KP 93 Dan Tahun 2015
r
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR: KP 93 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL
PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-24
(ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-24),
PEDOMAN PERHITUNGAN PCN (PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER)
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang :
a.
bahwa dalam Appendix I Bagian 3 Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
(Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang
Bandar Udara (Aerodrome), telah mengatur bahwa
penyelenggara bandar udara wajib menyampaikan data
atau
informasi
informasi
bandar
udara
aeronautika
kepada
(Aeronautical
pelayanan
Information
Service/AIS);
b.
bahwa
data
atau
informasi
bandar
udara
yang
disampaikan kepada kepada pelayanan informasi
aeronautika (Aeronautical Information Service/AIS],
memuat data dan informasi jenis permukaan daerah
perkerasan dan daya dukung perkerasan dengan
perhitungan
menggunakan
metode
Aircraft
Classification Number - Pavement Classification Number
(ACN-PCN);
c.
bahwa
dimaksud
berdasarkan
dalam
pertimbangan
huruf
a
dan
sebagaimana
huruf
b,
perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan
Keselamatan
Penerbangan
Sipil
Bagian
139-24
(Advisory Circular CASR Part 139-24), Pedoman
Perhitungan PCN (Pavement Classification Number)
Perkerasan Prasarana Bandar Udara;
Mengingat
:
1.
Undang-undang
Nomor
1 Tahun
2009
tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang
Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5295);
3.
4.
2015
tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);
Peraturan
Presiden
Nomor 7
Tahun
Negara
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten tang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun
2014;
5.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun
2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
6.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun
2009 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part
139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 74 Tahun 2013;
7.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun
2009 tentang
Pendelegasian Kewenangan Menteri
Perhubungan Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara di Bidang Penerbangan;
8.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun
2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERHUBUNGAN
UDARA TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL
PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN
139-24
(ADVISORY
CIRCULAR
CASR
PART
PEDOMAN
PERHITUNGAN
PCN
CLASSIFICATION NUMBER) PERKERASAN
BANDAR UDARA.
139-24),
(PAVEMENT
PRASARANA
Pasal 1
(1)
Penyelenggara bandar udara wajib menyampaikan
data atau informasi bandar udara kepada pelayanan
informasi
aeronautika
(Aeronautical
Information
Service/AIS).
(2)
Data atau informasi bandar udara yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat data
dan informasi jenis permukaan daerah perkerasan
dan daya dukung perkerasan dengan perhitungan
menggunakan metode Aircraft Classification Number Pavement Classification Number (ACN-PCN).
(3)
Pedoman Perhitungan PCN (Pavement Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengacu pada
ketentuan sebagaimana terlampir dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 2
(1)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) yang wajib
disampaikan kepada pelayanan informasi aeronautika
(Aeronautical Information Service/AIS) untuk bandar
udara yang melayani pesawat udara beroperasi yang
memiliki berat lebih besar dari 5.700 kg berat lepas
landas maksimum (Maximum Take-Off Weight/MTOW).
(2)
Kekuatan daya dukung perkerasan bagi bandar udara
yang melayani pesawat udara beroperasi yang
memiliki berat kurang dari 5.700 kg berat lepas
landas maksimum (Maximum Take-Off Weight/MTOW),
harus selalu tersedia dengan cara melaporkan
informasi berikut:
a.
b.
(3)
Berat maksimum pesawat udara udara yang
diperbolehkan; dan
Tekanan ban maksimum yang diperbolehkan.
Nilai PCN (Pavement Classification Number) yang
disampaikan menginfomasikan bahwa suatu pesawat
udara udara dengan nilai ACN (Aircraft Classification
Number) sama dengan atau kurang dari nilai PCN
(Pavement Classification Number) yang disampaikan
dapat beroperasi di suatu perkerasan namun dengan
batasan pada tekanan ban atau berat keseluruhan
pesawat udara (all-up weight) untuk jenis pesawat
udara tertentu.
Pasal 3
(1)
Penyampaian
nilai
PCN
(Pavement
Classification
Number) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
dilakukan oleh Kepala Penyelenggara Bandar Udara
untuk selanjutnya disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara c.q Direktur Bandar
Udara guna dilakukan evaluasi dan/atau verifikasi.
(2)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) Perkerasan
Prasarana
Bandar
Udara
yang
telah
dievaluasi
dan/atau diverifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), selanjutnya dipublikasikan dalam Publikasi
Informasi
Aeronautika
(Aeronautical
Information
Publication/AIP) melalui Pelayananan Informasi
Aeronautika (Aeronautical Information Services/AlS)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) Perkerasan
Prasarana Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib diperbaharui dan dilakukan
penyesuaian sesuai dengan perubahan prasarana
bandar udara maupun tingkat frekuensi lalu lintas
angkutan udara.
