Untuk mencari besar sampel yang
STUDI PREVALENSI FILARIASIS DI DESA POLEWALI,
KECAMATAN BAMBALAMOTU, KABUPATEN MAMUJU UTARA,
PROVINSI SULAWESI BARAT
Leonardo Taruk Lobo'
'Balai Litbang PZB} Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
ABSTR{CT
A stucly o/.'./ilariariasis prevalence in Polewalivillage sub-district Bambalamotu of North
Mamttjtt iitirlirt, West SuTawesi has been condttcted. The obiective of this studv was to
deteritine the prevalence oJ'microfilaria in commtmity in Polewali village in both of case with
clinical ,v*pion , anrl no clinical symptoms.The method that used in this re,senrch is -field
sula)e.r w-ith'descriptive approach. Bloocl sample w'as collectedfiom 80 sampling, and then
was ixamined ttsiig miiroscopic tuith Giemsa staining method. The result shotved thttt 7
htrman bloofl peapte (S.Z Syzr) were positivty infbcted with Brugia malayi micrrt{ilariae. All of
these case, *"in fottncl in Kalibamba sub-village, Poletuali. According to that reason,
Pole*-alivillage has become a.filariasis endemic villagewith Mf rate> l%'. As tke concltrsion,
need to ilo research continuedw,ith more number of samples at all locations in North Mamuiu.,
West Sttlawesi.
Key words
:
clinical symptorus, prevalence;filariasis, village Polewali
PENDAHULUAN
Filariasis atau lebih dikenal dengan
penyakit kaki gajah adalah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh
cacing .filaria. Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan
bila
tidak
mendapatkan pengobatan yang tepat dapat
menimbulkan cacat menetap beruPa
pembesaran kaki, lengan, payudara dan
alat kelamin, baik laki-laki maupun
perempuan'.
Walaupun penyakit ini mungkin tidak
menyebabkan kematian, akan tetapi dapat
menimbulkan kecacatan, stigma sosial,
hambatan psiko-sosial, penurunan
produktifitas kerja penderita, keluarga dan
masyarakat sehingga menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar, kemiskinan
dan masalah sosial lainnya. Jika pendenta
mengalami cacat yang menetaP, maka
seumur hidupnya tidak dapat bekerja
secara optimal, sehingga menjadi beban di
keluarga, rnerugikan masyarakat dan
negarat.
Filariasis
di
Indonesia disebabkan
oleh tiga spesies cacing .{ilaria yaitu
Wttchereria bancrofti, Brugie malayi dan
Brugia timori. Secara umuln ketiga spesies
cacing tersebut tidak berbeda, ketiganya
merupakan parasit di dalam tubuh manusia
dan tubuh nyamuk. Cacing ciewasa (makro
/ilaria) hidup di saluran dan kelenjarlimfa,
sedangkan anak cacing (mikro filaria) ada
dalam sistem peredaran darah. Cacing ini
dapat hidup dalam kelenjar getah bening
manusia selama 4-6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (mikro
filaria)yang beredar dalam darah terutama
malamharit.
Gejala klinis dart Jilariasis adalah
peradangan dan penyumbatan saluran
getah bening. Jaringan limfa yang sering
terkena adalah daerah genital dan kaki.
Gejala peradangan jaringan limfa dapat
berupa limJbngitis, lirnJ'adenitis dan
orchitis (radang testis) yang disertai
dengandemam*.
Pada infeksi Wuchereria banc'roJii
gejala akut yang berupa peradangan tidak
'7
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 : 7
- 1l
jelas, tetapi elefantiasis dapat mencapai
ukuran yang besar seperti elefantiasis
scroti yang menyebabkan penderita tidak
dapat berjalan. Sedangkan pada infeksi
Brugia malayi dan Brugia timori gejala
akut lebih nyata. Limfangitis dapatteruba
seperti tali yang merah dan nyeri yang
timbulnya mulai dari kelenjar di lipatan
paha dan ketiak dan kemudian menjalar ke
arah distal, juga sering disertai timbulnya
demam dan timbulnya abses yang pecah
dan sembuh dengan meninggalkan parut.
