Hama Pada Tanaman Kopi dan

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADA TANAMAN KOPI
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Guna Memenuhi Laporan Praktikum Mata Praktikum
Budidaya Tanaman Perkebunan

Oleh :
NAMA

: MUHAMMAD JAHWARI

NIM

: 131510501241

GOLONGAN

:D

KELOMPOK

: 2 (DUA)


LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun yang lalu, atau 1000
tahun Sebelum Masehi merupakan bangsa pertama yang menemukan biji kopi
sebagai minuman yang sangat berkhasiat dan berenergi. Kopi kemudian terus
mernerus berkembang hingga seperti saat ini sehingga menjadi salah satu
minuman paling populer di dunia. Indonesia merupakan negara yang mampu
memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya yang kemudian di ekspor
di berbagai penjuru dunia. Rasa dan aroma kopi memang sangat menarik, namun
di samping itu kopi juga memiliki khasiat yaitu dapat menurunkan risiko terkena
penyakit kanker , diabetes , batu empedu , dan berbagai penyakit jantung. Kopi
mengandung kafein, yang dalam dosis rendah dapat mengurangi rasa lelah dan
membuat pikiran jadi segar. Kafein jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi cepat

mempengaruhi sistem saraf pusat, sistem pernapasan, otot, pembuluh darah,
jantung dan ginjal pada manusia dan hewan.
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili
Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12
m. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri. Lebih dari 90%
tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa
golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika,
robusta, dan liberika. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan
botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman.
Kopi hanya dapat berproduksi secara optimal apabila ditanam pada tanah
yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm),
gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium
(K), harus cukup tersedia bahan organik, dan juga bebas dari gangguan OPT.
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan salah satu faktor
penghambat dalam produksi kopi dimana OPT ini pada suatu lahan pertanian
sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, dikarenakan

sifat hidup OPT atau sifat biologis OPT dapat ,erusak atau menghambat
pertumbuhan tanaman, maka dari itu untuk mengatasi masalah OPT perlu

dilakukannya upaya-upaya pengendalian yang berbasis lingkunagan untuk
menjaga kualitas tanaman tersebut tanpa merusak lingkungan. Pada budidaya
tanaman kopi terdapat tiga jenis OPT penting yang menyerang tanaman kopi yaitu
Hama Penggerek Buah Kopi atau PBKO, nematoda parasit (Pratylenchus
coffeae), dan juga penyakit karat daun kopi. Pengendalian hama dan penyakit
tanaman merupakan salah satu aspek dalam teknis budidaya tanaman kopi yang
menentukan keberhasilan pertanaman dan hasil optimal pada tanaman kopi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman kopi.
2. Untuk mengetahui gejala serangan yang ada di lapang akibat hama dan
penyakit yang menyerang pada tanaman kop

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae dan merupakan
tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Hal ini dikarenakan kopi

mampu sejenis minuman. Minuman tersebut diperoleh dari seduhan kopi dalam
bentuk bubuk. (Hayati dkk, 2012). Kopi terdiri atas banyak jenis, yaitu kopi
arabika, kopi robusta, kopi liberika dan lain-lain. Di Indonesia sendiri, kopi
merupakan salah satu dari delapan komoditas utama perkebunan yang memiliki

luas areal yang cukup besar serta menjadi komoditas ekspor yang sangat
menjanjikan, dimana hanya dua jenis kopi yang banyak diusahakan yaitu kopi
robusta yang menguasai mayoritas luas tanam kopi di Indonesia serta kopi arabika
(Maridelana, dkk., 2014), untuk Indonesia lebih banyak membudidayakan kopi
Robusta yang sebagian besar lahannya yaitu 87,1 % ditanam dan menyumbang
keseluruhan total produksi kopi Indonesia. Sebagian besar hasil produksi kopi
masuk ke area perdagangan ekspor, dengan negara tujuan Amerika Serikat,
Jerman, dan Singapura (Rohmah, 2010).
Tanaman kopi memerlukan naungan untuk tumbuh dan berproduksi
dengan baik. Pada umur muda (kurang dari satu tahun), tingkat naungan yang
dibutuhkan tanaman tersebut lebih tinggi. Semakin dewasa dan mulai
berproduksi, kopi memerlukan tingkat naungan lebih rendah (Ferry, dkk., 2014).
Manfaat dari pohon penaung yaitu mengurangi banyaknya intensitas sinar
matahari yang sampai ke tanaman kopi dan tanah, sehingga menekan penyebaran
hama maupun penyakit dan juga sebagai tanaman inang predator utama organisme
pengganggu tanaman tersebut. Tanaman naungan juga bisa membantu dalam
proses pematangan buah kopi dan menghasilkan buah yang lebih besar serta baik,
sehingga mutu dari buah tersebut menjadi lebih tinggi. Tanaman peneduh yang
umumnya digunakan adalah lamtoro atau karet (Bote dan Struik, 2011).
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan masalah penting yang

dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mutu kopi. Salah satunya
yang menyebabkan kehilangan hasil produksi pada tanaman kopi serangan hama
penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, dimana serangan hama ini
mampu menurunkan produksi hingga setengah dari hasil produksi dan penyusutan
ukuran biji kopi (Samosir, dkk., 2013).
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr) termasuk
kedalam famili Scolytdae, ordo Coleoptera. Hama hanya menyerang dan

berkembangbiak pada berbagai jenis kopi. Kumbang PBKo berwarna hitam
kecoklatan, panjang kumbang jantan 1,3 mm dan betina 2 mm, kumbang betina
menyerang buah kopi yang masih muda dengan cara menggerek kedalam biji
kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir, telur menetas menjadi larva yang menggerek
biji kopi. Kumbang ini menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya
bersembunyi di dalam buah kopi (Infante et al., 2014).
Serangan PBko dapat menurunkan mutu kopi dan penurunan produksi
hingga 20-30% bahkan tidak jarang ada petani yang gagal panen. PBKo
menyerangan diawali pada kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab juga di
perbatasan antar kebun kebun. Serangan dapat menyebar ke seluruh kebun jika
tidak cepat dilakukan pengendalian. PBKo dapat hidup dalam buah tua dan kering
yang tertinggal setelah panen, oleh karena itu penting sekali menjaga sanitasi

kebun dan membersihkan sisa-sisa buah yang tertinggal (Departemen Pertanian
Jakarta, 2002), untuk pengendalian PBKo secara alami dapat diinfeksi oleh jamur
patogen seperti Beauveria bassiana, Spicaria javanica, Botrytis stephanoderis dan
Metarhizium anisopliae. Sistem agroforestri kopi dengan pohon penaung
diperkirakan dapat menjaga kelembapan kebun kopi sehingga meningkatkan
aktivitas jamur patogen sebagai musuh alami hama kopi ini, dikarenakan jamur ini
umumnya dapat tumbuh dengan baik pada keadaan lingkungan yang lembab.
(Maharani, dkk., 2013). Menurut Laila, dkk., (2011), tindakan lain untuk
mengurangi atau mengendalikan hama PBKo adalah dengan tindakan
pemangkasan wiwilan, cabang sakit, dan cabang tidak produktif, dengan tujuan
menghindari kondisi pertanaman yang terlalu gelap karena ada cabang yang
tumpang tindih, sehingga pemangkasan tersebut menciptakan suasana kebun yang
tidak sesuai bagi hama PBKo.
OPT selanjutnya yang dapat menurunkan produksi kopi adalah penyakit
karat daun, selain mengurangi hasil penyakit karat daun juga memengaruhi
pertumbuhan tanaman. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1876 di Sumatera dan Jawa, dan secara global Penyakit karat daun kopi
pertama kali ditemukan di Kenya pada tahun 1861, dan Pada tahun 1869,
Berkeley dan Broome berhasil mengidentifikasi penyebab penyakit karat daun


