Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2 D-Allethrin for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of Pekalongan District
44
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
Uji Efikasi Obat Nyamuk Bakar dengan
D-Allethrin 0,2% terhadap Vektor Malaria di Desa Gembong,
Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan
Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2% D-Allethrin
for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of
Pekalongan District
Alexander Alif Nu’man1
ABSTRACT
Background: Malaria becomes health problem in Pekalongan district, especially in the malaria endemic
subdistricts, including Kandangserang subdistrict, which area is hared to reach and it influences the attempt
to eradicate malaria, especially through vector controlling. The study was carried out to investigate the efficacy
of the use of mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin and the effectiveness in controlling the malaria vector
at Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency.
Design and Methods: This study was quasi experiment with control time series design. Respondents were
divided into 3 treatments groups of mosquito coil Containing 0,2% d-Allethrin, control and placebo, with 50
respondents for each group the in-field test is conducted by paying special attention to Anopheles aconitus
mosquito, which is the malaria vector in the village simultaneously with the effectiveness test of the uses of
the repellent considering the criteria of rational, effective, efficient, sustainable, acceptable and affordable
(REESAA). The data was collected using a questionnaire and analyzed by Kruskal-Wallis test.
Results: The mosquito bite and the mosquito density were reduced as 77.15%, 88%, 17%, 11.4%, 40%, 30% for
each treatment group, the control and the placebo using the mosquito coil respectively. The effectiveness of
REESAA criteria, has significant value (p < 0.005).
Conclusions: The mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin was effective for controlling malaria vector at
Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).
Keywords: anopheles aconitus, d-Allethrin, malaria, mosquito coil, REESAA
ABSTRAK
Pendahuluan: Malaria merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Pekalongan, terutama di 7 kecamatan
endemis malaria, termasuk di Kecamatan Kandangserang, yang wilayahnya sangat sulit dijangkau, sehingga
mempengaruhi kelancaran dari upaya–upaya pemberantasan Malaria terutama melalui pengendalian
vektornya. Penelitian ini bertujuan untuk uji efikasi obat nyamuk bakar dengan d-allethrin 0,2% terhadap
vektor malaria di Desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan.
Metode Penelitian: Pada penelitian quasi experiment dengan control time series design ini, responden dibagi
menjadi 3 kelompok (penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin, kontrol, dan plasebo) yang
masing-masing kelompok terdiri atas 50 orang responden. Uji dilakukan terhadap nyamuk Anopheles aconitus
yang merupakan vektor utama di desa tersebut. Data efektifitas penggunaan ONB yang terkait dengan kriteria
Rational, Effective, Efficient, Sustainable, Acceptable and Affordable (REESAA) dikumpulkan dengan metode
kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan penurunan gigitan nyamuk dan penurunan densiti nyamuk
pada kelompok perlakuan, kontrol, dan plasebo yaitu berturut-turut 77,15%; 88%; 17%; 11,4%; 40%; dan
30%. Kriteria efektifitas REESA menunjukkan nilai yang signifikan (p < 0.005).
Kesimpulan: Penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin efektif untuk mengontrol vektor Malaria
di desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).
Kata kunci: anopheles aconitus, d-Allethrin, obat nyamuk bakar, malaria, REESAA
1
Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang,
([email protected])
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
45
PENDAHULUAN
Malaria masih merupakan masalah penyakit tropis di dunia. Penduduk yang
berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.
Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d
2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang kini sudah bebas
dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar
Karibia, sebagian besar Amerika Selatan, Australia, dan Cina (WHO, 1997).
Di Indonesia, malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting, terutama di luar pulau Jawa, Bali dan daerah transmigrasi. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga
beresiko tertular malaria (Laihad dan Gunawan, 1999).
Situasi malaria di Kabupaten Pekalongan sejak tahun 1997 sampai tahun 2003
tidak jauh berbeda dengan kondisi Nasional jumlah kasus malaria anak tahun 1997 sampai
tahun 2003 ada kecenderungan meningkat dari 0,6 pada tahun 1997 menjadi 1,11 kasus
per 1.000 penduduk pada tahun 2003 atau terjadi peningkatan kasus sebanyak 2 kali
lipat. Selama tahun 1997-2003 terjadi KLB sebanyak satu kali pada bulan Januari tahun
2000 di Desa Lambur Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan dengan jumlah
kasus 46 kasus dan tidak ada yang meninggal (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).
Di Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, vektor utama yang
berperan dalam penularan malaria adalah Anopheles aconitus. Vektor sekunder yang
berperan adalah Anopheles maculatus, konfirmasi vektor ini dengan uji ELISA di NAMRU
2 Jakarta (Baroji et al., 2001).
Desa Gembong adalah salah satu desa di Kecamatan Kandangserang Kabupaten
Pekalongan. Desa Gembong mempunyai kasus malaria tertinggi di bandingkan desa lain
di Kecamatan Kandangserang. Berdasarkan penilaian situasi malaria di Desa Gembong.
