makalah teori konstruksi sosial .docx

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Peter ludwing Berger, dilairkan di Trieste, Italia, 17 maret 1929, dan dibesarkan di Wina,
kemudian bermigrasi ke Amerika tak lama setelah perang dunia ke-2. Peter berger mendapat
reputasi international sebagai ahli sosiologi pengetahuan terkemuka waktu itu. Pada tahun
1962 Peter Berger dan Thomas Lukmann berusaha menunjukkan peranan sentral sosiologi
pengetahuan sebagai instrument penting membangun teori sosiologi lewat penulisan buku
yang berjudul “ Sosial Contruction of Reality : A Treatise in The Sociology of knowledge “,
yang merupakan hasil kerja sama antara ahli sosiologi dan ahli filsafat, terutama dari
fenomenologi dan ilmu-ilmu pengetahuan alam terutama biologi. Minat Berger terhadap
hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial di mana pemikiran itu timbul,
berkembang dan di lembagakan, bertolak dari pemikirannya tentang masalah keagamaan.
Dua buku perdananya yaitu The Precarius Vision (1961) dan The Noise of Solemn
Assemblies (1961) mengulas tentang fungsi atau posisi kritis sosiologi agama (sub-bidang
sosiologi pengetahuan) berhadapan dengan perkembangan refleksi teologis dalam kalangan
umat kristen barat.

1

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Pengertian konstruksi sosial
Menurut DeLamater dan Hyde juga bahwa konstruksi sosial menyatakan tidak ada
kenyataan pokok yang benar. Realitas adalah konstruksi sosial. Oleh karena itu, fenomena
seperti homoseksual adalah konstruksi sosial. Hasil dari suatu budaya, bahasanya, dan juga
institusi-institusi. Konstruksi sosial juga memfokuskan bukan pada pasangan seksualitas yang
menarik tapi pada variasi-variasi budaya dalam mempertimbangkan yang menarik itu.
Konstruksi sosial adalah sebuah pandangan bahwa semua nilai, ideologi dan institusi sosial
adalah buatan manusia. Konstruksi sosial merupakan sebuah pernyataan keyakinan dan juga
sebuah sudut pandang bahwa kandungan dari kesadaran dan cara berhubungan dengan orang
lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat. Tercakup di dalamnya pandangan bahwa
kuantitas metafisik riil dan abstrak yang dianggap sebagai suatu kepastian itu dipelajari dari
orang lain di sekitar kita.1
Konstruksi sosial menurut Waters adalah human beings construct social reality in which
subjective processes can become objectified. Konstruksi sosial adalah konsep yang
menggambarkan bagaimana realitas sosial dibentuk dan dimaknai secara subjektif oleh
anggota masyarakat. Konstruksi sosial menggambarkan proses di mana melalui tindakan dan
interaksi, manusia menciptakan secara terusmenerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama
yang dialami secara faktual objektif dan penuh arti secara subjektif.
Konstruksi sosial merupakan konsep yang menjelaskan bahwa struktur sosial tidak hanya

berada di luar manusia tetapi juga berada di dalam manusia atau terobjektivasi di dalam
kesadarannya yang subjektif. Konstruksi sosial menunjukkan bahwa sistem pengetahuan
masyarakat (sosio kultural, pranata sosial, religi) dalam kesadaran manusia bukan sesuatu
yang diterima secara mekanis melainkan diinterprestasi oleh manusia sebagai makhluk
rasional menjadi makna-makna subjektif.
Pemahaman individu tentang dunia, pengetahuan dan diri individu terbentuk dalam
kondisi sosial historis yang konkrit. Pengetahuan dan realitas konkrit dihubungkan oleh apa
yang disebut Foucalt sebagai discourse atau diskursus, yakni sejumlah gagasan dan argumen
1

Rory, Ian. 1997. Pendekatan Konstruksi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.53.

