Transformasi Digital Sebagai Proses Pelestarian Naskah Kuno Minangkabau di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat

  Lampiran 1

Pedoman Wawancara Informan I Sekretaris Badan Perpustakaan dan

Kearsipan Prov. Sumbar

  1. Bagaimana kebijakan pelestarian naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? Apakah sudah ada atau belum? 2. Apakah tujuan jangka panjang dari pelestarian naskah kuno dan transformasi digital bu?

  3. Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), yang melakukan transformasi digital itu pustakawannya sendiri atau pihak lain?

  4. Apakah ada pelatihan khususnya atau tidak bu? 5.

  Apabila ada, apakah pelatihan tersebut merupakan suatu bagian dari pengembangan SDM?

  6. Bagaimana pengadaan perlengkapan dan peralatan untuk kegiatan transformasi digital?

  7. Sebelum melakukan transformasi digital, apakah ada perencanaan- perencanaan sebelumnya bu?

  8. Dari segi pengawasannya bagaimana bu? Apakah orang perpustakaan yang mengawas langsung?

  9. Berapa kira-kira dana idealnya untuk melakukan kegiatan transformasi digital naskah kuno bu?

  Lampiran 2

Pedoman Wawancara Informan II Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan

Pelestarian Bahan Pustaka

  1. Dalam melakukan pelestarian naskah kuno, pedoman apa yang digunakan? Bisakah bapak jelaskan pedomannya seperti apa? 2. Bagaimana keadaan naskah kuno yang tersimpan di Badan Perpustakaan dan

  Kearsipan Provinsi Sumatera Barat pak? Apakah dalam keadaan rusak? 3. Apakah yang asli tidak difumigasi atau dilakukan perbaikan pak? Dalam jangka waktu berapa lama dilakukan fumigasi pak?

  4. Bagaimana tempat penyimpanan naskah kunonya pak? Apakah sesuai standar atau tidak? Seperti adanya pengaturan suhu.

  5. Ada berapa jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani naskah kuno pak?

  6. Dari pemaparan bapak tadi dengan adanya staf yang belajar ke Jepang berarti ada pengembangan dan pelatihan terhadap sumber daya manusia pak?

  7. Naskah kuno yang tersimpan di sini sudah ada yang telah didigitalisasi.

  Berapa banyak naskah kuno yang telah digitalisasi pak? 8. Apa yang menjadi prioritas utama untuk melakukan pelestarian dalam bentuk digital?

  9. Menurut bapak pelestarian naskah kuno dengan cara transformasi digital bisa dikatakan efektif atau belum? Misalnya dari segi proses digitalisasi maupun dari segi pengguna, dapat mempermudah pengguna.

  10. Sebelum melakukan transformasi digital, apakah ada perencanaan- perencanaan sebelumnya? Apabila ada perencanaan seperti apa yang dilakukan pak? 11. Kendala apa yang dihadapi dalam melakukan transformasi digital?

  12. Bagaimana akses pengguna untuk naskah yang sudah dialihmediakan dalam bentuk digital? Apakah hanya bisa diakses di perpustakaan atau sudah bisa diakses melalui web perpustakaan?

  Lampiran 3 Pedoman Wawancara Informan III Staf Pelestarian Bahan Pustaka 1.

  Dalam melakukan pelestarian naskah kuno, pedoman apa yang digunakan? Bisa bapak jelaskan pedomannya seperti apa? 2. Apa yang menjadi tujuan untuk melakukan pelestarian dalam bentuk digital? 3. Ada berapa orang yang bertugas untuk melakukan transformasi digital naskah kuno bu?

  4. Sudah berapa banyak naskah kuno yang dialihmediakan dalam bentuk digital bu?

  5. Dari hasil observasi yang saya lakukan, naskah kuno yang digitalisasi di badan ini tidak menyimpan naskah aslinya, apabila seperti itu apakah keadaan naskah kuno yang asli masih dalam bentuk utuh atau lengkap? 6. Apabila ada yang rusak, apakah naskah kuno tersebut diperbaiki terlebih dahulu sebelum melakukan scan atau pemotretan?

  7. Dari hasil hunting naskah yang dilakukan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, naskah umur berapa sajakah yang didapatkan? 8. Menurut bapak pelestarian naskah kuno dengan cara transformasi digital bisa dikatakan efektif atau belum? Misalnya dari segi proses digitalisasi maupun dari segi pengguna, dapat mempermudah pengguna.

