Wiwik Kajian Awal Biji Buah Kepayang seb (1)
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kajian Awal Biji Buah Kepayang sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar
Cokorda Prapti Mahandari, Rossy Septi Wahyuni, Anwar Fatoni dan Wiwik
Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma
J1. Margonda Raya No.100, Depok 16424
E-mail : [email protected]
Intisari
Minyak nabati kasar adalah minyak yang diperoleh dari pengolahan tanaman antara lain
dari bagian batang, daun, buah, biji, kulit buah maupun bunga melalui proses ekstraksi.
Penelitian tentang minyak nabati dari berbagai jenis dan bagian tanaman telah banyak
dilakukan. Salah satu jenis tanaman yang belum banyak diteliti kandungan minyaknya
adalah pohon kepayang atau Pangium edule Reinw. Kajian awal untuk mengetahui
potensi biji buah kepayang sebagai sumber bahan baku minyak nabati dilakukan dengan
mengesktraksi buah kapayang yang sudah menjadi kluwek. Sebelum dikeringkan kluwek
dipilih yang telah masak, tidak berjamur dan tidak busuk, kemudian dikeringkan dengan
cara dijemur selama 36 jam sehingga terjadi penurunan berat sekitar 40 %.. Kluwek
kemudian dikecilkan ukurannya dengan cara dibelah dan diekstraksi dengan metode
pengepresan hidraulik. Dari 12 gram kluwek kering diperoleh minyak 3,8 ml dengan berat
2,53 g. Hasil uji pembakaran minyak kepayang kasar dengan sumbu dari benang
menunjukkan timbulnya letupan-letupan api kecil sebagai tanda masih terdapat sisa air
pada minyak.
Kata kunci: minyak nabati, kepayang , kluwek, ekstraksi, pengepresan
Pendahuluan
Minyak nabati mempunyai fungsi sebagai bahan makanan, bahan baku industri serta bahan
bakar atau campuran bahan bakar. Bahan baku minyak nabati utamanya adalah dari biji-bijian yakni
kelapa, kelapa sawit, jagung, jarak, olive (zaitun), kacang tanah, biji kapuk, biji kapas, alpokat, kacang
makadam, kanola, biji nyamplung, dll. Semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti
bahan bakar namun dengan proses-proses pengolahan tertentu (Choo, 1994).
Sumber minyak nabati yang paling dominan dewasa ini adalah kelapa sawit. Demikian pula
proses pengolahan dan pemanfaatannya telah banyak diteliti dan terdokumentasi dengan baik. Bahkan
berbagai produk dari pohon kelapa sawit menjadi sumber devisa yang sangat potensial bagi sebuah
negara seperti Malaysia dan Indonesia. Potensi kelapa sawit di dunia sangat besar dengan perolehan
dapat mencapai 5000 kg per hektar pertahun seperti tampak pada Tabel I (Soerawijaya, 2006)
Tabel I. Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya
Nama Indo
Sawit
Kelapa
Alpokat
Kacang brazil
Kacang makadam
Jarak pagar
Jojoba
Kacang pekan
Jarak kaliki
Zaitun
Kanola
Opium
Nama Inggris
Palm
Coconut
Avocado
Brazil nut
Macademia nut
Physic nut
Jojoba
Pecan nut
Castor
olive
Rapeseed
Poppy
Nama Latin
Elaeis guineensis
Cocos Nucifera
Persea americana
Bertholletia excelsa
Macademia ternif.
Jatropha curcas
Simmondsia Califor.
Carya pecan
Ricinus communis
Olea europea
Brassica napus
Papaver somniferum
kg/ha/thn
5000
2260
2217
2010
1887
1590
1528
1505
1188
1019
1000
978
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kajian pustaka mengenai pemanfaatan buah kepayang sebagai sumber minyak nabati sampai
saat ini belum ada. Buah kepayang saat ini pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak yang disebut
kluwek seperti tampak pada Gambar 1 juga dapat digunakan sebagai pengawet ikan segar
(Elidahanum, et al, 2007). Senyawa polifenol dari buah kepayang yang telah diekstraksi dicampur
dengan garam ternyata dapat mengawetkan ikan segar sampai 1 minggu.
