45). Dengan

pemikiran yang kreatif, siswa dapat mengemukakan ide-ide baru, inovasi-inovasi
baru dan penemuan-penemuan baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam
pembelajaran matematika, kreativitas perlu dikembangkan untuk menyelesaikan
masalah matematika secara kreatif.
Pada proses pembelajaran matematika, guru hanya mengajar apa yang ada
di buku pelajaran, dan siswa hanya mempelajari apa yang akan diujikan. Kondisi
ini kurang mendukung pengembangankreatifitas dan kemampuan dalam
menyelesaian masalah mereka dimasa mendatang. Untuk melatih siswa lebih
kreatif diperlukan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk
dapat menggunakan daya pikir, mengembangkan ide, menemukan solusi suatu
masalah yang mungkin mereka kembangkan sendiri dan mengemukakan
pendapatnya. Selanjutnya agar mereka dapat mengembangkan kreativitas dan
kemampuan penyelesaian masalah dengan baik, diperlukan suatu model
pembelajaran yang tepat.
Geometri merupakan satu topik yang penting dalam pembelajaran
matematika. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk
dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Meskipun
demikian, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri
masih rendah dan perlu ditingkatkan. Menurut Aydin, Hallat, dan Jakubowski
(2008:1), banyak siswa mengalami kesulitan dan menunjukkan kinerja yang buruk

dalam kelas geometri ruang baik pada sekolah menengah maupun sekolah tinggi.

2

Chaim dkk (dalam Johnson 2000:18) mengemukakan siswa sulit
mengkomunikasikan informasi visual, terutama dalam mengkomunikasikan
sebuah lingkungan tiga dimensi (misalnya, sebuah bangunan terbuat dari balok
kecil) melalui alat dua dimensi (misalnya, kertas dan pensil) atau sebaliknya.
Sebuah cara yang mungkin untuk meningkatkan kemampuan visualisasi
dan penalaran siswa dalam ruang tiga dimensi dan dua dimensi menurut Christou
(2007:1) adalah memberikan siswa untuk mengeksplorasi sifat-sifat objek tiga
dimensi secara tepat dengan menggunakan aplikasi komputer. Dalam kelas biasa,
komputer memberikan ilustrasi lebih mudah dan lebih jelas daripada yang guru
buat (Cristou 2007:2).
Agar tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik perlu adanya
pemilihan model pembelajaran yang sesuai, juga perlu adanya pengembangan
perangkat pembelajaran yang sesuai pula dengan model pembelajaran yang
digunakan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebaiknya dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.


Penggunaan CD

pembelajaran dalam memaparkan isi pembelajaran materi dimensi tiga sangatlah
membantu siswa dalam menjembatani keterbatasan kemampuan visual dan spasial
pada objek tiga dimensi sehingga siswa dapat lebih memahami isi dari
pembelajaran.
Kenyataan di lapangan bahwa tujuan pembelajaran matematika sampai
saat ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator, data dari Puspendik (2009) hasil pembelajaran matematika di
SMA yang ditunjukkan dengan hasil Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun
hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
Berdasarkan laporan hasil pelaksanaan Ujian Nasional 2008/2009 SMA/MA di
Kabupaten Blora nilai rata-rata untuk mata pelajaran matematika masih rendah.
Hasil yang diperoleh siswa SMA se Kabupaten Blora khusus untuk mata pelajaran
matematika adalah nilai tertinggi 10, nilai terendah 2,5 dan nilai rata-rata 6,27.
Sedangkan kompetensi daya serap di Kabupaten Blora untuk mata pelajaran
matematika materi dimensi tiga masih rendah yaitu hanya 44,54 %. Lebih khusus

3


lagi, hasil ulangan harian materi Dimensi Tiga untuk siswa SMA 1 Cepu, menurut
data yang dimiliki peneliti masih dibawah KKM, yaitu 63,27. Hal ini perlu
mendapat perhatian yang serius bagi guru matematika untuk segera memperbaiki
pembelajaran yang sudah dilakukan selama ini.
Pada observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA 1 Cepu, terlihat
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan model
konvensional. Guru jarang menggunakan media pembelajaran seperti CD
pembelajaran, LKS dan buku siswa. Papan tulis merupakan media pembelajaran
yang sering digunakan. Selama ini, Guru dalam melakukan tugasnya mengajar
jarang membuat perangkat pembelajaran sendiri. Serta belum ada perangkat
pembelajaran materi dimensi tiga yang khusus dikembangkan dengan model
tertentu.
Kompetensi

pedagogik

yang

harus


dimiliki

oleh

guru

adalah

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan
penilaian. Unal (2006:509) menjelaskan bahwa untuk memperbaiki pemahaman
dalam pengajaran dan pembelajaran kelas matematika diantaranya adalah perlu
perbaikan bahan yang digunakan untuk pembelajaran.
Salah satu contoh model penyelesaian masalah adalah model yang
dikembangkan oleh Bransford & Stein yaitu IDEAL Problem solving (Bransford,
dkk 1998: 2-4).Langkah-langkah dari model IDEAL problem solving dapat
menggali kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas untuk
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan tujuan dan menggali penyelesaian yang
mungkin dapat dilakukan, memegang peranan penting dalam model ini. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bransford dkk (1998, 24) bahwa orang-orang yang kreatif
cenderung dapat melihat permasalahan dan menganggapnya sebagai peluang

untuk dipecahkan secara kreatif.
Hasil penelitian berkaitan dengan penggunaan model IDEAL problem
solving menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model ini dapat memajukan
siswa dari berbagai arah tujuan. Kirkley (dalam Wena 2009: 91) menyimpulkan
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap IDEAL problem solving,