  9. Selama ini apakah sudah pernah dilakukan pergantian media tempat penyimpanan format digital naskah kuno tersebut?

  10. Selain itu, apakah ada cadangan (back up) dari bentuk digital naskah kuno tersebut?

  11. Naskah kuno yang di simpan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ini disusun berdasarkan apa bu? Dan untuk yang sudah dialihmediakan apakah sama penyusunannya?

  12. Bagaimana akses pengguna untuk naskah yang sudah dialihmediakan dalam bentuk digital? Apakah hanya bisa diakses di perpustakaan atau sudah bisa diakses melalui web perpustakaan?

  Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan IV Staf dari Tim FIB Unand 1.

  Bagaimana alur kerja untuk melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital?

  2. Menggunakan software dan hardware apa saja dalam melakukan proses kegiatan transformasi digital?

  3. Berapa orang staff yang menangani proses transformasi digital? 4.

  Faktor apa yang mempercepat kerusakan media digital? 5. Usaha-usaha apa yang dilakukan dalam pelestarian media digital naskah kuno?

  6. Bagaimana pengadaan alat-alat untuk melakukan transformasi digital? 7.

  Kendala apa yang dihadapi dalam melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital?

  8. Menurut bapak, berapa dana yang ideal untuk melakukan transformasi digital naskah kuno?

  Lampiran 5

Transkrip Wawancara dengan Informan I

  Nama Informan : Ir. Sunyati M.Si Jabatan : Sekretaris Badan Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Sumbar Tempat : Ruang Surat Masuk dan Surat Keluar Tanggal Wawancara : Selasa, 24 Maret 2015 Pukul : 10.30 WIB

  1. Pertanyaan: Saya ingin bertanya bu, bagaimana kebijakan pelestarian naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat? Apakah sudah ada atau belum? Jawab: Kalau kebijakan itu kan sudah ada, dengan adanya kebijakan bahwa naskah kuno itu harus dilestarikan dan pemerintah daerah tentunya mendukung anggaran untuk pelestarian naskah kuno itu. Jadi setelah kita lakukan hunting untuk mendapatkan naskah kuno untuk nanti ke depannya kita alihmediakan dalam bentuk CD supaya disamping perawatannya ada, tempat simpannya banyak kalau ini hilang itu sudah ada di tempat lain dalam bentuk lain.

  2. Pertanyaan: Tujuan jangka panjang dari pelestarian naskah kuno dan transformasi digital itu apa bu? Jawab: Supaya terawat dan terlestarikan karena kalau hanya dalam bentuk naskah kuno itu adik tahu kan masa penyimpanannya pasti terbatas, walaupun kita rawat dan bagaimanapun kita merawatnya kita simpan atau apa lama-kelamaan pasti akan rapuh. Mau tidak mau tentunya kita harus ada penyimpanan dalam bentuk alihmedia atau dalam bentuk lain, dalam bentuk CD atau dalam bentuk digitalisasi yang lain, bisa di komputer dalam jangka waktu panjangnya. Nah, tentunya dalam bentuk digital, dalam bentuk apapun tetap pelestarian dan perawatannya tetap ada misalnya sekali berapa bulan kan harus di fumigasi, diberi obat pengawet kemudian diberi anti rayap, begitu perawatannya.

  3. Pertanyaan: Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), yang melakukan transformasi digital itu pustakawannya sendiri atau pihak lain? Jawab: Kebetulan di bidang deposit itu ada beberapa orang yang memang sudah dilatih untuk perawatan naskah kuno itu, khusus ada satu orang yang sudah belajar ke Jepang untuk perawatan naskah kuno. Walaupun sebetulnya untuk sekarang ini mungkin kondisinya sudah cukup memadai namun kedepannya kalau naskah- naskah ini akan bertambah tentu kita juga membutuhkan sumber daya manusia. Kalau sekarang ini dengan kondisi yang ada untuk perawatan naskah kuno itu cukup memadai.

  4. Pertanyaan: Berarti ada pelatihan khususnya ya bu? Jawab: Ada, ada pelatihan khususnya. Biasanya dari Perpusnas itu mengadakan pelatihan- pelatihan khusus untuk perawatan naskah kuno.

