efektifitas penggunaan metode silent way terhadap kemampuan berbicara

  Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional tidak hanya diajarkan disekolah sekolah saja bahkan di tempat kursus pun diajarkan. Tujuan pengajaran bahasa Inggris di tempat kursus umumnya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa menggunakan bahasa Inggris baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan tersebut termasuk kemahiran mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran bahasa Inggris di tempat-tempat kursus adalah untuk mencapai target komunikasi melalui pencapaian siswa. Prestasi siswa merupakan hasil atau produk dari belajar dan bukan saja proses belajar itu sendiri (Howel, 1986:13). Walberg (1984:38) menyatakan bahwa terdapat tiga penyebab yang menyebabkan pengaruh pada pembelajaran siswa, yaitu : bakat (kemampuan, perkembangan dan motivasi), arahan (strata/tingkat pendidikan dan keseluruhan kualitas dari pengalaman), dan keadaan sekitar (rumah, teman sebaya, kondisi kelas dan siaran televisi).

  Brown (1991:45) menyatakan bahwa metode mengajar adalah cara menyediakan materi pembelajaran pada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah cara untuk menyampaikan pesan yang ada dalam kurikulum. Metode harus cocok dengan materi yang akan dipelajari. Metode-metode pengajaran mempunyai fungsi penting dalam proses belajar mengajar.

  

silent way adalah metode yang mempunyai keheningan atau kesunyian (silence). Di dalam

metode ini, seorang guru hanya diam dan hanya memberikan instruksi dalam periode waktu

yang singkat. Ia hanya berperan sebagai pemandu, pengorganisir, dan pengevaluasi kasalahan

siswa. Sebaliknya, setiap siswa yang terlibat dalam pembelajaran akan berpikir aktif untuk

mengikuti detail demi detail materi yang diberikan oleh guru mereka. Metode Silent Way

  tidak akan efektif jika metode tersebut tidak membuat siswa merasa nyaman dalam belajar bahasa Inggris. Sebab itu, para siswa membutuhkan guru yang dapat mengajar secara efektif.

  Silent Way yang dihadirkan oleh Gattegno (1972) dimasukkan dalam bidang pengajaran bahasa asing. Hal tersebut berdasarkan pada pemikiran bahwa guru harus diam sebanyak mungkin di ruang kelas dan pembelajar harus didorong untuk aktif menggunakan bahasa sebanyak mungkin. Elemen-elemen Silent Way khususnya menggunakan peta berwarna dan rod berwarna (Richard dan Rodger, 1986:99).

  Silent Way Method (SWM) adalah metode visual pengajaran bahasa

asing yang elemen utamanya adalah batang kayu berwarna (juga disebut batang berwarna Cuisenaire) yang dibuat oleh seorang ahli bahasa,

Caleb Cattegno. Tujuan dari penerapan SWM dalam penelitian ini adalah

untuk membangun kepribadian siswa menjadi individu yang mandiri, mandiri dan bertanggung jawab dan menjadi terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Ini adalah pandangan yang disepakati bahwa siswa harus

menjadi aktor utama dan secara aktif terlibat dalam pekerjaan belajar untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan lebih dari sekedar menjadi penerima instruksi pasif.

  Seperti yang dikemukakan oleh Richards (2013) dalam kata-katanya sebagai berikut: “Metode Silent Way dimaksudkan untuk mengaktifkan kekuatan kesadaran dan kapasitas pelajar untuk belajar. Baik input maupun output kurang lebih diterima begitu saja.

  Sementara penguasaan tata bahasa dan kosa kata serta kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan lancar dan akurat adalah inti penguasaan bahasa dalam Silent Way, ini membutuhkan sedikit perencanaan rinci dan akan menjadi hasil dari kegiatan yang dihasilkan dari penggunaan batang Cuisenaire dan barang-barang lainnya. dimanipulasi oleh guru ” In Dam’s statement (2000), he stated that to make environment conducive to learning within the limits of the educational system, the students are given the possibility to be intentionally involved in their own learning. Whereas the teacher’s main role is to transmit and assess his knowledge to his students (Kudryashova et al, 2016) by employing the proper and effective teaching method, so that it can create all students are actively engaged in the learning process.