Bila seseorang tersangka filariasis
ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis,
diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan
darah jariyang dilakukan mulai dari pukul
20.00 hingga pukul 02.00 waktu setempat,
karena siklus hidup cacing itu keluar di
malam han pada pembuluh darah dan
pembuluh darah limfa (getah bening).
Seseorang dapat dinyatakan sebagai
penderita filariasis apablla dalam
pemeriksaan darah
jari
ditemukan
mikrofilaria.
Kabupaten Mamuju Utaru memiliki
perkampuflgan, dimana jarak antara
penduduk relatif cukup jauh begitu pun
akses ke tempat pelayanan kesehatan.
Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten
Mamuju Utara tahun 2010 menyebutkan
bahwa ditemukan adanya 10 kasus klinis
infeksi filaria yang tersebar di delapan
desa dan terbanyak ditemukan di wilayah
Puskesmas Randomayang.
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat dirumuskan pertanyaan: bagaimana
prevalensi .filariasis di Desa Polewali,
Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten
Mamuju Utara? Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui prevalensi penyakit
filariasis pada masyarakat baik dengan
gejalaklinis maupun yang tidak ada gejala
klinis.
BAHANDANMETODE
Jenis penelitian
ini
merupakan
penelitian survey dengan pendekatan
deskriptif yaitu pengamatan langsung ke
I
lokasi penelitian yang meliputi
wawancara, pemeriksaan fisik dan survey
darahjari. Karena populasi kecil (kurang
dari 10.000) maka untuk menentukan
besar sampel digunakan rumus
sederhana sebagai berikut:
TL:
t/
1+N(dr)
Keterangan:
1 : Konstanta pada pengambilan
sampel terbatas atau terkecil.
Perkiraanbesar sampel
Perkiraan besar populasi, nilainya
n
N
:
100
Tingkat signifikan kesalahan dalam
pengambilan dan penentuan
sampel p:0,05
Untuk mencari besar sampel yang
diperlukan, dihitung sebagai berikut
''
1
NN
+N(dr) l+
100(0,05r)
1
:
+ 100 (0,0025) =80
Dari perhitungan tersebut maka
didapatkan jumlah sampel sebanyak 80
sampel. Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan menggunakan metode acak5.
Darah diambil dengan cara ujung jari ke
dua, ketiga atalu keempat dibersihkan
dengan kapas alkohol 70 % dan setelah
kering, ditusuk dengan lanset sehingga
darah menetes keluar (dengan penekanan
ringan). Kaca benda (slide) yang sudah
bersih dari lemak dan kotoran diberi
nomor dengan spidol sesuai nomor
penduduk yarrg telah didaftar dalam
formulir pencatatan survey. Tetesan darah
pertama yang keluar dihapus dengan kapas
kering, kemudian darah dihisap dengan
pipet kapiler tanpa heparin yang berukuran
20 mm3, kemudian ditiupkan ke dalam
kaca benda, dilebarkan sehingga
membentuk sediaan darah tebal berbentuk
oval dengan diameter 2 cm. Sediaan
tersebut dikeringkan selama satu malam
Studi Prevalensi Filariasis di Desa Polewali, ........ (Leonardo Taruk Lobo)
Sediaan apusan darah tebal yang telah
diwarnai kemudian diperiksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran rendah
(10x10) untuk menentukan jumlah
mikrofilaria dan dengan pembesaran
tinggi (10xa0) untuk menentukan jenis
dengan menyimpan di tempat yang aman
dan keesokan harinya dihemolisis
beberapa menit sampai warrla merah
hilang, 1a1u dibilas dengan air suling dan
dikeringkan. Sediaan yang telah
dikeringkan, kemudian ditetesi Giemsa
l0o/o baru (pH 7,2) menggunakan pipet
atau spesiesnya. Hasil pemeriksaan drcatat
pada formulir untuk menentukan angka
mikrofilariayaitu :
sampai menutupi seluruh sediaan darah
tebal. Diamkan selama 25 menit, dibilas
dengan air suling dan dikeringkan.
