Ilmu negara bowo negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

BAB I
PENDAUHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di dalam sebuah Negara tentunya sudah pasti memiliki bentuk, Susunan dan sistem
pemerintahannya. Bentuk, susunan dan sitem pemerintahan tersebut tentunya tidak
menyeluruh sama pada semua Negara, yaitu sesuai bentuk dari Negara itu sendiri.
Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
rangkaian institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan
untuk pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak
tergantung dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap merupakan suatu bentuk
pemerintahan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja Bentuk-bentuk Negara yang ada saat ini?
2
2.

Bagaimana Bentuk Negara tersebut?
Bagaimana peranan bentuk, susunan dan sitem pemerintahan dalam sebuah Negara?

1.3.Tujuan Penulisan

1.

Menegetahui pengertian bentuk, susunan dan sistem pemerintahan.

2.

Mengetahui pembagian bentuk-bentuk Negara.

3.

Mengetahui bentuk, susunan, sistem pemerintahan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bentuk Negara
Bentuk negara adalah susunan suatu organisasi negara secara keseluruhan. Mengenai
sturuktur Negara yang meliputi segenap unsur-unsurnya, yaitu daerah, bangsa, dan
pemerintahannya. Sedangkan bentuk (susunan) pemerintahan khusus menyatakan struktur
organisasi dan fungsi pemerintahan saja dengan tidak menyinggung struktur daerah maupun
bangsanya.

Untuk mencegah terjadinya salah pengertian, maka perlu dibedakan secara tegas
mengenai penggunaan istilah bentuk yang ditujukan kepada pengertian republik, sedangkan
istilah susunan ditujukan kepada pengertian kesatuan atau federasi. Sehingga diperoleh
pengertian mengenai bentuk negara sebagai republik dan susunan negaranya sebagai negara
kesatuan atau federasi.
Dalam ilmu Negara mengenai bentuk negara dibagi dalam berbagai macam bentuk
negara, antara lain sebagai berikut:
1.

Monarki
Ialah negara yang dikepalai oleh seorang raja dan bersifat turun temurun dan menjabat
untuk seumur hidup.
Beberapa macam bentuk negara Monarki, antara lain:

a.

Monarki Mutlak (Absolut), yaitu seluruh kekuasaan negara berada ditangan raja, raja
memiliki kekuasaan dan wewenang yang tidak terbatas.

b.


Monarki Terbatas, yaitu suatu Monarki dimana kekuasaan seorang raja yang dibatasi oleh
konstitusi (UUD).

c.

Monarki Parlementer.

2.

Republik
Republik berasal dari bahasa latin Respublica yang artinya kepentingan umum, yaitu
negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala
Negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu.
Macam –macam republik:

a.

Republik dengan sistem pemerintahan rakyat secara langsung (system referendum).


b.

Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat (system parlementer).

c.

Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system presidensil).

3.

Aristoraksi (Oligarki)
Aristoraksi adalah negara dengan pemerintahan yang pimpinan tertingginya terletak
ditangan beberapa orang. Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat dibedakan
menurut kekayaan, umur, pendidikan dsb.

4.

Demokrasi
Demokrasi ialah suatu negara dengan pemerintahan yang pimpinan tertingginya terletak
ditangan rakyat. Jadi suatu pemerintahan negara disebut demokrasi apabila kekuasaan negara

berada ditangan rakyat, dimana gerak langkah negara ditentukan oleh kehendak rakyat.
Macam-macam bentuk negara demokrasi :

a.

Demokrasi Langsung, yaitu negara dimana semua warga negara secara langsung memilih
serta ikut memikirkan jalannya pemerintahan.

b.

Demokrasi Perwakilan, yaitu suatu negara dimana tidak semua orang warga negaranya
dikutsertakan secara langsung dalam pemerintahan, tetapi mereka hanya ikut serta dalam
pemilihannya saja.

5.