2

yang langsung berkaitan dengan teknikteknik kontrol demi kekuasaan. Tanpa memandang
dari mana kekuasaan tersebut berasal, tetapi kekuasaanlah yang mendefinisikan pengetahuan,
melakukan penilaian apa yang baik dan yang buruk, yang boleh dan yang tidak boleh,
mengatur perilaku, mendisiplinkan dan mengontrol segala sesuatu dan menghukumnya. Hal
ini dapat menggambarkan bagaimana konstruksi sosial dapat mempengaruhi perilaku dan
orientasi sosial.2

Berdasarkan kenyataan sosial, unsur terpenting dalam konstruksi sosial adalah
masyarakat, yang di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma, baik itu norma adat, agama,
moral dan lain-lain. Dan, semua itu nantinya akan terbentuk dalam sebuah struktur sosial
yang besar atau institusi dan pertemuan. Struktur sosial atau institusi merupakan bentuk atau
pola yang sudah mapan yang diikuti oleh kalangan luas di dalam masyarakat. Akibatnya
institusi atau struktur sosial itu mungkin kelihatan menkonfrontasikan individu sebagai suatu
kenyataan objektif dimana individu harus menyesuaikan dirinya.
Gambaran tentang hakikat kenyataan sosial ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih
dari pada jumlah individu yang membentuknya, ada hubungan timbal balik dimana mereka
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tetapi masyarakat tidak pernah ada sebagai
sesuatu benda objektif terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan
proses interaksi timbal-balik. Pendekatan ini mengusahakan keseimbangan antara pandangan
nominalis (yang percaya hanya individu yang riil) dan pandangan realis atau teori organik
(yang mengemukakan bahwa kenyataan sosial itu bersifat independent dari individu yang
membentuknya).
B. Memahami konstruksi sosial sebagai Teori
Istilah konstruksi atas realitas sosial terkenal semenjak diperkenalkan oleh petter L.
Berger dan Tomas Lukmann, mereka menggambarkan bawa konstruksi sosial adalah proses
sosial melalui tindakan dan interaksi. Dimana individu menseterus menerus suatu realitas
atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya.

Asal usul konstruksi sosial dimulai dari adanya gagasan-gagasan dengan berfikir positif,
dan gagasan tersebut setelah Aristoteles, ia mengatakan bahwa manusia adalah makluk
sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya.
2

Charles R. Ngangi, op.cit, hlm.2.

3

Berger dan luckmann memandang masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam
tiga momen dialektis yang simultan, yaitu ekternalisasi, objektivasi, dan internalisasi serta
masalah legetimasi yang berdimensi kognitif dan normatif, inilah yang dinamakan kenyataan
sosial. Hal itu merupakan konstruksi sosial buatan masyarakat sendiri dalam perjalanan
sejarahnya dari masa dulu, sekarang dan masa yang akan datang. Usaha Berger untuk
memadukan berbagai perspektif dari berbagai aliran teori sosiologi yang lebih
memperhatikan satu aspek dan mengabaikan aspek yang lain sehingga menjadi suatu
konstruksi teoritis yang memadai. Penjelasan ini mampu menampilkan hakikat masyarakat
yang bercorak pluralistis, dinamis, serta kompleks. Dengan demikian, peranan sosiologi
pengetahuan yang selama ini dianggap berisi sejarah pemikiran intelektual mendapat bobot
baru sehingga tampil sebagai instrumen penting untuk menemukan hakikat masyarakat secara

lebih jelas di masa yang akan datang.
Proses dialektika ketiga momen tersebut, dalam konteks ini dapat dipahami sebagai
berikut:
1. Proses Sosial Momen Eksternalisasi
Proses eksternalisasi merupakan salah satu dari tiga momen dialektika dalam
kajian sosiologi pengetahuan. Individu sejak lahir akan dikenalkan produk-produk
sosial diluar dirinya. Sedangkan produk sosial itu sendiri adalah segala sesuatu yang
merupakan hasil sosialisasi dan interaksi didalam masyarakat. Proses Eksternalisasi
adalah suatu keharusan antropologis. Sehingga tatanan sosial merupakan sesuatu
yang telah ada mendahului setiap perkembangan organisme individu. Tatanan sosial
yang terjadi secara terus-menerus dan diulang-ulang ini, merupakan pola dari
kegiatan yang sudah mengalami proses pembiasaan (habitualisasi).
Eksternalisasi merupakan momen dimana seseorang melakukan adaptasi diri
terhadap lingkungan sosialnya. Dunia sosial, kendati merupakan hasil dari aktivitas
manusia, namun ia menghadapkan dirinya sebagai sesuatu yang bersifat eksternal
bagi manusia, sesuatu yang berada diluar diri manusia. Realitas dunia sosial,
merupakan pengalaman hidup yang bisa dijadikan sebagai dasar seseorang untuk
membentuk pengetahuan atau mengkonstruksi sesuatu. Realitas sosial, juga
mengharuskan seseorang untuk memberikan responnya. Respon seseorang terhadap
pranata-pranata sosial yang ada, bisa berupa penerimaan, penyesuaian maupun