Jumlah penduduk yang disurvai yang menunjukkan rntkrof ilu.ria
,a-i-tll('
^
ivll
]r*lrh
Bila Mf rate >
p."d"d"k yr"g dittt
i
t\t-ro/
-\ 1I \'\'
/{)
lo/o ditetapkan sebagai daerah endemis.
HASIL
Berdasarkan karakteristik
tertinggi pada kelompok umur 31-40 tahurr
sebanyak 24 orang (34.09,'") dan tidak
ditemukan adany a gej ala ktrinis.
Lrmur
masyarakat yang berpartisipasi persentasi
Tabel 1. Karakteristik Populasi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur dan Gejala Klinis
Jumlah (n:80)
Persentase (?i,)
- Lai-laki
34
- Perempuan
46
42,soh
57,50h
Karakteristik
Jenis Kelamin
Umur Subjek Penelitian
-
1l-
20 tahun
30 tahun
31- 40 tahun
41- 50 tahun
2 50 tahun
2l-
Wawancara & pemeriksaan fisik
Ada gejala klinis
Tidak ada gejala klinis
-
Pemeriksaan mikroskopis terhadap 80
sampel sediaan darah tebal diperoleh hasil
tujuh sampel ditemukan mikrofilaria
(8,750 ) yaitu enam sampel dengan jenis
kelamin laki-laki dan satu sampel dengan
jenis kelamin perempuan, berdasarkan
keiompok umur subjek penelitian
persentasi tertinggi pada kelompok umur
41-50 tahun sebanyak empat sampel
(57,14o ), lokasi survey dilaksanakan
4
5,044
11
13.7s%
l8,75ah
15
24
30,aoh
18
)) \o/"
8
10,0o
0
80
0
100%
pada tiga dusun yaitu Dusun Kalibamba 24
sampel (30%), Dusun Hikma 26 sampei
(32,50%) dan Dusun Kayumaloa 30
sampel (31,50%) dengan persentase
tertinggi positif tujuh sampel (8,75o4)
semuanya di Dusun Kalibamba dan
berdasarkan spesies mikrotilaria yang
ditemukan persentasi tertinggi pada
spesies Brugia malayi yaitu tuj r-rh sampel.
9
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.
VI No.
I,
2012 : 7 -
11
Tabel 2.Data Hasil Pemeriksaan Mikroskopik dengan Pewamaan Giemsa berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur, Lokasi Survey dan Spesies Mikro.filaria.
Jumlah Sampel Pemeriksaan (oZ)
Karakteristik
Negatif
n:73 (91,25oh')
Positif
n-7
Total (%)
(8,75%o)
Jenis Kelamin
- Lai-laki
- Perempuan
28 (35,0%)
45 (56,25%)
6 (7,50%)
1 (1,25%)
4 (5,0%)
8 (10,0%)
0(0%)
0 (0%)
| (l,25Yo)
2 (2,50Yo)
4 (.5,0%)
0 (0%)
17 (21,25%)
7 (8,75%)
24 {30,00 )
26 (32,50yo)
0 (0%)
26 (32,50%)
30 (37,50%)
0 (0%)
30 (37,50%)
34 (42,50%)
46 (57,50%)
Umur Subjek Penelitian
- 11- 20 tahun
- 2l- 30 tahun
- 31- 40 tahun
- 41- 50 tahun
- > 50 tahun
tl(13,75%)
14 (17,50%)
22 (27,50o/o)
t4 (17,50%)
5,0o4
13,75yo
18,75yo
30,jyo
22,syo
10,004
Lokasi
-
-
Dusun
Kalibamba
Dusun Hikma
Dusun
Kayumaloa
Spesies
-
MikroJilaria
W. bancrofti
B. malayi
B. timori
0 (0%)
7 (8,75oA)
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan
jumlah subjek penelitian sebanyak 80
sampel terdiri dari tujuh sampel positif
(8,75%) ditemukan mikrofilaria dalam
sediaan darah tebal dengan pewarnaan
Giemsa dan 73 sampel negatif (9L,25%).