Gambar 1. Kluwek
Pohon kepayang tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai macam nama. Di daerah
Sunda pohon kepayang dikenal sebagai pohon picung, di daerah Batak dan Bali dikenal sebagai pangi,
di Jawa disebut pakem atau pucung dan di Sumbawa dan Makasar disebut kalowa. Pohon kepayang
tumbuh pada daerah ketinggian 1.000 m dpl dengan tinggi pohonnya dapat mencapai 40 m serta besar
batangnya sampai 2,5 m. Biji buah kepayang mengandung asam sianida sehingga dalam
pengolahannya menjadi bumbu masak asam ini harus dihilangkan dengan proses penyimpanan selama
10 -14 hari kemudian direbus dan dikubur dalam tanah selama 40 hari. Cara tradisional untuk
memperoleh minyak dari buah kepayang jaman dahulu adalah dengan merebus buah yang matang
selama 2-3 jam kemudian dikupas, dan dikeringkan sampai minyaknya keluar kemudian dikempa
dengan papan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat di pedalaman Jawa Barat dan minyaknya adalah
untuk penerangan atau pengganti lilin.
Proses ekstraksi minyak dari buah kepayang sampai saat ini belum terdokumentasi karena
belum banyak diteliti. Kapasitas minyak yang dapat diperoleh untuk setiap kg buah juga belum
diketahui. Mengacu pada penelitian sumber minyak nabati yang lain, seperti minyak sawit, minyak
jarak dan lainnya maka dilakukan penelitian awal buah kepayang sebagai sumber minyak nabati kasar.
Metode Penelitian
Bahan yang digunakan adalah daging dari biji buah kepayang yang telah masak yang
diperoleh dari proses penimbunan biji mentah selama 40 hari. Buah yang masak ini memiliki ciri–ciri
kulit berwarna hitam gelap, memiliki aroma yang khas, lebih lunak dan daging buah berwarna hitam
kecoklatan seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2. Biji buah kluwek masak
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Peralatan yang dipakai adalah mesin pres ulir hidraulik kapasitas rendah untuk mengeluarkan minyak,
timbangan digital untuk menimbang buah kepayang sebelum dan setelah dikeringkan serta untuk
menimbang minyak hasil ekstraksi dan gelas ukur untuk mengukur volume minyak. Proses ekstraksi
diawali dengan pengupasan kulit, secara manual dengan memecahkan cangkang bagian luar dari biji
buah kepayang. Pemilahan atau sortasi dilakukan untuk memperoleh buah kluwek yang tidak
berjamur, tidak busuk, belum terlalu kering dan memiliki berat yang cukup dan telah masak.
Penjemuran selama 36 jam atau 4 hari, dilakukan untuk memperoleh biji yang lebih padat dan
memiliki nilai kekerasan tertentu. Kandungan air juga menurun sehingga randemen minyak yang
dihasilkan lebih besar. Penjemuran juga menaikkan temperatur sesaat dari biji kepayang sehingga
minyak lebih mudah terpisah dan biji lebih mudah dipress. Pengecilan ukuran bertujuan untuk
memperluas bidang pengeluaran minyak agar diperoleh hasil ekstraksi yang lebih banyak dan
dilakukan dengan membelah manual. Ekstraksi dilakukan kemudian minyak yang diperoleh diukur
volumenya dan ditimbang beratnya seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Penelitian dilakukan masih
pada skala laboratorium, untuk membuktikan terlebih dahulu ditemukannya minyak pada biji
kepayang. Langkah terakhir adalah menguji minyak dengan membakarnya menggunakan sumbu.
a) Menimbang bahan
b) ekstraksi
c) Menimbang minyak hasil ekstraksi
Gambar 3. Pengukuran berat awal kluwek dan minyak hasil ekstraksi
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Hasil dan Pembahasan
Berat awal kluwek sebelum dijemur adalah 20 g dan setelah dijemur menjadi sekitar 12 g.
