gerontik keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

  BAB II PEMBAHASAN / KONSEP TEORI A. PENGERTIAN Disebut silent killer karena 1 ½ penderita dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisi kesehatannya. Hipertensi pada lansia didefnisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).

Hipertensi dapat didefnisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi

lansia, hipertensi didefnisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992) Tekanan Tekanan sistolik diastolik Tigkat

  Jadwal kontrol (mmHg) (mmHg) Tingkat I 140-159 90-99 1 bulan sekali Tingkat II 160-179 100-109 1 minggu Tingkat III 180-209 110-119 sekali Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

  B. KLASIFIKASI Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):

  1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

  2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifkasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

  1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

  2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

  C. ETIOLOGI Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

  1. Elastisitas dinding aorta menurun

  2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

  

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

  4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektiftas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

  5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-

data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

  2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah: a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

  b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

  c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

  d. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

  b. Kegemukan atau makan berlebihan

  c. Stress

  d. Merokok

  e. Minum alcohol

  f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

  Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid D. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan

pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan

dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

  Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuf sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

  E. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

  1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifk yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

  2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,

Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

  1. Hemoglobin / hematokrit

Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan

dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

  2. BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

  3. Kalium serum

Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau

menjadi efek samping terapi diuretik.

  4. Kalsium serum ingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

  5. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).

  6. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

7. Kadar aldosteron urin/serum

  Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

  8. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.

  9. Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

  10. Steroid urin Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme

  11. EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi G. PENATALAKSANAAN Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

  Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

  1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : 1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 3) Penurunan berat badan 4) Penurunan asupan etanol

5) Menghentikan merokok

  b. Latihan Fisik Latihan fsik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

  3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan 4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek

tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap

tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi

ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks 3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

  2. Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT

NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH

BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat

beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :

  1. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

  Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.

  

3. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3

jenis lain

  4. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )

dengan cara pemberian pendidikan kesehatan

BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian secara Umum:

  1. Identitas Pasien Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.

2. Riwayat atau adanya factor resiko

  a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi

  b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi

3. Aktivitas / istirahat a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.

  b. Frekuensi jantung meningkat

  c. Perubahan irama jantung

  d. Takipnea

4. Integritas ego

  a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.

  

b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan

pekerjaan).

5. Makanan dan cairan

  

Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,

tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.

  a. Mual, muntah.

  b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).

6. Nyeri atau ketidak nyamanan :

  a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.

  c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

  d. Nyeri abdomen. Pengkajian Persistem :

1. Sirkulasi

  

a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup

dan penyakit cerebro vaskuler.

  b. Episode palpitasi,perspirasi.

  2. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

  3. Neurosensori : a. Keluhan pusing.

b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

4. Pernapasan

  a. Dispnea yang berkaitan dengan aktiftas/kerja b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.

  c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

  d. Riwayat merokok

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL

  1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

  3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan

  4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic

  

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang

tidak adekuat

6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif.

  C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang. Intervensi :

  1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi

  2. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,

misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan

lampu kamar, tekhnik relaksasi.

  Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya

  3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral Diagnosa II: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

Tujuan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24

jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitasnya sesuai toleransi.

  

1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi lebih dari 20

kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau

tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan

keletihan yang belebihan : pusing atau pingsan.

  Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fsiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

  2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.

  Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

D. EVALUASI

  1. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

  2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

  

3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau

beban kerja jantung.

BAB II KONSEP TEORI

  2.1 Definisi

  Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).

  Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.

  2.2. Anatomi fisiologi

  Jantung terletak dalam rongga dada. Ukuran jantung sebesar genggaman tangan pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram. Lihat Gambar 5.7. Jantung dalam sistem sirkulasi berfungsi sebagai alat pemompa darah.\

  Jantung tersusun atas otot jantung ( miokardium ) . Bagian jantung luar dilapisi oleh selaput jantung ( perikardium ). Perikardium terdiri dari 2 lapisan. Lapisan luar disebut lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung disebut lamina viseralis. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat ruangan kavum perikardii yang berisi cairan perikardii. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian dalam jantung dilapisi endokardium.

  Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan). Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat.

  Perhatikan Gambar 5.8. ( Gambar Jantung ) Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena).

  Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup berdaun dua). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi.

  Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung. Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga). Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.

  Jantung terus-menerus memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung memompa darah dengan cara berkontraksi sehingga jantung dapat mengembang dan mengempis. Kontraksi jantung ini menimbulkan denyutan yang dapat dirasakan pada pembuluh nadi di beberapa tempat.

  Saat berkontraksi, atrium dan ventrikel mengembang dan menguncup secara bergantian. Bila atrium mengembang, jantung mengisap darah dari seluruh tubuh melalui pembuluh balik (vena kava superior dan vena kava inferior). Darah yang diisap ini masuk ke atrium kanan

  Bila atrium menguncup maka ventrikel mengembang dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Ventrikel merupakan bagian jantung yang berfungsi memompa darah meninggalkan jantung. Perhatikan Gambar 5.9.

2.3. Etiologi

  Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

  

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya

(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).

  2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

  Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :

  1. Tidak dapat dikontrol, seperti :

  • Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously hypertensive rat (SHR), New

  Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt sensitive (H) dan Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor

  neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

  Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata wanita - lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.

  • Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 – 45 tahun dan hanya

  20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).

  Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan hubungan - antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

  Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga - isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.

  Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia mekanisme - secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.

  Kolesterol tinggi, kehamilan, - Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat - cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.

  Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir - tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 – 15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15

  • – 20%.

2.4 Klasifikasi

  Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999 Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

  Kategori (mmHg) (mmHg)

  Optimal < 120 < 80 Normal < 130 < 85 Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89 Derajat 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99 subgroup borderline 140 – 149 90 – 94

  Derajat 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

  Derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi Sistolik ≥ 140 ≥ 90 Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).

2.5. Tanda Dan Gejala

  Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasikan sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.

2.6.Patoflow

  Umur, Jeniskelamin, Gayahidup, Obesitas HIPERTENSI Resistensipemb.drhotak Tek.pemblhdrhotak Nyerikepala

  Ginjal Vasokonstriksipemblh.darah ginjal

  Blood flow Respon KAA

  Vasokonstriksi Rangsangaldosteron

  Retensi Na Oedema Pemblhdarah Sistemik

  Vasokontriksi afterload COP

  Retina Spasmus arteriole

  Diplopia Suplai O otak

2 Kesadaran

  Gx. rasa nyaman ;nyeri Resikoinjuri CVA Otak Resikoinjuri Intoleransiaktivitas Koronerjantung invarkmiokard Nyeri dada Gx. Keseimbangancairan

2.7. Penatalaksanaan

  Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

  Modifikasi gaya hidup Penurunan berat badan

  Pengurangan asupan alkohol Aktifitas fisik teratur

  Pengurangan masukan natrium Penghentian rokok

  Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan hipertensi (JNC,1992): a) Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.

  b) Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir) c) Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.

  d) Kurangi masukan natrium sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida.

  e) Berhenti merokok. f) Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang diizinkan setiap hari. Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan darah (Cunningham, 1992). Latihan reguler meningkatkan aliran darah perifeò- dan otot seòõ` efisiensi jantung. Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah. Tembakau bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).

2.8. Konsep Asuhan Keperawata

  2.8.1 Tujuan Asuhan Keperawatan Hipertensi

  1. 1). TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual 2. 2). Komplikasi kardiovaskuler dan sistemik dicegah/ diminimalkan 3. 3). Proses/ prognosis penyakit dan regimen terapi dipahami 4. 4). Perubahan yang diperlukan dala hal gaya hidup/ perilaku dilakukan

  2.8.2. Dasar Data Pengkajian Pasien

  1. Aktivitas/Istirahat Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

  Tanda : - Frekuensi jantung meningkat.

  a. Perubahan irama jantung.

  b. Takpinea.