Hasil positif pada tujuh sampel yaitu
enam sampel laki-laki dan satu sampel
perempuan, insiden filariasis pada lakilaki lebih tinggi daripada perempuan
karena umunnya laki-laki lebih sering
kontak dengan vektor karena
pekerjaannyau.
Dari hasil penelitian terhadap
7 (8,75%)
0 (0%)
80
sampel ditemukan tujuh sampel positif
menunjukkan angka mikrofilaria (Mf) :
8,75oh. Hal ini sesuai dengan penelitian
maka daerah tersebut ditetapkan sebagai
daerah endemist, dengan demikian Dusun
Kalibamba, Desa Polewali merupakan
daerah endemis filariasis. Lokasi survey
dilaksanakar pada tiga dusun yaitu Dusun
Kalibamba 24 sampel (30%), Dusun
Hikma 26 sampel (32,50%) dan Dusun
Kayumaloa 30 sampel (37,50%) dengan
persentase tertinggi positif sebanyak tujuh
sampel (8,75%) semuanya di Dusun
Kalibamba dan tidak ditemukan pada
Dusun Hikma dan Dusun Kayrmaloa
karena dari hasil wawancara dan
pemeriksaan fisik didapatkan informasi
bahwa sebelumnya ada seseorang
menderita pembengkakan kaki di Dusun
Kalibamba tetapi sudah meninggal dunia.
Kelebihan penelitian ini adalah belum
sebelumnya (2000-2006) dimana
pernah dilakukan pemeriksaan
prevalensi filariasis di Desa Salubarana
Kabupaten Mamuju adalah 8,6Yo 7. B1La
Mf Rate > 1% di salah satu lokasi srlrvey,
mikroskopis
l0
di Desa Polewali sejak
Kabupaten Mamuju Utara terbentuk Pada
tahun 2003 . Keterbatasan dalam penelitian
Studi Prevalensi Filariasis di Desa Polewali, ........ (Leonardo Taruk Lobo)
ini
adalah pengambilan sampel hanya
dilakukan di DesaPolewali dengan jumlah
sampel sedikit (< 500 sampel).
2.
BalailitbangP2B2 Donggala. Modul
Pelatihan Filariasis Balai Litbang
P282. Donggala.2009
3.
Sutanto I, Suhariah IS, Sjarifuddin K,
Sungkar S, editor. Buku Ajar
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, angka
Parasitologi Kedokteran Ed. 4. Balai
prevalensi filariasis 8,750 . Dengan angka
Penerbit Fakultas Kedokteran
Mf rate > 1% sehingga
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
dapat disimpuikan
bahwa Dusun Kalibamba, Desa Polewali
merupakan daerah endemisy'/ arias
4. E,ntjang I. Mikrobiologi
&
Parasitologi. Citra Aditya Bakti.
i s.
Bandung.2003.
5. Notoatmodjo S. N{etodologi
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
jumlah sampel yang lebih banyak pada
semua lokasi di Kabupaten Mamuju Utara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada Kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara, dan
Kepala Puskesmas Randomayang atas
rekomendasi izin penelitian di wilayah
kerjanya. Kepala Balai Litbang P2B2
Donggala dan teman-teman Balai Litbang
P2B2 Donggala yang telah membanfu
penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
6.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.2002.
Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan" Epiderniologi Filariasis.
Departemen Kesehatan RI. Jakafla.
2008"
7.
Wahyuni
S,
Ree VR, Mangali A,
Supali T, Yazdanbakhsh h4, Sartono E.
of an Enzyme Linked
Immunoserbent Assay (EI-LISA) and
a Radioallergosorbent Test (R.AST)
for Detection of IgE Antibodies to
Comparison
Brugia malayi. Departement of
Parasitology, Medical Facuity,
Hasanuddin Universitl., Makassar.
DAFTARPUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Pedoman
Pemberantasan Filari asis di Indonesia.
Depaftemen Kesehatan
1999;
t-3.
RI.
Jakafia.
2005.
8.
Direktorat Jenderal Fengendalian
Penyakit I\4enular &. Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Penentuan dan
Evaluasi Daerah Endemis Fiiariasis.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
2008.