Autoraksi
Autoraksi adalah suatu negara yang dipimpin oleh kekuasaan yang berdasarkan atas
pandangan autoriteit negara. Dimana pengangkatan atau penunjukan kepala negaranya tidak
menggunaka sistem pewarisan, tetapi setiap orang berhak menduduki jabatan sebagai kepala

negara.
Dengan demikian dari beberapa macam bentuk negara jelaslah bahwa bentuk negara
Indonesia adalah Republik, hal ini semakin diperkuat dalam pasal- pasal UUD 1945 yang
dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa negara Indonesia adalah kesatuan yang berbentuk
Republik bukan kerajaan dan dalam pasal 6 ayat 2 yang menyatakan presiden dan wakil
presiden dipilih oleh rakyat dan tidak turun temurun.

2.2. Susunan Negara
Maksud dari susunan negara ini ialah membicarakan bentuk-bentuk negara dari segi
susunannya. Negara apabila ditinjau dari segi susunannya akan menghasilkan dua susunan
negara, yaitu:

a) Negara yang bersusun tunggal, yang disebut Negara Kesatuan; dan
b) Negara yang bersusun jamak, yang disebut Negara Federasi (Soehino, 1999: 224).
1.

Negara kesatuan
Negara kesatuan lebih dikenal dengan uni (Inggris) atau eenheidstaats(Jerman). Bentuk
Negara Kesatuan adalah bentuk negara yang terdiri dari satu negara saja betapun besar dan
kecilnya, dan ke dalam maupun keluar merupakan kesatuan.

Dapat dikatakan pula bahwa negara kesatuan negara kesatuan adalah negara yang
kekuasaan untuk mengurus seluruh pemerintahan ada ditangan pemerintah pusat atau negara
yang pemerintah pusatnya memegang/mengendalikan kedaulatan sepenuhnya baik kedalam
maupun keluar. Negara kesatuan memiliki ciri–ciri yaitu hanya ada satu UUD, satu kepala
negara, satu kabinet, satu parlemen (http://pratito1005.blogspot.com).
Pembagian wewenang dalam negara kesatuan dapat diklasifikasikan pada dua hal,
yakni: a) pada negara kesatuan organisasi dari bagian-bagian pada negara kesatuan pada garis
besarnya telah ditentukan oleh pembuat undang-undang di pusat; b) pada negara kesatuan,
wewenang secara terperinci terdapat pada propinsi-propinsi, dan residu powernya ada pada
pemerintah pusat negara kesatuan.
Adapun ciri-ciri negara kesatuan adalah:

1.
2.

Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, mewujudkan kesatuan unity.
Negara kesatuan hanya mempunyai satu negara dengan hanya mempunyai satu
pemerintahan, satu kepala negara, satu badan legislatur bagi seluruh daerah negara.

3.


Negara kesatuan merupakan negara tunggal yang monosentris (berpusat satu).

4.

Hanya ada satu pusat kekuasaan yang memutar seluruh mesin pemerintahan dari pusat
sampai ke pelosok-pelosok, hingga segala sesuatunya dapat diatur secara sentral, seragam
dan senyawa dalam keseluruhannya.

5.

Pengaturan oleh pusat kepada seluruh daerah tersebut lebih bersifat koordinasi saja namun
tidak dalam pengertian bahwa segala-galanya diatur dan diperintahkan oleh pusat.

2.

Negara federal
Akar kata federalisme yang berasal dari bahasa Latin feodus memang berarti serikat
atau aliansi. Berbagai wujud federalisme bisa ditemukan di dunia saat ini. Salah satu
wujudnya yang paling populer adalah negara serikat (united state; Bundestaad).


Ada beberapa istilah yang sering disebut, yang terkait dengan bentuk negara federal.
Istilah-istilah ini antara lain yaitu; federasi, federal, federalisme, maupunfederalisasi, yang
sebenarnya mempunyai makna yang berbeda.
a.

Negara federal (serikat) adalah tata cara kenegaraan yang mengasumsikan adanya negara
dalam negara. Kemudian dijelaskan bahwa negara federal terjadi pembagian wewenang
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat dalam hal ini hanya
berwenang dalam urusan moneter, pertahanan keamanan (atas ancaman dari luar), dan
berbagai urusan luar negeri yang berkaitan dengan negara secara utuh. Negara federal adalah
negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara yang berdiri sendiri, masing-masing
dengan perlengkapannya yang cukup, dengan kepala negara sendiri, dengan pemerintahan
sendiri, dan dengan badan-badan legislatif dan yudikatif sendiri;

b.

