BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Digitalisasi Dokumen 2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi - Evaluasi Situs Web Perpustakaan UGM, UI, dan ITB Menggunakan WebQual dan Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Peringkat Perguruan Ti

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Digitalisasi Dokumen

2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan tercapainya tujuan perguruan tinggi. Reitz (2004) yang dikutip oleh Hasugian (2009: 79) mendefinisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut, “a library or library system established,

  

administered, and funded by a university to meet the information, research, and

curriculum needs of its students, faculty, and staff ”. Definisi ini menyatakan

  bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun dan didanai oleh suatu universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

  Perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan akademik telah dan akan terus memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sangat diperlukan untuk penelitian, pengajaran dan pembelajaran. Pengertian Perpustakaan perguruan tinggi menurut Siregar (2004: 1) yaitu:

  Perpustakaan perguruan tinggi adalah organ pusat dari suatu perguruan tinggi, nilai suatu perguruan tinggi dipengaruhi oleh kondisi perpustakaannya, karena keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Dari pendapat Siregar di atas diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian yang sangat penting dari suatu perguruan tinggi, nilai suatu universitas bergantung pada perpustakaannya.

  Perpustakaan pada dewasa ini telah berkembang sedemikian pesatnya. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa dasawarsa ini telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan Teknologi Informasi (TI). Perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi mau tidak mau harus berhadapan dengan apa yang dinamakan TI ini. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tanpa adanya

  7 jaman, kuno dan tidak berkembang. Teknologi Informasi di perpustakaan sering menjadi tolak ukur kemajuan dan modernisasi dari suatu perpustakaan.

  Penerapan TI dalam perpustakaan atau khususnya layanan perpustakaan tidak terlepas juga berbicara mengenai transformasi perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital, perpustakaan elektronik, atau perpustakaan virtual. Namun dari sekian banyak konsep yang berkembang tersebut sebetulnya saat ini konsep yang berkembang cukup pas dan mungkin dalam beberapa dasawarsa ke depan masih relevan adalah apa yang dinamakan dengan Perpustakaan Hybrid.

  Perpustakaan hybrid menurut Pinfield (1998: 1) yaitu, “The hybrid library

  

is on the continuum between the conventional and digital library, where

electronic and paper-based information sources are used alongside each other ”.

  Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perpustakaan “hybrid” adalah bentuk perpaduan antara perpustakaan tradisional dan perpustakaan digital/elektronik, dimana sumber-sumber informasi baik tercetak maupun elektronik digunakan secara bersama satu sama lain. Perpustakaan hybrid memiliki koleksi tercetak yang permanen dan setara dengan koleksi elektronik atau digitalnya. Perpustakaan hybrid bermaksud mempertahankan koleksi tercetak, bukan menggantikan semuanya dengan koleksi elektronik atau digital.

  Selain itu pada Perpuspedia (2011: 1) diketahui bahwa, “Perpustakaan

  

hybrid memperluas konsep dan cakupan jasa informasi, sehingga penambahan

  koleksi elektronik dan digital serta penggunaan teknologi komputer tidak dipisahkan dari jasa berbasis koleksi tercetak”. Jasa koleksi tercetak diperluas dan dikelola secara lebih beragam lewat bantuan komputer. Dengan kata lain, perpustakaan hybrid bukan hanya perpustakaan tercetak dan elektronik, melainkan gabungan keduanya secara menyeluruh sehingga koleksi tercetak kini dimanfaatkan dengan cara berbeda dibandingkan sebelum ada komputer.

  Perpustakaan perguruan tinggi saat ini secara tidak langsung telah mengembangkan konsep perpustakaan hybrid. Menurut Surachman (2009: 1), “konsep perpustakaan hybrid adalah mengelola koleksi tercetak dan koleksi digital”. Artinya selain mempertahankan perpustakaan dalam bentuk konvensional

  8 perpustakaan hybrid, selain memanfaatkan koleksi tercetak pengguna juga dapat memanfaatkan koleksi yang dapat diakses secara elektronik atau virtual. Ada sinergi antara koleksi tercetak dengan elektronik atau virtual, artinya konsep tradisional dan elektronik kedudukannya saling melengkapi satu dengan lain, tidak terpisah dan terintegrasi.

  Dalam rangka membangun perpustakaan hybrid atau digital, maka digitalisasi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan yang sedang menuju perpustakaan digital maupun hybrid sebaiknya mulai membuka satu unit khusus untuk scanning koleksi cetak yang sudah ada seperti: skripsi/tesis/disertasi mahasiswa, hasil penelitian dosen, makalah presentasi sivitas akademika, prosiding, jurnal dan terbitan lokal lainnya.

2.1.2 Digitalisasi Dokumen

  Digitalisasi informasi semakin laju berkembang pada akhir tahun delapan puluhan, dan berlanjut hingga saat ini. Secara berangsur-angsur perkembangan format elektronik semakin popular. Perkembangan digitalisasi informasi tersebut dipengaruhi oleh laju pertumbuhan informasi, serta meningkatnya kemampuan teknologi informasi khususnya komputer. Digitalisasi informasi ini menyebabkan terjadinya berbagai perubahan di berbagai pusat pengelolaan informasi, termasuk pada perpustakaan.