11
KECAMATAN BAMBALAMOTU, KABUPATEN MAMUJU UTARA,
PROVINSI SULAWESI BARAT
Leonardo Taruk Lobo'
'Balai Litbang PZB} Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
ABSTR{CT
A stucly o/.'./ilariariasis prevalence in Polewalivillage sub-district Bambalamotu of North
Mamttjtt iitirlirt, West SuTawesi has been condttcted. The obiective of this studv was to
deteritine the prevalence oJ'microfilaria in commtmity in Polewali village in both of case with
clinical ,v*pion , anrl no clinical symptoms.The method that used in this re,senrch is -field
sula)e.r w-ith'descriptive approach. Bloocl sample w'as collectedfiom 80 sampling, and then
was ixamined ttsiig miiroscopic tuith Giemsa staining method. The result shotved thttt 7
htrman bloofl peapte (S.Z Syzr) were positivty infbcted with Brugia malayi micrrt{ilariae. All of
these case, *"in fottncl in Kalibamba sub-village, Poletuali. According to that reason,
Pole*-alivillage has become a.filariasis endemic villagewith Mf rate> l%'. As tke concltrsion,
need to ilo research continuedw,ith more number of samples at all locations in North Mamuiu.,
West Sttlawesi.
Key words
:
clinical symptorus, prevalence;filariasis, village Polewali
PENDAHULUAN
Filariasis atau lebih dikenal dengan
penyakit kaki gajah adalah penyakit
menular menahun yang disebabkan oleh
cacing .filaria. Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan
bila
tidak
mendapatkan pengobatan yang tepat dapat
menimbulkan cacat menetap beruPa
pembesaran kaki, lengan, payudara dan
alat kelamin, baik laki-laki maupun
perempuan'.
Walaupun penyakit ini mungkin tidak
menyebabkan kematian, akan tetapi dapat
menimbulkan kecacatan, stigma sosial,
hambatan psiko-sosial, penurunan
produktifitas kerja penderita, keluarga dan
masyarakat sehingga menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar, kemiskinan
dan masalah sosial lainnya. Jika pendenta
mengalami cacat yang menetaP, maka
seumur hidupnya tidak dapat bekerja
secara optimal, sehingga menjadi beban di
keluarga, rnerugikan masyarakat dan
negarat.
Filariasis
di
Indonesia disebabkan
oleh tiga spesies cacing .{ilaria yaitu
Wttchereria bancrofti, Brugie malayi dan
Brugia timori. Secara umuln ketiga spesies
cacing tersebut tidak berbeda, ketiganya
merupakan parasit di dalam tubuh manusia
dan tubuh nyamuk. Cacing ciewasa (makro
/ilaria) hidup di saluran dan kelenjarlimfa,
sedangkan anak cacing (mikro filaria) ada
dalam sistem peredaran darah. Cacing ini
dapat hidup dalam kelenjar getah bening
manusia selama 4-6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (mikro
filaria)yang beredar dalam darah terutama
malamharit.
Gejala klinis dart Jilariasis adalah
peradangan dan penyumbatan saluran
getah bening. Jaringan limfa yang sering
terkena adalah daerah genital dan kaki.
Gejala peradangan jaringan limfa dapat
berupa limJbngitis, lirnJ'adenitis dan
orchitis (radang testis) yang disertai
dengandemam*.
Pada infeksi Wuchereria banc'roJii
gejala akut yang berupa peradangan tidak
'7
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. VI No. 1, 2012 : 7
- 1l
jelas, tetapi elefantiasis dapat mencapai
ukuran yang besar seperti elefantiasis
scroti yang menyebabkan penderita tidak
dapat berjalan. Sedangkan pada infeksi
Brugia malayi dan Brugia timori gejala
akut lebih nyata. Limfangitis dapatteruba
seperti tali yang merah dan nyeri yang
timbulnya mulai dari kelenjar di lipatan
paha dan ketiak dan kemudian menjalar ke
arah distal, juga sering disertai timbulnya
demam dan timbulnya abses yang pecah
dan sembuh dengan meninggalkan parut.