  

Dalam pernyataan Dam (2000), ia menyatakan bahwa untuk

membuat lingkungan yang kondusif untuk belajar dalam batas-batas sistem pendidikan, siswa diberi kemungkinan untuk secara sengaja terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan peran utama

guru adalah untuk mentransmisikan dan menilai pengetahuannya kepada

murid-muridnya (Kudryashova et al, 2016) dengan menggunakan metode

  

pengajaran yang tepat dan efektif, sehingga dapat membuat semua siswa

secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

  This was begot the method carried out by the teachers of the MTS School was not considered as effective and creative method of teaching. Besides the time of the EFL learning-teaching interaction was dominated by the teachers and this won’t create the students become autonomous or independent. Students should not learn a lot only by sitting in the class while just listening to their teachers, memorizing some given-tasks, and saying some answers. But they have to do a quantity of must, viz: they must talk concerning what they are learning, must write concerning it, must connect it to their experiences and must use it to their day to day life. Today, the teacher is no longer regarded as the individual who is in charge of the whole of learning-teaching activities but the student is, therefore the time of the learning teaching interaction should be dominated by the students. In another words the students are the individuals who are responsible and involved in their own learning. Ini adalah metode yang dilakukan oleh guru-guru Sekolah MTS tidak dianggap sebagai metode pengajaran yang efektif dan kreatif. Selain waktu interaksi pembelajaran- mengajar EFL didominasi oleh guru dan ini tidak akan membuat siswa menjadi mandiri atau mandiri. Siswa tidak boleh belajar banyak hanya dengan duduk di kelas sambil mendengarkan guru mereka, menghafal beberapa tugas yang diberikan, dan mengucapkan beberapa jawaban. Tetapi mereka harus melakukan sejumlah keharusan, yaitu: mereka harus berbicara mengenai apa yang mereka pelajari, harus menulis tentang hal itu, harus menghubungkannya dengan pengalaman mereka dan harus menggunakannya untuk kehidupan sehari-hari mereka. Saat ini, guru tidak lagi dianggap sebagai individu yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan belajar-mengajar tetapi siswa, maka waktu interaksi pembelajaran mengajar harus didominasi oleh siswa. Dengan kata lain, siswa adalah individu yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri. Silent Way Method (SWM) is a visual method of foreign-language teaching which its main element is colored wooden sticks (also called colored Cuisenaire rods) devised by a linguist, Caleb Cattegno. The purpose of implementing SWM in this study is to build the students’ personality becomes individuals who are autonomous, independent and responsible and become involved actively in the learning process. It is an agreed outlook that the students should become main actor and actively involved in the learning work to get knowledge or skill more than just become passive receivers of instruction. Silent Way Method

  (SWM) adalah metode visual pengajaran bahasa asing yang elemen utamanya adalah batang kayu berwarna (juga disebut batang berwarna Cuisenaire) yang dibuat oleh seorang ahli bahasa, Caleb Cattegno. Tujuan dari penerapan SWM dalam penelitian ini adalah untuk membangun kepribadian siswa menjadi individu yang mandiri, mandiri dan bertanggung jawab dan menjadi terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Ini adalah pandangan yang disepakati bahwa siswa harus

menjadi aktor utama dan secara aktif terlibat dalam pekerjaan belajar untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan lebih dari sekedar menjadi penerima instruksi pasif.

  As what Richards (2013) states in his words as follows: “The Silent Way Method is intended to activate the learner’s power of awareness and capacity to learn. Both input and output are more or less taken for granted. While mastery of grammar and vocabulary and the ability to use language fluently and accurately are at the core of language mastery in the Silent Way, these require little detailed preplanning and will be the outcome of the activities generated from the use of Cuisenaire rods and other items manipulated by the teacher” Seperti yang dikemukakan oleh Richards (2013) dalam kata-katanya sebagai berikut: “Metode Silent Way dimaksudkan untuk mengaktifkan kekuatan kesadaran dan kapasitas pelajar untuk belajar. Baik input maupun output kurang lebih diterima begitu saja. Sementara penguasaan tata bahasa dan kosa kata serta kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan lancar dan akurat adalah inti penguasaan bahasa dalam Silent Way, ini membutuhkan sedikit perencanaan rinci dan akan menjadi hasil dari kegiatan yang dihasilkan dari penggunaan batang Cuisenaire dan barang-barang lainnya. dimanipulasi oleh guru ” And SWM is deemed as the best method of EFL learning, because in silence the students will focus on their task to be accomplished and the potential means to its accomplishment (Richards and Rodgers, 1986). The view indicates that through the implementation of the SWM, the students of MTS Miftahul Ulum will become accomplished in producing a correctly, in EFL grammar and also become autonomous learners.

  Dan SWM dianggap sebagai metode pembelajaran EFL terbaik, karena dalam keheningan siswa akan fokus pada tugas mereka untuk diselesaikan dan sarana potensial untuk pencapaiannya (Richards dan Rodgers, 1986). Pandangan ini menunjukkan bahwa melalui implementasi SWM, siswa-siswa MTS Miftahul

Ulum akan dapat mencapai sejumlah prestasi EFL, yaitu mereka

dapat menyelesaikan EFL dengan benar, dalam tata bahasa EFL

dan juga menjadi pembelajar mandiri.