kopi, dimana penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia, yang selanjutnya
secara lengkap dan rinci diidentifikasi oleh Marshall Ward dan jamur ini adalah
jamur Hemileia vastatrix Berx. Jamur H. vastatrix adalah jenis parasit obligat
dimana dia hanya bisa hidup pada daun kopi yang masih hidup, termasuk dalam
divisi Basidiomycota, kelas Urediniomycetes, ordo Uredinales, famili
Pucciniaceae, dan genus Hemileia. Gejala penyakit ini adalah meluasnya bercak
pada daun, sehingga menyebabkan area dan hasil fotosintesis berkurang,
dikarenakan rusaknya jaringan daun yang terserang, yang secara signifikan
berdampak pada menurunnya pertumbuhan tanaman. Gejala lanjut dari penyakit
ini adalah banyaknya daun yang gugur sehingga jumlah bunga yang terbentuk
berkurang, yang mengakibatkan turunnya produktifitas atau jumlah biji kopi yang
dihasilkan tanaman yang terserang (Sri-Sukamto, 1998).
Perkembangan penyakit tanaman sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
patogen, inang, dan tanaman. Secara spesifik, perkembangan penyakit karat daun
kopi dipengaruhi oleh patogen H. vastatrix, lingkungan kebun dan kondisi
tanaman kopi itu sendiri. Pada daerah tropis, H. vastatrix bertahan pada daun sakit
sebagai uredospora, uredium, dan miselium untuk melanjutkan infeksi pada
tanaman yang sehat. Uredospora merupakan struktur paling berperan dalam
perkembangan penyakit karat daun. Uredospora jamur H. vastatrix berbentuk
seperti ginjal, panjang 25-35 µm dan lebar 12-28 µm, berduri pada bagian yang

cembung, dan berwarna oranye (Mahfud, 2012), hal ini di dukung dengan
pernyataan Suresh et al., (2012) Di daerah tropis, H. vastatrix bertahan sebagai
uredospora (spora jamur karat), uredium (badan buah penghasil uredospora), dan
miselium (kumpulan hifa jamur karat) pada daun sakit untuk melanjutkan infeksi
pada tanaman. Dari beberapa struktur jamur tersebut, uredospora paling berperan
dalam perkembangan penyakit karat daun.
Penyakit karat daun merupakan salah satu dari beberapa penyakit penting
tanaman kopi di seluruh dunia. Telah banyak fungisida dan beberapa penemuan
varietas kopi dikembangkan untuk mengendalikan penyakit ini. patogen karat
daun lebih suka suhu antara 20-28 C, patogen ini menyerang dengan mekanisme
menembuskan hifa perkecambahan ke stomata inang. Patogen ini hanya

menyerang daun kopi tanpa membutuhkan inang lain untuk menyelesaikan siklus
hidupnya (Hindorf, et al., 2012). Siklus hidup patogen penyebab penyakit karat
daun Hemilia vastatrix sangat sederhana, dimana jika uredospora sampai pada
daun yang peka, misalnya daun muda, uredospora berkecambah dan secara cepat
menginfeksi daun melalui stomata pada permukaan daun bagian bawah, dan
dalam waktu 10 hingga 20 hari uredospora terbentuk pada permukaan daun
bagian bawah yang diakibatkan oleh uredium yang keluar lewat stomata. Jamur
tersebut hidup dan terus berkembang setiap saat karena kopi merupakan tanaman

tahunan dan pembentukan daun berlangsung sepanjang tahun, sehingga siklus
infeksi terus berlangsung (Deepak et al., 2012).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan acara " Organisme
Penggangu Tanaman pada Tanaman Kopi" dilaksanakan pada hari Sabtu, 26
September 2015 pada pukul 15:00 sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Tanaman kopi
2. Worksheet
3.3 Cara Kerja
1. Mempersipkan worksheet, alat tulis, dan kamera.
2. Mengamati OPT pada tanaman kopi sesuai dengan worksheet yang telah
disediakan.

3. Mengambil gambar OPT maupun gejala serangan yang ada di lapangan dengan
menggunakan kamera.
4. Mendeskripsikan secara singkat gambar yang telah diperoleh dengan gambar
yang ada diliterature.
5. Membuat laporan dari hasil pengamatan OPT tanaman kopi yang telah
dilakukan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Terlampir
4.2 Pembahasan
Serangan hama pada tanaman kopi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas kopi bahkan dapat menyebabkan tanaman
tidak berbuah sama sekali, atau bahkan hingga kematian sehingga mengurangi
hasil pertumbuhan dan produktivitas tanaman kopi. Beberapa jenis hama yang
menyerang tanaman kopi adalah Penggerek Buah Kopi, Penggerek Batang Kopi,
Kutu Putih, dan Kutu Hijau.:
a) Penggerek Buah Kopi