  5. Pertanyaan: Pelatihan tersebut merupakan suatu bagian pengembangan SDM bu? Jawab: Iya, bagian dari itu. Kita kan juga di sini selain menyiapkan anggaran untuk perawatan, untuk peningkatan sumber daya manusianya kita anggarkan. Nah,

  Perpusnas dalam hal ini mempunyai tanggung jawab untuk pelatihan itu, karena kita di Sumatera Barat punya kewenangan sendiri untuk pelatihan yang hanya 3 (tiga) hari boleh dilatih oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) kita yang lebih dari itu tanggung jawab diklat. Nah, sementara diklat belum mengadakan dan ini untuk latihan-latihan spesifik seperti ini masih wewenang Perpusnas.

  6. Pertanyaan: Bagaimana pengadaan perlengkapan dan peralatan untuk kegiatan transformasi digital? Jawab: Kalau perlengkapan itu kan bidang-bidang tersebut mengusulkan kebutuhannya kepada sekretariat kita di sini. Nah, kalau anggaran mencukupi namun kalau itu kebutuhan yang mendesak kita alokasikan untuk anggaran jadi ada usulan dari bidang terkait, kita usulkan anggaran tahun berikutnya. Karena setiap apapun yang kita lakukan di kantor ini, itu harus masuk dalam rencana kebutuhan barang milik daerah kalau tidak terdaftar di sana kita tidak bisa menyediakan alat-alat tersebut.

  Oh, ternyata alat ini ada yang kurang, maka bidang tersebutlah yang mengusulkan kepada kita untuk pengadaan.

  7. Pertanyaan: Sebelum melakukan digitalisasi apakah ada perencanaaan-perencanaan sebelumnya bu? Jawab: Oo, ada pasti. Sebelum kita bekerja selain sudah di dukung dengan penganggaran melalui DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) itu tentunya mereka harus membuat PO (petunjuk operasional), pedoman teknis sebelum mengerjakan tugas pokoknya tersebut.

  8. Pertanyaan: Dari segi pengawasannya bagaimana bu? Apakah orang perpustakaan yang mengawas langsung? Jawab: Dari segi pengawasan secara langsung, secara teknis tentu yang mengerjakan teknis di sana di bidang deposit. Bidang itu kan berjenjang, di sana ada pengelolanya, pelaksananya kemudian ada kasubidnya, ada kabidnya. Jadi, ada pengawasan berjenjang di situ. Nah, kalau dari segi di sini hanya menerima laporan pelaksanaan kegiatan dan pengawasan itu tentunya nanti kita evaluasi akhir tahun.

  9. Pertanyaan: Berapa kira-kira dana idealnya untuk melakukan transformasi digital naskah kuno? Setiap tahunnya berapa bu? Jawab: Idealnya itu tidak bisa kita ucapkan, bisa saja mereka maunya dananya tinggi. Kita sesuaikan dengan kebutuhan, mereka tentu sebelum membuat anggaran mereka sudah tahu apa yang mereka butuhkan, berapa anggaran untuk pembelian alat, berapa anggaran untuk orang yang mengelola kemudian berapa materi atau naskah yang akan dialih mediakan itu juga harus tahu. Dengan adanya itu baru kita bisa menganggarkan berapa alat yang dibutuhkan, obatnya berapa, jadi sesuai dengan kebutuhan. Kalau idealnya tentu kita kalau bisa seluruh apa yang kita punya bisa kita alih mediakan tapi kan kalau APBD ini anggaran kita kan terbatas.

  Lampiran 6

Transkrip Wawancara dengan Informan II

  Nama Informan : Ismon Azif S.Sos Jabatan : Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan

  Pustaka Tempat : Ruang Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian

  Bahan Pustaka Tanggal Wawancara : Kamis, 26 Maret 2015 Pukul : 14.30 WIB

  1. Pertanyaan: Dalam melakukan pelestarian naskah kuno pedoman apa yang digunakan pak? Jawab: Oo, itu ada pedomannya dek dari perpustakaan nasional ada. Ada acuan dari perpustakaan nasional, kita kan di provinsi masih mengacu ke perpustakaan nasional selaku yang membawahi perpustakaan provinsi secara teknis masih perpustakaan nasional tapi secara organisasi tidak, masing-masing kan sudah di bawah pemerintah daerahnya. Di tambah referensi lain, misalnya seperti ada tenaga staf yang di tugaskan ke Jepang bulan Februari kemarin itu kita jadikan referensi.

  2. Pertanyaan: Bagaimana keadaan naskah kuno yang tersimpan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat pak? Apakah dalam keadaan rusak? Jawab: Iyalah, yang asli umunya dalam keadaan rusak itu pasti. Tapi sekarang kan sudah kita alih mediakan, kita preservasi dan kita gandakan.