  Menurut Hasugian (2003: 1) dalam artikelnya menyatakan bahwa: Digitalisasi informasi di berbagai perpustakaan dan pusat informasi, mulai dilakukan ketika sejumlah perpustakaan mulai menggunakan komputer sebagai sarana penyimpanan dan pengolah informasi. Kemapanan kertas sebagai media informasi yang selama ribuan tahun menjadi primadona koleksi perpustakaan, kini ditantang oleh media magnetik dan optik atau media elektronik lainnya yang menawarkan cara yang berbeda dalam menyimpan dan menemukan kembali informasi.

  Oleh karena itu, berbagai perpustakaan dan pusat informasi lainnya, telah memperkaya koleksinya dengan berbagai sumber informasi digital. Digitalisasi informasi diperkirakan akan semakin meningkat, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  9 teknologi, mengakibatkan berlimpahnya informasi. Informasi yang ada pada saat ini, rasanya tidak mungkin lagi tertampung secara fisik pada suatu perpustakaan atau pusat dokumentasi manapun. Untuk menangani masalah tersebut yang dapat dilakukan oleh perpustakaan yaitu dengan membangun koleksi digital.

  Salah satu cara yang umum dilakukan dalam membangun koleksi digital adalah dengan mengubah bahan pustaka tercetak yang dimiliki ke bentuk digital. Menurut Pendit (2007: 241), “Digitalisasi merupakan suatu proses yang mengubah sinyal analog menjadi bentuk digital dari sinyal tersebut. Dalam dunia perpustakaan, proses digitalisasi adalah suatu proses yang mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital”.

  Tujuan digitalisasi adalah untuk mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dalam banyak hal antara laidan optimalisasi tempat penyimpanan, Selain itu, menurut Deegen (2002) yang dikutip oleh Rasiman (2011: 2), ada beberapa keuntungan digitalisasi yaitu antara lain:

  a) Akses cepat ke item permintaan tinggi dan sering digunakan.

  b) Akses mudah ke komponen individual dalam item (contoh: artikel dalam jurnal).

  c) Akses cepat ke materi secara remote.

  d) Kemampuan untuk mendapatkan materi yang tidak diterbitkan lagi (out of print ).

  e) Berpotensi untuk menampilkan materi dalam format yang tidak dapat dicapai (contoh: ukuran terlalu besar atau peta).

  f) Mengizinkan penyebaran koleksi dan digunakan secara bersama.

  g) Berpotensi untuk mempresentasikan benda yang mudah pecah/asli mahal dengan pengganti dalam format yang dapat diakses.

  h) Meningkatkan kemampuan penelusuran, termasuk full text.

i) Integrasi pada media yang berbeda (gambar, suara, video, dll).

  j) Mengurangi beban atau ongkos pengiriman. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan digitalisasi adalah untuk perluasan pemanfaatan dan kemudahan akses. Pemanfaatan dan akses terhadap sumberdaya informasi elektronik jauh lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak. Sumberdaya informasi elektronik dapat digunakan oleh banyak pengguna (multi user) dalam waktu yang bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak jauh (remote access) tanpa harus datang ke perpustakaan.

  10 pengguna dari internal institusi, akan tetapi juga oleh masyarakat luas. Melalui digitalisasi, perpustakaan dapat menyimpan ribuan bahkan jutaan karya local

  content maupun koleksi lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

  Perkembangan teknologi membuat transfer informasi dan data dapat menjadi lebih cepat. Selain mempercepat proses dalam aktivitas sehari-hari, format data digital juga mempermudah aktivitas pelayanan kepada masyarakat. Perkembangan teknologi digital serta internet saat ini telah memberi kemudahan untuk melakukan akses serta mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital. Menurut Elvina (2010: 1) ada beberapa faktor yang membuat data digital (seperti audio, citra, video dan text) banyak digunakan antara lain :

  a) Mudah diduplikasi dan hasilnya sama dengan aslinya.

  b) Murah untuk penduplikasian dan penyimpanan.

  c) Mudah disimpan dan kemudian untuk diolah atau diproses lebih lanjut.

  d) Serta mudah didistribusikan, baik dengan media disk maupun melalui jaringan seperti internet.

  Digitalisasi koleksi perpustakaan adalah proses pemberian atau pemakaian sistim digital pada koleksi suatu perpustakaan. Proses digitalisasi yang dilakukan perpustakaan saat ini adalah digitalisasi Skripsi, Disertasi, Tesis, Orasi Ilmiah, dan Laporan Penelitian. Pada pelaksanaannya, sering dijumpai kendala dalam proses scaning, diantaranya format kertas yang tidak standard, warna kertas yang sudah menguning, ketebalan kertas yang tidak sesuai, ataupun jenis kertas yang licin, semuanya mempersulit proses scaning. Diperlukan keahlian khusus, ketekunan dan kesabaran dalam melakukan scaning dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library).

2.2 Perpustakaan Digital

  Tantangan baru teknologi informasi khususnya untuk para penyedia informasi adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat dan global. Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang keberadaannya sangat penting di dunia informasi, harus memikirkan kembali bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya adalah dengan mewujudkan perpustakaan digital yang terhubung dalam jaringan komputer.

  11 Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi”, menyatakan bahwa: Ada dua terminologi yang sering disebut untuk menyatakan perpustakaan digital. Penyebutan terminologi itu sebenarnya bermula dari munculnya bahan-bahan perpustakaan yang berbeda dengan bahan yang tersedia di perpustakaan sebelumnya. Pertumbuhan pesat di bidang produksi bahan- bahan berbasis elektronik (electronic-based) telah melahirkan ungkapan electronic library atau digital library.