Pasal 4
(1)
Perhitungan
nilai
PCN
(Pavement
Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara untuk
bandar udara yang akan dan/atau telah melayani
pesawat udara beroperasi lebih dari 5 jenis pesawat
udara berbeda yang memiliki Aerodrome Reference
Code
minimal
4C
maka
perhitungan
dapat
menggunakan metode FAA AC 150-5335-5C.
(2)
Penetapan nilai PCN (Pavement Classification Number)
Perkerasan
Prasarana
Bandar
Udara
wajib
memperhatikan nilai PCN (Pavement Classification
Number) pada daerah terkritis pada suatu konstruksi
perkerasan prasarana bandar udara.
Pasal 5
(1)
Apabila terdapat nilai PCN (Pavement Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara yang
menunjukan nilai lebih kecil daripada nilai ACN
(Aircraft Classification Number) pesawat udara udara
terbesar yang beroperasi, maka pengoperasian
pesawat udara tersebut mengacu pada ketentuan
pembatasan beban lepas landas (Restricted take-off
Weight) dan/atau kondisi overload.
(2)
Dalam rangka pengoperasian pesawat udara dengan
kondisi overload sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka penyelenggara bandar udara dan operator
angkutan udara harus membuat identifikasi masalah
(risk assessment) dan upaya untuk mengurangi
terjadinya resiko (risk mitigation) guna menjamin
keselamatan operasi penerbangan.
Pasal 6
Direktur Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar
Udara melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan ini.
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
: JAKARTA
pada tanggal
: 13 MARET 2015
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
TTD
SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:.
1.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
2.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
3.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
4.
5.
Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;
6.
Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dilingkungan Direktorat
7.
8.
Jenderal Perhubungan Udara;
Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);
Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero).
SALINAN sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,
Pembina Tk. I / (IV/b)
NIP. 19660508 199003 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR: KP 93 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
OPERASIONAL PERATURAN
KESELAMATAN
PENERBANGAN
SIPIL
BAGIAN
139-24
(ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-24), PEDOMAN
PERHITUNGAN PCN (PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER]
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
TANGGAL: 13 MARET 2015
PEDOMAN PERHITUNGAN
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN)
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 1dari 116
1.
RUANG LINGKUP
1.1
UMUM
1.1.1 Pedoman perhitungan nilai PCN ini dimaksudkan sebagai referensi bagi
operator bandar udara dalam menghitung, menetapkan, maupun
mempublikasikan nilai daya dukung perkerasan sesuai dengan sistem
yang telah ditetapkan oleh ICAO yaitu sistem ACN-PCN. Pedoman ini
juga dapat digunakan untuk keperluan penyusunan rencana
perbaikan/peningkatan kinerja konstruksi perkerasan prasarana sisi
udara.
1.1.2 Metode ini mencakup tata cara melakukan perhitungan PCN perkerasan
lentur (flexible pavemenet) maupun perkerasan kaku (rigid pavement)
konstruksi perkerasan prasarana sisi udara yang terdiri dari landas
pacu (runway) landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron).
1.2
METODE PENENTUAN NILAI PCN
Metode perhitungan yang dijabarkan dalam buku pedoman ini terdiri
dari metode klasik (CBR-FAA), metode grails dan metode FAA AC
150/5335-5C. Adapun penentuan nilai PCN dengan pengujian langsung
dilapangan, misalnya dengan alat HWD dijabarkan tersendiri mengingat
tata cara perhitungan PCN terkait dengan manual alat.
2.
ACUAN NORMATIF
2.1
Acuan Normatif dalam penyusunan pedoman ini antara lain meliputi:
UU No. 1 Tahun 2009
PP No 40 Tahun 2012
: Penerbangan
: Pembangunan dan Pelestarian
Hidup Bandar Udara
SKEP 78 Tahun 2005
: Petunjuk
Pelaksanaan
Pemeliharaan
Konstruksi Landas Pacu (Runway), Landas
Hubung (Taxiway) dan Landas Parkir (Apron)
BSNI PSN 08:2007
ICAO Annex 14
: Pedoman Standardisasi Nasional
: Aerodromes
FAA 150/5320-6E
FAA 150/5380-6B
: Airport Pavement Design and Evaluation
: Guidelines and Procedures for Maintenance of
FAA 150/5335-5
: Standardized Method Of Reporting Airport
FAA 150/5335-5A
: Standardized Method of Reporting Airport
Pavement Strength - PCN
: Standardized Method of Reporting Airport
Lingkungan
serta Fasilitas Penunjang di Bandar Udara
Airport Pavements
Pavement Strength - PCN
FAA 150/5335-5B
Pavement Strength - PCN
U.S. Air Force, 2004
: Airfield Asphalt Pavement Distress Manual,
U.S.A
UK Defence Estates, 2006:A Guide to Airfield Pavement design and
Evaluation
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 2 dan 116
3.
SIMBOL DAN SINGKATAN
3.1
AC
Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi
penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.