Proses penjemuran menurunkan berat sekitar 40 %. Kluwek yang telah dijemur bertekstur lebih padat
seperti tampak pada Gambar 4.
Gambar 4. Kluwek saat proses penjemuran
Adapun minyak yang dihasilkan adalah 3,8 ml. Kesetaraan produksi minyak misalkan 1 l
membutuhkan sekitar 3 kg biji kluwek kering atau dengan asumsi penurunan berat yang sama
membutuhkan sekitar 7,5 kg biji kluwek.
Penurunan berat biji kluwek setelah dijemur ternyata lebih kecil dari pada penurunan berat biji
nyamplung yang merupakan salah satu sumber minyak nabati yang baru. Biji nyamplung
membutuhkan 2,5 kg biji nyamplung kering yang dapat diperoleh dari 6 kg buah nyamplung yg sudah
tua atau mengalami penurunan berat sekitar 58 % setelah dijemur untuk menghasilkan 1 liter minyak
nyamplung (Desrial, 2011). Namun demikian rendemen biji nyamplung relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak kepayang.karena untuk menghasilkan 1 l minyak dibutuhkan 6 kg buah
nyamplung, sedangkan biji kepayang sekitar 7,5 kg.
Jika dibandingkan dengan biji jarak yang ditemukan mengandung 50-60 % minyak (Rahman,
2007, Devanesan, 2007, Hanumantha, 2009) maka kandungan minyak biji kepayang masih jauh lebih
rendah. Namun dengan metode ekstraksi yang lebih efektif kemungkinan kandungan minyak pada biji
buah kepayang lebih tinggi dari rendemen yang diperoleh pada penelitian ini. Karakteristik dari
minyak kepayang perlu diteliti lebih lanjut seperti halnya karakteristik minyak jarak yang telah diteliti
secara intensif (Antony, 2011, Krishna, 2010, Sayyar, 2009) dan karakteristik minyak kemiri serta
pengaruh beberapa parameter terhadap ekstraksi dan transesterifikasi minyak kemiri (Daniel, 2005,
Sulistyo, 2008, Arlene, 2010).
Minyak kepayang kasar yang diperoleh juga diuji bakar dengan menggunakan sumbu kering
dari benang. Api yang timbul berwarna kemerahan dan terdengar bunyi letupan-letupan kecil saat
terbakar. Letupan menandakan masih terdapat kandungan air pada minyak kepayang kasar tersebut.
Pengujian untuk menentukan nilai kalor dari minyak kepayang akan dilakukan setelah minyak
diproses lebih lanjut menjadi minyak murni.
Dari aspek keberagaman bahan baku minyak nabati, biji buah kepayang dapat diteliti lebih
lanjut sehingga menjadi alternatif pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak dan bahan pengawet
ikan. Jika dibandingkan dengan produksi minyak sawit yang telah terorganisir dengan baik seperti
yang dikembangkan di Malaysia, penelitian biji buah kepayang masih sangat jarang. Fokus penelitian
minyak sawit telah sampai pada tahap pembangunan berkelanjutan dengan riset yang sangat intensif
mengenai pupuk dan kondisi tanah yang tepat untuk pertumbuhan kelapa sawit dengan efisiensi tinggi
dan produktivitas tinggi (Basiron, 2007). Pembangunan berkelanjutan pada industri kelapa sawit telah
memenuhi kriteria 3 aspek yakni keuntungan ekonomis, manusia, dan lingkungan yang saling
menunjang. Penggunaan lahannya mencerminkan keseimbangan antara pembangunan pertanian dan
pelestarian hutan. Kondisi ini perlu dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian minyak dari biji
buah kepayang serta pertumbuhan pohon kepayang yang masih hanya terbatas sebagai tanaman hutan.
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kesimpulan
Biji kluwek yang diperoleh dari biji kepayang segar mengandung minyak nabati kasar dengan
rendemen sekitar 20 % dari berat kluwek kering. Nilai ini masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan
proses ekstraksi. Minyak yang diperoleh perlu diproses lebih lanjut untuk memperoleh minyak
kepayang murni serta uji karakterisasinya. Minyak nabati kasar juga dapat diperoleh dari biji kepayang
segar namun tentunya dengan proses ekstraksi dan proses lanjutan yang lebih kompleks. Penelitian
awal ini perlu dilanjutkan untuk menambah keberagaman sumber minyak nabati serta peningkatan
pemanfaatan buah kepayang.