Federalisme adalah faham atau prinsip yang menganjurkan pembagian negara atas bagianbagian yang berotonomi penuh menguasai urusan dalam negeri atau wilayah otonominya;
artinya ada pendelegasian wewenang yang sistematis dari kekuasaan di tingkat atas menuju
kekuasaan di tingkat bawah, dalam satu kesatuan wadah dan aturan;


c.

Federalisasi adalah sebuah proses dimana terjadi alur kesepakatan-kesepakatan secara
struktural tentang ide pembentukan negara federal di antara pihak-pihak, daerah-daerah atau
negara-negara untuk membentuk negara federal;

d.

Federasi adalah sifat yang menunjukkan bahwa sebuah negara tersebut menerapkan ciriciri sebagai negara federal.
Dengan demikian dalam penggunaan istilah di atas seharusnya dalam konteks yang
tepat sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran atau bahkan diskursus yang tidak hentihenti.
Pengertian negara federal adalah negara yang merupakan gabung-gabungan dari
beberapa negara yang berdiri sendiri, masing-masing dengan perlengkapannya yang cukup,
dengan kepala negara sendiri, dengan pemerintahan sendiri, dan dengan badan legislatif dan
yudikatif sendiri.
Sedangkan CF. Strong memberikan maksud tentang negara federal adalah suatu negara
di dalam ruang lingkup yang sama mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang sama. Dicey
mengatakan bahwa negara federal adalah: “A federal state is political contrivance intended
to reconsile national unity and power with the maintenance of state rights”.

Jadi negara federal adalah suatu model atau sistem politik yang dipakai untuk
menggabungkan keutuhan negara dan kekuasaan dengan tetap melindungi atau mengakui
hak-hak negara bagian.

Di dalam negara federal pun terdapat wewenang yang dipegang masing-masing negara
bagian. Menurut Krunenburg, pembagian wewenang antara pemerintah pusat federal dengan
pemerintah negara bagian terjadi dengan dua cara:
a.

Pouvoir constituant
Bahwa negara-negara bagian berwenang untuk membuat Undang-undang dasarnya
sendiri, menentukan bentuk organisasinya sendiri, dalam batas-batas yang tidak bertentangan
dengan konstitusi dari negara federal seluruhnya.

b.

Residu power atau reserved power
Bahwa wewenang pembuat Undang-undang Pemerintah Pusat Federal ditentukan
secara terperinci, sedangkan wewenang lainnya ada pada negara-negara bagiannya.
Jadi dalam negara federal itu bisa saja wewenang yang diserahkan Pemerintah Pusat
(federal) ditentukan secara limitatif terlebih dahulu dalam konstitusinya ataupun sebaliknya
dalam konstitusi negara federal ditentukan secara limitatif wewenang yang diserahkan kepada
negara bagian sedangkan sisanya adalah wewenang pemerintah pusat federal.
Untuk melihat jenis negara federal, Daniel membedakan negara federal dalam tiga
jenis, yakni: a) negara dalam sistem federal murni yang tegas merumuskan negaranya sebagai
federal; b) negara dalam bentuk federal arragement, yang tidak memaklumkan diri sebagai
federal tetapi di dalam sistem pemerintahannya otonomi yang begitu kuat sehingga jauh lebih
dekat dengan sistem federal; c) bentuk negara dengan pemerintahan yang disebut
sebagaiassociated states. Negaranya sudah jadi tapi untuk hidup sendiri-sendiri sulit sehingga
mereka membentuk associated states.
Jadi dari pengertian di atas maka bentuk negara federal yang diterapkan di Amerika,
Australia maupun Malaysia dan negara-negara lainnya adalah bentuk negara dalam asti yang
sesungguhnya atau federal murni (the real federal states). Sedangkan bentuk negara lain yang
secara nyata dalam kosntitusinya tidak menyebut satu istilah pun mengenai bentuk negara
federal namun dalam menjalankan pemerintahannya memakai prinsip-prinsip negara federal
senyatanya bentuk negara yang demikian menurut Daniel sebagai sebuah bentuk
negarafederal arrangement (unreal federal states). Mengenai bentuk negara federal yang
tidak nyata ini nantinya dapat diketahui dari negara yang secara eksplisit dalam konstitusinya
memakai bentuk negara lain (misalnya kesatuan), namun melaksanakan prinsip federal
(artinya ada pembagian wewenang antara pemerintah pusat dan daerah). Sedangkan bentuk
yang ketiga dinamakan sebagai bentuk associated statesi, sebenernya merupakan bentuk
perkembangan dari berbagai negara federal yang dikenal sebagai negara konfederasi. Intinya
bahwa dalam negara konfederasi ini masing-masing negara sepakat untuk bergabung dan