4

diungkapkan bahwa IDEAL problem solving dapat lebih unggul dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMA dibanding dengan
strategi pemecahan masalah yang lain, serta dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan

uraian

di

atas,


perlu

untuk

melakukan

penelitian

menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model IDEAL
problem solving sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran di SMA I Cepu, kabupaten Blora. Oleh karena itu perlu sebuah
kegiatan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model
IDEAL Proble Solving Materi Dimensi Tiga Kelas X”
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran dengan model IDEAL
Problem solving pada materi dimensi tiga yang valid?
(2) Apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving
materi dimensi tiga praktis?
(3) Apakah pembelajaran menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving

materi dimensi tiga efektif?
Sesuai dengan pertanyaan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
(1) Untuk membuat perangkat pembelajaran matematika dengan model IDEAL
Problem solving pada materi dimensi tiga yang valid.
(2) Untuk

mengetahui apakah pembelajaran menggunakan perangkat model

IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga praktis.
(3) Untuk

mengetahui apakah pembelajaran menggunakan perangkat model

IDEAL Problem solving pada materi dimensi tiga efektif.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Masalah
Hudojo (1988:174) menyatakan bahwa sesuatu disebut masalah bila
sesuatu itu mengandung pertanyaan yang harus dijawab. Namun tidak setiap
pertanyaan merupakan masalah. Pertanyaan merupakan masalah apabila
5

pertanyaan tersebut menantang untuk dijawab, dimana jawabannya tidak dapat
dilakukan secara rutin saja, serta siswa tertantang untuk menjawab masalah
tersebut. Suatu masalah menurut Carson (2007:3), tidak akan lagi dianggap
sebagai masalah jika masalah itu dapat dengan mudah dipecahkan dengan
algoritma yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah menurut Krulik dan Rudnick (dalam Carson 2007: 8)
didefinisikan sebagai cara bagaimana seorang individu menggunakan pengetahuan
sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
untuk memenuhi tuntutan situasi yang asing. Siswa harus mensintesis apa yang
dia telah belajar, dan menerapkannya ke situasi yang baru dan berbeda
Guru memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah siswa. Mereka harus memilih permasalahan yang melibatkan
siswa dan mereka harus pula menciptakan suatu lingkungan yang mendorong
siswa agar mampu menyelesaikan masalah.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Penilaian
terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah disarankan mencakup
kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan masalah, yaitu memahami
masalah,

merencanakan

pemecahan

masalah,

menyelesaikan

masalah

(melaksanakan rencana pemecahan masalah), menafsirkan hasilnya.
Model Pembelajaran IDEAL Problem Solving
IDEAL problem solving merupakan salah satu model pemecahan masalah
yang berkembang selama ini. Model ini dikembangkan oleh Bransford dan Stein
pada tahun 1984. Mereka menekankan lima komponen berpikir yang berlaku
untuk berbagai situasi. Kelima komponen berpikir itu adalah (1)Mengidentifikasi
masalah (Identify the problem), (2) Mendefinisikan tujuan (Define the goal), (3)
Menggali solusi (Explore solution), (4) Melaksanakan strategi (Act strategy), (5)
Mengkaji kembali dan mengevaluasi dampak dari pengaruh (Look back and
Evaluate the effect) ( Bransford, dkk. 1998:2-4).

6

Kreativitas Siswa
Hamalik mengungkapkan seseorang yang kreatif adalah yang memiliki
kemampuan

dalam

pemahaman,

sesnsitivitas

dan

apresiasi

(2008:179).

Selanjutnya dikatakan bahwa aspek berpikir kreatif adalah berpikir divergen yang
memiliki

ciri-ciri

fleksibilitas,

originalitas

dan

fluency.

Fleksibilitas

menggambarkan keragaman ungkapan atau responn terhadap stimulus berupa
permasalahan. Originalitas menunjukkan pada tingkat keaslian sejumlah gagasan,
jawaban atau pendapat terhadap suatu masalah, kejadian dan gejala, sedangkan
Fluency menunjukkan pada kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih
kreatif.
Teori Belajar
Kemampuan pemecahan masalah telah lama menjadi pemikiran para ahli
pendidikan. Diantaranya adalah Ausubel, Bruner, Gagne dan Piaget. Berikut
adalah dasar pemikiran para ahli tentang pemecahan masalah.
(1) Teori Belajar David Ausubel
Menurut Ausubel (dalam Suparno 2000:54), belajar timbul jika siswa
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini
terjadi, jika siswa belajar konsep serta perubahan konsep yang akibatnya, struktur
konsep/pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengalami perubahan. Pada
pembelajaran model IDEAL Problem solving siswa diminta mengidentifikasi pada
masalah, selanjutnya guru meminta siswa mengemukakan ide dan cara mereka
memecahkan masalah. Untuk keperluan tersebut siswa harus menghubungkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan permasalahan yang dihadapi.
(2) Teori Belajar Jerome Bruner
Dengan mengenal konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan yang
sedang dibicarakan, menurut Bruner (Suherman 2003:170) siswa akan mampu
memahami materi yang harus dikuasai. Teori belajar Bruner ini sangat
mendukung penggunaan model IDEAL problem solving karena IDEAL problem
solving merupakan suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada
pengajaran keterampilan pemecahan masalah.