Daftar Pustaka
Antony Raja, S, Robinson smart D.S, Lindon Robert Lee C, 2011, Biodiesel Production from jatropha
Oil and its Characterization, Research Journal of Chemical Sciences, Vol 1 (1) hal 81-88
Basiron , Yusuf, 2007, “Palm Oil Production through Sustainable plantation”, Eur. Journal Lipid Sci.
Technol. 109 hal. 289-295
Choo, Yuen May,: Basiron Yusuf, 1994 “Production of Palm Oil Metil Esters and Its Use as Diesel
Substitute” Palm Oil Research Institute of Malaysia
Daniel, 2005, Pembuatan surfaktan dari Minyak kemiri Melalui Reaksi Interesterifikasi Diikuti Reaksi
Amidasi, Jurnal Sains Kimia, Volume 9 Nomor 1 hal 1-7
Desrial, 2011, Minyak Nyamplung sebagai Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel, Insiprasi, vol 2 No
22, PT Bina Insani, Jakarta
Devanesan M.G, Viruthagiri T dan Sugumar N, 2007, Transesterification of Jatropha Oil using
Immobilized psedumonas Fluorescens, African Journal of Biotechnology Vol 6 (21) hal 2497-2501
Elidahanum Husni, Asmaedy Samah, Kiki Apriliza, 2007, “Pengawetan Ikan Segar dengan
menggunakan Biji Buah Kepayang (Pangium edule Reinw dan Analisa Secara Kuantitatif, Jurnal
Sains Teknologi Farmasi 12 (1) hal 45-49
Hanumantha Rao. Y.V., Ram Sudher Voleti, Hariharan V.S., Sitaram Raju A.V., Nageswara Redd P.,
2009, use of Jatropha Oil methyl Ester and Its Blend as An alternative Fuel in Diesel Engine, Journal
of the Brazilian Society of Mechanical Science and Engineering, Vol XXXI no 3 hal 253-260
Harry Sulistyo, Suprihatin S Rahayu, Gatot Wioto, I. M Suardjaja, 2008, Biodiesel Production from
High Iodine Number Candlenut Oil, World Academy of Science and Technology, vol 48, hal 485-469
Hary Sulistyo, dkk, 2008, Proses Penyiapan bahan baku pembuatan Biodiesel dari Minyak Kemiri,
Media Teknik No 3 Tahun XXX hal 341-346
Rahman, Kazi Mostafijur, Mohammmad Mashud, Md. Roknuzzaman dan Asadullah Al Ghalib, 2008,
Biodiesel From Jatropha Oil as An Alternatif Fuel for Diesel Engine, International Journal of
Mechanical & Mechatronics IJMME-IJENS Vol 10 No 3
Krishna Bama, G dan Ramachandran K, 2010, A Photoacoustic and Ultrasonic Study on Jatropha Oil,
Journal of Engineering Physic and Thermophysic, Vol 83, No 1, hal 213-219
Sayyar, Sepidar., Abidin, Zurina Zainal., Yunus, Robiah dan Azhari Muhammad, (2009) Extraction of
Oil from Jatropha Seeds_Optimiszation and Kinetics, American Journal of Applied Sciences 6 (&),
hal. 1390-1395
Setiawan, D, 2008, Proses hydrocrecking Minyak Kelapa Sawit dengan katalis Ni/Zeollit”, Thesis
Teknik Kimia, ITS, Surabaya
Soerawidjaya, Tatang H (2006)”Fondasi-fondasi Ilmiah dan Keteknikan dari Teknologi Pembuatan
Biodiesel”, Hand out Seminar Nasional “ Biodiesel Sebagai Energi Alternative Masa Depan” UGM
Yogyakarta.