3.2
ACN
Singkatan dari Aircraft Classification Number, yakni nilai yang dimiliki
oleh suatu pesawat yang dikeluarkan oleh ICAO atau pabrik asal
pesawat tersebut.
3.3
CBR
Singkatan dari California Bearing Ratio yang merupakan nilai
perbandingan kekuatan tanah dengan kuat tekan batu California
standar yang memiliki nilai 100%.
3.4
CDF
Singkatan dari Cumulatif Damage Factor yang merupakan suatu konsep
yang didasarkan dari prinsip Miners dimana kerusakan dalam struktur
perkerasan sebanding dengan jumlah aplikasi beban yang bekerja pada
perkerasan tersebut dibagi dengan jumlah beban yang bekerja pada
perkerasan yang menyebabkan kegagalan dari perkerasan.
3.5
COMFAA
Suatu software dari FAA yang digunakan untuk menghitung nilai PCN.
3.6
ELMOD
singkatan dari Evaluation of Layer Moduli & Overlay Design untuk
evaluasi lapisan moduli dan tampilan desain digunakan atau penilaian
struktural dari semua jenis perkerasan struktur.
3.7
FAA
Singkatan dari Federal Aviation Administration (disingkat FAA)
merupakan lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari Kementerian Transportasi Amerika Serikat, badan
ini bertanggungjawab sebagai pengatur dan pengawas penerbangan sipil
di A.S. Fungsinya mirip dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
di Indonesia.
3.8
HWD
Singkatan dari Heavy Weight Deflectometer, merupakan salah prosedur
standar yang dikeluarkan oleh FAA untuk mengetahui kinerja dari
perkerasan.
3.9
ICAO
Singkatan dari International Civil Aviation Organization, yang di sebut
juga organisasi penerbangan sipil internasional.
3.10
K
Merupakan simbol untuk nilai modulus reaksi tanah.
3.11
MTOW
Singkatan dari Maximum Take Off Weightyang merupakan berat
maksimal suatu pesawat terbang untuk dapat tinggal landas.
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 3dari 116
3.12
PCN
Merupakan singkatan dari Pavement Classification Number.
4.
ISTILAH DAN DEFINISI
4.1
Aerodrome
Kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
lepas landas.
4.2
Annual Departure
Jumlah kedatangan pesawat terbang dalam satu tahun.
4.3
Base Course
Lapisan pondasi atas dari suatu sistem perkerasan atau lapisan tepat di
bawah lapis aus baik berupa lapis aspal atau beton.
4.4
Coverage
Jumlah perkerasan yang menerima tegangan maksimum akibat lalu
lintas pesawat.
4.5
Daya Dukung
Kemampuan sistem perkerasan menopang beban (pesawat) di atasnya.
4.6
Flexible Pavement
Nama lain untuk perkerasan lentur atau struktur perkerasan yang
menggunakan aspal.
4.7
Friction
Tahanan yang timbul dari gesekan antara dua permukaan yang saling
bergerak relatif satu sama lain.
4.8
Konstrukai Perkerasan
Konstruksi yang dibuat lapisan pondasi atas dari suatu sistem
perkerasan atau lapisan tepat di bawah lapis aus baik berupa lapis
aspal atau beton.
4.9
Landing
Proses pendaratan pesawat terbang.
4.10 Lapisan Subgrade
Lapisan tanah asli atau lapisan timbunan yang terdapat dibawah
lapisan pondasi bawah (sub base) perkerasan.
4.11
Lapisan Sub Base
Lapisan pondasi bawah dari suatu sistem perkerasan.
4.12 Lapisan Base
Lapisan pondasi bagian atas dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini
terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan
menerus beban ke lapisan dibawahnya.
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 4 dari 116
4.13 Landas hubung (taxiway)
Area yang ditentukan di aerodrome dimana pesawat akan meluncur ke
dan dari landas dan apron.
4.14 Landas pacu (runway)
Area segiempat yang ditentukan di aerodrome yang disiapkan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat. Biasanya diberi perkerasan kecuali
untuk aerodrome yang kecil.
4.15 Landas parkir (apron)
Area yang ditentukan yang digunakan untuk mengakomodasi pesawat
untuk memuat dan membongkar/menurunkan penumpang dan barang,
parkir, mengisi bahan bakar, dll.
4.16
Modulus elastisitas
Angka yang digunakan untuk mengukur obyek atau ketahanan bahan
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda
itu.
4.17
Modulus reaksi tanah dasar
Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam (k). Nilai k dapat
diperoleh dari hasil korelasi dengan CBR.
4.18
Pass
Gerakan satu kali pesawat melewati perkerasan runway bisa berupa
kedatangan, keberangkatan maupun taxi.
4.19 Plat bearing
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kapasitas dukung
pondasi perkerasan.
4.20 Rigid Pavement
Sistem perkerasan kaku yang dibentuk dari slab atau pelat beton.