  Perpustakaan digital adalah suatu lingkungan perpustakaan dimana berbagai objek informasi (dokumen, images, suara dan video-clips) disimpan dan diakses dalam bentuk digital. Perpustakaan digital menurut Digital Library

  Federation yang dikutip oleh Hasugian (2009: 185) menyatakan bahwa:

  Perpustakaan digital adalah berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, termasuk pegawai yang terlatih khusus, untuk memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital, sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh sebuah atau sekumpulan komunitas yang membutuhkannya.

  Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa Perpustakaan Digital adalah perpustakaan dimana koleksi-koleksinya menggunakan format digital yang disimpan dan dapat diakses dalam bentuk elektronik serta disebarluaskan dalam bentuk digital.

  Pada dasarnya perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumberdaya digital. Perpustakaan digital menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses sumber-sumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang terbatas.

  Menurut Saleh (2010: 4), yang menjadi keunggulan dan kelemahan perpustakaan Digital adalah sebagai berikut: Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya: 1.

  Long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.

  2. Akses yang mudah. Akses pepustakaan digital lebih mudah dibanding dengan perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama.

  3. Murah (cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya. Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.

  12 Mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuk diplagiat. Bila penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa mengeditnya.

  5. Publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet. Selain keunggulan, perpustakaan digital juga memiliki kelemahan yaitu: 1.

  Tidak semua pengarang mengizinkan karyanya didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikir-pikir tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.

  2. Masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apalagi, bila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan.

  3. Masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tentang tata cara mendigitalkan koleksi perpustakaan. Itu artinya butuh sosialisasi dan penyuluhan tentang perpustakaan digital.

2.3 Dokumen Elektronik ( e-document)

  Koleksi perpustakaan digital tentunya terdiri dari dokumen digital atau dokumen elektronik. Dokumen elektronik dapat berupa buku elektronik (e-book), jurnal elektronik (e-journal), database online atau dokumen lain dalam format elektronik.

1. Buku elektronik (e-book)

  Buku elektronik (e-book) adalah buku yang diterbitkan dalam format elektronik. Pada prinsipnya muatan isi (content) buku elektronik sama dengan versi cetaknya. Hanya karena formatnya berbeda maka cara penggunaannya pun berbeda. Buku elektronik dapat dibeli secara utuh seperti halnya dengan buku biasa, terutama yang tersedia terekam dalam CD atau media rekam elektronik lainnya, tetapi ada yang dilanggan secara online.

  Buku elektronik terdiri dari dua hal yaitu buku itu sendiri, dan alat bacanya (e-book readers). Ini memang perbedaan utama antara buku konvensional dan buku elektronik. Sebuah buku konvensional, tentu saja sebuah buku, sementara sebuah buku elektronik adalah sebuah buku dan sebuah alat baca. Selain itu, buku elektronik juga mengandalkan Internet untuk penyebaran dan akses, membuatnya semakin berbeda dari buku konvensional. Sebagian buku elektronik hanya dapat dinikmati dengan sistem lisensi lewat Internet. Artinya, pembaca buku elektronik

  13 mengaksesnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Jurnal elektronik (e-journal)

  Jurnal elektronik (e-journal) pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan buku elektronik, muatan isi dalam jurnal eletronik sama dengan versi cetaknya. Akan tetapi pada umumnya jurnal elektronik dilanggan secara online apakah per judul atau dalam bentuk paket. Biasanya bila perpustakaan melanggan jurnal elektronik selalu disertai back issue. Dewasa ini jurnal ilmiah lebih banyak yang diterbitkan dalam format elektronik. Menurut Hasugian (2008: 19), “hal itu disebabkan oleh karena biaya publikasinya lebih murah, manajemen pengelolaannya mudah, penyebaran jauh lebih cepat dan penggunaannya jauh lebih mudah dan cepat jika dibanding dengan versi cetaknya”. Perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak yang melanggan jurnal elektronik, karena harganya lebih murah dari cetak, pengelolaan lebih praktis, tidak mengharuskan ruangan yang luas, dan banyak lagi kemudahan yang diakibatkannya.

  Banyak pengertian dari jurnal elektronik yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Pryterch (2000 : 256) dalam bukunya Harrod’s Librarians Glossary and Reference Book mendefinisikan:

  Electronic Journal – a journal for which the full end product ia available on journal in which all aspects of preparation, refereeing, assembly and distribution are carried out electronically. A developing area in which many problems need resolving – copyright, distribution, funding, Peer review, Research assessment – before the electronic journal is accepted by all.

  Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jurnal elektronik merupakan seluruh proses persiapan, pengumpulan, distribusi yang dilakukan secara elektronik. Namun ada beberapa hal yang perlu diselesaikan, seperti hak cipta, pendanaan, peer-review, penilaian penelitian sebelum jurnal elektronik diterima oleh semua pihak.

  14 Dokumen Grey Literature

  Grey literatur e merupakan terbitan yang dihasilkan oleh lembaga

  pemerintah, atau lembaga pendidikan dan badan swasta yang pada umumnya tidak didistribusikan secara luas dan tidak diperjualbelikan. Umumnya grey literature berisi berbagai macam hasil penelitian sehingga informasinya sangat diperlukan. Bentuk grey literature meliputi skripsi, tesis, disertasi, artikel, atau laporan penelitian.