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kajian Awal Biji Buah Kepayang sebagai Bahan Baku Minyak Nabati Kasar
Cokorda Prapti Mahandari, Rossy Septi Wahyuni, Anwar Fatoni dan Wiwik
Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma
J1. Margonda Raya No.100, Depok 16424
E-mail : [email protected]
Intisari
Minyak nabati kasar adalah minyak yang diperoleh dari pengolahan tanaman antara lain
dari bagian batang, daun, buah, biji, kulit buah maupun bunga melalui proses ekstraksi.
Penelitian tentang minyak nabati dari berbagai jenis dan bagian tanaman telah banyak
dilakukan. Salah satu jenis tanaman yang belum banyak diteliti kandungan minyaknya
adalah pohon kepayang atau Pangium edule Reinw. Kajian awal untuk mengetahui
potensi biji buah kepayang sebagai sumber bahan baku minyak nabati dilakukan dengan
mengesktraksi buah kapayang yang sudah menjadi kluwek. Sebelum dikeringkan kluwek
dipilih yang telah masak, tidak berjamur dan tidak busuk, kemudian dikeringkan dengan
cara dijemur selama 36 jam sehingga terjadi penurunan berat sekitar 40 %.. Kluwek
kemudian dikecilkan ukurannya dengan cara dibelah dan diekstraksi dengan metode
pengepresan hidraulik. Dari 12 gram kluwek kering diperoleh minyak 3,8 ml dengan berat
2,53 g. Hasil uji pembakaran minyak kepayang kasar dengan sumbu dari benang
menunjukkan timbulnya letupan-letupan api kecil sebagai tanda masih terdapat sisa air
pada minyak.
Kata kunci: minyak nabati, kepayang , kluwek, ekstraksi, pengepresan
Pendahuluan
Minyak nabati mempunyai fungsi sebagai bahan makanan, bahan baku industri serta bahan
bakar atau campuran bahan bakar. Bahan baku minyak nabati utamanya adalah dari biji-bijian yakni
kelapa, kelapa sawit, jagung, jarak, olive (zaitun), kacang tanah, biji kapuk, biji kapas, alpokat, kacang
makadam, kanola, biji nyamplung, dll. Semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti
bahan bakar namun dengan proses-proses pengolahan tertentu (Choo, 1994).
Sumber minyak nabati yang paling dominan dewasa ini adalah kelapa sawit. Demikian pula
proses pengolahan dan pemanfaatannya telah banyak diteliti dan terdokumentasi dengan baik. Bahkan
berbagai produk dari pohon kelapa sawit menjadi sumber devisa yang sangat potensial bagi sebuah
negara seperti Malaysia dan Indonesia. Potensi kelapa sawit di dunia sangat besar dengan perolehan
dapat mencapai 5000 kg per hektar pertahun seperti tampak pada Tabel I (Soerawijaya, 2006)
Tabel I. Tanaman penghasil minyak nabati serta produktifitasnya
Nama Indo
Sawit
Kelapa
Alpokat
Kacang brazil
Kacang makadam
Jarak pagar
Jojoba
Kacang pekan
Jarak kaliki
Zaitun
Kanola
Opium
Nama Inggris
Palm
Coconut
Avocado
Brazil nut
Macademia nut
Physic nut
Jojoba
Pecan nut
Castor
olive
Rapeseed
Poppy
Nama Latin
Elaeis guineensis
Cocos Nucifera
Persea americana
Bertholletia excelsa
Macademia ternif.
Jatropha curcas
Simmondsia Califor.
Carya pecan
Ricinus communis
Olea europea
Brassica napus
Papaver somniferum
kg/ha/thn
5000
2260
2217
2010
1887
1590
1528
1505
1188
1019
1000
978
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kajian pustaka mengenai pemanfaatan buah kepayang sebagai sumber minyak nabati sampai
saat ini belum ada. Buah kepayang saat ini pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak yang disebut
kluwek seperti tampak pada Gambar 1 juga dapat digunakan sebagai pengawet ikan segar
(Elidahanum, et al, 2007). Senyawa polifenol dari buah kepayang yang telah diekstraksi dicampur
dengan garam ternyata dapat mengawetkan ikan segar sampai 1 minggu.