5.
KLASIFIKASI PESAWAT DAN PERKERASAN
5.1
UMUM
5.1.1 Selama beberapa tahun, telah digunakan berbagai metode dalam
pengklasifikasian pesawat dan perkerasan bandar udara. Dalam
Aerodrome Design Manual Part 3 yang diterbitkan oleh ICAO pada tahun
1977, terdapat empat metode klasifikasi pesawat dan perkerasan dan
yang umum digunakan adalah LCN/LCG system yang telah
dikembangkan di UK. Untuk mendapatkan metode yang efektif dan
dapat digunakan secara universal, ICAO melakukan serangkaian studi
untuk menghasilkan metode tepat dengan tujuan:
(i)
Operator pesawat dapat menentukan beban operasi ijin pesawat
yang dioperasikannya;
(ii)
Membantu perusahaan pembuat pesawat untuk memastikan
kompatibilitas perkerasan dengan pesawat yang sedang
dibuatnya;dan
(iii) Memberikan pilihan bagi operator bandar udara untuk
menggunakan metode evaluasi dalam menentukan jenis pesawat
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 5 dari 116
dan/atau beban pesawat yang dapat beroperasi di bandar udara
yang dioperasikannya.
5.1.2 Pada tanggal 26 November 1981, ICAO melalui DOC 9157-AN/901 dan
Amandemen Annex
14, Ref.
lmengumumkan penggunaan sistem
Aircraft Classification Number-Pavement Classification Number (ACN-
PCN). Tujuan utama dari konsep ACN-PCN ini adalah untuk
medapatkan gambaran beban pesawat yang dapat dioperasikan pada
suatu bandar udara dalam kondisi unrestricted (tidak ada pembatasan
beban).
5.2
SISTEM ACN-PCN
5.2.1 Sistem ACN-PCN merupakan suatu metode yang dikembangkan untuk
mengontrol beban pesawat yang beroperasi pada konstruksi perkerasan
prasarana sisi udara suatu bandar udara. Metode ini, hanya digunakan
untuk menentukan daya dukung perkerasan untuk pesawat operasi
dengan berat minimal 5.700 kg (12.500 Lbs). Penjelasan detail mengenai
sistem ACN-PCN terdapat dalam Aerodrome Desain Manual Part 3 edisi
1983 yang diterbitkan oleh ICAO.
5.3
AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (ACN)
5.3.1 ACN merupakan suatu nilai yang menunjukkan efek relatif sebuah
pesawat udara di atas pavement untuk kategori sub-grade standar yang
ditentukan. ACN dapat dihitung melalui pemodelan matematika baik
untuk perkerasan kaku (rigid pavement) maupun pekrerasan lentur
(flexible pavement). Nilai ACN dipublikasikan dalam 2 (dua) kategori
perkerasan yaitu lentur dan kaku pada kategori daya dukung lapisan
subgradetertentuseperti ditampilkan dalam Tabel 6.1 dan 6.2, serta
kondisi
beban
maksimum
dan
beban
minimum
pesawat.
Pada
umumnya, nilai ACN untuk semua jenis pesawat (pesawat sipil)
diterbitkan oleh pabrik pembuat pesawat.
5.4
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN)
5.4.1 PCN merupakan suatu angka yang menjelaskan daya dukung
perkerasan untuk operasi tak terbatas pesawat udara dengan nilai ACN
kurang dari atau sama dengan PCN. Jika nilai ACN dan tekanan roda
pesawat lebih besar dari nilai PCN pada kategori subgrade tertentu yang
dipublikasikan, maka operasi pesawat udara tidak dapat diberikan ijin
beroperasi kecuali dengan mengurangi beban operasi. Pada keadaan
tertentu, pengoperasian kondisi overload dapat diberikan. Lebih jauh
mengenai pengoperasian kondisi overload di bahas pada Paragraf 5.6.
5.4.2 Meskipun nilai PCN harus dipublikasikan oleh operator/pengelola
bandar udara, ICAO tidak merekomendasikan metode tertentu dalam
menghitung nilai PCN. Nilai PCN harus merepresentasikan korelasi
antara beban pesawat yang diijinkan dengan nilai ACN dari pesawat
terkritis yang beroperasi selama umur rencana struktur perkerasan.