7

(3) Teori Belajar Gagne
Gagne memakai matematika sebagai media untuk menerapkan teoriteorinya tentang belajar. Gagne menekankan hasil belajar daripada proses.
Menurut Gagne terdapat 8 tingkatan belajar, tingkatan yang terakhir adalah
Problem solving, yaitu proses belajar yang paling tinggi karena siswa dituntut
harus mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan
masalah. Teori Belajar Gagne ini mendukung penggunaan model IDEAL problem
solving karena siswa diberikan stimulus berupa permasalahan yang harus
diselesaikan dengan menggunakan fakta, konsep, dan prinsip yang dimilikinya
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
(4) Teori Belajar Jean Piaget
Menurut Piaget (Arends 2008:47) pedagogi yang baik itu harus melibatkan
penyodoran berbagai situasi dimana anak bisa bereksperimen, yang dalam artinya
yang paling luas mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang terjadi,
memanipulasi benda-benda, simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari
jawabannya sendiri, merekonsiliasikan apa yang ditemukannya pada suatu waktu
dengan apa yang ditemukannya pada waktu yang lain, membandingkan
temuannya dengan temuan anak-anak lain. Terkait dengan penggunaan model
IDEAL problem solving dalam penelitian ini, teori Piaget sangat relevan, karena
dalam model IDEAL problem solving, siswa diposisikan sebagai sentral kegiatan
pembelajaran (instruction), sedangkan guru aktif memberikan kemudahan
(fasilitas) belajar kepada siswa dan mereka berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar yang dapat mempermudah proses belajarnya.
Pembelajaran IDEAL Problem Solving Pada Materi Dimensi Tiga
Dalam KTSP, pokok bahasan Geometri termasuk dalam kategori “sedikit”.
Geometri secara eksplisit hanya diajarkan pada Kelas X semester 2.Dalam materi
dimensi tiga, dibutuhkan kemampuan visual siswa untuk dapat memahami materi
ini. Hal tersebut dapat dibantu dengan penggunaan CD pembelajaran pada proses
pembelajaran di kelas. Ketika menyelesaikan permasalahan dalam menentukan
jarak dibutuhkan kemampuan siswa untuk paham pada materi sebelumnya, serta
dibutuhkan kemampuan siswa untuk memilih strategi apa agar dapat

8

menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, tahapan dalam IDEAL problem
solving dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi dimensi
tiga.
CD Pembelajaran Sebagai Media
Munadi (2008:7) mengungkapkan media pembelajaran sebagai segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara
terencana sehungga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Dalam penelitian ini CD pembelajaran berfungsi sebagai media untuk
menjelaskan materi kepada siswa sehingga dapat membantu keterbatasan siswa
pada kemampuan visualisasi dan spasial serta dapat mempermudah pemahaman
siswa dalam menyelesaikan masalah dimensi tiga. Hal tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam pemecahan masalah.
Kerangka Berpikir
Pemecahan masalah di banyak negara secara eksplisit menjadi tujuan
pembelajaran matematika dan tertuang dalam kurikulum matematika. Dalam
pembelajaran konvensional, yang sampai sekarang masih dominan dilaksanakan,
aktivitas pembelajaran lebih banyak didominasi guru dibandingkan dengan siswa.
Sebagian besar siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa
dibarengi pengembangan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Selain
kemampuan pemecahan masalah, siswa perlu mengembangkan kemampuan
berpikir

kreatifnya,

yaitu

kemampuan

untuk

melihat

bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar 1999:45).
Pencapaian salah satu tujuan pembelajaran matematika itu membutuhkan
suatu pengembangan

perangkat pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan penyelesaian masalah dengan baik. Model pengembangan perangkat
ini merupakan modifikasi dari model 4-D yaitu define (pendefinisian), design
(perancangan), dan develop (pengembangan).
Setelah melalui tahap pendefinisian yang meliputi analisis kurikulum,
analisis siswa, analisis materi, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran,
serta tahap perencanaan yang meliputi penyusunan tes, pemilihan media,

9

pemilihan format dan perancangan awal sehingga diperoleh Draf perangkat
pembelajaran serta melaui tahap pengembangan yaitu meminta validasi oleh
orang-orang yang dianggap ahli menurut bidangnya maka perangkat pembelajaran
ini menjadi valid.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan perangkat

yang

valid, menjadikan pembelajaran yang lebih bermakana. Guru dalam mengajar
menggunakan RPP yang telah valid, sehingga dalam proses pembelajaran guru
memiliki pedoman untuk mengajar yang langkah-langkahnya telah tersusun
secara rapi, hal ini menjadikan guru lebih mudah untuk melaksanakan
pembelajaran. Setelah proses pembelajaran berlangsung, selalu ada langkah
evaluasi yang dilakukan pengamat dan guru terhadap proses pembelajarannya.
Hal ini menjadikan kemampuan guru dalam pembelajaran menjadi lebih baik.
Perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving, yang berupa buku siswa
dan CD pembelajaran merupakan sesuatu yang baru bagi siswa. Dengan kedua
perangkat tersebut dapat mengatasi keterbatasan kemampuan visualisasi dan
spasial siswa dalam materi dimensi tiga. LKS yang memuat langkah-langkah
penyelesaian masalah serta petunjuk dalam menyelesaikan masalah, menjadikan
siswa lebih bermakana dalam menerima pembelajaran. Sehingga rasa senang serta
respon yang positif muncul dari siswa terhadap perangkat ini. Dengan kemapuan
guru yang baik dalam mengelola pembelajaran dan respon positif yang
dimunculkan siswa, menjadikan perangkat ini bersifat praktis.
Respon positif yang dimunculkan oleh siswa menjadikan pengaruh
terhadap

pelaksanaan

pembelajaran.

Penggunaan

buku

siswa

dan

CD

pembelajaran untuk mengatasi keterbatasan kemampuan visualisasi dan spasial
siswa. Penggunaan LKS yang memuat langkah-langkah penyelesaian masalah
sesuai dengan langkah pada IDEAL problem solving dapat menggali kreativitas
siswa dalam penyelesaian masalah. Hal ini menjadikan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dapat
menjebatani perbedaan kemampuan siswa yang beragam, sehingga ketuntasan
secara klasikal dapat tercapai.