Gambar 1. Kluwek
Pohon kepayang tersebar di seluruh nusantara dengan berbagai macam nama. Di daerah
Sunda pohon kepayang dikenal sebagai pohon picung, di daerah Batak dan Bali dikenal sebagai pangi,
di Jawa disebut pakem atau pucung dan di Sumbawa dan Makasar disebut kalowa. Pohon kepayang
tumbuh pada daerah ketinggian 1.000 m dpl dengan tinggi pohonnya dapat mencapai 40 m serta besar
batangnya sampai 2,5 m. Biji buah kepayang mengandung asam sianida sehingga dalam
pengolahannya menjadi bumbu masak asam ini harus dihilangkan dengan proses penyimpanan selama
10 -14 hari kemudian direbus dan dikubur dalam tanah selama 40 hari. Cara tradisional untuk
memperoleh minyak dari buah kepayang jaman dahulu adalah dengan merebus buah yang matang
selama 2-3 jam kemudian dikupas, dan dikeringkan sampai minyaknya keluar kemudian dikempa
dengan papan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat di pedalaman Jawa Barat dan minyaknya adalah
untuk penerangan atau pengganti lilin.
Proses ekstraksi minyak dari buah kepayang sampai saat ini belum terdokumentasi karena
belum banyak diteliti. Kapasitas minyak yang dapat diperoleh untuk setiap kg buah juga belum
diketahui. Mengacu pada penelitian sumber minyak nabati yang lain, seperti minyak sawit, minyak
jarak dan lainnya maka dilakukan penelitian awal buah kepayang sebagai sumber minyak nabati kasar.
Metode Penelitian
Bahan yang digunakan adalah daging dari biji buah kepayang yang telah masak yang
diperoleh dari proses penimbunan biji mentah selama 40 hari. Buah yang masak ini memiliki ciri–ciri
kulit berwarna hitam gelap, memiliki aroma yang khas, lebih lunak dan daging buah berwarna hitam
kecoklatan seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2. Biji buah kluwek masak
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Peralatan yang dipakai adalah mesin pres ulir hidraulik kapasitas rendah untuk mengeluarkan minyak,
timbangan digital untuk menimbang buah kepayang sebelum dan setelah dikeringkan serta untuk
menimbang minyak hasil ekstraksi dan gelas ukur untuk mengukur volume minyak. Proses ekstraksi
diawali dengan pengupasan kulit, secara manual dengan memecahkan cangkang bagian luar dari biji
buah kepayang. Pemilahan atau sortasi dilakukan untuk memperoleh buah kluwek yang tidak
berjamur, tidak busuk, belum terlalu kering dan memiliki berat yang cukup dan telah masak.
Penjemuran selama 36 jam atau 4 hari, dilakukan untuk memperoleh biji yang lebih padat dan
memiliki nilai kekerasan tertentu. Kandungan air juga menurun sehingga randemen minyak yang
dihasilkan lebih besar. Penjemuran juga menaikkan temperatur sesaat dari biji kepayang sehingga
minyak lebih mudah terpisah dan biji lebih mudah dipress. Pengecilan ukuran bertujuan untuk
memperluas bidang pengeluaran minyak agar diperoleh hasil ekstraksi yang lebih banyak dan
dilakukan dengan membelah manual. Ekstraksi dilakukan kemudian minyak yang diperoleh diukur
volumenya dan ditimbang beratnya seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Penelitian dilakukan masih
pada skala laboratorium, untuk membuktikan terlebih dahulu ditemukannya minyak pada biji
kepayang. Langkah terakhir adalah menguji minyak dengan membakarnya menggunakan sumbu.
a) Menimbang bahan
b) ekstraksi
c) Menimbang minyak hasil ekstraksi
Gambar 3. Pengukuran berat awal kluwek dan minyak hasil ekstraksi
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Hasil dan Pembahasan
Berat awal kluwek sebelum dijemur adalah 20 g dan setelah dijemur menjadi sekitar 12 g.
Proses penjemuran menurunkan berat sekitar 40 %. Kluwek yang telah dijemur bertekstur lebih padat
seperti tampak pada Gambar 4.