Bila seseorang tersangka filariasis
ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis,
diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan
darah jariyang dilakukan mulai dari pukul
20.00 hingga pukul 02.00 waktu setempat,
karena siklus hidup cacing itu keluar di
malam han pada pembuluh darah dan
pembuluh darah limfa (getah bening).
Seseorang dapat dinyatakan sebagai
penderita filariasis apablla dalam
pemeriksaan darah
jari
ditemukan
mikrofilaria.
Kabupaten Mamuju Utaru memiliki
perkampuflgan, dimana jarak antara
penduduk relatif cukup jauh begitu pun
akses ke tempat pelayanan kesehatan.
Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten
Mamuju Utara tahun 2010 menyebutkan
bahwa ditemukan adanya 10 kasus klinis
infeksi filaria yang tersebar di delapan
desa dan terbanyak ditemukan di wilayah
Puskesmas Randomayang.
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat dirumuskan pertanyaan: bagaimana
prevalensi .filariasis di Desa Polewali,
Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten
Mamuju Utara? Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui prevalensi penyakit
filariasis pada masyarakat baik dengan
gejalaklinis maupun yang tidak ada gejala
klinis.
BAHANDANMETODE
Jenis penelitian
ini
merupakan
penelitian survey dengan pendekatan
deskriptif yaitu pengamatan langsung ke
I
lokasi penelitian yang meliputi
wawancara, pemeriksaan fisik dan survey
darahjari. Karena populasi kecil (kurang
dari 10.000) maka untuk menentukan
besar sampel digunakan rumus
sederhana sebagai berikut:
TL:
t/
1+N(dr)
Keterangan:
1 : Konstanta pada pengambilan
sampel terbatas atau terkecil.
Perkiraanbesar sampel
Perkiraan besar populasi, nilainya
n
N
:
100
Tingkat signifikan kesalahan dalam
pengambilan dan penentuan
sampel p:0,05
Untuk mencari besar sampel yang
diperlukan, dihitung sebagai berikut
''
1
NN
+N(dr) l+
100(0,05r)
1
:
+ 100 (0,0025) =80
Dari perhitungan tersebut maka
didapatkan jumlah sampel sebanyak 80
sampel. Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan menggunakan metode acak5.
Darah diambil dengan cara ujung jari ke
dua, ketiga atalu keempat dibersihkan
dengan kapas alkohol 70 % dan setelah
kering, ditusuk dengan lanset sehingga
darah menetes keluar (dengan penekanan
ringan). Kaca benda (slide) yang sudah
bersih dari lemak dan kotoran diberi
nomor dengan spidol sesuai nomor
penduduk yarrg telah didaftar dalam
formulir pencatatan survey. Tetesan darah
pertama yang keluar dihapus dengan kapas
kering, kemudian darah dihisap dengan
pipet kapiler tanpa heparin yang berukuran
20 mm3, kemudian ditiupkan ke dalam
kaca benda, dilebarkan sehingga
membentuk sediaan darah tebal berbentuk
oval dengan diameter 2 cm. Sediaan
tersebut dikeringkan selama satu malam
Studi Prevalensi Filariasis di Desa Polewali, ........ (Leonardo Taruk Lobo)
Sediaan apusan darah tebal yang telah
diwarnai kemudian diperiksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran rendah
(10x10) untuk menentukan jumlah
mikrofilaria dan dengan pembesaran
tinggi (10xa0) untuk menentukan jenis
dengan menyimpan di tempat yang aman
dan keesokan harinya dihemolisis
beberapa menit sampai warrla merah
hilang, 1a1u dibilas dengan air suling dan
dikeringkan. Sediaan yang telah
dikeringkan, kemudian ditetesi Giemsa
l0o/o baru (pH 7,2) menggunakan pipet
atau spesiesnya. Hasil pemeriksaan drcatat
pada formulir untuk menentukan angka
mikrofilariayaitu :
sampai menutupi seluruh sediaan darah
tebal. Diamkan selama 25 menit, dibilas
dengan air suling dan dikeringkan.