Penggerek buah kopi (PBKo) yaitu Hypothenemus hampei, Famili

Scolytidae, Ordo Coleoptera. PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak
biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya
kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya
masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang
buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu
panen. Kondisi pertanaman yang umumnya mempunyai kelembaban yang cukup
tinggi, kondisi tersebut akan menunjang terjadinya perkembangan hama tersebut.
Tanaman yang naungannya lebih tinggi dapat menimbulkan kelembaban yang
tinggi, sehingga perkembangan hama penggerek buah lebih cepat berkembang.
Karena itu sangat penting sanitasi kebun dari buah yang tertinggal pada saat
panen.

Hasil identifikasi, hama penggerek buah kopi ditemukan dalam stadia
larva di dalam bagian dalam buah kopi, larva tersebut menggerek biji buah
sehingga menimbulkan lubang – lubang kecil pada bagian buah. Buah yang
terserang akan berwarna coklat dan selanjutnya berwarna hitam. Pengendalian
yang dilakukan petani dalam mengendalikan hama penggerek buah kopi yaitu
menggunakan insektisida dalam pengendaliannya, tetapi di BPTP sudah
dikembangkan pengendalian secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami
jamur (Beauveria bassiana).
b) Kutu Putih (Ferrisia virgata) dan Kutu Hijau

Serangan hama kutu putih ini menyebabkan kerusakan pada tanaman
sekitar 50-75 %. Hama ini menyerang tangkai dan pangkal buah meninggalkan
bekas tusukan berwarna kuning. Bagian tanaman yang diserang kemudian akan

kering dan banyak buah yang gugur. Pengamatan yang umum ditemukan di
lapang adalah pada bagian yang terserang tampak ditutupi oleh kutu-kutu putih
seperti kapas. Jadi serangan yang parah dari hama ini dapat menurunkan produksi
karena buah banyak yang berguguran.
Kutu putih menyukai tempat yang teduh namun tidak terlalu lembab. Imago
memiliki tubuh dengan panjang sekitar 0.8 mm dan berwarna putih salju yang
merupakan sekresi zat lilin di sayap dan tubuhnya. Kutu ini biasanya mnutupkan
sayapnya pada saat istirahat dan makan. Betina akan meletakkan telur sejumlah
50-400 butir dengan ukuran yang bervariasi mulai dari 0.10 mm sampai 0.25 mm
di bagian bawah permukaan daun. Kutu ini menghasilkan embun madu yang
disukai oleh semut. Namun apabila produksi embun madu terlalu banyak, maka
akan memicu tumbuhnya jamur jelaga pada bagian-bagian tanaman yang banyak
terdapat embun madunya. Hal ini akan menyebabkan bagian tanaman tersebut
menjadi berwarna hitam. Kemudian tanaman akan mengalami gangguan fisiologis
akibat tidak bisa menerima cahaya matahari dengan optimal sehingga
pertumbuhannya akan terhambat dan pada tingkat serangan yang parah tanaman
akan mati.
Klasifikasi kutu hijau ialah berasal dari Kerajaan Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Homoptera, Famili Coccidae, Genus
Coccus, Spesies Coccus viridis.
Telur ditaruh di bawah badan betina sampai menetas. Betina dapat bertelur
beberapa ratus butir. Waktu bertelur sampai menetas adalah 45-65
hari. Nimfa tetap berada dibawah badan induknya sampai waktu cukup untuk
pindah tempat dan hidup terpisah. Dewasa jantan jarang sekali, kebanyakan
koloni kutu berkelamin betina. Biasanya 75-80% mati karena pemangsa,
parasitoid, dan jamur. Kutu hijau lebih suka menyerang pada musim kemarau dan
lebih senang tumbuh pada dataran rendah daripada di dataran tinggi.
Kutu hijau merupakan serangga yang tidak berpindah tempat dalam
kebanyakan fase hidupnya sehingga tetap tinggal di satu tempat untuk menghisap
cairan dari tanaman. Kutu hijau menyerang cabang, ranting dan daun pohon kopi
Arabica dan Robusta.

c. Penggerek Batang Kopi (Xylosandrus sp.)