Gambar 4. Kluwek saat proses penjemuran
Adapun minyak yang dihasilkan adalah 3,8 ml. Kesetaraan produksi minyak misalkan 1 l
membutuhkan sekitar 3 kg biji kluwek kering atau dengan asumsi penurunan berat yang sama
membutuhkan sekitar 7,5 kg biji kluwek.
Penurunan berat biji kluwek setelah dijemur ternyata lebih kecil dari pada penurunan berat biji
nyamplung yang merupakan salah satu sumber minyak nabati yang baru. Biji nyamplung
membutuhkan 2,5 kg biji nyamplung kering yang dapat diperoleh dari 6 kg buah nyamplung yg sudah
tua atau mengalami penurunan berat sekitar 58 % setelah dijemur untuk menghasilkan 1 liter minyak
nyamplung (Desrial, 2011). Namun demikian rendemen biji nyamplung relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak kepayang.karena untuk menghasilkan 1 l minyak dibutuhkan 6 kg buah
nyamplung, sedangkan biji kepayang sekitar 7,5 kg.
Jika dibandingkan dengan biji jarak yang ditemukan mengandung 50-60 % minyak (Rahman,
2007, Devanesan, 2007, Hanumantha, 2009) maka kandungan minyak biji kepayang masih jauh lebih
rendah. Namun dengan metode ekstraksi yang lebih efektif kemungkinan kandungan minyak pada biji
buah kepayang lebih tinggi dari rendemen yang diperoleh pada penelitian ini. Karakteristik dari
minyak kepayang perlu diteliti lebih lanjut seperti halnya karakteristik minyak jarak yang telah diteliti
secara intensif (Antony, 2011, Krishna, 2010, Sayyar, 2009) dan karakteristik minyak kemiri serta
pengaruh beberapa parameter terhadap ekstraksi dan transesterifikasi minyak kemiri (Daniel, 2005,
Sulistyo, 2008, Arlene, 2010).
Minyak kepayang kasar yang diperoleh juga diuji bakar dengan menggunakan sumbu kering
dari benang. Api yang timbul berwarna kemerahan dan terdengar bunyi letupan-letupan kecil saat
terbakar. Letupan menandakan masih terdapat kandungan air pada minyak kepayang kasar tersebut.
Pengujian untuk menentukan nilai kalor dari minyak kepayang akan dilakukan setelah minyak
diproses lebih lanjut menjadi minyak murni.
Dari aspek keberagaman bahan baku minyak nabati, biji buah kepayang dapat diteliti lebih
lanjut sehingga menjadi alternatif pemanfaatannya selain sebagai bumbu masak dan bahan pengawet
ikan. Jika dibandingkan dengan produksi minyak sawit yang telah terorganisir dengan baik seperti
yang dikembangkan di Malaysia, penelitian biji buah kepayang masih sangat jarang. Fokus penelitian
minyak sawit telah sampai pada tahap pembangunan berkelanjutan dengan riset yang sangat intensif
mengenai pupuk dan kondisi tanah yang tepat untuk pertumbuhan kelapa sawit dengan efisiensi tinggi
dan produktivitas tinggi (Basiron, 2007). Pembangunan berkelanjutan pada industri kelapa sawit telah
memenuhi kriteria 3 aspek yakni keuntungan ekonomis, manusia, dan lingkungan yang saling
menunjang. Penggunaan lahannya mencerminkan keseimbangan antara pembangunan pertanian dan
pelestarian hutan. Kondisi ini perlu dijadikan acuan untuk pengembangan penelitian minyak dari biji
buah kepayang serta pertumbuhan pohon kepayang yang masih hanya terbatas sebagai tanaman hutan.
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Kesimpulan
Biji kluwek yang diperoleh dari biji kepayang segar mengandung minyak nabati kasar dengan
rendemen sekitar 20 % dari berat kluwek kering. Nilai ini masih dapat ditingkatkan dengan perbaikan
proses ekstraksi. Minyak yang diperoleh perlu diproses lebih lanjut untuk memperoleh minyak
kepayang murni serta uji karakterisasinya. Minyak nabati kasar juga dapat diperoleh dari biji kepayang
segar namun tentunya dengan proses ekstraksi dan proses lanjutan yang lebih kompleks. Penelitian
awal ini perlu dilanjutkan untuk menambah keberagaman sumber minyak nabati serta peningkatan
pemanfaatan buah kepayang.