Jumlah penduduk yang disurvai yang menunjukkan rntkrof ilu.ria
,a-i-tll('
^
ivll
]r*lrh
Bila Mf rate >
p."d"d"k yr"g dittt
i
t\t-ro/
-\ 1I \'\'
/{)
lo/o ditetapkan sebagai daerah endemis.
HASIL
Berdasarkan karakteristik
tertinggi pada kelompok umur 31-40 tahurr
sebanyak 24 orang (34.09,'") dan tidak
ditemukan adany a gej ala ktrinis.
Lrmur
masyarakat yang berpartisipasi persentasi
Tabel 1. Karakteristik Populasi Subjek Penelitian Berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur dan Gejala Klinis
Jumlah (n:80)
Persentase (?i,)
- Lai-laki
34
- Perempuan
46
42,soh
57,50h
Karakteristik
Jenis Kelamin
Umur Subjek Penelitian
-
1l-
20 tahun
30 tahun
31- 40 tahun
41- 50 tahun
2 50 tahun
2l-
Wawancara & pemeriksaan fisik
Ada gejala klinis
Tidak ada gejala klinis
-
Pemeriksaan mikroskopis terhadap 80
sampel sediaan darah tebal diperoleh hasil
tujuh sampel ditemukan mikrofilaria
(8,750 ) yaitu enam sampel dengan jenis
kelamin laki-laki dan satu sampel dengan
jenis kelamin perempuan, berdasarkan
keiompok umur subjek penelitian
persentasi tertinggi pada kelompok umur
41-50 tahun sebanyak empat sampel
(57,14o ), lokasi survey dilaksanakan
4
5,044
11
13.7s%
l8,75ah
15
24
30,aoh
18
)) \o/"
8
10,0o
0
80
0
100%
pada tiga dusun yaitu Dusun Kalibamba 24
sampel (30%), Dusun Hikma 26 sampei
(32,50%) dan Dusun Kayumaloa 30
sampel (31,50%) dengan persentase
tertinggi positif tujuh sampel (8,75o4)
semuanya di Dusun Kalibamba dan
berdasarkan spesies mikrotilaria yang
ditemukan persentasi tertinggi pada
spesies Brugia malayi yaitu tuj r-rh sampel.
9
Jurnal Vektor Penyakit, Vol.
VI No.
I,
2012 : 7 -
11
Tabel 2.Data Hasil Pemeriksaan Mikroskopik dengan Pewamaan Giemsa berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur, Lokasi Survey dan Spesies Mikro.filaria.
Jumlah Sampel Pemeriksaan (oZ)
Karakteristik
Negatif
n:73 (91,25oh')
Positif
n-7
Total (%)
(8,75%o)
Jenis Kelamin
- Lai-laki
- Perempuan
28 (35,0%)
45 (56,25%)
6 (7,50%)
1 (1,25%)
4 (5,0%)
8 (10,0%)
0(0%)
0 (0%)
| (l,25Yo)
2 (2,50Yo)
4 (.5,0%)
0 (0%)
17 (21,25%)
7 (8,75%)
24 {30,00 )
26 (32,50yo)
0 (0%)
26 (32,50%)
30 (37,50%)
0 (0%)
30 (37,50%)
34 (42,50%)
46 (57,50%)
Umur Subjek Penelitian
- 11- 20 tahun
- 2l- 30 tahun
- 31- 40 tahun
- 41- 50 tahun
- > 50 tahun
tl(13,75%)
14 (17,50%)
22 (27,50o/o)
t4 (17,50%)
5,0o4
13,75yo
18,75yo
30,jyo
22,syo
10,004
Lokasi
-
-
Dusun
Kalibamba
Dusun Hikma
Dusun
Kayumaloa
Spesies
-
MikroJilaria
W. bancrofti
B. malayi
B. timori
0 (0%)
7 (8,75oA)
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan
jumlah subjek penelitian sebanyak 80
sampel terdiri dari tujuh sampel positif
(8,75%) ditemukan mikrofilaria dalam
sediaan darah tebal dengan pewarnaan
Giemsa dan 73 sampel negatif (9L,25%).