  3. Pertanyaan: Apakah yang asli tidak difumigasi atau dilakukan perbaikan pak? Dalam jangka waktu berapa lama dilakukan fumigasi pak? Jawab: Iya, naskah kuno tersebut di fumigasi. Jangka waktunya minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Selain difumigasi juga diberi anti rayap.

  4. Pertanyaan: Bagaimana tempat penyimpanan naskah kunonya pak? Apakah sesuai standar atau tidak? Seperti adanya pengaturan suhu Jawab: Masih kurang, masih dalam proses penyesuaian tempat yang standar. Pengaturan suhu tertentu, kita masih mengarah ke situ.

  5. Pertanyaan: Ada berapa jumlah sumber daya manusia yang menangani naskah kuno pak? Jawab: Ada 5 orang staf termasuk kepala bidangnya, bapak sendiri juga termasuk untuk menanganani, berarti ada 6 orang.

  6. Pertanyaan: Dari pemaparan bapak tadi dengan adanya staf yang belajar ke Jepang berarti ada pengembangan dan pelatihan terhadap sumber daya manusia pak? Jawab: Iya, untuk pelatihan khusus naskah kuno. Pada tahun 2013 staf tersebut melakukan pelatihan.

  7. Pertanyaan: Naskah kuno yang tersimpan di sini kan ada yang sudah digitalisasi. Berapa banyak jumlah naskah kuno yang telah digitalisasi pak? Jawab: Oo, tidak ingat jumlahnya. Yang jelas diatas 100 buah.

  8. Pertanyaan: Apa yang menjadi prioritas utama untuk melakukan pelestarian naskah kuno dalam bentuk digital pak? Jawab: Yang pertama kalau dari segi perpustakaan yang jelas pelestarian kandungan informasinya yang kedua itu fisiknya, di prioritaskan informasinya terlebih dahulu.

  Informasi itu sebetulnya kan mata rantai dari generasi ke generasi, kalau fisiknya cuma bentuk kemasannya.

  9. Pertanyaan: Menurut bapak pelestarian naskah kuno dengan cara transformasi digital bisa dikatakan efektif atau belum pak? Misalnya dari segi pengguna, dapat mempermudah pengguna perpustakaan. Jawab: Iya lumayan lah, di samping konvesional kita sudah di online kan di website perpustakaan dan website Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat.

  10. Pertanyaan: Sebelum melakukan transformasi digital, apakah ada perencanaan-perencanaan sebelumnya? Perencanaan seperti apa yang dilakukan pak?

  Jawab: Iya tentu ada perencanaan sebelumnya. Sebetulnya digitalisasi bagian dari proses alih media naskah. Setelah kita melakukan preservasi, kita melakukan digitalisasi.

  11. Pertanyaan: Kendala apa yang dihadapi dalam melakukan transformasi digital pak? Jawab: Kalau kita sumber daya manusia masih kurang, tapi masih bisa berjalan pekerjaan tersebut.

  12. Pertanyaan: Bagaimana akses pengguna untuk naskah yang di alihmediakan di perpustakaan pak? Apakah menggunakan komputer perpustakaan atau menggunakan laptop pengguna sendiri? Jawab: Pengguna perpustakaan sebagian kan membawa laptop. Kalau membawa laptop silahkan menggunakan laptop sendiri, kalau tidak ada kita sediakan.

  Lampiran 7

Transkrip Wawancara dengan Informan III

  Nama Informan : Linda Evia A.Md Jabatan : Staf Pelestarian Bahan Pustaka Tempat : Ruang Kasubid Pelestarian Bahan Pustaka Tanggal Wawancara : Kamis, 26 Maret 2015 Pukul : 15.00 WIB

  1. Pertanyaan: Dalam melakukan pelestarian naskah kuno pedoman apa yang digunakan? Jawab: Kalau pedomannya kita merujuk kepada Perpusnas, kita menggunakan kertas tisu Jepang yang kadar asamnya lebih rendah. Kita mempergunakan kadar asam yang lebih rendah supaya lebih tahan sebab naskah kuno itu sudah beratus tahun umurnya ada yang 150 tahun ada yang 300 tahun. Yang biasa kertas sebelumnya dipergunakan dari kertas concorde. Jadi dari kertas concorde lebih tahan daripada kertas-kertas yang sekarang. Jadi untuk melestarikannya, untuk menjaganya supaya tidak rusak lagi kita harus mempergunakan kertas tisu Jepang tadi.