5.4.3 Komponen PCN terdiri dari lima unsur yaitu nilai numerik kekuatan
perkerasan, jenis perkerasan, kategori kekuatan subgrade, kategori
tekanan roda dan metode pelaksanaan evaluasi. Adapun ketentuan
penulisan nilai PCN adalah sebagai berikut:
Pedoman Perhitungan PCN Peri
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR: KP 93 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL
PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-24
(ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-24),
PEDOMAN PERHITUNGAN PCN (PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER)
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang :
a.
bahwa dalam Appendix I Bagian 3 Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139
(Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang
Bandar Udara (Aerodrome), telah mengatur bahwa
penyelenggara bandar udara wajib menyampaikan data
atau
informasi
informasi
bandar
udara
aeronautika
kepada
(Aeronautical
pelayanan
Information
Service/AIS);
b.
bahwa
data
atau
informasi
bandar
udara
yang
disampaikan kepada kepada pelayanan informasi
aeronautika (Aeronautical Information Service/AIS],
memuat data dan informasi jenis permukaan daerah
perkerasan dan daya dukung perkerasan dengan
perhitungan
menggunakan
metode
Aircraft
Classification Number - Pavement Classification Number
(ACN-PCN);
c.
bahwa
dimaksud
berdasarkan
dalam
pertimbangan
huruf
a
dan
sebagaimana
huruf
b,
perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan
Keselamatan
Penerbangan
Sipil
Bagian
139-24
(Advisory Circular CASR Part 139-24), Pedoman
Perhitungan PCN (Pavement Classification Number)
Perkerasan Prasarana Bandar Udara;
Mengingat
:
1.
Undang-undang
Nomor
1 Tahun
2009
tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang
Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5295);
3.
4.
2015
tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5);
Peraturan
Presiden
Nomor 7
Tahun
Negara
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten tang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun
2014;
5.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun
2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
6.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun
2009 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part
139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 74 Tahun 2013;
7.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun
2009 tentang
Pendelegasian Kewenangan Menteri
Perhubungan Kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara di Bidang Penerbangan;
8.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun
2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERHUBUNGAN
UDARA TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL
PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN
139-24
(ADVISORY
CIRCULAR
CASR
PART
PEDOMAN
PERHITUNGAN
PCN
CLASSIFICATION NUMBER) PERKERASAN
BANDAR UDARA.
139-24),
(PAVEMENT
PRASARANA
Pasal 1
(1)
Penyelenggara bandar udara wajib menyampaikan
data atau informasi bandar udara kepada pelayanan
informasi
aeronautika
(Aeronautical
Information
Service/AIS).
(2)
Data atau informasi bandar udara yang disampaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat data
dan informasi jenis permukaan daerah perkerasan
dan daya dukung perkerasan dengan perhitungan
menggunakan metode Aircraft Classification Number Pavement Classification Number (ACN-PCN).
(3)
Pedoman Perhitungan PCN (Pavement Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengacu pada
ketentuan sebagaimana terlampir dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 2
(1)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) yang wajib
disampaikan kepada pelayanan informasi aeronautika
(Aeronautical Information Service/AIS) untuk bandar
udara yang melayani pesawat udara beroperasi yang
memiliki berat lebih besar dari 5.700 kg berat lepas
landas maksimum (Maximum Take-Off Weight/MTOW).
(2)
Kekuatan daya dukung perkerasan bagi bandar udara
yang melayani pesawat udara beroperasi yang
memiliki berat kurang dari 5.700 kg berat lepas
landas maksimum (Maximum Take-Off Weight/MTOW),
harus selalu tersedia dengan cara melaporkan
informasi berikut:
a.
b.
(3)
Berat maksimum pesawat udara udara yang
diperbolehkan; dan
Tekanan ban maksimum yang diperbolehkan.
Nilai PCN (Pavement Classification Number) yang
disampaikan menginfomasikan bahwa suatu pesawat
udara udara dengan nilai ACN (Aircraft Classification
Number) sama dengan atau kurang dari nilai PCN
(Pavement Classification Number) yang disampaikan
dapat beroperasi di suatu perkerasan namun dengan
batasan pada tekanan ban atau berat keseluruhan
pesawat udara (all-up weight) untuk jenis pesawat
udara tertentu.
Pasal 3
(1)
Penyampaian
nilai
PCN
(Pavement
Classification
Number) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
dilakukan oleh Kepala Penyelenggara Bandar Udara
untuk selanjutnya disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara c.q Direktur Bandar
Udara guna dilakukan evaluasi dan/atau verifikasi.
(2)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) Perkerasan
Prasarana
Bandar
Udara
yang
telah
dievaluasi
dan/atau diverifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), selanjutnya dipublikasikan dalam Publikasi
Informasi
Aeronautika
(Aeronautical
Information
Publication/AIP) melalui Pelayananan Informasi
Aeronautika (Aeronautical Information Services/AlS)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3)
Nilai PCN (Pavement Classification Number) Perkerasan
Prasarana Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), wajib diperbaharui dan dilakukan
penyesuaian sesuai dengan perubahan prasarana
bandar udara maupun tingkat frekuensi lalu lintas
angkutan udara.
Pasal 4
(1)
Perhitungan
nilai
PCN
(Pavement
Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara untuk
bandar udara yang akan dan/atau telah melayani
pesawat udara beroperasi lebih dari 5 jenis pesawat
udara berbeda yang memiliki Aerodrome Reference
Code
minimal
4C
maka
perhitungan
dapat
menggunakan metode FAA AC 150-5335-5C.