  Menurut Hirtle yang dikutip oleh Mason (2013: 1), grey literature adalah :

  The quasi-printed reports, unpublished but circulated papers, unpublished proceedings of conferences, printed programs from conferences, and the other non-unique material which seems to constitute the bulk of our modern manuscript collection.

  Pendapat Hirtle di atas dapat diartikan bahwa grey literature adalah laporan dalam bentuk tercetak dan tidak dipublikasikan seperti prosiding suatu konferensi dan seminar, program tercetak dari konferensi dan bahan non-unik lainnya yang digunakan untuk menyusun koleksi manuskrip modern.

  Selain pendapat Hirtle di atas, pengertian grey literature menurut Farace (1997) yang dikutip oleh Suminarsih (2011: 5) mendefinisikan bahwa:

  Grey Literature is that which is produced at all levels by government, academia, business, and industries, both of in print and electronic formats but which is not controlled by commercial publishing interest and where is the publishing is not the primary activity of the organization.

  Hal ini berarti bahwa grey literature merupakan seluruh terbitan yang dihasilkan oleh lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, kalangan bisnis dan industri, baik dalam format tercetak maupun format elektronik, tetapi tidak dikendalikan oleh kepentingan komersial dan kegiatan publikasinya bukan merupakan kegiatan utama organisasinya. Contohnya adalah kebijakan pemerintah, laporan suatu perusahaan, skripsi, tesis, disertasi, hasil suatu kajian, studi kelayakan, laporan penelitian dan sebagainya.

  Paparan di atas sudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan grey

  

literature . Sedangkan dalam materi ini yang dimaksud dengan grey literature

  pada perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya adalah karya ilmiah berupa Disertasi, Tesis, Skripsi, Tugas Akhir, dan/atau Kertas Karya yang dihasilkan oleh mahasiswa, dan karya ilmiah yang dihasilkan dosen berupa kajian, makalah

  15

  (2012: 1) mengemukakan pendapatnya mengenai perbedaan antara skripsi, tesis dan disertasi yaitu:

  1. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian dan/atau

  percobaan yang disusun oleh mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing skripsi dan dipertanggung-jawabkan dalam suatu Sidang Ujian Akhir Program untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan strata satu (S1). Skripsi sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3).

  2. Tesis adalah salah satu karya ilmiah tertulis yang disusun mahasiswa

  secara individual berdasarkan hasil penelitian empiris untuk dijadikan bahan kajian akademis. Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen-argumen untuk dikemukakan, merupakan hasil dari studi yang sistematis atas masalah, tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Tesis adalah karya ilmiah yang disyaratkan untuk lulus pendidikan jenjang S2.

  3. Disertasi adalah karya ilmiah mahasiswa untuk jenjang pendidikan S3

  yang berupaya menciptakan suatu teori baru dengan menguji hipotesis yang disusun berdasarkan teori yang sudah ada. Disertasi berupa paparan diskusi yang menyertai sebuah pendapat atau argumen. Dokumen elektronik mempunyai format bermacam-macam antara lain format html atau hypertext mark up language, Portable Document Format (PDF),

  

Microsoft Word atau Ms-Word, Microsoft Excel terutama untuk dokumen teks.

  Sedangkan dokumen gambar sering kita jumpai dalam format JPEG, GIF dan sebagainya, seperti tabel di bawah ini: Tabel 1. Jenis-Jenis Format File

  Format File Ekstensi File Keterangan

  Dokumen CSV Comma Separated Values DOC Microsoft Word Document DOCX Microsoft Word 2007 Document ODP OpenDocument presentation ODS OpenDocument spreadsheet ODT OpenDocument Text Document PDF Portable Document Format PPT Microsoft PowerPoint Presentation PS Postscript document RTF Rich Text Format

  16

  17 WPS

  XLS Microsoft Works Document Microsoft Excel Spreadsheet

  Gambar BMP GIF JPG PCX PNG TGA TIFF WBMP

  Windows bitmap Compuserve graphics interchange JPEG compliant image PC Paintbrush Bitmap Graphic Portable Network Graphic Truevision Targa Graphic Tagged image file format Wireless Bitmap File Format

  Audio AC3 FLAC MP3 OGG WAV WMA

  AC3 Audio File Free Lossless Audio Codec Compressed audio file Ogg Vorbis Compressed Audio File Windows audio file Windows media file

  Video AVI FLV

  IPOD MOV MP4 MPG Windows video file Flash Video MPEG-4 Video File Apple QuickTime Movie MPEG-4 Video File Moving Picture Experts Group File

  Sumber: Fileinfo.com Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa format-format file dokumen elektronik terbagi atas berbagai jenis. Format dokumen yang paling sering digunakan yaitu PDF. Seperti yang dinyatakan oleh Priyanto (2009: 1) alasan menggunakan PDF yaitu “PDF biasanya mempertahankan tampilan dan bentuk sesuai dengan dokumen asli (legal issues), memiliki kemampuan temu kembali (search) secara full-text, dan memiliki fasilitas untuk security”.

  Sementara untuk format file gambar, yang paling sering digunakan yaitu format JPG. Format file ini sering dimanfaatkan untuk untuk menyimpan gambar yang digunakan untuk keperluan halaman website, multimedia dan publikasi elektronik lainnya. Untuk format audio biasanya menggunakan MP3 dengan alasan selain format audio ini yang paling popular, MP3 juga memberikan kualitas suara yang baik serta kapasitas MP3 dapat mengurangi ukuran file dari ukuran file original. dokumen elektronik yang menjadi koleksi perpustakaan digital yang dapat diakses oleh pengguna.