10

Pembelajaran menggunakan model IDEAL problem solving

merupakan

cara pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih kreatif sebab siswa
mempunyai prosedur internal yang lebih tersusun dari awal. Dengan IDEAL
problem solving, siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan
pemikirannya, berbeda dengan hafalan yang sedikit menggunakan pemikiran.
Melalui penggunaan perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving yang
dikembangkan, menjadikan pembelajaran lebih bermakna, dimana pada langkahlangkah pembelajarannya akan menggali kreativitas siswa sehingga berpengaruh
terhadap kemampuan penyelesaian masalah siswa.
Penggunaan

perangkat

model

IDEAL

problem

solving

dalam

pembelajaran dimensi tiga menjadikan siswa terlatih untuk menyelesaian masalah.
Hal ini berbeda dengan pembelajaran konvensional dimana aktivitas pembelajaran
lebih banyak didominasi guru dibandingkan dengan siswa, kegiatan belajar berupa
menghafal tanpa dibarengi pengembangan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah. Oleh karena itu kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving
materi Dimensi Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian masalah
siswa dengan pembelajaran konvensional.
Dari uraian diatas, perangkat pembelajaran model IDEAL problem solving
yang dikembangkan dengan model 4-D dari Thiagarajan

valid, praktis dan

efektif.
Hipotesis
Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka dapatlah diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut.
(1) Kevalidan

perangkat

pembelajaran.

Perangkat

pembelajaran

yang

dikembangkan berdasarkan model IDEAL Problem Solving materi Dimensi
Tiga valid.
(2) Kepraktisan Pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL
Problem solving materi Dimensi Tiga.
a. Respon siswa pada pembelajaran dengan menggunakan perangkat model
IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga baik.

11

b. Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dengan menggunakan
perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga baik.
(2) Keefektifan pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL
Problem solving materi Dimensi Tiga.
a. Pembelajaran dengan menggunakan

perangkat model IDEAL Problem

solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan siswa mencapai
ketuntasan pada kemampuan penyelesaian masalah sebesar 70.
b. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem
solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan lebih dari 75 % siswa
mencapai ketuntasan.
c. Kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat
model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga berpengaruh terhadap
kemampuan penyelesaian masalah.
d. Kemampuan penyelesaian masalah siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan perangkat model IDEAL Problem solving materi Dimensi
Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian masalah siswa
dengan pembelajaran konvensional.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian pengembangan.
Adapun yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu
menggunakan model pengembangan sistem instruksional Thiagarajan, Semmel
dan Semmel dikenal dengan model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap yaitu:
define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan
disseminate (penyebaran). Perangkat yang dikembangkan adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, buku siswa,
pembelajaran dan tes hasil belajar.

12

Lembar Kerja Siswa (LKS), CD

Tahap Pendefinisian (Define)
Kegiatan dalam tahap pendefinisian ini meliputi analisis kurikulum,
analisis siswa, analisis materi, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.
Tahap Perancangan (Design)
Tahap ini dimulai ketika tujuan pembelajaran khusus telah ditetapkan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi penyusunan tes, pemilihan
media, pemilihan format dan perancangan awal.
Tahap Pengembangan (Develop)
Kegiatan pada tahap pengembangan ini meliputi validasi ahli, uji coba
kepraktisan dan uji coba keefektifan. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
(1 )Validasi /Penilaian Ahli
Validasi ahli dilakukan untuk mendapatkan saran perbaikan sekaligus
merupakan penilaian para ahli terhadap rancangan perangkat pembelajaran (draf1). Lembar validasi perangkat digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas
perangkat pembelajaran. Lembar validasi ini diberikan kepada pakar/ahli untuk
memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran.
Data yang tertera pada lembar validasi yang merupakan penilaian masingmasing validator terhadap perangkat pembelajaran dianalisis berdasarkan rata-rata
skor. Kriteria Perangkat pembelajaran dikatakan baik jika rata-rata skor masingmasing perangkat berada pada kategori baik atau baik sekali.
(2 )Uji Kepraktisan
Untuk megetahui kepraktisan perangkat pembelajaran dilakukan uji coba
lapangan. Uji coba ini untuk mengetahui gambaran kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, serta respon siswa pada pembelajaran dengan
menggunakan model IDEAL problem solving, selanjutnya direfleksi untuk
memperbaiki perangkat pembelajaran draft 2.
Untuk

memperoleh

data

tentang

kemampuan

guru

mengelola

pembelajaran digunakan instrumen lembar observasi kemampuan guru mengelola
pembelajaran. Data hasil pengamatan dianalisis. Kemampuan guru mengelola