  Kemudian untuk lemnya menggunakan lem CMC.

  2. Pertanyaan: Apa yang menjadi tujuan untuk melakukan pelestarian naskah kuno dalam bentuk digital? Jawab: Ya untuk melestarikan naskah kuno itu, tujuan kita kan untuk generasi yang akan datang supaya bisa dipergunakan. Misalnya saja seperti Tambo Minangkabau, Ayat-ayat Tauhid dan segala macamnya. Pada umumnya kan di Minangkabau ini sebuah perguruan itu di mushala atau di langgar, mereka ada perguruannya dan yang sebagai Kiayi atau ketuanya itu kan ahli pengobatan, ahli bersilat, ahli tentang agama, apapun ajaran agama Islam ada tauhidnya, ada tentang kitab sifat dua puluh, yang jelas tentang agama Islam mulai dari akhlak dan segala macamnya mereka ahli pada umumnya, jadi dia ajarkan kepada generasi-generasi berikutnya yang menjadi muridnya. Selagi dia mengajarkan kepada muridnya, dia pun juga menulis. Tulisan tersebut tulisan asli dia. Pada umumnya orang-orang dahulu di Minangkabau naskah yang kita lihat itu tulisan Arab Melayu, baik itu dari Riau, Jambi dan sebagainya.

  3. Pertanyaan: Ada berapa orang yang bertugas untuk melakukan transformasi digital naskah kuno bu? Jawab: Ada 6 orang dari bidang pelestarian dan satu orang dari FIB Unand.

  4. Pertanyaan: Sudah berapa banyak naskah kuno yang dialihmediakan dalam bentuk digital bu? Jawab: Naskah kuno yang sudah digitalisasi judulnya sudah 143 judul.

  5. Pertanyaan: Dari hasil observasi yang saya lakukan, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat melakukan digitalisasi terhadap naskah kuno tetapi terkadang naskah asli tidak ada di sini, apabila seperti itu apakah naskah kuno yang asli masih dalam keadaan utuh atau lengkap bu? Jawab: Itu kan tergantung dari ahli waris misalnya Kiayi itu mempunyai naskah, sebenarnya Kiayi itu memperbolehkan untuk mengambil naskah tersebut tetapi ahli warisnya ingin naskah tersebut mereka yang merawat. Namun, bukannya terawat malah semakin lapuk. Meraka kadang meletakkan di atas flapon, flapon itu kan kalau terkena sinar matahari kan panas, dan kalau hujan bisa lembab, jadi suhunya kan berubah-ubah, temperaturnya tidak sama, itulah yang akan mempercepat rusaknya naskah kuno. Banyak permasalahan naskah kuno itu, ada yang kita lihat saja sudah rapuh karena perawatannya itu tadi. Mereka menganggap naskah hanya sebuah buku, disimpan saja di dalam lemari.

  6. Pertanyaan: Apabila naskah ada dalam keadaan rusak, apakah naskah tersebut diperbaiki terlebih dahulu sebelum melakukan scan atau pemotretan? Jawab: Kita lakukan perawatan terlebih dahulu, kita buang abunya dengan menggunakan kuas, setelah itu apabila bisa kita melakukan pemotretan maka akan kita lakukan tetapi apabila sudah bolong-bolong kita tidak melakukan pemotretan, karena untuk apa kita melakukan pemotretan, dibaca pun sudah tidak bisa.

  7. Pertanyaan: Dari hasil hunting naskah yang dilakukan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, naskah umur berapa saja yang didapatkan bu? Jawab: Kita punya yang asli ada 28 naskah.

  8. Pertanyaan: Menurut ibu pelestarian naskah kuno dengan cara transformasi digital bisa dikatakan efektif atau belum? Misalnya dari segi pengguna, dapat mempermudah pengguna. Jawab: Iya, dapat dikatakan efektif.

  9. Pertanyaan: Selama ini apakah sudah pernah dilakukan pergantian media tempat menyimpan format digital naskah kuno tersebut? Jawab: Belum pernah. Sebetulnya untuk yang badan perpustakaan terlalu minim perawatannya. Seharusnya lemarinya bukan seperti ini, harus ada pengaturan AC, penerangannya juga diatur berdasarkan standar dan penyimpanan CD pun juga harus sperti itu juga harus sesuai standar. Namanya perawatan ini kan butuh biaya yang ekstra lebih untuk naskah kuno, kalau pemerintahan maklum sajalah anggaran kategorinya tidak bisa dikatakan seperti swasta, kalau pemerintah ini kan terbatas seberapa pendapatan belanja daerah tergantung pula inkum dari daerah itu. Istilahnya keuangan seadanya.