4

penolakan. Bahasa dan tindakan merupakan sarana bagi seseorang untuk
mengkonstruksi dunia sosio-kulturalnya melalui momen eksternalisasi ini.
Secara sederhana momen eksternalisasi dapat dipahami sebagai proses
visualisasi atau verbalisasi pikiran dari dimensi batiniah ke dimensi lahiriah.
Eksternalisasi merupakan proses pengeluaran gagasan dari dunia ide ke dunia nyata.
Dalam momen eksternalisasi, realitas sosial ditarik keluar individu. Didalam momen
ini, realitas sosial berupa proses adaptasi dengan teks- teks suci, kesepakatan ulama,
hukum, norma, nilai dan sebagainya, yang

hal itu berada diluar diri manusia.

sehingga dalam proses konstruksi sosial melibatkan momen adaptasi diri atau
diadaptasikan antara teks tersebut dengan dunia sosio-kultural. Adaptasi tersebut
dapat melalui bahasa, tindakan dan pentradisian yang dalam khazanah ilmu sosial
disebut

interpretasi atas teks atau dogma. Karena adaptasi merupakan proses


penyesuaian berdasar atas penafsiran, maka sangat dimungkinkan terjadinya variasivariasi adaptasi dan hasil adaptasi atau tindakan pada masing-masing individu
2. Proses Sosial Momen Objektivasi
Obyektivasi ialah proses mengkristalkan kedalam pikiran tentang suatu
obyek, atau segala bentuk eksternalisasi yang telah dilakukan dilihat kembali pada
kenyataan di lingkungan secara obyektif. Jadi dalam hal ini bisa terjadi pemaknaan
baru ataupun pemaknaan tambahan. proses objektivasi merupakan momen interaksi
antara dua realitas yang terpisahkan satu sama lain, manusia disatu sisi dan realitas
sosio kultural disisi lain. kedua entitas yang seolah terpisah ini kemudian
membentuk jaringan interaksi intersubyektif. Momen ini merupakan hasil dari
kenyataan eksternalisasi yang kemudian mengejawantah sebagai suatu kenyataan
objektif yang sui generis, unik.
Pada momen ini juga ada proses pembedaan antara dua realitas sosial, yaitu
realitas diri individu dan realitas sosial lain yang berada diluarnya, sehingga realitas
sosial itu menjadi sesuatu yang objektif. Dalam proses konstruksi sosial, proses ini
disebut sebagai interaksi sosial melalui pelembagaan dan legitimasi. Dalam
pelembagaan dan legitimasi tersebut, agen bertugas menarik dunia subyektifitasnya
menjadi dunia obyektif melalui interaksi sosial yang dibangun secara bersama.

5


Pelembagaan akan terjadi manakala terjadi kesepahaman intersubjektif

atau

hubungan subjek-subjek.3
Selain itu, obyektivitas dunia kelembagaan adalah obyektivasi yang dibuat dan
dibangun oleh manusia. proses dimana produk-produk aktivitas manusia yang di
eksternalisasikan

itu

memperoleh

sifat

obyektive

adalah

obyektivitas.


Dunia

kelembagaan merupakan aktivitas manusia yang diobjektivasikan dan begitu pula halnya
dengan setiap lembaganya.4 masyarakat adalah produk dari manusia. Berakar dalam
fenomena eksternalisasi yang pada gilirannya didasarkan pada konstruksi biologis
manusia itu. Transformasi produk-produk ini kedalam suatu dunia tidak saja berasal dari
manusia, tetapi yang kemudian menghadapi manusia sebagai suatu faktasitas diluar
dirinya, adalah diletakkan dalam konsep obyektivitas. Dunia yang diproduksi manusia
yang berada diluar sana memiliki sifat realitas yang obyektif. Dan dapat juga dikatakan
bahwa masyarakat merupakan aktivitas manusia yang diobyektivasikan. 5 Didalam
konstruksi sosial momen ini terdapat realitas sosial pembeda dari realitas lainnya.
objektivasi ini terjadi karena adanya proses

eksternalisasi. Ketika dalam proses

eksternalisasi semua cirri-ciri dan simbol dikenal oleh masyarakat umum.
3. Proses Sosial Momen Internalisasi
Internalisasi adalah individu-individu sebagai kenyataan subyektif menafsirkan
realitas obyektif. Pada momen ini, individu akan menyerap segala hal yang bersifat

obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara subyektif. Internalisasi ini berlangsung
seumur hidup seorang individu dengan melakukan sosialisasi. Pada proses internalisasi,
setiap indvidu berbeda-beda dalam dimensi penyerapan. Ada yang lebih menyerap aspek
ekstern, ada juga juga yang lebih menyerap bagian intern. Selain itu, proses internalisasi
dapat diperoleh individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder. Soaialisasi
Primer merupakan sosialisasi awal yang dialami individu masa kecil, disaat ia
diperkenalkan dengan dunia sosial pada individu. Sosialisasi sekunder dialami individu
pada usia dewasa dan memasuki dunia publik, dunia pekerjaan dalam lingkungan yang
lebih luas. Sosialisasi primer biasanya sosialisasi yang paling penting bagi individu, dan
Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2005), 44.
Peter L. Berger & Thomas Lukhman, tafsir sosial atas kenyataan (Jakarta: LP3ES, 1190), hal. 87.
5
Peter L. Berger, langit suci (agama sebagai realitas sosial), (Jakarta: LP3ES, 1991), hal. 11-14.
3

4

6

bahwa semua struktur dasar dari proses sosialisasi sekunder harus mempunyai kemiripan

dengan struktur dasar sosialisasi primer.
C. Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luchmann
Dua istilah dalam sosiologi pengetahuan Berger adalah kenyataan dan pengetahuan.
Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman
kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai suatu kualitas yang terdapat didalam
realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (Being) yang tidak tergantung pada
kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa
realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik.6
Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan
dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif. Realitas subyektif berupa
pengetahuan individu. Disamping itu, realitas subyektif merupakan realitas yang dimiliki
individu dan dikonstruksi melalui peoses internalisasi. Realitas subyektif yang dimiliki
masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi,
atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses
eksternalisas itulah individu secara kolektif berkemampuan melakukan obyektivikasi dan
memunculkan sebuah konstruksi realitas obyektif yang baru.7
Sedangkan realitas obyektif dimaknai sebagai fakta sosial. Disamping itu,

realitas

obyektif merupkan suatu kompleksitas. Berger dan Luckmann mengatakan institusi
masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.
meskipun institusi sosial dan masyarakat terlihat nyata secara obyektif, namun pada
kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif

melalui proses interaksi.

Obyektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang
lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi,
manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan
hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial
serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan. Pendek kata, Berger dan Luckmann
mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat
6

Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan . (Jakarta: LP3ES, 1190),1.

7

Margaret M. Polomo, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 301.

7

menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan
internalisasi.8

BAB III
8
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan
Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann 45,
(Jakarta: Kencana, 2008), 14-15.
Peter L. Berger & Thomas Lukhmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan. (Jakarta: LP3ES, 1190),
33-36.

8

KESIMPULAN
1. Konstruksi sosial menggambarkan proses di mana melalui tindakan dan interaksi,
manusia menciptakan secara terusmenerus suatu kenyataan yang dimiliki bersama yang
dialami secara faktual objektif dan penuh arti secara subjektif.
2. Berber dan luckmann memandang masyarakat sebagai proses yang berlangsung dalam
tiga momen dialektis yang simultan, yaitu ekternalisasi, Objektivasi, Internalisasi.
3. Dua istilah dalam sosiologi pengetahuan Berger adalah kenyataan dan pengetahuan.
Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial

dengan memisahkan

pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik.
4. Menurut Berger dan Luckmann, terdapat dua obyek pokok realitas yang berkenaan
dengan pengetahuan, yakni realitas subyektif dan realitas obyektif.

Daftar pustaka
9

Syam, Nur., Islam Pesisir, (Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, 2005)
Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial-Volume 7 Nomor 2, (Mei
2011)
Ian, Rory,. 1997. Pendekatan Konstruksi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Berger, Peter L., langit suci (agama sebagai realitas sosial), (Jakarta: LP3ES, 1991)
Berger, Peter L,. & Lukhmann, Thomas., Tafsir Sosial atas Kenyataan . (Jakarta: LP3ES,
1190)
Polomo, Margaret M., Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Press, 2010).
Bungin, Burhan,. Konstruksi Sosial Media Massa:Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan
Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann45, (Jakarta: Kencana, 2008).
Berger, Peter L,. & Lukhmann, Thomas,. Tafsir Sosial atas Kenyataan. (Jakarta: LP3ES,
1190).

10