13

pembelajaran dikatakan praktis apabila rata-rata nilai untuk setiap pertemuan dari
5 kali pertemuan termasuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi .
Hal yang diminta untuk direspon oleh siswa yaitu: materi pelajaran, buku
siswa, lembar kerja siswa, lembar soal tes hasil belajar, suasana pembelajaran,
cara guru mengajar, penampilan guru, dan minat siswa terhadap pembelajaran
berikutnya, kejelasan dan kemenarikan dari buku siswa, LKS, dan lembar soal tes
hasil belajar. Data respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis
berdasarkan persentase. Kriteria: Respon siswa dikatakan positif jika rata-rata
persentase jawaban (respon) untuk kategori senang, baru, berminat, jelas,
mengerti, tertarik lebih dari atau sama dengan 80%.
(3 )Uji Keefektifan
Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas X SMA I Cepu yang
terdiri dari 7 kelas paralel pada tahun pelajaran 2009/2010. Satu kelas dari 7 kelas
yang ada akan dijadikan subjek penelitian pada saat uji coba perangkat
pembelajaran.
Variabel dalam uji keefektifan ini adalah kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa sebagai variabel terikat dan kreativitas siswa sebagai variabel
bebas. Untuk menguji keefektifan dilakukan uji coba perangkat di lapangan.
Perangkat yang digunakan adalah Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah dan
lembar observasi kreatifitas siswa.
Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penguasaan
siswa terhadap materi dimensi tiga melalui postes. Tes ini terdiri atas 7 butir soal,
yang disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi . Berdasarkan nilai tes
hasil belajar siswa, dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji daya beda dan
taraf kesukaran. Hasil uji diatas sebagai pedoman untuk melakukan revisi
terhadap item-item tes hasil belajar.
Untuk mendapatkan data tentang kreativitas siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran digunakan instrumen lembar observasi kreativitas siswa.
Observer yang terdiri dari dua orang guru melakukan pengamatan terhadap setiap
siswa dalam kelompok pada setiap pertemuan selama lima kali pertemuan.

14

Indikator

yang

digunakan

untuk

mengungkap

kreativitas

siswa

berdasarkan tingkah laku yang muncul selama proses pembelajaran yang meliputi
fleksibilitas, originalitas dan fluency.
Analisis Data
Analisis data dari tes kemampuan masalah digunakan untuk mengetahui
tingkat efektifitas perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran. Langkahlangkah analisinya adalah sebagai berikut
(1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Perhitungan dilakukan dengan data dari nilai ujian akhir
semester I mapel matematika. Rumus yang digunakan adalah rumus chi-kuadrat.
Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau
tidak, jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka dikatakan kedua
kelompok homogen.
Uji Ketuntasan Belajar
Untuk menguji hipotesis pembelajaran dengan menggunakan

perangkat

model IDEAL Problem solving materi Dimensi Tiga dapat menghantarkan siswa
mencapai ketuntasan pada kemampuan penyelesaian masalah sebesar 70,
digunakan uji ketuntasan belajar individu uji rata-rata pihak kiri.
Uji Pengaruh
Untuk mengetahui adanya pengaruh kreativitas terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika materi Dimensi tiga
kelas X dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan dilakukan melalui
analisis regresi pada kelas eksperimen.
Uji Banding
Untuk pengujian hipotesis “Kemampuan penyelesaian masalah siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan perangkat model IDEAL Problem
solving materi Dimensi Tiga lebih baik dibandingkan kemampuan penyelesaian
masalah siswa dengan pembelajaran konvensional” ini dilakukan melalui analisis

15

uji banding rata-rata dari skor kemampuan penyelesaian masalah pada
pembelajaran materi dimensi tiga kelas X menggunakan model IDEAL problem
solving dan dari pembelajaran konvensional.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
materi jarak pada bangun ruang yang memenuhi kriteria baik. Pengembangan
perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4D yang telah dimodifikasi.
Hasil pengembangan berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Buku
Siswa(BS), lembar kerja siswa (LKS), CD Pembelajaran dan tes kemampuan
penyelesaian masalah (THB).
Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define)
Pada tahap pendefinisian terdapat beberapa langkah diantaranya analisis
awal akhir, analisis siswa, analisis tugas dan analisis materi.
Analisis Awal Akhir
Cara penyajian bahan ajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih menjadi dominasi guru, siswa
cenderung pasif dan merasa bosan belajar matematika. Apalagi jika pembelajaran
di kelas menjadi tidak bermakna, dalam arti bahwa siswa tidak merasakan
manfaat pelajaran yang diterimanya.
Penerapan pembelajaran model

IDEAL problem solving di kelas

memerlukan perangkat pembelajaran yang sesuai, tetapi perangkat pembelajaran
yang dimaksud masih jarang dijumpai dalam hal ini Buku Siswa (buku paket) dan
LKS yang digunakan.
Pembelajaran dimensi tiga, membutuhkan kemampuan siswa dalam hal
spasial dan visualisasi. Dua hal tersebut dapat dijembatani dengan menggunakan
teknologi komputer dalam menyampaikan materi jarak pada bangun ruang.
Dengan CD pembelajaran yang dikonstruk secara baik dapat memperjelas
visualisasi siswa pada benda ruang.
Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan dengan memperhatikan ciri, kemampuan dan
pengalaman siswa. Siswa yang dianalisis dalam ujicoba pengembangan perangkat

16

pembelajaran adalah siswa kelas X tahun pelajaran 2009/2010 SMA 1 Cepu.
Analisis yang dilakukan meliputi latar belakang pengetahuan, sosial ekonomi dan
budaya masyarakat.
Analisis Materi
Sebelum pembuatan perangkat pembelajaran dan penelitian dilakukan,
maka perlu diperhatikan materi yang akan digunakan untuk penelitian. Hal ini
sangat penting untuk penyusunan perangkat pembelajaran, agar materi yang
disajikan dalam penelitian tidak ada yang terlewatkan.
Analisis Tugas
Hasil analisis tugas untuk materi jarak pada bangun ruang di kelas X SMA
adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan jarak dua titik, jarak
titik ke garis, jarak titik ke bidang, jarak dua garis sejajar, jarak dua bidang sejajar
dan jarak dua garis yang bersilangan.
Spesifikasi Indikator Pencapaian Hasil Belajar
Hasil perincian indikator pembelajaran tersebut adalah menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan jarak dua titik, jarak titik ke garis, jarak titik
ke bidang, jarak dua garis sejajar, jarak dua bidang sejajar dan jarak dua garis
yang bersilangan.
Deskripsi Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap perancangan terdiri dari langkah-langkah pemilihan media,
pemilihan format dan perancangan awal perangkat pembelajara
Pemilihan media pada penelitian ini disesuaikan dengan analisis materi
dan tugas, karena tujuan dari penggunaan media adalah untuk mempermudah
siswa memahami materi dan tugas yang diberikan. Oleh karena itu media yang
dipilih adalah jarak pada bangun ruang adalah CD pembelajaran yang didalamnya
ditampilkan dengan power point berbantuan softwere Cabri.
Pemilihan format perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan prinsip, karakteristik, dan langkah-langkah
pembelajaran

model

IDEAL problem solving. Sedangkan isi pembelajaran

mengacu pada hasil analisis konsep, hasil analisis tugas dan spesifikasi indikator
pencapaian hasil belajar yang telah dirumuskan pada tahap pendefinisian.