(2)
Penetapan nilai PCN (Pavement Classification Number)
Perkerasan
Prasarana
Bandar
Udara
wajib
memperhatikan nilai PCN (Pavement Classification
Number) pada daerah terkritis pada suatu konstruksi
perkerasan prasarana bandar udara.
Pasal 5
(1)
Apabila terdapat nilai PCN (Pavement Classification
Number) Perkerasan Prasarana Bandar Udara yang
menunjukan nilai lebih kecil daripada nilai ACN
(Aircraft Classification Number) pesawat udara udara
terbesar yang beroperasi, maka pengoperasian
pesawat udara tersebut mengacu pada ketentuan
pembatasan beban lepas landas (Restricted take-off
Weight) dan/atau kondisi overload.
(2)
Dalam rangka pengoperasian pesawat udara dengan
kondisi overload sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka penyelenggara bandar udara dan operator
angkutan udara harus membuat identifikasi masalah
(risk assessment) dan upaya untuk mengurangi
terjadinya resiko (risk mitigation) guna menjamin
keselamatan operasi penerbangan.
Pasal 6
Direktur Bandar Udara dan Kepala Kantor Otoritas Bandar
Udara melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan ini.
Pasal 7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
: JAKARTA
pada tanggal
: 13 MARET 2015
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
TTD
SUPRASETYO
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada:.
1.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
2.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
3.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
4.
5.
Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;
6.
Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dilingkungan Direktorat
7.
8.
Jenderal Perhubungan Udara;
Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);
Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero).
SALINAN sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,
Pembina Tk. I / (IV/b)
NIP. 19660508 199003 1 001
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR: KP 93 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
OPERASIONAL PERATURAN
KESELAMATAN
PENERBANGAN
SIPIL
BAGIAN
139-24
(ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-24), PEDOMAN
PERHITUNGAN PCN (PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER]
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
TANGGAL: 13 MARET 2015
PEDOMAN PERHITUNGAN
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN)
PERKERASAN PRASARANA BANDAR UDARA
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 1dari 116
1.
RUANG LINGKUP
1.1
UMUM
1.1.1 Pedoman perhitungan nilai PCN ini dimaksudkan sebagai referensi bagi
operator bandar udara dalam menghitung, menetapkan, maupun
mempublikasikan nilai daya dukung perkerasan sesuai dengan sistem
yang telah ditetapkan oleh ICAO yaitu sistem ACN-PCN. Pedoman ini
juga dapat digunakan untuk keperluan penyusunan rencana
perbaikan/peningkatan kinerja konstruksi perkerasan prasarana sisi
udara.
1.1.2 Metode ini mencakup tata cara melakukan perhitungan PCN perkerasan
lentur (flexible pavemenet) maupun perkerasan kaku (rigid pavement)
konstruksi perkerasan prasarana sisi udara yang terdiri dari landas
pacu (runway) landas hubung (taxiway) dan landas parkir (apron).
1.2
METODE PENENTUAN NILAI PCN
Metode perhitungan yang dijabarkan dalam buku pedoman ini terdiri
dari metode klasik (CBR-FAA), metode grails dan metode FAA AC
150/5335-5C. Adapun penentuan nilai PCN dengan pengujian langsung
dilapangan, misalnya dengan alat HWD dijabarkan tersendiri mengingat
tata cara perhitungan PCN terkait dengan manual alat.
2.
ACUAN NORMATIF
2.1
Acuan Normatif dalam penyusunan pedoman ini antara lain meliputi:
UU No. 1 Tahun 2009
PP No 40 Tahun 2012
: Penerbangan
: Pembangunan dan Pelestarian
Hidup Bandar Udara
SKEP 78 Tahun 2005
: Petunjuk
Pelaksanaan
Pemeliharaan
Konstruksi Landas Pacu (Runway), Landas
Hubung (Taxiway) dan Landas Parkir (Apron)
BSNI PSN 08:2007
ICAO Annex 14
: Pedoman Standardisasi Nasional
: Aerodromes
FAA 150/5320-6E
FAA 150/5380-6B
: Airport Pavement Design and Evaluation
: Guidelines and Procedures for Maintenance of
FAA 150/5335-5
: Standardized Method Of Reporting Airport
FAA 150/5335-5A
: Standardized Method of Reporting Airport
Pavement Strength - PCN
: Standardized Method of Reporting Airport
Lingkungan
serta Fasilitas Penunjang di Bandar Udara
Airport Pavements
Pavement Strength - PCN
FAA 150/5335-5B
Pavement Strength - PCN
U.S. Air Force, 2004
: Airfield Asphalt Pavement Distress Manual,
U.S.A
UK Defence Estates, 2006:A Guide to Airfield Pavement design and
Evaluation
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 2 dan 116
3.