Nilai Annual Parasite Incidence (API) yaitu kasus Malaria yang dikonfirmasikan dalam 1
tahun di Desa Gembong dibandingkan jumlah per 1000 penduduk periode semester I
tahun 2002 adalah 11,33. Nilai ini mengalami peningkatan menjadi 12,39 pada periode
semester II tahun 2002 (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).
Salah satu pengendalian secara kimiawi adalah Obat Nyamuk Bakar (ONB), ONB
termasuk bahan penghasil asap berinsektisida yang banyak digunakan untuk mengurangi
46
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
gigitan nyamuk dan mengurangi kepadatan nyamuk baik oleh peneliti maupun msyarakat,
ONB termasuk yang mudah digunakan, efektif, dan murah (Rozendaal, 1997).
Obat Nyamuk Bakar bisa dimanfaatkan untuk perlindungan diri dari gigitan
nyamuk vektor malaria. Pemanfaatan ONB dengan cakupan tinggi di tingkat komunitas
yang tinggal di daerah endemik malaria bisa mengurangi insidensi dengan mengurangi
tingkat penularannya (Mardihusodo, 2004).
Salah satu penyusun komposisi ONB adalah pyrethrins. Pyrethrins menyusun
sekitar 0,3-0,4% dari ONB. Pyrethrins merupakan komponen yang dapat menolak nyamuk
dan mempunyai kadar toksik rendah (Lukwa dan Chandiwana, 1998).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi lapangan ONB dengan
kandungan d-Alletrin 0,2%, dengan parameter penurunan jumlah gigitan nyamuk
An.aconitus/Man Biting Rate (MBR) dan jumlah kepadatan nyamuk An.aconitus/Man
Hour Density (MHD).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yaitu, menggunakan
Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)
(Notoatmodjo, 2002).
Penelitian dilakukan di Dusun Sigong Desa Gembong Kecamatan Kandangserang
Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, pada bulan Mei sampai September 2005.
Populasi penelitian adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Dusun Sigong Desa
Gembong Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, sampel penelitian ini adalah
seluruh populasi yaitu seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di Dusun Sigong sejumlah
150 KK.
Subyek penelitian adalah seluruh KK sebanyak 150 KK di Dusun Sigong Desa
Gembong Kecamatan Kandangserang Pekalongan. Obyek penelitian adalah ONB merk
Kingkong yang berisi d-allethrin 0,2%.
HASIL PENELITIAN
a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden
Responden yang terbagi dalam 3 kelompok perlakuan mempunyai gambaran
karakteristik yang tidak jauh beda antara 3 kelompok. Lebih dari 50% responden adalah
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
47
laki-laki, dengan 80% adalah lulusan SD. Yang diwawancarai adalah kepala keluarga,
namun pada Desa Gembong I, jumlah KK atau ibu yang menjadi responden hampir
seimbang (40%). Pekerjaan responden 70% diantaranya adalah petani, dengan tingkat
pendapatan per bulan adalah Rp.100.000 – Rp.500.000.
Kondisi karakteristik yang hampir seragam, juga berpengaruh pada kondisi
tempat tinggal yang juga seragam di antara 3 kelompok perlakuan. Kepadatan rumah di
antara ketiga kelompok desa adalah sama yaitu 88% padat. Lebih dari 60% rumah
responden telah permanen, dengan lantai terbuat dari semen/keramik. Sedangkan 40%
masih berupa tanah, sebesar 50% dinding rumah terbuat dari kayu (belum permanen),
sudah berventilasi (70%) dan ditutup pada malam hari (75%) untuk mengurangi nyamuk.
Di Desa Gembong I sebesar 93% responden selalu menutup ventilasi pada waktu malam
hari.
Pengukuran suhu dan kelembaban di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang
Kabupaten Pekalongan pada bulan Mei 2005 dilakukan setiap jam dan diperoleh hasil
bahwa suhu tertinggi (26 ºC) pada waktu malam hari yaitu pukul 18.00–19.00 WIB, dan
suhu terendah adalah 22 ºC pada pukul 21.00–06.00 WIB, suhu rata–rata 22,6 ºC,
Kelembaban tertinggi 65% pada pukul 18.00–19.00 dan kelembaban terendah adalah
50% pada pukul 21.00–06.00, kelembaban rata–rata 52,5%.
Sebelum kuisioner digunakan untuk menggali data, maka kuisioner tersebut
perlu diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, sehingga informasi yang didapat
benar–benar diperoleh dari kuisioner yang valid dan reliable. Uji validitas kuesioner
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson (Sugiyono, 1999) (Tabel 1). Item
pertanyaan yang dinyatakan Valid tetap dipakai dalam kuesioner pada saat pengambilan
informasi. Untuk variabel yang tidak valid juga tetap dipakai dalam penggalian informasi,
namun dengan modifikasi pertanyaan dan ataupun cara menanyakannya pada responden
(Notoatmodjo, 2002).