  10. Pertanyaan: Selain itu apakah ada cadangan (back up) dari bentuk digital naskah kuno tersebut bu? Jawab: Dulu lengkap di dalam komputer, kita punya komputer satu itu khusus untuk naskah sekalian dengan printernya yang bukan menggunakan tinta biasa, printernya menggunakan tinta serbuk, jadi printernya khusus. Namun saat gempa jadi semuanya hancur, setelah itu kita belum sempat, belum ada dana untuk penggantinya. Jadi untuk back up lengkap di situ semulanya dari tahun kita mendapatkan sampai dengan tahun terakhir 2009.

  11. Pertanyaan: Naskah kuno yang di simpan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat ini disusun berdasarkan apa bu? Dan untuk yang sudah dialihmediakan apakah sama penyusunannya?

  Jawab: Kita belum punya standar untuk menyusun tapi kita kan berpedoman ada standar secara internasional atau secara nasional. Nasional pun belum punya standar jadi kita kategorikan seperti kita menyusun misalnya ini tauhid, ini ilmu tubuh, ini ilmu perbintangan atau ini tentang silat seperti kategori itu saja penyusunannya. Belum ada standarnya. Kalau untuk yang digital kita kan menurut tahun kita dapatkan, tahun berapa dan kabupaten mana itu kita satukan. Misalnya kita mendapatkan di Kabupaten Agama tau nagari apa kita susun dia sesuai dengan kita dapatkan, berdasarkan kabupaten dan urutan dari nagarinya serta tahunnya.

  12. Pertanyaan: Bagaimana akses pengguna untuk naskah yang sudah dialih mediakan dama bentuk digital? Apakah hanya bisa diakses di perpustakaan atau sudah bisa diakses melalui web perpustakaan? Jawab: Akses harus di perpustakaan kita, kita tidak meminjamkan dan melayankan untuk keluar dan itu pun hanya untuk baca di tempat. Kalau di web belum, lagi-lagi baru dirancang tahun ini.

  Lampiran 8

Transkrip Wawancara dengan Informan IV

  Nama Informan : Pramono Jabatan : Salah satu staf dari tim FIB Unand Tempat : Ruang dosen FIB Tanggal Wawancara : Selasa, 31 Maret 2015 Pukul : 10.00 WIB

  1. Pertanyaan: Bagaimana alur kerja untuk melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital pak? Jawab: Di badan perpustakaan itu dia melakukan metode searching and save jadi mencari dan menyelamatkan. Mereka menganggarkan untuk biaya perjalanan untuk hunting ke lokasi ke tempat beberapa koleksi naskah yang ada di lapangan maka kendalanya adalah tempatnya jauh, belum tentu masyarakat mau mengeluarkan koleksinya maka yang dilakukan dengan bantuan Unand dengan metode pendekatan secara kebudayaan. Biasanya kalau didekati dengan kebudayaan masyarakat itu mau mengeluarkan koleksinya, lantas yang dilakukan kemudian membersihkan manuskrip, melakukan pendigitalan dan selalu memberikan bantuan untuk lemari penyimpanan. Didigitalkan dengan peralatan standar internasional karena bagaimanpun pekerjaan itu harus sekali jadi. Kalau misalnya dilakukan berulang-ulang kan sayang udah ke lapangan jauh-jauh, nyarinya sudah tapi dikerjakan alakadarnya. Jadi saya anjurkan untuk membuat pendigitalan dengan merujuk British Library itu, jadi bagaimana sistem pendigitalan naskah. Bisa di cek bagaimana standar internasional di dunia perpustakaan pengarsipan secara digital. Kita menggunakan alat potret dan laptop untuk melakukan pendigitalan. Biasanya peralatan yang digunakan itu kamera DSLR Canon berapapun tipenya, karena DSLR Canon itu yang bisa untuk menghubungkan ke laptop, jadi eksekusi gambar melalui laptop. Setelah dari lapangan mendapatkan gambar itu yang dilakukan kemudian adalah sampai di Padang proses pengeditan gambar, proses pengeditan gambar itu menempuh waktu yang cukup panjang mulai dari editing gambar sampai file naming (penamaan file). File naming ini misalnya programnya tahun berapa, lokasinya dimana, judul naskahnya apa, itu untuk semua manuskrip.