  Suatu universitas dapat dikatakan baik jika memiliki rata-rata yang tinggi dalam menghasilkan karya ilmiah, jurnal, penemuan, dsb, dan tentu saja hasil– hasil tersebut tentu harus dapat diketahui dan bermanfaat bagi orang banyak sebab percuma jika memiliki banyak hasil penemuan yang baik namun tidak bisa diketahui oleh publik sehingga tidak mendapatkan manfaat apa-apa. Salah satu cara publikasinya adalah tentu saja melalui media elektronik seperti situs web universitas.

2.4 Situs Web dan Layanan Online pada Perpustakaan Perguruan Tinggi

  Web dalam Layanan Perpustakaan

2.4.1 Peran Situs

  Luasnya informasi yang tersedia serta peningkatannya yang terus berlangsung, penyedia informasi harus tetap dapat menyediakan informasi secara konstan dan berkesinambungan dengan memanfaatkan bantuan teknologi informasi untuk penyebaran, penelusuran, dan akses informasi. Dewiyana (2008: 70) mengemukakan bahwa, “penyebaran informasi dapat dilakukan dengan meningkatkan akses dan transfer pengetahuan dengan menggunakan media, salah satunya dengan membangun situs web”.

  Website (situs web) atau bisa juga disebut Web adalah halaman yang

  ditampilkan di internet yang memuat informasi tertentu (khusus). Web pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992. Hal ini sebagai hasil usaha pengembangan yang dilakukan CERN di Swiss. Internet dan web adalah dua hal yang berbeda. yaitu yang dapat menampilkan web, sedangkan web yang ditampilkannya berupa susunan dari halaman-halaman yang menggunakan teknologi web dan saling berkaitan satu sama lain.

  Anshari (2011: 1) mengemukakan pengertian situs web yaitu: Situs web adalah sekumpulan halaman informasi yang disediakan melalui jalur internet sehingga bisa diakses di seluruh dunia selama terkoneksi dengan jaringan internet. Website merupakan sebuah komponen yang terdiri dari teks, gambar, suara animasi sehingga menjadi media informasi yang menarik untuk dikunjungi oleh orang lain.

  18 web adalah sejumlah halaman informasi yang menyediakan informasi dengan berkas-berkas seperti gambar, video atau jenis berkas lainnya yang dapat diakses secara publik di seluruh dunia melalui jaringan internet.

  Perpustakaan sebagai salah satu instansi yang berkecimpung di dunia pelayanan publik selalu diuntut memberikan pelayanan yang maksimal kepada penggunanya. Maka dari itu pengaplikasian Teknologi Informasi mutlak dilakukan oleh Perpustakaan. Bukan saatnya lagi perpustakaan menunggu penggunanya untuk datang. Kreativitas perlu dikedepankan dalam menjemput penggunanya. Perpustakaan tidak cukup dengan menghasilkan produk yang baik saja, tetapi tampilan menarik juga dibutuhkan.

  Menjawab tantangan tersebut, telah banyak perpustakaan yang mulai memasukkan piranti TI ke dalam kawasan perpustakaan, salah satunya yaitu situs web dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuannya dalam pelayanan dan penyebarluasan informasi. Dengan adanya situs web perpustakaan tersebut, diharapkan pengguna khususnya sivitas akademika dapat lebih mudah dalam memperoleh informasi secara efektif dan efisien.

  Secara lebih rinci manfaat situs web dibagi menjadi dua yaitu manfaat situs web bagi pengguna sivitas akademika dan manfaat bagi perpustakaan. Manfaat situs web bagi pengguna civitas akademika adalah untuk penelusuran informasi guna memenuhi kebutuhan akademik pengguna, sedangkan bagi perpustakaan yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media promosi dan penyebarluasan informasi. Selain itu menurut Habib (2012: 1) ada manfaat lain dari penerapan situs web di perpustakaan, yaitu:

  1) Sebagai media komunikasi antara perpustakaan dengan dunia luar, bentuk komunikasi yang terjalin diantaranya: komunikasi antara pustakawan dengan pemustaka terkait hal-hal yang menyangkut perpustakaan, komunikasi antara perpustakaan dengan institusi perpustakaan lain.

  2) Sebagai media resmi perpustakaan untuk media publikasi informasi resmi ke masyarakat, seperti Pengumuman, Berita resmi perpustakaan.

  Penerapan situs web di perpustakaan secara tidak langsung telah memberikan peluang baru bagi perpustakaan dalam hal penyajian informasi, karena perpustakaan dengan mudah dapat menyebarluaskan informasi yang

  19 kegiatannya.

  Di dalam suatu situs web, perpustakaan dapat menyediakan alat temu balik informasi seperti katalog dan juga dapat mempublikasikan bahan yang tidak diterbitkan seperti koleksi deposit perguruan tinggi. Selain itu, melalui situs web dimungkinkan pelayanan perpanjangan, konsultasi antara pengguna dengan pustakawan, penyedia hubungan dengan situs web terkait dan lain sebagainya.

  Word Wide Web (www)

  2.4.2 World Wide Web atau WWW atau singkatnya web, adalah layanan

  penyajian informasi di Internet. Web merupakan layanan Internet yang paling popular saat ini. Web terdiri dari jutaan situs web (web site) dan setiap web site terdiri banyak halaman web (web page). Halaman-halaman web ini tersebar di seluruh dunia di komputer-komputer server yang terhubung dengan Internet. Situs-situs seperti www.yahoo.com adalah web site yang sudah lama ada dan menyediakan banyak sekali fasilitas sehingga halaman dalam situs ini juga sangat banyak.