menyerahkan beberapa urusannya dalam konfederasi tersebut, namun rakyat dari negaranegara yang bergabung tersebut tidaklah mempunyai kewajiban secara langsung untuk terikat
atas aturan yang dibuat oleh konfederasi tersebut kecuali dinyatakan dan diterima dalam
konstitusi selanjutnya. Model demikian ini sering juga dikatakan sebagai Organisasi
Internasional.
Adapun ciri-ciri negara federal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.

Adanya pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan negara-negara bagian menurut
sistem enumerasi kekuasaan.

2.
3.

Berlakunya dua konstitusi yaitu konstitusi negara federal dan konstitusi negara bagian.
Adanya penerapan sistem pemisahan kekuasaan dalam tiga bidang kekuasaan yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang mempunyai kedudukan sama tinggi.

4.

Adanya peradilan yang dapat menyelesaikan adanya perselisihan antara negara federal dan
negara bagiannya.Perbedaan dan persamaan antara negara federasi dan kesatuan, adalah
sebagai berikut:

a.
-

Perbedaan Negara Kesatuan dengan Negara Federal
Negara kesatuan : hanya mengakui 1 kedaulatan, yakni kedaulatan negara. kedaulatan
daerah tidak diakui. tidak ada negara bagian, yang ada adalah provinsi yang dipimpin oleh
gubernur.

-

Negara federal : mengakui kedaulatan negara bagian. negara bagian bisa membuat
hukum sendiri, jadi tiap - tiap negara bagian bisa jadi memiliki hukum yang berbeda. tidak
ada provinsi, yang ada adalah negara bagian yang dipimpin oleh gubernur.

b.
-

Persamaan Negara Kesatuan dengan Negara Federal
Sama - sama terjadi pelimpahan kewenangan dan kekuasaan dari pemerintah pusat ke
pemerintah lokal.

-

Sama - sama ada pemilihan kepala daerah. artinya, kepala daerah dipilih oleh penduduk
setempat, bukan diangkat oleh pemerintah pusat.

-

Sama - sama dapat membentuk peraturan sendiri (peraturan daerah), dan pemerintah
pusat tidak turut campur dalam urusan pemerintah daerah.

2.3. Sistem Pemerintahan
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan
“pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang

mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional
terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhnya itu. Dan pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian
segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara itu sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem pemerintahan
dapat

diartikan

sebagai

suatu

bentuk

hubungan

antar

lembaga

negara

dalam

menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam
rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Di dalam studi ilmu negara sendiri dikenal adanya tiga sistem pemerintahan, yaitu:
a)

Sistem Presidensiil
Pemerintahan sistem presidensiil adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan
eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dalam sistem
Presidensial secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

-

Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat
olehnya dan bertanggung jawab kepadanya, presiden sekaligus sebagai kepala negara dengan
masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.

-

Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih.

-

Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial :
-

Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.

-

Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa
jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun.

-

Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.

-

Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial :

-

Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak.

-

Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

-

Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu
yang lama.

b)

Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara badan
eksekutif dan badan legislatif sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung
jawaban para menteri terhadap parlemen . maka setiap kabinet yang dibentuk harus
memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan demikian
kebijakan pemerintah tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen.
Adapun ciri- ciri umum dari sistem parlementer antara lain:

-

terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen), bahkan antara
keduanya saling berpengaruh satu sama lain. Kepala negara berkedudukan sebagai kepala
negara saja bukan sebagai kepala eksekutif atau pemerintahan. Eksekutif yang dipimpin oleh
perdana mentri dibentuk oleh parlemen dari partai politik .