17

Perancangan awal perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (dirancang) pada kegiatan
rancangan awal perangkat pembelajaran adalah rencana pembelajaran, buku
siswa, lembar kerja siswa (LKS), tes kemampuan penyelesaian masalah beserta
kisi-kisi penulisan tes, kunci jawabab serta pedoman penskoran dan CD
pembelajaran. Semua hasil pada tahap perancangan ini disebut Draft I.
Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop)
Pada tahap pengembangan (develop) dilakukan validitas ahli sehingga
setelah valid didapat draf ke dua, dilanjutkan dengan uji coba dari draf yang
dihasilkan sehingga didapat hasil uji coba yang akan dianalisis untuk
mendapatkan data apakah pembelajaran menggunakan draf tersebut efektif dan
praktis.
Deskripsi Validasi Ahli
Salah satu kriteria utama untuk menentukan dipakai tidaknya suatu
perangkat pembelajaran adalah hasil validasi oleh ahli. Validasi ahli ini dilakukan
untuk melihat validitas isi dari draft I. Adapun validator yang melakukan validasi
perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri 5 orang yang meliputi dosen
PPs Prodi Matematika UNNES, dosen prodi Matematika UNNES , dan pengawas
rumpun mapel Matematika kabupaten Blora.
Secara umum hasil validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan adalah sebagai berikut.
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran mempunyai kategori baik sekali dan dapat
digunakan dengan revisi kecil.
2. Buku Siswa mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan dengan
revisi kecil.
3. Lembar kerja siswa mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan
dengan revisi kecil.
4. Tes kemampuan penyelesaian masalah mempunyai kategori valid dan dapat
digunakan dengan revisi kecil.
5. CD pembelajaran mempunyai kategori baik sekali dan dapat digunakan
dengan revisi kecil.

18

Deskripsi Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran
Uji coba dilaksanakan 5 kali pertemuan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan. Uji coba dilaksanakan di kelas X
– a SMA 1 Cepu tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 36 siswa. Pada
ujicoba ini melibatkan 3 orang guru sebagai pengamat. Dalam ujicoba ini
pengamat melakukan pengamatan terhadap kemampuan guru mengelola
pembelajaran dan kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematis.
Dalam proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok,
masing-masing kelompok 6 siswa. Pembagian kelompok secara heterogen
berdasarkan nilai mid semester matematika sebelumnya, sehingga kemampuan
kelompok relatif sama.
Data yang diperoleh saat uji coba perangkat pembelajaran dianalisis, dan
hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi Draft II menjadi
perangkat final. Data yang diperoleh dari ujicoba berupa data kemampuan guru
mengelola pembelajaran, data kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah
matematis, data respon siswa, dan data tes kemampuan penyelesaian masalah.
Diskripsi Hasil Uji Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Dari angket respon siswa yang diisi oleh 36 siswa setelah mengikuti
pembelajaran untuk materi jarak pada bangun ruang dengan model IDEAL
problem solving maka diperoleh hasil bahwa respon siswa terhadap semua aspek
berada di atas 80%, serta 94,44 % siswa memberi respon positif .
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, diperoleh data
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 4,45 dan
dikategorikan sangat baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perangkat
pembelajaran Model IDEAL Problem solving dan perangkat pembelajarannya
praktis.
Diskripsi Uji Keefektifan Perangkat Pembelajaran
1) Deskripsi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Penyelesaian Masalah
Sebelum dilaksanakan analisis data tes kemampuan masalah, terlebih
dahulu dilakukan analisis data terkait kondisi awal populasi, Dalam hal ini
dilakukan uji Homogenitas varians dan uji normalitas.

19

a) Uji Homogenitas Varians
Dari analisis kondisi awal siswa kelas X-a dan X-b dengan menggunakan
program SPSS diperoleh hasil pada deretan equal variance assumed sig. = 0,936 =
93,6% lebih dari 5 % berarti H0 diterima yang artinya rataan kemampuan kelas
kontrol sama dengan rataan kemampuan kelas eksperimen.
b) Uji Normalitas
Soal tes kemampuan pemecahan masalah

matematika yang telah

diujicobakan di kelas X-d digunakan untuk mengukur kemampuan penyelesaian
masalah.
Untuk menentukan statistik apa yang digunakan dilakukan uji Normalitas
pada data hasil penelitian kelas eksperimen. Dari perhitungan diperoleh nilai sig =
0,34 > 5%, jadi Ho diterima, artinya data hasil belajar kelas eksperimen
berdistribusi normal, sehingga untuk menguji hipotesis dapat digunakan statistik
parametrik.
c) Uji Ketuntasan Hasil Belajar
Hasil perhitungan dengan software SPSS diperoleh nilai signifikan 0,003 =
0,3%, ini berarti nilai signifikan = 0,3% < 5% dengan demikian H0 ditolak dan
menerima H1, artinya rata-rata nilai tes kemampuan penyelesaian masalah siswa
mencapai lebih besar dari 70.
d) Uji Ketuntasan Klasikal
Diperoleh z