  Menurut Kristanto (2002: 1), “World Wide Web adalah suatu ruang informasi di mana sumber-sumber daya yang berguna diidentifikasi oleh pengenal global yang disebutsecara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah bagian dari padanya.

  2.4.3 Domain dan Subdomain Domain adalah nama unik yang diberikan untuk mengidentifikasi nama

  sebagai pengganti Internet Protocol (IP), yang berdasarkan kepada Domain Name System (DNS).

  Menurut Widiyatmoko (2008: 22-25), struktur domain terbagi atas: a.

   Top Level Domain (TLD), adalah deretan kata di belakang nama

  domain seperti: - : menerangkan jenis domain komersial.

  .com : menerangkan jenis domain layanan internet. .net

  • : menerangkan jenis domain organisasi.
  • : menerangkan jenis domain pendidikan.

  .org

  .edu

  20

  • .gov : menerangkan jenis domain pemerintahan.
  • .co.id : menerangkan jenis domain komersial yang berasal dari Indonesia.
  • .co.uk : menerangkan jenis domain komersial yang berasal dari Inggris.
  • .ac.id : menerangkan jenis domain akademik yang berasal dari Indonesia. Ada dua macam Top Level Domain, yaitu Global Top Level Domain (gTLD) dan Country Code Top Level Domain (ccTLD). gTLD seperti pada list di atas dan ccTLD adalah TLD yang diperuntukkan untuk kode asal negara. Berikut domain yang disediakan untuk masing-masing negara seperti:

  • .id

  • .sg

  • .my
  • .uk
  • .us
  • .ac.id : digunakan untuk lingkungan akademik atau perguruan tinggi.
  • .co.id : digunakan untuk organisasi komersial.
  • .go.id : digunakan untuk instansi pemerintah.
  • .sch.id : digunakan untuk sekolah.
  • .net.id : digunakan untuk organisasi pemegang izin penyelenggara jasa telekomunikasi.
  • .or.id : digunakan untuk organisasi.
  • .mil.id : digunakan untuk kalangan militer b.

  21

  .mil

  : Indonesia

  : Singapura

  : Malaysia

  : Inggris

  : Amerika Serikat Untuk Indonesia terbagi menjadi beberapa sub domain seperti :

   Second Level Domain (SLD) adalah nama domain yang didaftarkan.

  Misalnya ddd.com, maka ddd adalah SLD dan .com-nya adalah TLD.

  c.

   Third Level Domain adalah nama sebelum Second Level Domain dan Top Level Domain . Misalnya ddd.com, maka dapat menambahkan nama

  lain sebelum ddd, yaitu mail.ddd.com atau search.domainku.com. Dari nama-nama domain di atas dapat diidentifikasi bahwa dengan mengetahui nama domain maka dapat diketahui bahwa suatu situs web tersebut apakah milik organisasi, pemerintahan, internet provider atau milik perguruan tinggi. Selain itu dengan mengetahui nama domain dapat diketahui pula apakah suatu web digunakan untuk kepentingan komersial, kepentingan organisasi, kepentingan pendidikan atau digunakan untuk kepentingan militer. Selain untuk kepentingan di atas dapat diketahui pula negara asal suatu situs web tersebut. Untuk malakukan layanan elektronik di Perpustakaan dibutuhkan ketersediaan infrastruktur layanan. Adapun infrastruktur yang dibutuhkan untuk layanan elektronik berbasis web pada dasarnya mencakup komputer server, komputer persona (PC), software (program aplikasi), jaringan internet yang terhubung ke salah satu provider (Telkom, Indosat, dsb) dan dokumen elektronik.

2.5 Evaluasi Situs Web

2.5.1 Pengertian Evaluasi

  Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.

  Pengertian evaluasi menurut Thoha (2003: 3) adalah “Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”.

  Dari pengertian menurut Thoha di atas, evaluasi dapat diartikan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui suatu keadaan suatu obyek yang kemudian hasilnya dijadikan sebagai tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

  Sedangkan Arikunto (2006: 1) mengemukakan pengertian evaluasi yaitu: Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

  Evaluasi merupakan bagian penting dari sistem pengendalian mutu pengelolaan. Dalam proses evaluasi terdapat tahap pengukuran dan penilaian. Situs web merupakan suatu aplikasi yang terdapat di dalam teknologi internet. Jadi, evaluasi situs web adalah kegiatan pengukuran dan pemberian nilai terhadap

  22 kualitas dari situs web tersebut.

  Melakukan evaluasi terhadap hasil pencarian penting untuk memastikan bahwa informasi yang didapat benar dan berasal dari sumber yang terpercaya. Jika informasi yang digunakan tidak benar, maka informasi yang diolah dan disajikan tidak benar juga dan itu akan membawa masalah terhadap penyebaran informasi yang salah, dan hal ini harus dihindari.

  Evaluasi situs juga dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi antar muka situs yaitu jembatan yang mempertemukan pengguna dengan informasi, yang dikenal dengan nama uji ketergunaan atau usability testing. Badre yang dikutip oleh Dewiyana (2008: 70) memberikan defenisi usability testing atau uji ketergunaan sebagai berikut, “usability testing has traditionally meant testing for

  

efficiency, ease of learning, and the ability to remember how to perform

interactive tasks without difficulty or errors ” (uji ketergunaan adalah mengukur

  efisiensi, kemudahan dipelajari, dan kemampuan untuk mengingat bagaimana berinteraksi tanpa kesulitan atau kesalahan).