Klasifikasi penggerek cabang kopi ialah berasal dari Kerajaan Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Scolytidae, Genus
Xylosandrus, dan dengan nama ilmiah Xylosandrus sp.
Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang
tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu
perkembangan jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah
dinding dalam lubang diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya.
Jumlah telur sekitar 30-50 butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri dari 8-15
butir. Sesudah lima hari, telurnya menetas. Sesudah 10 hari
sebagai larva, kemudian menjadi pupa. Stadia pupa berlangsung selama 7 hari,
kemudian ia keluar sebagai dewasa.
Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi.
Kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting yang tua atau
sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang kecil ini
termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan untuk
anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia. Kumbang ini membikin lubang masuk
kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah.
Selain hama, serangan penyakit pada tanaman kopi juga sering ditemukan.
Serangan penyakit ini juga merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman
kopi. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman kopi adalah karat daun, bercak
daun, jamur upas, penyakit akar, dan nematoda.
a. Karat daun (Hemileia vastatrix)

Karat Daun Kopi dapat diklasifikasikan secara ilmiah sebagai berikut.
Kingdom

: Fungi

Filum

: Basidiomycota

Kelas

: Urediniomycetes

Ordo

: Uredinales

Genus

: Hemileia

Species

: Hemileia vastatrix

Gejala serangan penyakit ini yaitu timbul bercak kuning pada daun yang
kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun
terdapat uredospora seperti tepung berwarna jingga. Tingkat serangan yang berat
akan menyebabkan pohon tampak kekuningan, daunnya gugur, dan tanaman mati.
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman kopi yang memiliki kanopi terlalu
rimbun. Hal ini dikarenakan penyakit dari golongan jenis fungi biasanya
menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Oleh karena itu kopi jenis Arabika
yang ditanam pada dataran rendah dengan kelembaban tinggi sangat rentan
terhadap serangan penyakit karat daun kopi.
Teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
kultur teknis menggunakan varietas tahan, seperti kopi robusta. Selain itu penyakit
ini dapat pula dikendalikan dengan melakukan proses pemangkasan pada tajuk
tanaman kopi yang terlalu rimbun sehingga sirkulasi udara dan cahaya matahari
dapat masuk lebih baik dan kondisi ini dapat menghambat pertumbuhan penyakit
ini. Proses sanitasi lahan juga merupakan tindakan yang patut untuk dicontoh
karena dengan melakukan sanitasi, maka segala sisa tanaman yang kemungkinan
membawa sumber penyakit akan dibuang atau dibakar.
b. Bercak Daun Kopi (Mycosphaerella coffeicola)
Klasifikasi Mycosphaerella coffeicola ialah berasal dari Kingdom Fungi, Filum
Ascomycota, Kelas Dothideomycetes, Subkelas Dothideomycetidae,
Ordo Capnodiales, Famili Mycosphaerellaceae, Genus Mycosphaerella dan
Spesies M. Coffeicola.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur C. coffeicola yang dapat muncul di
pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit

timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna
kuning. Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat
pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang
lembab dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora
yang terbawa angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.
Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang
lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai
ke biji sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian penyakit dengan sanitasi
kebun dan membuang bagian-bagian yang sakit, kemudian membenamkannya di
dalam tanah; mengurangi kelembaban kebun dengan pemangkasan, pengaturan
naungan dan membuat parit drainase; serta melakukan pemupukan dan hindari
penggunaan bibit yang telah terserang penyakit ini.
c. Jamur Upas (Corticium salmonicolor)
Klasfikasi Corticium salmonicolor ialah berasal dari Kingdom Fungi, Filum
Basidiomycota, Kelas Basidiomycetes, Subkelas Agaricomycetidae, Ordo
Polyporales, Famili Corteceae, Genus Cortecium, Spesies C. salmonicolor. Jamur
ini menyebar melalui tiupan angin atau percikan air. Keadaan lembab dan kurang
sinar matahari sangat membantu perkembangan penyakit ini.
Jamur C. salmonicolor dapat menyerang batang, cabang, ranting dan buah
kopi. Infeksi jamur ini pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang ataupun
ranting. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti
sutera, berbentuk sarang labalaba. Selanjutnya pada bagian tersebut terjadi
nekrosis kemudian membusuk sehingga warnanya menjadi coklat tua atau hitam.
Nekrosis pada buah bermula dari pangkal buah disekitar tangkai, kemudian
meluas keseluruh permukaan dan mencapai endosperma.
Pengendalianmya dapat dilakukan dengan memotong batang dan cabang
sakit sampai 10 cm di bawah pangkal dari bagian yang sakit. Kemudian Potongan
tersebut dikumpulkan dan dibakar. Selain itu, dapat pula dengan memetik buahbuah yang sakit, dikumpulkan dan dibakar atau dipendam. Pemangkasan pohon
pelindung juga dapat dilakukan untuk mengurangi kelembaban kebun sehingga
sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kopi.