  In teaching EFL pronunciation, at the beginning the tutor instructed the students to ‘pay attention’ as his oral introduction and prepared a container consisting of the various color rods. Then he began the pronunciation teaching by picking two red rods, for instance, up out of the container and displaying them to the students, then the tutor paused, and uttered ‘two red rods’ by pronouncing the sound /s/ in the word rods very clearly. Then the students uttered ‘two red rods’. The tutor did the practice again by displaying another rod which was different in number and color to them, four black rods for instance, he paused, and uttered ‘four black rods’ by pronouncing the sound /s/ in the word rods very clearly, and then gave the students a signal by miming to ask them to utter the word that had just been uttered. The students uttered ‘four black rods’. And after that the tutor silently displayed another rod which was different in number and color to them for example three white rods and urged the students to say the words that had just been displayed by providing the signal. The students did what the tutor had urged i.e: uttering ‘three white rods’. The process of the tutor’s work could be repeated as much as possible until the whole words (such as two red rods, four black rods and three white rods) describing every single of the colored rods became so complete that the students’ EFL pronunciation started to be correct when uttered three white rods for instance, although the students often pronounced the EFL sounds (three white rods for instance) incorrectly before. And the correct pronunciation for the sounds of EFL are /θriː wa t rɑːdz/. Moreover the students would instinctively have knowledge regarding how to pronounce sound ‘s’ correctly in the word rods i.e.: /rɑːdz/ as the final ‘s’ in it has to be pronounced /z/ it is because the word ends voiced sound. Dalam mengajarkan pelafalan EFL, pada awalnya tutor menginstruksikan para siswa untuk 'memperhatikan' sebagai pengenalan lisannya dan menyiapkan sebuah wadah yang terdiri dari berbagai batang warna. Kemudian ia memulai pengajaran pengucapan dengan memilih dua batang merah, misalnya, naik keluar dari wadah dan memajangnya kepada siswa, lalu guru berhenti sejenak, dan mengucapkan 'dua batang merah' dengan mengucapkan bunyi / s / di batang kata sangat jelas. Kemudian para siswa mengucapkan ‘dua batang merah’. Tutor melakukan latihan lagi dengan menampilkan batang lain yang berbeda dalam jumlah dan warna untuk mereka, empat batang hitam misalnya, dia berhenti, dan mengucapkan 'empat batang hitam' dengan mengucapkan bunyi / s / dalam batang kata dengan sangat jelas, dan kemudian memberi isyarat kepada siswa dengan miming untuk meminta mereka mengucapkan kata yang baru saja diucapkan. Para siswa mengucapkan 'empat batang hitam'. Dan setelah itu guru diam-diam menampilkan batang lain yang berbeda dalam jumlah dan warna untuk mereka misalnya tiga batang putih dan mendesak para siswa untuk mengucapkan kata-kata yang baru saja ditampilkan dengan memberikan sinyal. Para siswa melakukan apa yang diminta oleh pengajar itu: mengucapkan 'tiga batang putih'. Proses pekerjaan tutor bisa diulang sebanyak mungkin sampai seluruh kata (seperti dua batang merah, empat batang hitam dan tiga batang putih) menggambarkan setiap batang berwarna menjadi begitu lengkap sehingga pelafalan EFL siswa mulai menjadi benar ketika mengucapkan tiga batang putih misalnya, meskipun siswa sering mengucapkan suara EFL (tiga batang putih misalnya) salah sebelumnya. Dan pengucapan yang benar untuk bunyi EFL adalah / θriː wa t rɑːdz /. Selain itu, para siswa secara naluriah akan memiliki pengetahuan mengenai cara mengucapkan bunyi 's' dengan benar dalam batang kata yaitu: / rɑːdz / sebagai akhir ‘s’ di dalamnya harus diucapkan / z / itu karena kata itu berakhir bunyi bersuara.

Dokumen yang terkait

Indikasi Geografis dan Implikasi Praktisnya terhadap Produk

0 0 9

A. PENGERTIAN PERENCANAAN SDM Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untu

1 3 7

Yang Terlibat Dalam IMK Yang terlibat dalam IMK adalah : 9 Psikologi dan ilmu kognitif : persepsi user, kognitif, kemampuan memecahkan masalah

0 0 13

Perkembangan penggunaan TIK Jenis dan usaha bidang TIK

1 8 20

ROM aktif terhadap Atrofi otot pada pasien trauma kapitis di RRI Bedah RSUD

0 0 19

Efektivitas Akupuntur terhadap Persepsi Nyeri Dan Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi dikelurahan Sukaraya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur OKU 2015

0 2 13

Pengaruh Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidiu Guajava Linn) dan Ekstrak daun Teh Hijau (Camelia Sinensis) terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli In Vitro dan Perbandingannya dengan Kotrimoksazol

2 16 20

Pengaruh celebrity endorser, brand image, dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan - Repository UIN Sumatera Utara

0 1 152

Dampak penggunaan internet dalam penyelesaian tugas perkuliahan mahasiswa di jurusan pendidikan agama islam fitk uin sumatera utara - Repository UIN Sumatera Utara

1 6 82

Dampak penggunaan internet dalam penyelesaian tugas perkuliahan mahasiswa di jurusan pendidikan agama islam fitk uin sumatera utara - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 79