Hasil uji reliabilitas kuosioner diperoleh koefisien agreement kappa sebesar 0,684
yang berarti kesepakatan cukup kuat (Murti, 1999). Hal ini berarti bahwa kuesioner
mampu digunakan sebagai alat ukur yang cukup reliabel dalam menggali informasi tentang
efektifitas penggunaan ONB terhadap pengendalian vektor malaria di Desa Gembong
Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan. Responden dalam penelitian
48
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
ekperimental ini (pre and post treatment) dibagi menjadi tiga kelompok, seperti terlihat
dalam Tabel 2.
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu Gembong
I kelompok perlakuan menggunakan ONB dengan zat aktif d–Allethrin 0,2 %, Gembong II
yaitu kelompok tanpa perlakuan disebut juga kelompok kontrol I dan Gembong III yaitu
kelompok perlakuan dengan menggunakan ONB tanpa zat aktif disebut juga dengan
kontrol II. Masing–masing kelompok berjumlah 50 rumah dengan tiap–tiap rumah 1
responden dan total rumah yang pakai dalam penelitian ini 150 rumah.
Tabel 1. Rangkuman hasil uji validitas
Ket : *Interpretasi nilai p < 0,05 (signifikan/V), V = Valid, TV = Tidak Valid
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
49
Tabel 2. Pembagian kelompok eksperimen
b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol, dan plasebo
Efikasi ONB dinilai dari nilai MBR dan MHD pada masing-masing kelompok
perlakuan. Nilai MBR dan MHD yang diperoleh disusun dari nilai minimal, nilai maximal
dan Mean ± SD. Hasil dari sebaran data MBR dan MHD ditampilkan dalam Tabel 3. Hasil
uji Kruskall-Wallis pada perbedaan efikasi ONB di antara 3 kelompok perlakuan disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil MBR dan MHD Pre treatment dan Post treatment pada 3 Kelompok
Perlakuan
Tabel 4. Efikasi ONB pada 3 kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis
PEMBAHASAN
a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden
Karakteristik suhu lingkungan tempat tinggal responden pada penelitian ini
sesuai dengan Gomes (1998) yang menyatakan suhu optimum bagi kelangsungan hidup
nyamuk adalah 20 ºC – 30 ºC dan di atas 35 ºC nyamuk susah untuk bertahan hidup.
Kondisi kelelembaban lingkungan responden berbeda dengan Faye et al. (1995) yang
menyatakan bahwa kelembaban ideal yang memungkinkan nyamuk menjadi vektor
50
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
malaria di Sinegal adalah 63%, perbedaan ini dikarenakan nyamuk yang menjadi vektor
malaria di Sinegal dan di Gembong beda, di Gembong Vektor malaria An.aconitus,
sementara di Sinegal adalah An. letifer.
b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol
Pada kelompok perlakuan ONB, nilai MBR (Man Biting Rate) post treatment
mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 77,15%, ini berarti ONB mampu
mengurangi gigitan nyamuk sebesar 77,15%. Hal ini sesuai dengan penelitian Yap (1990)
yang meneliti efikasi lapangan ONB yang mengandung d-Allethrin 0,19% dan 0,28%,
d-Transalletrin 0,12% dan 0,16% dan Blank coil yang rata-rata penurunan gigitan nyamuk
adalah 71,7;70,9;75;72,6 %. Nilai MHD post treatment pada kelompok ini mengalami
penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 88%, ini artinya ONB mampu mengurangi
kepadatan nyamuk sebesar 88%, hal ini juga sesuai dengan penelitian Jensen (2000) di
Amerika yang menyatakan ONB mampu mengurangi kepadatan nyamuk.
Pada kelompok perlakuan kontrol, nilai MBR pada pre treatment dan nilai MBR
post treatment tidak mengalami penurunan yang berarti, yaitu dengan nilai penurunan
sebesar 17%, hal ini menunjukkan bahwa ONB mempunyai pengaruh terhadap penurunan
gigitan nyamuk, karena terbukti pada perlakuan dengan ONB penurunan gigitan nyamuk
sebesar 77,15%. Nilai MHD pada pre treatment dan nilai MHD post treatment pada
kelompok ini mengalami penurunan sebesar 11,4%, hal ini menunjukkan bahwa ONB
mampu menurunkan kepadatan nyamuk, karena terbukti pada kelompok perlakuan
dengan ONB, MHD post treatment turun sebanyak 88%.
Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR pada pre treatment dan nilai
MBR post treatment mengalami penurunan sejumlah 40%, bila dibandingkan dengan
penurunan MBR pada perlakuan dengan ONB sebesar 77,15%, maka hal ini menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata dari ONB. Nilai MHD pada pre treatment dan nilai MHD
post treatment kelompok perlakuan ONB plasebo mengalami penurunan sebesar 36 %,
bila dibandingkan dengan penurunan MHD pada perlakuan dengan ONB sebesar 88 %,
hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari ONB dalam menurunkan MHD.