Daftar Pustaka
Antony Raja, S, Robinson smart D.S, Lindon Robert Lee C, 2011, Biodiesel Production from jatropha
Oil and its Characterization, Research Journal of Chemical Sciences, Vol 1 (1) hal 81-88
Basiron , Yusuf, 2007, “Palm Oil Production through Sustainable plantation”, Eur. Journal Lipid Sci.
Technol. 109 hal. 289-295
Choo, Yuen May,: Basiron Yusuf, 1994 “Production of Palm Oil Metil Esters and Its Use as Diesel
Substitute” Palm Oil Research Institute of Malaysia
Daniel, 2005, Pembuatan surfaktan dari Minyak kemiri Melalui Reaksi Interesterifikasi Diikuti Reaksi
Amidasi, Jurnal Sains Kimia, Volume 9 Nomor 1 hal 1-7
Desrial, 2011, Minyak Nyamplung sebagai Bahan Bakar Alternatif Mesin Diesel, Insiprasi, vol 2 No
22, PT Bina Insani, Jakarta
Devanesan M.G, Viruthagiri T dan Sugumar N, 2007, Transesterification of Jatropha Oil using
Immobilized psedumonas Fluorescens, African Journal of Biotechnology Vol 6 (21) hal 2497-2501
Elidahanum Husni, Asmaedy Samah, Kiki Apriliza, 2007, “Pengawetan Ikan Segar dengan
menggunakan Biji Buah Kepayang (Pangium edule Reinw dan Analisa Secara Kuantitatif, Jurnal
Sains Teknologi Farmasi 12 (1) hal 45-49
Hanumantha Rao. Y.V., Ram Sudher Voleti, Hariharan V.S., Sitaram Raju A.V., Nageswara Redd P.,
2009, use of Jatropha Oil methyl Ester and Its Blend as An alternative Fuel in Diesel Engine, Journal
of the Brazilian Society of Mechanical Science and Engineering, Vol XXXI no 3 hal 253-260
Harry Sulistyo, Suprihatin S Rahayu, Gatot Wioto, I. M Suardjaja, 2008, Biodiesel Production from
High Iodine Number Candlenut Oil, World Academy of Science and Technology, vol 48, hal 485-469
Hary Sulistyo, dkk, 2008, Proses Penyiapan bahan baku pembuatan Biodiesel dari Minyak Kemiri,
Media Teknik No 3 Tahun XXX hal 341-346
Rahman, Kazi Mostafijur, Mohammmad Mashud, Md. Roknuzzaman dan Asadullah Al Ghalib, 2008,
Biodiesel From Jatropha Oil as An Alternatif Fuel for Diesel Engine, International Journal of
Mechanical & Mechatronics IJMME-IJENS Vol 10 No 3
Krishna Bama, G dan Ramachandran K, 2010, A Photoacoustic and Ultrasonic Study on Jatropha Oil,
Journal of Engineering Physic and Thermophysic, Vol 83, No 1, hal 213-219
Sayyar, Sepidar., Abidin, Zurina Zainal., Yunus, Robiah dan Azhari Muhammad, (2009) Extraction of
Oil from Jatropha Seeds_Optimiszation and Kinetics, American Journal of Applied Sciences 6 (&),
hal. 1390-1395
Setiawan, D, 2008, Proses hydrocrecking Minyak Kelapa Sawit dengan katalis Ni/Zeollit”, Thesis
Teknik Kimia, ITS, Surabaya
Soerawidjaya, Tatang H (2006)”Fondasi-fondasi Ilmiah dan Keteknikan dari Teknologi Pembuatan
Biodiesel”, Hand out Seminar Nasional “ Biodiesel Sebagai Energi Alternative Masa Depan” UGM
Yogyakarta.
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM
ISBN 978-602-99680-0-2