SIMBOL DAN SINGKATAN
3.1
AC
Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi
penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.
3.2
ACN
Singkatan dari Aircraft Classification Number, yakni nilai yang dimiliki
oleh suatu pesawat yang dikeluarkan oleh ICAO atau pabrik asal
pesawat tersebut.
3.3
CBR
Singkatan dari California Bearing Ratio yang merupakan nilai
perbandingan kekuatan tanah dengan kuat tekan batu California
standar yang memiliki nilai 100%.
3.4
CDF
Singkatan dari Cumulatif Damage Factor yang merupakan suatu konsep
yang didasarkan dari prinsip Miners dimana kerusakan dalam struktur
perkerasan sebanding dengan jumlah aplikasi beban yang bekerja pada
perkerasan tersebut dibagi dengan jumlah beban yang bekerja pada
perkerasan yang menyebabkan kegagalan dari perkerasan.
3.5
COMFAA
Suatu software dari FAA yang digunakan untuk menghitung nilai PCN.
3.6
ELMOD
singkatan dari Evaluation of Layer Moduli & Overlay Design untuk
evaluasi lapisan moduli dan tampilan desain digunakan atau penilaian
struktural dari semua jenis perkerasan struktur.
3.7
FAA
Singkatan dari Federal Aviation Administration (disingkat FAA)
merupakan lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari Kementerian Transportasi Amerika Serikat, badan
ini bertanggungjawab sebagai pengatur dan pengawas penerbangan sipil
di A.S. Fungsinya mirip dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
di Indonesia.
3.8
HWD
Singkatan dari Heavy Weight Deflectometer, merupakan salah prosedur
standar yang dikeluarkan oleh FAA untuk mengetahui kinerja dari
perkerasan.
3.9
ICAO
Singkatan dari International Civil Aviation Organization, yang di sebut
juga organisasi penerbangan sipil internasional.
3.10
K
Merupakan simbol untuk nilai modulus reaksi tanah.
3.11
MTOW
Singkatan dari Maximum Take Off Weightyang merupakan berat
maksimal suatu pesawat terbang untuk dapat tinggal landas.
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 3dari 116
3.12
PCN
Merupakan singkatan dari Pavement Classification Number.
4.
ISTILAH DAN DEFINISI
4.1
Aerodrome
Kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
yang hanya digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
lepas landas.
4.2
Annual Departure
Jumlah kedatangan pesawat terbang dalam satu tahun.
4.3
Base Course
Lapisan pondasi atas dari suatu sistem perkerasan atau lapisan tepat di
bawah lapis aus baik berupa lapis aspal atau beton.
4.4
Coverage
Jumlah perkerasan yang menerima tegangan maksimum akibat lalu
lintas pesawat.
4.5
Daya Dukung
Kemampuan sistem perkerasan menopang beban (pesawat) di atasnya.
4.6
Flexible Pavement
Nama lain untuk perkerasan lentur atau struktur perkerasan yang
menggunakan aspal.
4.7
Friction
Tahanan yang timbul dari gesekan antara dua permukaan yang saling
bergerak relatif satu sama lain.
4.8
Konstrukai Perkerasan
Konstruksi yang dibuat lapisan pondasi atas dari suatu sistem
perkerasan atau lapisan tepat di bawah lapis aus baik berupa lapis
aspal atau beton.
4.9
Landing
Proses pendaratan pesawat terbang.
4.10 Lapisan Subgrade
Lapisan tanah asli atau lapisan timbunan yang terdapat dibawah
lapisan pondasi bawah (sub base) perkerasan.
4.11
Lapisan Sub Base
Lapisan pondasi bawah dari suatu sistem perkerasan.
4.12 Lapisan Base
Lapisan pondasi bagian atas dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini
terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan
menerus beban ke lapisan dibawahnya.
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 4 dari 116
4.13 Landas hubung (taxiway)
Area yang ditentukan di aerodrome dimana pesawat akan meluncur ke
dan dari landas dan apron.
4.14 Landas pacu (runway)
Area segiempat yang ditentukan di aerodrome yang disiapkan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat. Biasanya diberi perkerasan kecuali
untuk aerodrome yang kecil.
4.15 Landas parkir (apron)
Area yang ditentukan yang digunakan untuk mengakomodasi pesawat
untuk memuat dan membongkar/menurunkan penumpang dan barang,
parkir, mengisi bahan bakar, dll.
4.16
Modulus elastisitas
Angka yang digunakan untuk mengukur obyek atau ketahanan bahan
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda
itu.
4.17
Modulus reaksi tanah dasar
Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam (k). Nilai k dapat
diperoleh dari hasil korelasi dengan CBR.
4.18
Pass
Gerakan satu kali pesawat melewati perkerasan runway bisa berupa
kedatangan, keberangkatan maupun taxi.