Perbedaan nilai MBR dan MHD yang mencolok pada tiga kelompok perlakuan,
baik pada pre treatment maupun post treatment. Pada kelompok perlakuan ONB nilai
MBR dan MHD adalah tertinggi diantara tiga kelompok perlakuan. Perbandingan nilai
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
51
MBR pada tiga kelompok perlakuan adalah 5:1:3 dan perbandingan nilai MHD adalah
8:1: 3. Nilai MBR terendah adalah 80 dan tertinggi 100 dengan mean 94 dan standar
deviasi 8,8, sedangkan nilai MHD terendah adalah 91 dan tertinggi 100 dengan nilai
rata-rata 98 dan standar deviasi 4. Hal ini berarti bahwa range pada nilai MHD lebih kecil
dari nilai MBR.
Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR rata-rata adalah 44 dengan
standar deviasi 18. Nilai MHD rata-rata adalah 37 dengan standar deviasi adalah 13,
sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata MBR adalah paling kecil dibandingkan
kelompok perlakuan lainnya, yaitu 17 dengan standar deviasi 5. Nilai MHD rata-rata adalah
11 dengan standar deviasi 7.
Nilai signifikansi MBR dan MHD pada 3 kelompok perlakuan menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik (p < 0,05), masing-masing sebesar 0,004 dan
0,009. Hal ini berarti bahwa pemakaian ONB dengan kandungan d-allethrin 0,2%
efficacious dalam upaya pengendalian vektor malaria di Desa Gembong Kecamatan
Kandangserang Kabupaten Pekalongan.
KESIMPULAN
Penggunaan ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% mampu mengurangi
gigitan nyamuk An.aconitus sebesar 77,15% dan mengurangi kepadatan sebesar 88%,
sehingga ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% Efficasious dalam pengendalian vektor
malaria nyamuk An.aconitus di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang.
SARAN
Uji efikasi lapangan terhadap zat aktif ONB perlu dilakukan sebelum menerapkan
penggunaan ONB di masyarakat, sehingga ketepatan formulasi zat aktif bisa disesuaikan
dengan kondisi di lapangan. Manfaat penggunaan ONB dalam pegendalian vektor malaria,
serta penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasi
timbulnya efek samping perlu disosialisasikan di masyarakat. Diperlukan penelitian lanjut
tentang efektifitas penggunaan ONB terhadap penurunan insiden malaria. Pemikiran
untuk dapat membuat ONB dengan komposisi tertentu yang dapat mengurangi timbulnya
efek samping perlu ditindaklanjuti.
52
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
DAFTAR PUSTAKA
Baroji., Boewono, D.T., dan Sumardi, 2001, Konfirmasi Vektor Malaria dan Beberapa Aspek
Bionomiknya di Daerah Endemis Malaria Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.
Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003, Data Malaria Kabupaten Pekalongan 1997-2003.
Faye, O.H.B., Gaye, D, Fontenille, L, hebrad, G, Herve, J.P., Trouillet, J., Dialo, S., and
Mouchet, J., 1995, Comparations of the transmition of malaria in 2 epidemiological
paterns in Sinegal, Dakar Med 40 (2): 3-6.
Gomes, M., 1998, More crops more dieses, Word Health Forum (19) : 274-75.
Jensen, T., Lampman, R., Slamecha, M.C., Novak, R.J., 2000, Field efficacy of commercial
antimosquito product in Illenois. J. Am Mosquito Control Asooc.
Laihad, F.J. dan Gunawan, S., 1999, Malaria di Indonesia, Dalam Harijanto P.N (eds),
Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, manifestasi Klinis dan Penanganan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 17-25.
Lukwa, N. and Chandiwana, S.K, 1998, Efficacy of mosquito coils containing 0.3% and
0.4% pyrethrins against An. gambiae sensu lato mosquitoes. Cent Afr J Med
44(4):104-107.
Mardihusodo, S.J., 2004, Nilai Pemanfaatan ONB Untuk Pengurangan Penularan Malaria,
Makalah pada Confention of International Mosquito Spiral Manufactures
Association, Yogyakarta.
Murti, B. ,1999, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, UGM, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Rozendaal, A., 1997, Vector Control, Methods For Use Individuals And Comunities Geneva;
WHO.
Sugiyono, 1999, Metodologi Penelitian, Rineka Tjipta, Jakarta.
WHO, 1997, World Malaria Situation 1994. Weekly Epidemiological Record No.36, 5
September.
Yap, Tan, Abdul Malik, and Rohaizat, 1990, Field efficacy of mosquito coil formulations
containing D-allethrin and D-transsallethrin againt indoor mosquitos espescially
Culex Quinquefasciatus Say, Vector Control Research Project, Southeas Asian J
Trop Med Public Health, University Sains Malaysia.
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
Uji Efikasi Obat Nyamuk Bakar dengan
D-Allethrin 0,2% terhadap Vektor Malaria di Desa Gembong,
Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan
Efficacy Test of Mosquito Coil Formulation Containing 0,2% D-Allethrin
for Malaria Vector In Gembong Village Kandangserang Subdistrict of
Pekalongan District
Alexander Alif Nu’man1
ABSTRACT
Background: Malaria becomes health problem in Pekalongan district, especially in the malaria endemic
subdistricts, including Kandangserang subdistrict, which area is hared to reach and it influences the attempt
to eradicate malaria, especially through vector controlling. The study was carried out to investigate the efficacy
of the use of mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin and the effectiveness in controlling the malaria vector
at Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency.