d. Phellinus noxius (Jamur Akar)
Klasifikasi ilmiah dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Fungi

Phylum

: Basidiomycota

Class

: Basidiomycetes

Subclass

: Incertae sedis

Order

: Hymenochaetales

Family

: Hymenochaetaceae

Genus

: Phellinus

Species

: Phellinus noxius

Penyakit ini bisanya lebih suka menyerang pada tanaman yang masih
muda. Gejala awal yang muncul biasanya tanaman akan layu. Pada tanaman yang
sudah tua, gejala tampak pada bagian daun yang mengalami gejala mirip klorosis,
cabang-cabangnya mengecil, dan pada akhirnya tanaman akan mati.
Penyebaran patogen ini dapat terjadi melalui kontak antar akar tanaman.
selain itu spora jamur ini juga mudah disebarkan oleh angin. Spora fungi ini
mampu bertahan di dalam tanah hingga 60 tahun. Ketika menemukan inang yang
cocok baru spora tersebut akan tumbuh dan berkembang. Pada awal pertumbuhan
fungi, tampak miselium yang berwarna putih, namun seiring pertumbuhannya,
maka fungi yang sudah banyak akan berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.
Pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini adalah
sebagai berikut:
a) Melakukan sanitasi pada sisa-sisa tanaman yang sakit. Bagian tanaman yang
telah dikumpulkan kemudian dikomposkan secara terpisah dari lahan dengan
ketentuan waktu pengomposan minimal 16 minggu hingga suhu mencapai
75oC dan dibalik-balik secara teratur. Lapisan 18mm paling atas dari hasil
pengomposan dihilangkan sebelum produk digunakan.
b) Membuat pembatas akar (parit) di sekitar tanaman yang terserang oleh
penyakit ini.
c) Jangan menggunakan bagian tanaman yang sakit sebagai mulsa jika tanpa
dikomposkan terlebih dahulu.
e. Nematoda

Nematoda Pratylenchus coffea. Gejala kerusakan di atas tanah tidak
spesifik. Bibit yang terserang kerdil, kurus, daun kecil, menguning dan gugur.
Daun yang tertinggal biasanya hanya daun pucuk. Proses kematian tanaman oleh
serangan nematoda berlangsung perlahan-lahan. Pada bagian tanaman di bawah
tanah sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
serangan nematoda. Apabila menyerang akar serabut yang masih aktif menyerap
unsur hara, mengakibatkan akar membusuk dan tidak berfungsi. Tanaman mudah
digoyang dan dicabut. Serangan nematoda kadang-kadang diikuti oleh serangan
kutu putih akar (Planococcus sp). Pengendalia nematoda ini dapat dilakukan
dengan a). Melakukan rotasi tanaman dengan bukan tanaman inang yaitu koro
benguk (Mucuna sp), kakao lindak dan tebu, b). Menanam batang bawah dengan
yang tahan nematoda seperti kopi ekselsa dan beberapa klon kopi konuga, kopi
Robusta klon BP 961 dan BP 595, c). Penggunaan nematoda dazoment dan
methansodium dipembibitan serta oksamil, karbofuran, etoprofos dan kadusafos di
lapangan, serta d). Aplikasi bahan organik (pupuk kandang dan kulit kopi).
Penyakit karat daun merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman
kopi. Penyakit ini pada awalnya banyak menyerang tanaman kopi Arabika.
Tanaman kopi Arabika merupakan salah satu jenis tanaman kopi yang rentan
terhadap penyakit karat daun. Hal inilah yang kemudian mendasari penanaman
kopi Arabika dilakukan pada dataran tinggi. Prediksinya adalah pertumbuhan dan
penyebaran patogen penyakit karat daun pada dataran tinggi akan jauh lebih
sedikit jika dibandingkan dengan di dataran rendah. Maka, selanjutnya penanaman
kopi didataran rendah digantikan dengan kopi Robusta yang lebih tahan terhadap
penyakit karat daun.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh serangan organisme pengganggu tanaman terhadap produktivitas
kopi di Indonesia dapat menurunkan hasil produktivitas kopi hingga
setengahnya.
2. Hama utama tanaman kopi yaitu hama penggerek buah kopi (Hyphothenemus
hampeii).
3. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kopi adalah penyakit
karat daun (Hemilia vastatrix).
4. Upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman dalam budidaya
tanaman kopi sangat perlu dilakukan untuk menekan kegagalan dalam
produksi
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum di lapang, setiap kelompok didampingi
satu asisten dan satu kelompok satu tanaman kopi agar pengamatan pada
organisme pengganggu tanaman lebih efektif dan lebih paham.