hitung

dapat dilihat bahwa z

= 0,348 sedangkan z

hitung

>z

tabel

tabel

=z

0,5 – α

= 1,64. Dari hasil ini

sehingga menurut kriteria H0 ditolak. Hal ini

berarti hasil eksperimen perangkat yang dikembangkan menghantarkan siswa
yang mencapai nilai ≥ 70 lebih dari 75%.
Penerapan perangkat pembelajaran model IDEAL Problem Solving pada
materi Jarak pada bangun ruang dapat menghantarkan siswa untuk mencapai dan
atau melampaui KKM sebesar 80,56 %. Ini berarti lebih dari 75%, sehingga
perangkat pembelajaran efektif menghantarkan siswa untuk mencapai nilai KKM.
Uji Banding Nilai THB Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Hasil perhitungan dengan software SPSS hasil uji Tes kemampuan
pemecahan masalah pada baris equal varian not assumed terlihat sig, 0,046= 4,6%

20

< 5%, berarti H0 ditolak dan H1 diterima yaitu rata-rata tes kelas eksperimen lebih
baik dari kelas kontrol.
Menguji pengaruh antara kreativitas dan kemampuan penyelesaian masalah
Sebelum melakukan uji regrasi dilakukan terlebih dahulu uji linearitas,
diperoleh taraf signifikan 0,00 = 0% < 5% maka H0 ditolak artinya persamaan
regresinya adalah linear. Dengan

ˆ  50,34  11,11X .
persamaan regresinya Y

Untuk melihat seberapa besar kreativitas mempengaruhi kemampuan penyelesaian
masalah siswa, hasil SPSS menunjukkan bahwa kreativitas siswa berpengaruh
terhadap kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68,6%. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Perangkat pembelajaran model IDEAL Problem solving
dan perangkat pembelajarannya efektif.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran
Pengembangan perangkat pembelajaran sesuai dengan metode tertentu
memegang peran yang sangat penting (Unal 2006: 510). Penggunaan model
pengembangan perangkat pembelajaran 4-D yang dimodifikasi digunakan dalam
penelitian

ini.

Melalui

serangkaian

tahap

pengembangan

yakni

tahap

pendefinisian, perancangan, dan pengembangan maka diperoleh perangkat
pembelajaran dengan model IDEAL problem solving yang valid.
Pembahasan Hasil Uji Kepraktisan
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan praktis (1) apabila
respon siswa dikategorikan baik dan (2) kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran sedang atau tinggi.
Respon siswa baik/positif terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Siswa merasa mudah untuk mengerjakan suatu permasalahan
karena pada buku siswa dan LKS diberikan petunjuk tahapa-tahapan yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Tampilan buku siswa dan LKS adalah
hal baru bagi siswa. CD Pembelajaran merupakan bagian perangkat yang diberi
respon positif oleh siswa, karena selain guru di SMA 1 Cepu masih jarang
menggunakan CD dalam proses pembelajaran, CD ini sangat membantu siswa
dalam meningkatkat kemampuan visual siswa dalam materi Dimensi Tiga. Hal ini
21

sesuai dengan pendapat Christou (2007:1), sebuah cara yang mungkin untuk
meningkatkan kemampuan visualisasi dan penalaran siswa dalam

ruang tiga

dimensi dan dua dimensi adalah dengan memberikan siswa untuk mengeksplorasi
sifat-sifat objek tiga dimensi secara tepat dengan menggunakan aplikasi komputer.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, diperoleh data
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari pertemua pertama
sampai dengan kelima kemampuan guru mengelola pembelajaran selalu
meningkat. Hal ini disebabkan RPP yang disusun memuat langkah-langkah
pembelajaran yang jelas. Selain itu setelah pembelajaran berlangsung, pengamat
yang merupakan guru senior disekolah tersebut selalu memberikan masukan untuk
memperbaiki pengelolaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sehingga
pada pertemuan terakhir guru dapat mencapai skor yang sangat tinggi yaitu 4,92
dan dikategorikan sangat baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perangkat
pembelajaran Model IDEAL Problem solving dan perangkat pembelajarannya
praktis.
Pembahasan Hasil Uji Keefektifan
Dari hasil perhitungan dengan software SPSS dapat dilihat pada Tabel
4.12, rata-rata nilai tes kemampuan penyelesaian masalah siswa mencapai lebih
besar dari 70. Hal ini berarti siswa secara individu telah melampaui KKM yang
ditentukan.
Penggunaan perangkat yang telah dikembangkan dengan model 4-D,
menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Sehingga siswa memberikan respon
yang positif terhadap pembelajaran yang berakibat pada tercapainya tujuan
pembelajaran yaitu mencapai ketuntasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nieveen
(1999:127) perangkat berkualitas tinggi adalah para siswa menghargai program
pembelajaran dan belajar yang diinginkan terjadi. Dengan bahan yang efektif
seperti itu, ada konsistensi antara kurikulum dimaksudkan dan pengalaman dan
dimaksudkan dan mencapai kurikulum.
Selain

tuntas

secara

individu

disimpulkan

penerapan

perangkat

pembelajaran model IDEAL Problem Solving pada materi Jarak pada bangun
ruang dapat menghantarkan siswa untuk melampaui KKM sebesar 80,56 %. Ini

22

berarti lebih dari 75% siswa tuntas.