Design and Methods: This study was quasi experiment with control time series design. Respondents were
divided into 3 treatments groups of mosquito coil Containing 0,2% d-Allethrin, control and placebo, with 50
respondents for each group the in-field test is conducted by paying special attention to Anopheles aconitus
mosquito, which is the malaria vector in the village simultaneously with the effectiveness test of the uses of
the repellent considering the criteria of rational, effective, efficient, sustainable, acceptable and affordable
(REESAA). The data was collected using a questionnaire and analyzed by Kruskal-Wallis test.
Results: The mosquito bite and the mosquito density were reduced as 77.15%, 88%, 17%, 11.4%, 40%, 30% for
each treatment group, the control and the placebo using the mosquito coil respectively. The effectiveness of
REESAA criteria, has significant value (p < 0.005).
Conclusions: The mosquito coil containing 0.2% d-Allethrin was effective for controlling malaria vector at
Gembong village of Kandangserang subdistrict of Pekalongan regency, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).
Keywords: anopheles aconitus, d-Allethrin, malaria, mosquito coil, REESAA
ABSTRAK
Pendahuluan: Malaria merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Pekalongan, terutama di 7 kecamatan
endemis malaria, termasuk di Kecamatan Kandangserang, yang wilayahnya sangat sulit dijangkau, sehingga
mempengaruhi kelancaran dari upaya–upaya pemberantasan Malaria terutama melalui pengendalian
vektornya. Penelitian ini bertujuan untuk uji efikasi obat nyamuk bakar dengan d-allethrin 0,2% terhadap
vektor malaria di Desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan.
Metode Penelitian: Pada penelitian quasi experiment dengan control time series design ini, responden dibagi
menjadi 3 kelompok (penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin, kontrol, dan plasebo) yang
masing-masing kelompok terdiri atas 50 orang responden. Uji dilakukan terhadap nyamuk Anopheles aconitus
yang merupakan vektor utama di desa tersebut. Data efektifitas penggunaan ONB yang terkait dengan kriteria
Rational, Effective, Efficient, Sustainable, Acceptable and Affordable (REESAA) dikumpulkan dengan metode
kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan penurunan gigitan nyamuk dan penurunan densiti nyamuk
pada kelompok perlakuan, kontrol, dan plasebo yaitu berturut-turut 77,15%; 88%; 17%; 11,4%; 40%; dan
30%. Kriteria efektifitas REESA menunjukkan nilai yang signifikan (p < 0.005).
Kesimpulan: Penggunaan obat nyamuk bakar dengan 0,2% d-Allethrin efektif untuk mengontrol vektor Malaria
di desa Gembong, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, (Sains Medika, 1 (1) : 44-52).
Kata kunci: anopheles aconitus, d-Allethrin, obat nyamuk bakar, malaria, REESAA
1
Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang,
([email protected])
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
45
PENDAHULUAN
Malaria masih merupakan masalah penyakit tropis di dunia. Penduduk yang
berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.
Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5 s/d
2,7 juta kematian, terutama di Afrika Sub-Sahara. Wilayah di dunia yang kini sudah bebas
dari malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar
Karibia, sebagian besar Amerika Selatan, Australia, dan Cina (WHO, 1997).
Di Indonesia, malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting, terutama di luar pulau Jawa, Bali dan daerah transmigrasi. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria, sehingga
beresiko tertular malaria (Laihad dan Gunawan, 1999).
Situasi malaria di Kabupaten Pekalongan sejak tahun 1997 sampai tahun 2003
tidak jauh berbeda dengan kondisi Nasional jumlah kasus malaria anak tahun 1997 sampai
tahun 2003 ada kecenderungan meningkat dari 0,6 pada tahun 1997 menjadi 1,11 kasus
per 1.000 penduduk pada tahun 2003 atau terjadi peningkatan kasus sebanyak 2 kali
lipat. Selama tahun 1997-2003 terjadi KLB sebanyak satu kali pada bulan Januari tahun
2000 di Desa Lambur Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan dengan jumlah
kasus 46 kasus dan tidak ada yang meninggal (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).
Di Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, vektor utama yang
berperan dalam penularan malaria adalah Anopheles aconitus. Vektor sekunder yang
berperan adalah Anopheles maculatus, konfirmasi vektor ini dengan uji ELISA di NAMRU
2 Jakarta (Baroji et al., 2001).
Desa Gembong adalah salah satu desa di Kecamatan Kandangserang Kabupaten
Pekalongan. Desa Gembong mempunyai kasus malaria tertinggi di bandingkan desa lain
di Kecamatan Kandangserang. Berdasarkan penilaian situasi malaria di Desa Gembong.