DAFTAR PUSTAKA
Bote, A. D dan P. C. Struik. 2010. Effects of Shade on Growth, Production and
Quality of Coffee (Coffea arabica) in Ethiopia. Horticulture and Forestry,
3 (11) : 336-341.
Deepak, K., Hanumantha B. T. dan Sreenath H. L. 2012. Viability of Coffee Leaf
Rust (Hemileia vastatrix) Urediniospores Stored at Different Temperatures.
Biotechnol Biomate, 2 (5) : 1-3.
Departemen Pertanian Jakarta. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman
Kopi. Jakarta: Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal
Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian.
Ferry, Y. dan Rusli. 2014. Pengaruh Dosis Mikoriza dan Pemupukan NPK
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi Robusta di Bawah Tegakan
Kelapa Produktif. Litri, 20 (1): 27-34.
Hayati, R., A. Marliah dan F. Rosita. 2012. Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori
Bubuk Kopi Arabika. Floratek, 7 (1): 66-75.
Hindorf, H. dan C. O. Omondi. 2012. A Review Of Three Major Fungal Diseases
Of Coffea Arabica L. In The Rainforests Of Ethiopia And Progress In
Breeding For Resistance In Kenya. Advanced Research, 2 (1) : 109–120.
Infante, F. A., J. A. Perez dan F. E. Vega. 2014. The coffee berry borer: the
centenary of a biological invasion in Brazil . Braz. J. Biol, 74 (3) : S125S126.
Laila, M. S. I., N. Agus, dan A. P. Saranga. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian
Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi
(Hypothenemus Hampei). Fitomedika, 7 (3): 162 – 166.
Maharani, J. S., F.X. Susilo, I. G. Swibawa dan J. Prasetyo. 2013. Keterjadian
Penyakit Tersebab Jamur Pada Hama Penggerek Buah Kopi (Pbko) di
Pertanaman Kopi Agroforestri. Agrotek Tropika, 1 (1) : 86-91.
Mahfud, M. C. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun
Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi
Pertanian, 5 (1) : 44-57.
Maridelana, V. P., Y. Hariyati, E. B. Kuntadi. 2014. Fungsi Keuntungan Usahatani
Kopi Rakyat Di Desa Belantih Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.
Berkala Ilmiah Pertanian, 1(3): 47-52.

Rohmah, M. 2010. Aktifitas Antioksidan Campuran Kopi Robusta (Coffea
Cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii). Teknologi
Pertanian, 6 (2) : 50-54.
Samosir, F. A., M. U. Tarigan dan S. Oemry. 2013. Survei Faktor Kultur Teknis
Terhadap Perkembangan Populasi Hama Penggerek Buah Kopi
Hyphotenemus Hampei Ferr (Coleoptera:Scolytidae). di Kabupaten
Simalungun. Agroteknologi, 1 (4) : 1-14.
Suresh N. 1 , Santa Ram A. 2 dan Shivanna M. B. 2012. Coffee Leaf Rust (Clr)
And Disease Triangle: A Case Study. Food, Agriculture and Veterinary
Sciences, 2 (2) : 50-55.

v

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45