-

Mekanisme pertanggungjawaban mentri kepada parlemen yang mengakibatkan parlemen
dapat membubarkan atau menjatuhkan "mosi tidak percaya" kepada kabinet jika
pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemerintahan yang dilakukan oleh mentri baik secara
perseorangan maupun kolektif tidak dapat diterima oleh parlemen. Jika terjadi perselisihan
antara kabinet dengan parlemen, kepala negara akan membubarkan parlemen.
Kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut :

-

Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.

-

Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif.

-

Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Adapun kelemahan sistem pemerintahan parlemen antar lain :

-

Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.

-

Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa
jabatannya.

c)

Sistem Referendum

Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah
sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undang-undang
berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pada pemerintahan dengan
sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan legislatif
(keputusan daripada rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini dipilih oleh
bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih kembali.
Berkenaan dengan Pengawasan rakyat dalam bentuk referendum, maka dikenal tiga
sistem referendum, yaitu:
a.

Referandum Obligatoir
Referandum Obligatoir adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu diberlakukan.
Persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu undang-undang yang
mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat penting. Contoh, adalah persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undang-undang dasar.

b.

Referendum Fakultatif
Referendum Fakultatif adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam waktu
tertentu sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah orang tertentu
yang punya hak suara menginginkan diadakannya referandum. Dalam hal ini apabila
referandum menghendaki undang-undang tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu
terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut, maka
undang-undang itu tidak berlaku lagi.

c.

Referandum Konsultatif
Referandum Konsultatif adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang dimintakan
persertujuaannya.
Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara rakyat
langsung ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil yang membawa
akibat pemerintahan akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan
kepentingan rakyatnya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat mampu
menyelesaikannya, karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup harus dimiliki
oleh rakyat itu sendiri. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan pemerintah itu stabil

sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh pengalaman yang baik dalam
menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.
Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan pasal 17 UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan
Indonesia adalah presidensiil, karena presiden adalah eksekutif dan menteri-mentrinya adalah
pembantu presiden. Tetapi apabila dilihat dari sudut pertanggung jawaban presiden kepada
MPR, maka berarti eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga legislatif (ciri sistem
parlementer), maka dengan demikian sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945
dapat disebut sistem quasi presidensiil.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bentuk negara adalah susunan suatu organisasi negara secara keseluruhan. Mengenai
sturuktur Negara yang meliputi segenap unsur-unsurnya, yaitu daerah, bangsa, dan
pemerintahannya. Sedangkan bentuk (susunan) pemerintahan khusus menyatakan struktur
organisasi dan fungsi pemerintahan saja dengan tidak menyinggung struktur daerah maupun
bangsanya. Di dunia ini ada berbagai macam bentuk-bentuk negara diantaranya Republik,
Monarki, Aristokrasi(oligarki), Demokrasi, Autoraksi
Susunan negara ini ialah membicarakan bentuk-bentuk negara dari segi susunannya.
Negara apabila ditinjau dari segi susunannya akan menghasilkan dua susunan negara, yaitu:
a) Negara yang bersusun tunggal, yang disebut Negara Kesatuan; dan
b) Negara yang bersusun jamak, yang disebut Negara Federasi (Soehino, 1999: 224).
Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga
negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu
sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Macam – macam sistem
pemerintahan : Sistem pemerintahan Presidensiil, Parlementer, dan Referendum.

DAFTAR PUSTAKA
Dasril Radjab. 1993. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Rinneka Cipta
Moh Kusnardi. 1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: CV Sinar bakti
Soehino. 1999. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.
Sulardi dan Pratiwi, Cekli S. 2002. Mengukuhkan negara kesatuan: Menepis Diskursus dan
Mengabaikan Konsep Negara. Malang: UMM Press.

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH TAYANGAN REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV TERHADAP MOTIVASI BELAJAR JURNALISME INVESTIGASI (Studi pada Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Ilmu KomunikasiUniversitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2005)

0 33 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGGUNAAN HANDPHONE QWERTY DI KALANGAN MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 Pengguna Handphone Qwerty)

0 37 44

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

Dampak reformasi politik di Uni Soviet terhadap negara-negara di kawasan Baltik

0 20 101

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan menerima keragaman suku bangsa dan budaya melalui metode Role Playing di SD NU Wanasari Indramayu

1 53 173

Pengantar Ilmu Jurnalistik

4 44 113

Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 1 S Rositawaty Aris Muharam 2008

0 27 147