Nilai Annual Parasite Incidence (API) yaitu kasus Malaria yang dikonfirmasikan dalam 1
tahun di Desa Gembong dibandingkan jumlah per 1000 penduduk periode semester I
tahun 2002 adalah 11,33. Nilai ini mengalami peningkatan menjadi 12,39 pada periode
semester II tahun 2002 (Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003).
Salah satu pengendalian secara kimiawi adalah Obat Nyamuk Bakar (ONB), ONB
termasuk bahan penghasil asap berinsektisida yang banyak digunakan untuk mengurangi
46
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
gigitan nyamuk dan mengurangi kepadatan nyamuk baik oleh peneliti maupun msyarakat,
ONB termasuk yang mudah digunakan, efektif, dan murah (Rozendaal, 1997).
Obat Nyamuk Bakar bisa dimanfaatkan untuk perlindungan diri dari gigitan
nyamuk vektor malaria. Pemanfaatan ONB dengan cakupan tinggi di tingkat komunitas
yang tinggal di daerah endemik malaria bisa mengurangi insidensi dengan mengurangi
tingkat penularannya (Mardihusodo, 2004).
Salah satu penyusun komposisi ONB adalah pyrethrins. Pyrethrins menyusun
sekitar 0,3-0,4% dari ONB. Pyrethrins merupakan komponen yang dapat menolak nyamuk
dan mempunyai kadar toksik rendah (Lukwa dan Chandiwana, 1998).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi lapangan ONB dengan
kandungan d-Alletrin 0,2%, dengan parameter penurunan jumlah gigitan nyamuk
An.aconitus/Man Biting Rate (MBR) dan jumlah kepadatan nyamuk An.aconitus/Man
Hour Density (MHD).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yaitu, menggunakan
Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)
(Notoatmodjo, 2002).
Penelitian dilakukan di Dusun Sigong Desa Gembong Kecamatan Kandangserang
Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, pada bulan Mei sampai September 2005.
Populasi penelitian adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di Dusun Sigong Desa
Gembong Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan, sampel penelitian ini adalah
seluruh populasi yaitu seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di Dusun Sigong sejumlah
150 KK.
Subyek penelitian adalah seluruh KK sebanyak 150 KK di Dusun Sigong Desa
Gembong Kecamatan Kandangserang Pekalongan. Obyek penelitian adalah ONB merk
Kingkong yang berisi d-allethrin 0,2%.
HASIL PENELITIAN
a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden
Responden yang terbagi dalam 3 kelompok perlakuan mempunyai gambaran
karakteristik yang tidak jauh beda antara 3 kelompok. Lebih dari 50% responden adalah
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
47
laki-laki, dengan 80% adalah lulusan SD. Yang diwawancarai adalah kepala keluarga,
namun pada Desa Gembong I, jumlah KK atau ibu yang menjadi responden hampir
seimbang (40%). Pekerjaan responden 70% diantaranya adalah petani, dengan tingkat
pendapatan per bulan adalah Rp.100.000 – Rp.500.000.
Kondisi karakteristik yang hampir seragam, juga berpengaruh pada kondisi
tempat tinggal yang juga seragam di antara 3 kelompok perlakuan. Kepadatan rumah di
antara ketiga kelompok desa adalah sama yaitu 88% padat. Lebih dari 60% rumah
responden telah permanen, dengan lantai terbuat dari semen/keramik. Sedangkan 40%
masih berupa tanah, sebesar 50% dinding rumah terbuat dari kayu (belum permanen),
sudah berventilasi (70%) dan ditutup pada malam hari (75%) untuk mengurangi nyamuk.
Di Desa Gembong I sebesar 93% responden selalu menutup ventilasi pada waktu malam
hari.
Pengukuran suhu dan kelembaban di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang
Kabupaten Pekalongan pada bulan Mei 2005 dilakukan setiap jam dan diperoleh hasil
bahwa suhu tertinggi (26 ºC) pada waktu malam hari yaitu pukul 18.00–19.00 WIB, dan
suhu terendah adalah 22 ºC pada pukul 21.00–06.00 WIB, suhu rata–rata 22,6 ºC,
Kelembaban tertinggi 65% pada pukul 18.00–19.00 dan kelembaban terendah adalah
50% pada pukul 21.00–06.00, kelembaban rata–rata 52,5%.
Sebelum kuisioner digunakan untuk menggali data, maka kuisioner tersebut
perlu diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, sehingga informasi yang didapat
benar–benar diperoleh dari kuisioner yang valid dan reliable. Uji validitas kuesioner
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson (Sugiyono, 1999) (Tabel 1). Item
pertanyaan yang dinyatakan Valid tetap dipakai dalam kuesioner pada saat pengambilan
informasi. Untuk variabel yang tidak valid juga tetap dipakai dalam penggalian informasi,
namun dengan modifikasi pertanyaan dan ataupun cara menanyakannya pada responden
(Notoatmodjo, 2002).