Pengelompokan yang bersifat heterogen

menyebabkan terjadinya transfer ilmu pengetahuan, siswa yang mampu
membantu siswa yang membutuhkan. Apabila dalam satu pasangan mengalami
kesulitan maka ada bimbingan guru dan pasangan lain yang bisa membantu
menyelesaikan masalah. Akhirnya, ketuntasan klasikal bisa diperoleh.
Berdasarkan hasil uji pengaruh kreativitas siswa terhadap kemampuan
pemecahan masalah pada tahap implementasi pembelajaran dengan Perangkat
model IDEAL Problem solving

menunjukkan bahwa kreativitas siswa

berpengaruh terhadap kemampuan penyelesaian masalah sebesar 68,6%. Dari
langkah-langkah model IDEAL problem solving, tampak bahwa model ini dapat
menggali kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas untuk
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan tujuan dan menggali penyelesaian yang
mungkin dapat dilakukan, memegang peranan penting dalam model ini. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bransford dkk (1998, 24) bahwa orang-orang yang kreatif
cenderung dapat melihat permasalahan dan menganggapnya sebagai peluang
untuk dipecahkan secara kreatif.
Kriteria efektivitas yang ketiga adalah adanya perbedaan hasil belajar
antara siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan perangkat model IDEAL
problem solving dengan yang tidak diberi perlakuan. Berdasarkan perhitungan
SPSS rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik
dari kelas kontrol. Dengan pemberian perangkat pembelajaran berupa buku siswa
dan CD dapat membantu mengembangkan kemampuan spasial siswa. Hal ini
sesuai dengan penelitian Fuys et al dalam Johnson ( 2000: 41) dengan manipulasi
dapat membantu siswa di semua tingkatan kelas terhadap konsep dari geometri
ruang dan sifatnya sehingga para siswa dapat membuat definisi dan mendefinisan
hubungan yang lebih umum. Dengan meningkatnya kemampuan spasial siswa
berakibat meningkat pula kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini
sejalan dengan penelitian Moses, 1977 serta Wilson dan Begle, 1972 yang
menyatakan bahwa kemampuan spasial siswa berhubungan kuat dengan
kemampuan menyelesaikan masalah mereka (Johnson 2000:45).

23

Dari analisis terhadap hasil uji coba, didapatkan fakta bahwa terdapat
peningkatan kreativitas siswa, ketuntasan belajar secara klasikal tercapa serta
hasil belajar yang lebih baik pada siswa yang diberi perlakuan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa keefektifan perangkat pembelajaran terpenuhi.
Dari analisis hasil uji coba, perangkat pembelajaran yang dikembangkan
telah memenuhi aspek kepraktisan maupun keefektifan. Jadi telah didapatkan
Perangkat Pembelajaran Matematika dengan model IDEAL problem solving yang
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Jadi tujuan dari penelitian ini telah
tercapai.
Menurut Nieveen suatu material dikatakan berkualitas, jika memenuhi
aspek-aspek kualitas antara lain (1) validitas (validity), (2) kepraktisan
(practicality), (3) keefektifan (effectiveness). Karena perangkat pembelajaran yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif maka perangkat
pembelajaran tersebut dikatakan berkualitas.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan penelitian adalah perangkat
pembelajaran matematika materi Dimensi tiga kelas X yang dikembangkan
berdasarkan model 4-D valid praktis dan efektif.
Saran
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti
mengharapkan:
1. Adanya penelitian lanjutan tentang kemampuan penyelesaian masalah yang
dibedakan antara siswa yang pandai, sedang dan kurang .
2. Karena pembelajaran ini menggunakan CD pembelajaran, agar siswa benarbenar terbantu dalam mengkonstruksi pengetahuannya, sebaiknya CD yang
dirancang benar-benar dapat membantu meningkatkan kemampuan spasial
siswa, bukan sebatas CD pembelajaran sebagai pengganti papan tulis.
3. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan ini baru sampai pada tahap
pengembangan, belum diimplementasikan. Untuk mengetahui keefektifannya,

24

disarankan untuk mengimplementasikan perangkat pembelajaran ini pada
ruang lingkup yang lebih luas dan di sekolah yang beragam baik negeri
maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1999. Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Aydin, N., E. Halat, dan E. Jakubowski. 2008. Reform-based Curriculum and
Motivation in Geometry. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 4(3): 285-292.
Bransford, J.D. et al. 1998. The IDEAL Workplace: Strategies For Improving
Learning, Problem Solving, And Creativity. Online. Tersedia di
http://www.eric.ed.gov [ diakses 10 November 2009]
Carson, J. 2007. A Problem With Problem Solving: Teaching Thinking Without
Teaching Knowledge. The Mathematics Educator . 17( 2) :7–14 .
Christou, C.et al. 2006. Developing the 3DMath Dynamic Geometry Software:
theoretical perspectives on design, International Journal for Technology in
Mathematics Education, 13(4): 168-174.
Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Permendiknas 22 tahun 2006.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Johnson,

J.

2000.

Teaching

www.k12.wa.us

and

Learning

Mathematics.

Tersedia

di

[diakses 20 November 2009]

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving. Bloomington: Plato
Learning, Inc.
Munandar, SCU. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : Gramedia Pustaka utama

25

Nieveen. et al. 1999. Prototyping to reach Product Quality. In jan van den akker et
al. Design approaches and tools in education and training (eds). : 125135.
Kiong, N. Lau. dan S. Parmjit. 2006. Mathematical Problem Solving: Where Are
We Heading?. Jurnal Pendidikan, 26: 39-50
Puspendik.2009. Ujian Nasional. Online. Tersedia: http://www.puspendik.Com
[diakses 19 Oktober 2009]
Sudjana. 1996. Metoda Statistika.( 6th ed.). Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukestiyarno. 2009. Modul kuliah SPSS. Handout perkuliahan Program Magister
Program Studi Pendidikan Matematika. Semarang: Unnes.
Suparno, P. 2000. Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24