Pengelolaan Mengenai Sumber Daya Alam Su

MATERI
PEMBANGUNAN PEDESAAN

PENGELOLAAN MENGENAI SUMBER DAYA ALAM,
SUMBER DAYA MANUSIA, DAN SUMBER DAYA BUATAN
DI PEDESAAN

OLEH :
IQBAL JALIL HAFID
O 121 12 094

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015

A. Perkembangan Pengelolaan SDA di Pedesaan
Sumber daya alam suatu wilayah adalah merupakan semua bahan/unsur/
material yang terdapat dan dimiliki oleh suatu suatu daerah secara alami. Artinya,
sumber daya tersebut telah disediakan oleh alam yang timbul sebagai akibat

proses alamiah dan berguna bagi kehidupan umat manusia. Sumber daya alam
mencakup semua unsur tata lingkungan, biologis dan fisik (biofisik) yang dengan
nyata atau secara potensial dapat menunjang kehidupan dan memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
Sifat penyebaran sumber daya alam secara geografis tidak merata di dunia
ini. Dimana antara satu wilayah dengan wilayah lain memiliki sumber daya alam
yang tidak sama satu sama lain. Dalam artian, tidak ada satu wilayah-pun di muka
bumi ini yang memiliki potensi sumber daya alam yang persis sama dengan
wilayah lainnya. Hal yang perlu mendapatkan perhatian serius, bahwa keberadaan
sumber daya alam yang semakin lama semakin penting, karena adanya permintaan
dan penggunaan sumber daya alam antar daerah akibat perkembangan ekonomi,
sosial, industri, iklim dan sebagainya.
Perkembangan peradaban serta struktur sosio ekonomi masyarakat suatu
wilayah juga memberikan tekanan dan pengaruh besar dalam menentukan jenis
dan sumber daya yang diperlukan serta cara bagaimana pegelolaan, pemanfaatan
atau penggunaan sumber daya tersebut. Hal ini menyebabkan antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya timbul saling ketergantungan satu sama lain. Ketiadaan
atau kekurangan terhadap suatu sumber daya tertentu bagi suatu wilayah akan
dapat dipenuhi dari wilayah lain yang memiliki kelebihan akan sumber daya
tersebut, demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai

mekanisme atau kerjasama yang disepakati oleh wilayah-wilayah tersebut.
Secara garis besar sumber daya alam dapat digolongkan ke dalam dua
bagian utama, yaitu:
1.

Sumber Daya Alam Hayati; mencakup semua sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Dalam artian, sumber daya alam yang dapat dibudidayakan atau
dapat dikembangbiakkan, seperti tanaman (tumbuhan), hewan (hewan ternak,
hewan laut dan lain-lain), terumbu karang dan sebagainya.

2.

Sumber Daya Alam Nonhayati; mencakup semua sumber daya alam dengan
ciri-ciri utamanya adalah tidak dapat diperbaharui oleh manusia. Artinya, jika
sumber daya alam tersebut dieksploitaasi secara tidak bijaksana maka akan
mempercepat terjadinya pemusnahan sumber daya alam nonhayati tersebut,
seperti tanah, minyak bumi, bahan tambang atau mineral (seperti nikel,
tembaga, seng, besi, timah, emas dan lain-lain).
Dalam sistem pengelolaan sumber daya alam pedesaan telah menerapkan


sistem pengelolaaan sumber daya alam yang berorentasi pada kepentingan
lokal/adat yang tinggal di dalam dan atau di sekitarnya yang menerapkan
kelestarian dan daya dukung lingkungan, yaitu pola pengelolaaan sumber daya
alam yang berasaskan pada prinsip-prinsip Sustainabillity. Masyarakat satu
mempunyai ciri mungkin sama dengan masyarakat adat lainnya umumnya, dalam
pengelolaan SDA setiap pembukaan lahan mereka mengikuti pola dari kebun,
menjadi Talun dan akhirnya sampai hutan lagi lalu mereka tinggalkan mereka
akan membuka lahan baru lagi yang mereka anggap masih subur dalam
wilayahnya tersebut, tapi suatu saat mereka akan kembali lagi ketempat yang
tadinya mereka hutankan untuk membuka dan mengelolanya begitu seterusnya.
Kearifan lokal ikut berperan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungannya. Namun demikian kearifan lokal juga tidak lepas dari berbagai
tantangan, seperti bertambahnya terus jumlah penduduk, teknologi modern dan
budaya, modal besar serta kemiskinan dan kesenjangan. Adapun prospek kearifan
lokal di masa depan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat, inovasi
teknologi, permintaan pasar, pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati
di lingkungannya serta berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung
dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta peran masyarakat
lokal.


B. Perkembangan Pengelolaan SDM di Pedesaan
Pedesaan adalah perangkat negara yang secara administratif paling kecil
dan sederhana. Desa identik dengan masyarakat petani, yaitu dalam kenyataan
kehidupan, di desa berkembang adalah kombinasi usaha pertanian yang dominan
dengan usaha-usaha kecil lain lain di luar pertanian yang bervariasi sebagai
penunjang. Wilayah desa indetik pula dengan tingkat pendidikan masyarakat desa
yang relatif rendah. Di pedesaan adalah sebagian besar penduduk berada dan
umumnya sebagian besar adalah penduduk miskin.
Sumber daya manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan
transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan
yang seimbang dan berkelanjutann. Saat ini sumber daya manusia memegang
peranan penting dalam proses pembangunan. Semakin tinggi kualitas SDM maka
semakin mendorong kemajuan. Peningkatan SDM di Pedesaan merupakan
langkah

yang

harus


dilakukan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

dan

kemakmuran masyarakat. Disadari, bahwa pembangunan SDM di pedesaan masih
mengandalkan pada eksplorasi sumber daya alam.
Sebagian besar perdesaan di Indonesia boleh dikatakan memiliki sumber
daya manusia yang melimpah namun dikarenakan SDM belum memadai, tingkat
pendidikan formal yang rendah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar
sehingga produktivitas masih rendah, tidak mampu menghasilkan produk olahan
dan komoditas primer yang bernilai tambah lebih tinggi. Rendahnya SDM ini
menjadi titik lemah atau bisa dikatakan “potret buram” pembangunan SDM di
Indonesia secara umum dan pembangunan SDM pedesaan khususnya.

Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan melakukan
pengelolaan potensi sumber daya manusia, melalui pendekatan subyektif.
Pendekatan subyektif adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai
subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut
kehendaknya. Pendekatan ini berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya

dalam perlindungan sumber daya alam di sekitarnya. Karena itu salah satu upaya
untuk meningkatkan peran masyarakat lokal yaitu dengan meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam
rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif.
C. Pengelolaan Sumber Daya Buatan di Pedesaan
Sumber daya buatan (SDB) adalah sumber daya alam yang telah
ditingkatkan dayagunanya untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kepentingan
pertahanan negara. Pemanfaatan sumber daya buatan akan mengurangi eksploitasi
sumber daya alam sehingga tetap dapat menjaga keseimbangan ekosistem suatu
wilayah. Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan dari sumber daya alam
untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan/atau kemampuan daya dukungnya,
antara lain hutan buatan, waduk, dan jenis unggul, yang dalam pemanfaatan dan
pengelolaannya dapat menunjang tingkat perkembangan wilayah dengan tetap

menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah tersebut. Sumber daya buatan adalah
akibat dari intervensi manusia yang telah berubah sumber daya alam menjadi
sumber daya buatan. Bentuk sumber daya buatan ini dapat dilihat pada kawasan
budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, maupun kawasan cagar alam.
Fungsi kawasan-kawasan tersebut dapat sebagai pelindung kelestarian lingkungan
hidup, dibudidayakan, permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan manusia dan kesinambungan
pembangunan.
Jenis-jenis sumber daya buatan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan,
yaitu:
1.

Sawah; merupakan lahan pertanian basah untuk menanam padi, sudah dikenal
lama di berbagai daerah Indonesia. Padi sebagai tanaman utama di sawah
memerlukan banyak air jika dibanding dengan tanaman lain. Karena tanaman
padi memerlukan banyak air, maka sawah harus mampu menahan air selama
mungkin, baik dari air hujan maupun air limpahan sungai, danau/rawa. Sawah
diklasifikasikan berdasarkan:

a. Irigasi, dipengaruhi adanya kebutuhan bahan pangan semakin tinggi.

Untuk sawah irigasi kebutuhan air harus selalu tercukupi.
b. Pola tanam, usaha pergantian tanaman/polikultur untuk efisinesi
pemanfaatan sawah. Untuk menjaga kualitas sawah agar dapat memenuhi
kebutuhan manusia, maka dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan
produktivitasnya.
Cara-cara

yang

biasa

dilakukan

petani

untuk

meningkatkan

produktivitasnya antara lain dengan menggunakan pupuk dan pestisida sesuai

kebutuhan. Untuk ini disarankan adanya pertanian organik Sawah dibero,
sehingga dapat mengembalikan hara sawah secara alami.
Dengan semakin tingginya kebutuhan penduduk akan pangan dan dalam
rangka mengejar produktivitasnya, petani tidak hanya menggunakan pupuk dan
pestisida organik, tetapi juga menggunakan pestisida dan pupuk anorganik yang
sebenarnya mempunyai dampak terhadap lingkungan.
2.

Waduk, merupakan kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk
berbagai kebutuhan masyarakat pedesaan. Waduk buatan dibangun dengan
cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk tersebut penuh.
Tujuan pembuatan waduk adalah unutk kegiatan irigasi, rekreasi, energi,
pengendali banjir dan perikanan. Waduk diklasifikasikan atas dasar
peruntukannya.

3.

Perkebunan;

merupakan


klasifikasi

atas

dasar

komoditas,

misalnya

perdagangan (kelapa sawit, teh, kopi, karet) dengan pengelola perkebunan
dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta.
4.

Tegalan; merupakan suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada
pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah
dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk
dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim
kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman

pertanian.

REFERENSI
Aulia TOS. 2010. Kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air di Kampung
Kuta (Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dili, Imro. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Alam Pedesaan. (internet).
(http://imrodili.blogspot.com/). Diakses pada hari Minggu tanggal 19
April 2015.
Indraswati, A. 2015. Potret Buram Pengelolaan SDM. (internet).
(http://almaydhapedulibangsa.blogspot.com/). Diakses pada hari Minggu
tanggal 19 April 2015.
Qandhi, F., F. 2012. Pentingnya Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam
dan
Lingkungan
di
Pedesaan.
(internet).
(https://fikafatiaqandhi.wordpress.com/). Diakses pada hari Minggu
tanggal 19 April 2015.
Rusnani, R. 2012. Analisis Potensi Sumber Daya Manusia Dalam Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Daramista. Skripsi.
Universitas Wiraraja. Madura. (internet). (http://ejournal.wiraraja.ac.id/).
Diunduh pada hari Minggu tanggal 19 April 2015.