Hasil uji reliabilitas kuosioner diperoleh koefisien agreement kappa sebesar 0,684
yang berarti kesepakatan cukup kuat (Murti, 1999). Hal ini berarti bahwa kuesioner
mampu digunakan sebagai alat ukur yang cukup reliabel dalam menggali informasi tentang
efektifitas penggunaan ONB terhadap pengendalian vektor malaria di Desa Gembong
Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan. Responden dalam penelitian
48
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
ekperimental ini (pre and post treatment) dibagi menjadi tiga kelompok, seperti terlihat
dalam Tabel 2.
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu Gembong
I kelompok perlakuan menggunakan ONB dengan zat aktif d–Allethrin 0,2 %, Gembong II
yaitu kelompok tanpa perlakuan disebut juga kelompok kontrol I dan Gembong III yaitu
kelompok perlakuan dengan menggunakan ONB tanpa zat aktif disebut juga dengan
kontrol II. Masing–masing kelompok berjumlah 50 rumah dengan tiap–tiap rumah 1
responden dan total rumah yang pakai dalam penelitian ini 150 rumah.
Tabel 1. Rangkuman hasil uji validitas
Ket : *Interpretasi nilai p < 0,05 (signifikan/V), V = Valid, TV = Tidak Valid
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
49
Tabel 2. Pembagian kelompok eksperimen
b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol, dan plasebo
Efikasi ONB dinilai dari nilai MBR dan MHD pada masing-masing kelompok
perlakuan. Nilai MBR dan MHD yang diperoleh disusun dari nilai minimal, nilai maximal
dan Mean ± SD. Hasil dari sebaran data MBR dan MHD ditampilkan dalam Tabel 3. Hasil
uji Kruskall-Wallis pada perbedaan efikasi ONB di antara 3 kelompok perlakuan disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 3. Hasil MBR dan MHD Pre treatment dan Post treatment pada 3 Kelompok
Perlakuan
Tabel 4. Efikasi ONB pada 3 kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Kruskall-Wallis
PEMBAHASAN
a. Karakteristik responden dan lingkungan tempat tinggal responden
Karakteristik suhu lingkungan tempat tinggal responden pada penelitian ini
sesuai dengan Gomes (1998) yang menyatakan suhu optimum bagi kelangsungan hidup
nyamuk adalah 20 ºC – 30 ºC dan di atas 35 ºC nyamuk susah untuk bertahan hidup.
Kondisi kelelembaban lingkungan responden berbeda dengan Faye et al. (1995) yang
menyatakan bahwa kelembaban ideal yang memungkinkan nyamuk menjadi vektor
50
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
malaria di Sinegal adalah 63%, perbedaan ini dikarenakan nyamuk yang menjadi vektor
malaria di Sinegal dan di Gembong beda, di Gembong Vektor malaria An.aconitus,
sementara di Sinegal adalah An. letifer.
b. Uji Efikasi ONB pada kelompok perlakuan ONB, kontrol
Pada kelompok perlakuan ONB, nilai MBR (Man Biting Rate) post treatment
mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 77,15%, ini berarti ONB mampu
mengurangi gigitan nyamuk sebesar 77,15%. Hal ini sesuai dengan penelitian Yap (1990)
yang meneliti efikasi lapangan ONB yang mengandung d-Allethrin 0,19% dan 0,28%,
d-Transalletrin 0,12% dan 0,16% dan Blank coil yang rata-rata penurunan gigitan nyamuk
adalah 71,7;70,9;75;72,6 %. Nilai MHD post treatment pada kelompok ini mengalami
penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 88%, ini artinya ONB mampu mengurangi
kepadatan nyamuk sebesar 88%, hal ini juga sesuai dengan penelitian Jensen (2000) di
Amerika yang menyatakan ONB mampu mengurangi kepadatan nyamuk.
Pada kelompok perlakuan kontrol, nilai MBR pada pre treatment dan nilai MBR
post treatment tidak mengalami penurunan yang berarti, yaitu dengan nilai penurunan
sebesar 17%, hal ini menunjukkan bahwa ONB mempunyai pengaruh terhadap penurunan
gigitan nyamuk, karena terbukti pada perlakuan dengan ONB penurunan gigitan nyamuk
sebesar 77,15%. Nilai MHD pada pre treatment dan nilai MHD post treatment pada
kelompok ini mengalami penurunan sebesar 11,4%, hal ini menunjukkan bahwa ONB
mampu menurunkan kepadatan nyamuk, karena terbukti pada kelompok perlakuan
dengan ONB, MHD post treatment turun sebanyak 88%.
Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR pada pre treatment dan nilai
MBR post treatment mengalami penurunan sejumlah 40%, bila dibandingkan dengan
penurunan MBR pada perlakuan dengan ONB sebesar 77,15%, maka hal ini menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata dari ONB. Nilai MHD pada pre treatment dan nilai MHD
post treatment kelompok perlakuan ONB plasebo mengalami penurunan sebesar 36 %,
bila dibandingkan dengan penurunan MHD pada perlakuan dengan ONB sebesar 88 %,
hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari ONB dalam menurunkan MHD.