  2. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan penyakit serebrovaskuler.

  Tanda : - Kenaikan TD (Pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan

  • Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
  • Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut, seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis, denyut poplitea, tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau lemah.
  • Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
  • Frekuenasi / irama : Takikardia, berbagai disritmia.
  • Bunyi jantung terdengar S

  2 pada dasar S 3 (CHF dini), S 4 (Pengerasan ventrikel kiri / hipertrofi ventrikel kiri).

  • Murmur stenosis valvular.
  • Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (Stenosis arteri).
  • DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena).
  • Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi).
  • Kulit – pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan (Feokromositoma).

  3.Integritas Ego Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.

  • Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela peningkatan pola bicara.

  4. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

  5. Makanan/ Cairan Gejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori.

  • Mual, muntah.
  • Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).
  • Riwayat penggunaan diuretik. Tanda : - Berat badan normal atau obesitas.
  • Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti vena, DVJ; glikosuria (hampir 109

  6. Neurosensori Gejala : - Keluhan pusing/ pening.

  • Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
  • Episode kebas dan/ atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
  • Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
  • Episode epistaksis. Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/ isi bicara, efek, proses pikir, atau memori (ingatan).
  • Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks tendon dalam.
  • Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/ penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.

  7. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung)

  • Nyeri hilang timbul pada tungkai/ klaudiksi (indikasi arterio sklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
  • Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
  • Nyeri abdomen/ massa (feokromositoma)

  8. Pernafasan Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/ kerja.

  • Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal.
  • Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum.
  • Riwayat merokok.

  Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafasan.

  • Bunyi nafas tambahan (krakles/ mengi).
  • Sianosis.

  9. Keamanan Gejala : - Gangguan koordinasi/ cara berjalan.

  • Episode parestesia unilateral transien.

  10. Pembelajaran/ Penyuluhan Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.

  • Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.
  • Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/ alkohol.

  11. Pemeriksaan Diagnostik Hemoglobin/ Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel  terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

  BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.

   Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat diakibatkan

   oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi).

  Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

   atau menjadi efek samping terapi diuretik.

  Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

   Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi pencetus untuk/

   adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler).

  Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi

   Kadar aldosteron urin/ serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)  Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau diabetes.

   VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindikasikan adanya

   feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi hilang timbul.

  Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya

   hipertensi.

  Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa atau  disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.

  IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu

   ginjal/ ureter.

  Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit pada dan/

   atau takik aorta, pembesaran jantung.

  CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma. 

  EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,  catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

  3.3 Prioritas Keperawatan

  1). Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler 2). Mencegah komplikasi 3). Memberikan informasi tentang proses/ prognosis dan program pengobatan 4). Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi

  3.4 Diagnosa Keperawatan

  1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertropi/ rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.

  Kriteria Hasil :

  • Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung
  • Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat dite
  • Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

  Tindakan / intervensi Rasional Mandiri

  1. Pantau TD. Ukur pada kedua

  1. Perbandingan dari tekanan memberikan tangan/ paha untuk evalusi awal. gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.

  2. Amati warna kulit, kelemahan,

  2. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan suhu dan masa pengisian kapiler. masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung.

  3. Catat edema umum/ tertentu.

  3. Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.

  4. Berikan lingkungan tenang,

  4. Membantu untuk menurunkan rangsang nyaman, kurangi aktivitas/ simpatis, meningkatkan relaksasi. keributan lingkungan.

  5. Menurunkan stres dan ketegangan yang seperti istirahat di tempat tidur/ perjalanan penyakit hipertensi. kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuaikan kebutuhan.

  6. Lakukan tindakan-tindakan yang

  6. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat nyaman, seperti pijatan punggung menurunkan rangsang simpatis. dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.