2.5.2 Tujuan Evaluasi Situs Web

  Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2006: 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu “tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen”.

  Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan- bahan pertimbangan untuk menentukan/ membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

  Tujuan akhir evaluasi situs adalah untuk kepuasan pengguna. Dengan terpenuhinya kebutuhan informasi pengguna yang didapat dalam suatu situs tentu mereka akan puas, dan hal ini tentu akan membawa mereka kembali untuk mengunjungi situs tersebut. Dan ini memberi kesan yang baik kepada pengelola situs yang bersangkutan serta menunjukkan bahwa tujuan pengelola untuk membuat situs tersebut telah tercapai.

  23 kebutuhan informasi dapat dilakukan melalui analisis teknik pendekatan yang berpusat pada pengguna yang bertujuan antara lain untuk mengetahui tujuan mereka menggunakan situs, frekwensi kunjungan mereka pada situs, relevansi/keakuratan informasi pada situs, pola pemanfaatan situs, evaluasi situs, dan lain-lain.

  Evaluasi situs web merupakan kegiatan pengukuran dan pemberian nilai terhadap suatu situs web. Berdasarkan evaluasi situs, mereka membuat perbaikan dalam website yang pada akhirnya membantu dalam memenuhi tujuan utamanya. Evaluasi situs membantu dalam menemukan kelemahan dan kesalahan dalam situs dan dalam menemukan cara yang berbeda untuk meningkatkan efektivitas situs.

2.5.3 Metode Evaluasi Situs Web

2.5.3.1 Webqual

  Kualitas web akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pengguna. Semakin tinggi kualitas suatu web, maka akan semakin banyak pengguna yang mengakses web tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Tarigan (2008: 34) yang menyatakan bahwa “dengan melakukan pengukuran suatu website mengunakan webqual dengan indikator kualitas informasi web, kualitas desain web serta kualitas penggunaan pada e–library mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna”. Penelitian Tarigan mengenai e-library dengan metode

  

webqual juga menyatakan bahwa suatu website dalam lingkungan akademis akan

  sangat berpengaruh terhadap kepuasan pengguna apabila faktor – faktor yang terdapat pada webqual atau kualitas website terutama kualitas penggunaan memiliki kualitas yang baik.

  Pada dasarnya tercapainya kualitas website yang sempurna akan mendorong terciptanya kepuasan pengguna, karena kualitas website merupakan sarana untuk mewujudkan kepuasan pengguna dalam akses kedalam situs web. Kualitas website tentu dapat diwujudkan dengan menampilkan website yang sesuai dengan kriteria metode webqual sebagai alat ukur agar tercapainya kepuasan bagi pengguna.

  24

  25

  teknik pengukuran kualitas website berdasarkan persepsi pengguna”. Metode ini merupakan pengembangan dari ServQual Zeithaml yang sebelumnya banyak digunakan pada pengukuran kualitas jasa. WebQual sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1998. WebQual disusun berdasarkan penelitian pada tiga area yaitu; (1) Usability dari human computer interaction.

  Usability adalah suatu atribut kualitas yang menjelaskan atau mengukur seberapa mudah penggunaan suatu antar muka (interface). Usability juga mengacu kepada metode untuk meningkatkan kemudahan penggunaan selama proses perancangan.

  Menurut Barnes (2002: 115), Usability adalah mutu yang berhubungan dengan rancangan site, sebagai contoh penampilan, kemudahan penggunaan, navigasi dan gambaran yang disampaikan kepada pengguna”. Adapun dimensi kemudahan penggunaan situs web (usability), dapat diketahui pada tabel di bawah ini:

  Tabel 2. Dimensi Kemudahan Penggunaan (usability)

  No. Deskripsi Indikator

  1. Pengguna merasa mudah untuk mempelajari pengoperasian website

  2. Interaksi antara website dengan pengguna jelas dan mudah dipahami

  3. Pengguna merasa mudah untuk bernavigasi dalam website

  4. Pengguna merasa website mudah untuk digunakan

  5. Website memiliki tampilan yang menarik

  6. Desain sesuai dengan jenis website

  7. Website mengandung kompetensi

  8. Website menciptakan pengalaman positif bagi pengguna Sumber: Barnes (2002: 115)

  (2) Kualitas informasi dari penelitian system informasi (Information Quality) Kualitas dari suatu informasi (quality of information) pada dasarnya tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timely basis), dan relevan (relevance).

  Menurut Barnes (2002: 115), “Information Quality adalah mutu dari isi yang terdapat pada site, pantas tidaknya informasi untuk tujuan pengguna seperti akurasi, format dan keterkaitannya”. Adapun dimensi kualitas ini: Tabel 3. Dimensi kua litas informasi (information quality)

  No. Deskripsi Indikator

  1. Menyediakan informasi yang akurat

  2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya

  3. Menyediakan informasi yang tepat waktu

  4. Menyediakan informasi yang relevan

  5. Menyediakan informasi yang mudah dipahami

  6. Memberikan informasi pada tingkat detail yang tepat

  7. Menyajikan informasi dalam format yang sesuai Sumber: Barnes (2002: 115)

  (3) Interaksi dan kualitas layanan dari penelitian kualitas system informasi (Service Interaction Quality).