Perbedaan nilai MBR dan MHD yang mencolok pada tiga kelompok perlakuan,
baik pada pre treatment maupun post treatment. Pada kelompok perlakuan ONB nilai
MBR dan MHD adalah tertinggi diantara tiga kelompok perlakuan. Perbandingan nilai
Uji Efikasi Lapangan Obat Nyamuk Bakar
51
MBR pada tiga kelompok perlakuan adalah 5:1:3 dan perbandingan nilai MHD adalah
8:1: 3. Nilai MBR terendah adalah 80 dan tertinggi 100 dengan mean 94 dan standar
deviasi 8,8, sedangkan nilai MHD terendah adalah 91 dan tertinggi 100 dengan nilai
rata-rata 98 dan standar deviasi 4. Hal ini berarti bahwa range pada nilai MHD lebih kecil
dari nilai MBR.
Pada kelompok perlakuan ONB plasebo, nilai MBR rata-rata adalah 44 dengan
standar deviasi 18. Nilai MHD rata-rata adalah 37 dengan standar deviasi adalah 13,
sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata MBR adalah paling kecil dibandingkan
kelompok perlakuan lainnya, yaitu 17 dengan standar deviasi 5. Nilai MHD rata-rata adalah
11 dengan standar deviasi 7.
Nilai signifikansi MBR dan MHD pada 3 kelompok perlakuan menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik (p < 0,05), masing-masing sebesar 0,004 dan
0,009. Hal ini berarti bahwa pemakaian ONB dengan kandungan d-allethrin 0,2%
efficacious dalam upaya pengendalian vektor malaria di Desa Gembong Kecamatan
Kandangserang Kabupaten Pekalongan.
KESIMPULAN
Penggunaan ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% mampu mengurangi
gigitan nyamuk An.aconitus sebesar 77,15% dan mengurangi kepadatan sebesar 88%,
sehingga ONB dengan kandungan d–Allethrin 0,2% Efficasious dalam pengendalian vektor
malaria nyamuk An.aconitus di Desa Gembong Kecamatan Kandangserang.
SARAN
Uji efikasi lapangan terhadap zat aktif ONB perlu dilakukan sebelum menerapkan
penggunaan ONB di masyarakat, sehingga ketepatan formulasi zat aktif bisa disesuaikan
dengan kondisi di lapangan. Manfaat penggunaan ONB dalam pegendalian vektor malaria,
serta penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasi
timbulnya efek samping perlu disosialisasikan di masyarakat. Diperlukan penelitian lanjut
tentang efektifitas penggunaan ONB terhadap penurunan insiden malaria. Pemikiran
untuk dapat membuat ONB dengan komposisi tertentu yang dapat mengurangi timbulnya
efek samping perlu ditindaklanjuti.
52
Sains Medika, Vol. 1, No. 1, Januari –Juni 2009
DAFTAR PUSTAKA
Baroji., Boewono, D.T., dan Sumardi, 2001, Konfirmasi Vektor Malaria dan Beberapa Aspek
Bionomiknya di Daerah Endemis Malaria Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.
Dinkes Kabupaten Pekalongan, 2003, Data Malaria Kabupaten Pekalongan 1997-2003.
Faye, O.H.B., Gaye, D, Fontenille, L, hebrad, G, Herve, J.P., Trouillet, J., Dialo, S., and
Mouchet, J., 1995, Comparations of the transmition of malaria in 2 epidemiological
paterns in Sinegal, Dakar Med 40 (2): 3-6.
Gomes, M., 1998, More crops more dieses, Word Health Forum (19) : 274-75.
Jensen, T., Lampman, R., Slamecha, M.C., Novak, R.J., 2000, Field efficacy of commercial
antimosquito product in Illenois. J. Am Mosquito Control Asooc.
Laihad, F.J. dan Gunawan, S., 1999, Malaria di Indonesia, Dalam Harijanto P.N (eds),
Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, manifestasi Klinis dan Penanganan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta 17-25.
Lukwa, N. and Chandiwana, S.K, 1998, Efficacy of mosquito coils containing 0.3% and
0.4% pyrethrins against An. gambiae sensu lato mosquitoes. Cent Afr J Med
44(4):104-107.
Mardihusodo, S.J., 2004, Nilai Pemanfaatan ONB Untuk Pengurangan Penularan Malaria,
Makalah pada Confention of International Mosquito Spiral Manufactures
Association, Yogyakarta.
Murti, B. ,1999, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, UGM, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Rozendaal, A., 1997, Vector Control, Methods For Use Individuals And Comunities Geneva;
WHO.
Sugiyono, 1999, Metodologi Penelitian, Rineka Tjipta, Jakarta.
WHO, 1997, World Malaria Situation 1994. Weekly Epidemiological Record No.36, 5
September.
Yap, Tan, Abdul Malik, and Rohaizat, 1990, Field efficacy of mosquito coil formulations
containing D-allethrin and D-transsallethrin againt indoor mosquitos espescially
Culex Quinquefasciatus Say, Vector Control Research Project, Southeas Asian J
Trop Med Public Health, University Sains Malaysia.