Hasil positif pada tujuh sampel yaitu
enam sampel laki-laki dan satu sampel
perempuan, insiden filariasis pada lakilaki lebih tinggi daripada perempuan
karena umunnya laki-laki lebih sering
kontak dengan vektor karena
pekerjaannyau.
Dari hasil penelitian terhadap
7 (8,75%)
0 (0%)
80
sampel ditemukan tujuh sampel positif
menunjukkan angka mikrofilaria (Mf) :
8,75oh. Hal ini sesuai dengan penelitian
maka daerah tersebut ditetapkan sebagai
daerah endemist, dengan demikian Dusun
Kalibamba, Desa Polewali merupakan
daerah endemis filariasis. Lokasi survey
dilaksanakar pada tiga dusun yaitu Dusun
Kalibamba 24 sampel (30%), Dusun
Hikma 26 sampel (32,50%) dan Dusun
Kayumaloa 30 sampel (37,50%) dengan
persentase tertinggi positif sebanyak tujuh
sampel (8,75%) semuanya di Dusun
Kalibamba dan tidak ditemukan pada
Dusun Hikma dan Dusun Kayrmaloa
karena dari hasil wawancara dan
pemeriksaan fisik didapatkan informasi
bahwa sebelumnya ada seseorang
menderita pembengkakan kaki di Dusun
Kalibamba tetapi sudah meninggal dunia.
Kelebihan penelitian ini adalah belum
sebelumnya (2000-2006) dimana
pernah dilakukan pemeriksaan
prevalensi filariasis di Desa Salubarana
Kabupaten Mamuju adalah 8,6Yo 7. B1La
Mf Rate > 1% di salah satu lokasi srlrvey,
mikroskopis
l0
di Desa Polewali sejak
Kabupaten Mamuju Utara terbentuk Pada
tahun 2003 . Keterbatasan dalam penelitian
Studi Prevalensi Filariasis di Desa Polewali, ........ (Leonardo Taruk Lobo)
ini
adalah pengambilan sampel hanya
dilakukan di DesaPolewali dengan jumlah
sampel sedikit (< 500 sampel).
2.
BalailitbangP2B2 Donggala. Modul
Pelatihan Filariasis Balai Litbang
P282. Donggala.2009
3.
Sutanto I, Suhariah IS, Sjarifuddin K,
Sungkar S, editor. Buku Ajar
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, angka
Parasitologi Kedokteran Ed. 4. Balai
prevalensi filariasis 8,750 . Dengan angka
Penerbit Fakultas Kedokteran
Mf rate > 1% sehingga
Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
dapat disimpuikan
bahwa Dusun Kalibamba, Desa Polewali
merupakan daerah endemisy'/ arias
4. E,ntjang I. Mikrobiologi
&
Parasitologi. Citra Aditya Bakti.
i s.
Bandung.2003.
5. Notoatmodjo S. N{etodologi
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
jumlah sampel yang lebih banyak pada
semua lokasi di Kabupaten Mamuju Utara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada Kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara, dan
Kepala Puskesmas Randomayang atas
rekomendasi izin penelitian di wilayah
kerjanya. Kepala Balai Litbang P2B2
Donggala dan teman-teman Balai Litbang
P2B2 Donggala yang telah membanfu
penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
6.
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.2002.
Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan" Epiderniologi Filariasis.
Departemen Kesehatan RI. Jakafla.
2008"
7.
Wahyuni
S,
Ree VR, Mangali A,
Supali T, Yazdanbakhsh h4, Sartono E.
of an Enzyme Linked
Immunoserbent Assay (EI-LISA) and
a Radioallergosorbent Test (R.AST)
for Detection of IgE Antibodies to
Comparison
Brugia malayi. Departement of
Parasitology, Medical Facuity,
Hasanuddin Universitl., Makassar.
DAFTARPUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Pedoman
Pemberantasan Filari asis di Indonesia.
Depaftemen Kesehatan
1999;
t-3.
RI.
Jakafia.
2005.
8.
Direktorat Jenderal Fengendalian
Penyakit I\4enular &. Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Penentuan dan
Evaluasi Daerah Endemis Fiiariasis.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
2008.
11