  7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas

  7. Dapat menurunkan rangsangan yang pengalihan. menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

   Kolaborasi

  8.Berikan obat-obat sesuai indikasi,

  8. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau seperti diuretik tiazid mis: dicampur dengan obat lainuntuk klorotiazid (diuril). menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.

  2). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.

  Kriteria evaluasi : Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol. - Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan. - Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan. -

  Tindakan/Intervensi Rasional Mandiri

  1. Mempertahankan tirah baring

  1. Meminimalkan stimulus/ meningkatkan selama fase akut. relaksasi.

  2. Berikan tindakan nonfarmakologi

  2. Tindakan yang menurunkan tekanan untuk menghilangkan sakit kepala, vaskular serebaral dan yang mis: kompres dingin pada dahi, pijat memperlambat/ memblok respons punggung dan leher, teknik relaksasi simpatis efektif dalam menghilangkan (panduan imajinasi, distraksi) dan sakit kepala dan komplikasinya. aktivitas waktu senggang.

  3. Hilangkan/ minimalkan aktivitas

  3. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi yang dapat vasokontriksi menyebabkan sakit meningkatkan sakit kepala, mis: kepala pada adanya peningkatan mengejan saat BAB, batuk panjang, tekanan vaskular serebral. membungkuk.

  4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai

  4. Pusing dan peningkatan kabur sering kebutuhan. berhubungan dengan sakit kepala.

  Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.

  5. Berikan cairan, makanan lunak, Meningkatkan kenyamanan umum. perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.

  

  6. Berikan sesuai indikasi : obat

  6. Menurunkan/ mengontrol nyeri dan analgesik menurunkan rangsang sistem saraf simpatis. 3). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.

  Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan.

  Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. - Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi. -

  Tindakan / Intervensi Rasional Mandiri

  1. Kaji respons pasien terhadap

  1. Menyebutkan parameter membantu aktivitas, perhatikan frekuensi nadi dalam mengkaji respons fisiologi lebih dari 20 kali per menit di atas terhadap stres aktivitas dan; bila ada frekuensi istirahat; peningkatan. merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

  2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.

  3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. aktivitas.

  2. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

  3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.

  Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

  4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit. Kriteria hasil : - Menerima dan mendiskusikan rasa takut.

  • Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
  • Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.

  

Tindakan / Intervensi Rasional

Mandiri

  1. Orientasikan pasien / orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan, tingkatkan partisipasi bila mungkin.

  2. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten, ulangi sesuai indikasi.

  3. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.

  1. Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

  2. Informasi yang tepat tentang situasi menurunkan takut.

  3. Berbagi informasi membentuk dukungan / kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.

  Kolaborasi

  4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai

  4. Meningkatkan relaksasi/ istirahat dan indikasi. Contoh: diazepam menurunkan rasa cemas. (valium), flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan).

BAB III Tinjauan Kasus ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY ” M” DENGAN HIPERTENSIDI PANTI TRESNA WERDHA TERATAI PALEMBANG A. PENGKAJIAN I. Identitas

a. Identitas klien

  Nama : Ny ” M” Umur : 68 th Agama : Islam Suku : Jawa Status Pernikahan : Menikah Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Alamat : panti tresna werdha teratai Km 5

  Tgl masuk wisma : 23 Februari 2005 Tgl pengkajian : 03 Agustus 2012

II. Alasan Masuk Panti

  Klien merasa dirinya sudah tua dan sudah tidak bisa banyak membantu dan klien tidak mau menjadi beban hidup keluarganya,sedangkan klien tinggal bersama adik iparnya yang hanya bekerja sebagai tukang becak dan kehidupan ekonominya tidak mencukupi oleh karena itu klien minta kepada adik iparnya agar membawa klien kepanti jompo

III. Riwayat kesahatan

  a. Keluhan utama Klien mengatakan seringa merasakan nyeri kepala dan pusing

  b. Riwayat Kesehatan Sekarang