  Konsep kualitas layanan pada dasarnya adalah suatu standar kualitas yang harus dipahami di dalam memberikan pelayanan yang sebenarnya tentang pemasaran dengan kualitas layanan.

  Barnes (2002: 115) mengemukakan pengertian service interaction

  quality yaitu: Service Interaction Quality adalah mutu dari interaksi pelayanan yang

  dialami oleh pengguna ketika mereka menyelidiki kedalam site lebih dalam, yang terwujud dengan kepercayaan dan empati, sebagai contoh isu dari keamanan transaksi dan informasi, pengantaran produk, personalisasi dan komunikasi dengan pemilik site.

  Adapun dimensi Kualitas Interaksi (interaction quality) tersebut, dapat diketahui pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Dimensi Kualitas Interaksi (interaction quality)

  No. Deskripsi Indikator

  1. Website memiliki reputasi yang baik

  2. Pengguna merasa aman untuk melakukan transaksi

  3. Pengguna merasa aman terhadap informasi pribadinya

  4. Website memberi ruang untuk personalisasi

  5. Website memberikan ruang untuk komunitas 6. memberikan kemudahan untuk berkomunikasi dengan

  Website

  organisasi

  7. Pengguna merasa yakin bahwa barang/jasa akan dikirim sebagaimana yang telah dijanjikan Sumber: Barnes (2002: 115)

  26 Sistem perangkingan universitas di seluruh dunia ada beberapa macam jenis dan Webometrics adalah salah satunya. Webometrics merupakan sistem perangkingan universitas sedunia berbasis web. Supradono (2010: 10) mengemukakan bahwa:

  Webometrics Rangking of Word University (WRWU) secara resmi

  diluncurkan pada tahun 2004. Peringkat Webometric ini diterbitkan dua kali setahun (Januari dan Juli), oleh Laboratorium Cybermetric milik The (CSIC). CSIC merupakan

  Consejo Superior de Investigaciones Cientificas

  lembaga penelitian terbesar di Spanyol. Mencakup lebih dari 18.000 Institusi Pendidikan Tinggi di seluruh dunia. Kehadiran webometric yang dapat mengukur aktivitas dan visibilitas dari institusi serta merupakan indikator yang baik yang berdampak pada prestise universitas. Pemeringkatan merangkum kinerja global Universitas, memberikan informasi bagi calon mahasiswa dan cendekiawan, dan mencerminkan komitmen untuk penyebaran pengetahuan ilmiah.

  Webometric adalah salah satu perangkat untuk mengukur kemajuan

  perguruan tinggi melalui Websitenya. Sebagai alat ukur (Webomatric) sudah mendapat pengakuan dunia termasuk di Indonesia. Peringkat Webometric dapat diakses dengan cara mudah, dan terbuka, ada di.

  Menurut Thelwall (2009) yang dikutip oleh Muntashir (2012: 40), “Webomerics berkaitan dengan aspek-aspek pengukuran web, situs web, halaman web, bagian dari halaman web, kata-kata dalam halaman web, hyperlink, hasil pencarian dari mesin pencari web”. Perkembangan ini diikuti oleh fenomena web sebagai media komunikasi dan dokumen yang terekam dalam format web.

  Analisis webometrics merupakan salah satu alat penting yang digunakan untuk mengukur secara kuantitatif dari aktivitas suatu web. Kajian webometrics sering juga disebut analisis kuantitatif dari fenomena web.

  Kajian webometrics mengadopsi metode yang digunakan oleh ilmu perpustakaan dan informasi terutama pendekatan bibliometrika. Pernyataan ini menunjukan kajian Webometrics merupakan kajian yang mengunakan metode dari berbagai disiplin termasuk metode bibliometrika yang digunakan dalam kajian ilmu perpustakaan dan informasi. Bjorneborg dan Ingwersen menggambarkan keterkaitan antara kajian ilmu perpustakaan dan informasi dari Informetrics,

  27 ketumpang tindihan dari bidang kajian tersebut.

  Gambar 1. Hubungan disiplin antara Infor-biblio-/sciento-/cyber-/webo- metrics. Sumber: Thelwall: 2005

  Dari gambar di atas menunjukkan bahwa webometrics merupakan bagian kajian informetrics, dengan memanfaatkan metode bibliometrics serta

  

scientometrics. Cybermetrics merupakan kajian yang lebih luas dibandingkan

dengan webometrics.

  a. Tujuan Webometrics

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Mahasiswa Indekost Terhadap Tindakan Seksual Pranikah di Jalan Sei Padang Kelurahan Padang Bulan Selayang I Medan Tahun 2013

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROYEK - Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 29

Pengendalian Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Studi Kasus : Pembangunan Gardu Induk Pasir Pangaraian dan Bangkinang

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN 2.1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 1 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 2 36

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Kajian Kesiapan Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada PT. Mewah Indah Jaya Berdasarkan European Foundation Quality for Management (EFQM)

0 0 16

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH - Redesain Meja dan Kursi Kelas Berdasarkan Antropometri Siswa SDN 060796

0 5 10

BAB I PENDAHULUAN - Redesain Meja dan Kursi Kelas Berdasarkan Antropometri Siswa SDN 060796

0 3 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Rasio Keuangan Menggunakan Metode CAMEL Untuk Menilai Efektivitas dan Pertumbuhan Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

0 0 16