4.19 Plat bearing
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kapasitas dukung
pondasi perkerasan.
4.20 Rigid Pavement
Sistem perkerasan kaku yang dibentuk dari slab atau pelat beton.
5.
KLASIFIKASI PESAWAT DAN PERKERASAN
5.1
UMUM
5.1.1 Selama beberapa tahun, telah digunakan berbagai metode dalam
pengklasifikasian pesawat dan perkerasan bandar udara. Dalam
Aerodrome Design Manual Part 3 yang diterbitkan oleh ICAO pada tahun
1977, terdapat empat metode klasifikasi pesawat dan perkerasan dan
yang umum digunakan adalah LCN/LCG system yang telah
dikembangkan di UK. Untuk mendapatkan metode yang efektif dan
dapat digunakan secara universal, ICAO melakukan serangkaian studi
untuk menghasilkan metode tepat dengan tujuan:
(i)
Operator pesawat dapat menentukan beban operasi ijin pesawat
yang dioperasikannya;
(ii)
Membantu perusahaan pembuat pesawat untuk memastikan
kompatibilitas perkerasan dengan pesawat yang sedang
dibuatnya;dan
(iii) Memberikan pilihan bagi operator bandar udara untuk
menggunakan metode evaluasi dalam menentukan jenis pesawat
Pedoman Perhitungan PCN Perkerasan Prasarana Bandar Udara
Halaman 5 dari 116
dan/atau beban pesawat yang dapat beroperasi di bandar udara
yang dioperasikannya.
5.1.2 Pada tanggal 26 November 1981, ICAO melalui DOC 9157-AN/901 dan
Amandemen Annex
14, Ref.
lmengumumkan penggunaan sistem
Aircraft Classification Number-Pavement Classification Number (ACN-
PCN). Tujuan utama dari konsep ACN-PCN ini adalah untuk
medapatkan gambaran beban pesawat yang dapat dioperasikan pada
suatu bandar udara dalam kondisi unrestricted (tidak ada pembatasan
beban).
5.2
SISTEM ACN-PCN
5.2.1 Sistem ACN-PCN merupakan suatu metode yang dikembangkan untuk
mengontrol beban pesawat yang beroperasi pada konstruksi perkerasan
prasarana sisi udara suatu bandar udara. Metode ini, hanya digunakan
untuk menentukan daya dukung perkerasan untuk pesawat operasi
dengan berat minimal 5.700 kg (12.500 Lbs). Penjelasan detail mengenai
sistem ACN-PCN terdapat dalam Aerodrome Desain Manual Part 3 edisi
1983 yang diterbitkan oleh ICAO.
5.3
AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (ACN)
5.3.1 ACN merupakan suatu nilai yang menunjukkan efek relatif sebuah
pesawat udara di atas pavement untuk kategori sub-grade standar yang
ditentukan. ACN dapat dihitung melalui pemodelan matematika baik
untuk perkerasan kaku (rigid pavement) maupun pekrerasan lentur
(flexible pavement). Nilai ACN dipublikasikan dalam 2 (dua) kategori
perkerasan yaitu lentur dan kaku pada kategori daya dukung lapisan
subgradetertentuseperti ditampilkan dalam Tabel 6.1 dan 6.2, serta
kondisi
beban
maksimum
dan
beban
minimum
pesawat.
Pada
umumnya, nilai ACN untuk semua jenis pesawat (pesawat sipil)
diterbitkan oleh pabrik pembuat pesawat.
5.4
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN)
5.4.1 PCN merupakan suatu angka yang menjelaskan daya dukung
perkerasan untuk operasi tak terbatas pesawat udara dengan nilai ACN
kurang dari atau sama dengan PCN. Jika nilai ACN dan tekanan roda
pesawat lebih besar dari nilai PCN pada kategori subgrade tertentu yang
dipublikasikan, maka operasi pesawat udara tidak dapat diberikan ijin
beroperasi kecuali dengan mengurangi beban operasi. Pada keadaan
tertentu, pengoperasian kondisi overload dapat diberikan. Lebih jauh
mengenai pengoperasian kondisi overload di bahas pada Paragraf 5.6.
5.4.2 Meskipun nilai PCN harus dipublikasikan oleh operator/pengelola
bandar udara, ICAO tidak merekomendasikan metode tertentu dalam
menghitung nilai PCN. Nilai PCN harus merepresentasikan korelasi
antara beban pesawat yang diijinkan dengan nilai ACN dari pesawat
terkritis yang beroperasi selama umur rencana struktur perkerasan.
5.4.3 Komponen PCN terdiri dari lima unsur yaitu nilai numerik kekuatan
perkerasan, jenis perkerasan, kategori kekuatan subgrade, kategori
tekanan roda dan metode pelaksanaan evaluasi. Adapun ketentuan
penulisan nilai PCN adalah sebagai berikut:
Pedoman Perhitungan PCN Peri