  2. Pertanyaan: Menggunakan software dan hardware apa saja dalam proses kegiatan transformasi digital pak? Jawab: nya dalam DSLR Canon itu sudah ada bawaan langsung untuk

  Software-

  editingnya. Jadi kita waktu pengambilan gambar selalu dengan RAW atau TIFF itu standarnya. Nanti setelah itu lalu kita convert, kalau kita ambilnya RAW berarti kita convert ke TIFF, karena dengan TIFF koleksi digital itu bisa dimanfaatkan oleh orang banyak, foto tidak pecah, gambar jelas dan segala macam. Selain pemotretan tadi ada langkah yang penting sebetulnya, membuat katalognya, membuat deskripsi naskahnya. Jadi tidak hanya sekedar gambar nanti dihadirkan tapi gambar beserta deskripsi naskahnya. Kalau hardware-nya tadi laptop, kamera DSLR yang dianjurkan itu Canon karena dia punya leaview namanya. Program leaview yang bisa dihubungkan ke laptop, software lainnya ada editing dan file renamer namanya jadi untuk merubah nama file secara cepat supaya tidak satu-satu membuat penamaan file.

  3. Pertanyaan: Berapa orang staf yang menangani proses transformasi naskah kuno pak?

  Jawab: Kalau di badan perpustakaan tidak secara khusus sebetulnya yang mendapat amanah Gubernur sebagai instansi pemerintah provinsi kan bagian deposit dan pemeliharaan, itu stafnya sampai sekarang belum ada yang memang spesial untuk menangani masalah digital. Jadi untuk pengerjaan digital masih dibantu oleh tim kami dari FIB Unand bekerja sama tetapi untuk tim konservasi fisik mereka punya. Nah itulah salah seorang diantara mereka pernah dilatih di Jepang selama dua bulan. Itu untuk konservasi kertas bahannya. Jadi kalau kita foto kan untuk menyelamatkan isinya, digital itu kan untuk menyelamatkan isinya. Nah artefaknya, fisiknya itu kan juga perlu diselamatkan mereka punya, tapi untuk pendigitalan secara khusus mereka tidak punya. Tapi dengan inisiatif baik mereka dengan adanya keterbukaan seperti itu mengajak kerjasama dengan pihak FIB Unand. Saya mendampingi mereka itu mulai dari tahun 2008 sampai sekarang. Proses pengambilan gambar dilakukan oleh dua orang, untuk eksekusi satu, untuk yang menyusun view-nya, miring atau tidak miringnya, pas atau tidaknya.

  Nah itu dilengkapi lampu juga di lapangan itu. Itu juga ada kendala, bagaimana kalau berada di suatu wilayah yang tidak ada lampunya? Maka kita pakai pencahayaan langsung dari sinar matahari, dengan mengisi baterai sepenuh- penuhnya, baterai laptop penuh, baterai kamera penuh, dan punya cadangan baterai, misalnya kalau baterainya habis, kita pasang lagi baterai yang baru karena kondisi lapangan berbeda-beda kan. Nah, adapun misalnya satu tempat ada listriknya kadang sering mati lampu juga di kampung-kampung itu kan. Jadi kita bawa cadangan baterai sebanyak-banyaknya untuk pengambilan gambar.

  4. Pertanyaan: Faktor apa yang mempercepat kerusakan media digital itu pak? Jawab: Faktor kerusakan dia kan tidak unlimited, foto itu ada ukurannya kalau dia digunakan beberapa kali dia akan reset, dia pasti rusak. Faktor eksternal kan tidak ada karena kita kan dilengkapi dengan petunjuk pemeliharaan misalnya disimpan dalam ruangan yang bercahaya supaya lensa tidak berjamur. Lensa itu yang sering rusak karena dia dipakai terus kan. Bayangkan kalau satu naskah itu terdiri dari seribu berarti berapa kali shoot gambar berarti dua ribu genap ganjil kan. Nah, naskah yang ketemu di lapangan itu jumlahnya ratusan, bisa jadi dalam sekali pergi itu satu lensa harus di reset sesudahnya.

  5. Pertanyaan: Usaha-usaha apa yang dilakukan dalam pelestarian digital yang di simpan pada CD-ROM pak? Jawab: Belum ada. Nah, standarnya adalah penyimpanan CD maupun DVD itu kan maksimal 6 bulan mesti harus diperbaharui lagi. Tapi yang dilakukan oleh pihak Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat adalah membuat back

  up data dengan hardisk fortable. Jadi semua naskah yang ada di CD itu ada

  sebetulnya di hardisk fortable dan dalam rencana mereka akan menyimpannya dalam website, di server ya, jadi kalau udah di server kan back up nya tidak hilang.

  Back up itu banyak sebetulnya, ada satu di CD yang mereka display, satu di back

  up melalui hardisk portable, yang kedua saya pihak tim FIB Unand yang menyimpannya. Jadi kalau misalnya hilang kita punya back up itu.

  6. Pertanyaan: Bagaimana dengan pengadaan alat-alat untuk digitalisasi pak? Jawab: Jadi mereka baru dua kali mengadakan alat audiovisual tapi tahun ini katanya ada baru tiga kali. Logikanya begini pengadaan alat itu cukup sekali mestinya, tapi beli peralatan yang bagus nanti dalam perjalanan itu hanya nambah aksesorisnya misalnya lensanya rusak dibelikan lensanya, tapi mereka ya saya tidak tahu kebijakan pengadaan barangnya seperti apa, saya kan tidak mau mencampuri urusan di situ. Tetapi selama ini saya tidak pernah memakai alat mereka. Saya memakai alat dari sini.

  7. Pertanyaan: Apa-apa saja kendala yang dihadapi dalam melakukan transformasi digital naskah kuno pak? Jawab: Kendalanya ya tidak ada naskahnya. Kalau tidak ada naskahnya kan kita tidak bisa digital, karena masyarakat yang mempunyai naskah itu tidak semuanya masyarakat mau memberikan naskahnya untuk didigitalkan. Itu halangan yang pertamanya. Halangan yang kedua tentang teknis tadi, tidak semua tempat itu ada listrik. Yang ketiga itu biayanya cukup besar. Biaya cukup besar itu bukan berarti peralatannya mahal, perjalanannya itu. Perjalanan ke tempat lokasi, mencarinya dan waktunya. Waktu berimplikasi juga ke dana yang dipakai kan.

  8. Pertanyaan: Menurut bapak dana yang ideal untuk melakukan transformasi digital naskah kuno itu berapa? Jawab: Pemerintah yang hampir ideal itu Aceh, mereka mengangarkan untuk digitalisasi satu koleksi, satu koleksi itu artinya kurang lebih koleksi seratus itu empat ratus juta biaya perjalanannya. Tapi mereka bukan hanya digital ya, itu ikut dengan biaya konservasi. Penyelamatan isinya iya, konservasi kertasnya iya. Itu yang mahal konservasi kertas. Nah, menurut saya untuk kasus Minangkabau, untuk kasus Sumatera Barat itu idealnya untuk satu lokasi kurang lebih dua ratus juta, tapi selama ini kan tidak terpenuhi. Misalnya kenapa itu cukup, dana yang sekecil itu cukup yang diberikan oleh perpustakaan cukup, karena kami tidak pernah meng-invoice kepada mereka biaya survei, padahal biaya survei itu yang justru lebih besar, kita ke lapangan satu hari belum tentu ketemu. Ya idealnya dua ratus dalam satu lokasi itu tapi kan selama ini kadang sepuluh juta ya tetap jalan, karena kami tidak pernah meng-

  

invoice biaya survei. Kadang-kadang saya pun tidak pernah meng-invoice

  digitalisasi naskah selama tiga hari dilapangan. Karena rata-rata tidak siap satu hari, konservasi itu tidak siap satu hari.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Implementasi Strategi Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana (Bppkb) Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 24

PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Pada Kantor Kementerian Agama Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

0 0 10

Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Algoritma Knuts Morris Pratt Dalam Fitur Word Complete pada Search Engine

0 0 23

BAB 2 LANDASAN TEORI - Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Algoritma Knuts Morris Pratt Dalam Fitur Word Complete pada Search Engine

1 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Camat Dalam Menningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analis Cemaran Fluorida dan Sianida pada Air Sungai Deli Secara Spektrofotometri Visibel

0 0 18

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kualitas Pelayanan - Analisis Kualitas Pelayanan dengan Menggunakan Metode LibQual+TM di Perpustakaan Umum Gunung Bungsu Sumatera Barat

0 0 18

DI PERPUSTAKAAN UMUM GUNUNG BUNGSU SUMATERA BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyararatan dalam menyelesaikan studi Untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

0 0 12

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Informan: Kepala Perpustakaan UNP

0 0 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi - Efektivitas Diseminasi Informasi Repository di Perpustakaan Universitas Negeri Padang

1 2 28