Tugas Perkembangan Ilmu Manajemen ilmu politik
Fransiska Friska I.C.
14010414120043
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
Perkembangan pada teori manajemen sangatlah pesat, sama seperti perkembangan
bidang studi lainnya. Manajemen adalah bidang studi yang tidak memiliki teori yang dapat
diterapkan pada semua situasi, masalah-masalah yang ada pada ilmu manajemen selalu
dinamis dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam perkembangannya terdapat 3
teori dan 2 pendekatan dalam manajemen. Adalah aliran klasik (terbagi menjadi manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusia (neoklasik), dan aliran
manajemen modern. Kemudian pendekatannya adalah pendekatan sistem dan pendekatan
kontingen (contingency approach). Kedua pendekatan ini digunakan untuk mengintegrasikan
teori-teori manajemen. Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19lah yang menyebabkan
peningkatan kebutuhan akan suatu pendekatan manajemen yang sistematis. Usaha-usaha
pengembangan teori-teori dan prinsip ilmu manajemenpun dilakukan oleh para teoritisi.
Berikut adalah tabel sejarah perkembangan teori manajemen;
Periode
1870 – 1930
Aliran Manajemen
Manajemen Ilmiah
Kontributor
Frederick W. Taylor
Frank dan Lillian Gilbert
Henry Gantt
Harington Emerson
Henri Fayol
James D. Moneey
1900 – 1940
Teori organisasi klasik
Mary Parker Follet
Herbert Simon
Chester I. Banard
Hawthorne Studies
1930 – 1940
1940 – Sekarang
Hubungan manusiawi
Manajemen modern
Elton Mayo
Fritz Roethlisberger
Hugo Munsterberg
Abraham Maslow Chris Argyris
Douglas McGregor
Edgar Schien
David McCleland
Robert Blake & Jane Mouton
Ernest Dale
Peter Drucker
Ahli-ahli operation research
(management science)
Perkembangan awal teori manajemen ditandai dengan munculnya manajemen ilmiah
oleh Robert Owen dan Charles Babbage. Robert Owen (1771 – 1858) adalah seorang manajer
beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Sedangkan Charles Babbage
(1792 – 1871) adalah seorang profesor Matematika dari Inggris. Robert Owen berperan
dalam pengembangan prosedur kerja yang memungkinkan peningkatan produktivitas kerja, ia
mengungkapkan bahwa dengan perbaikan kondisi karyawan maka akan meningkatkan
jumlah produksi seiring dengan peningkatan keuntungan. Owen juga mengungkapkan bahwa
investasi paling menguntungkan adalah pada karyawan atau “vital machines”. Sedang
Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja dengan spesialisasi. Babbage
juga menciptakan alat penghitung mekanis pertama yang disebut calculator, mengembangkan
program permainan bagi komputer, menganjurkan kerjasama karyawan dan pemilik usaha
yang menguntungkan serta merencanakan skema pembagian keuntungan.
Kemudian aliran manajemen ilmiah ditandai dengan kontribusi Frederick W. Taylor,
Frank dan Lillian Gilberth, Henry L. Gantt, dan Harrington Emerson.
Frederick W. Taylor (1856 – 1915) menuangkan gagasannya dalam tiga judul
makalah; Shop Management, The Principle of Science Management, dan Testimony Before
The Special House Comittee yang dirangkum dalam sebuah buku berjudul Scientific
Management. Dalam bukunya Frederick Winslow Taylor mengungkapkan 4 prinsip dasar
penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen untuk mencapai efesiensi, yaitu:
1. Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar pelaksanaan setiap
pekerjaan dapat ditentukan dengan metode paling baik
2. Seleksi ilmiah karyawan agar setiap karyawan diberi tanggung jawab sesuai
kemampuannya
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah kemampuan karyawan
4. Kerjasama yang baik manajemen dan tenaga kerja
Atas prinsip-prinsip di atas Taylor mengembangkan beberapa teknis antara lain studi
gerak dan waktu, pengawasan fungsional, sistem upah-per-potong dipfersensial, prinsip
pengecualian, kartu instruksi, pembelian dengan spesifikasi, dan standarisasi pekerjaan,
peralatan, serta tenaga kerja. Manfaat pengembangan ini dapat dilihat pada perkembangan
teknik riset operasi, simulasi, otomatisasi, dan sebagainya dalam pemecahan masalah
manajemen.
Frank dan Lillian Gilberth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972) adalah sepasang suami istri
yang merupakan pelopor pengembangan studi gerak dan waktu serta aspek manusia dalam
kerja sebagai faktor penting. Frank Bunker Gilberth menciptakan berbagai teknik manajemen
yang diilhami dari Taylor, ia sanagt terobsesi dengan efesiensi untuk menemuakn “cara
terbaik pengerjaan suatu tugas”. Sedangkan Lillian Gilberth mengemukakan gagasannya
mengenai faktor manusia dalam kerja dibukunya yang berjudul “The Physology of
Management” yang menurutnya tujuan akhir manajemen ilmiah adalah untuk membantu
karyawan mencapai potensi maksimalnya sebagai makhluk hidup.
Henry L. Gantt (1861 – 1919) juga mengungkapkan gagasannya seperti Taylor yaitu;
kerjasama menguntungkan antara manajemen dan tenaga kerja, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem intensif (bonus) untuk meningkatkan produktivitas, dan penggunaan instruksi kerja
yang terperinci. Gantt memberikan kontribusi terbesarnya dengan penggunaan metoda grafik,
dikenal sebagai “bagan Gantt” untuk perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi.
Harrington Emerson (1853 – 1931) melihat pemborosan dan ketidakefisienan sebagai
penyakit sistem industri. Ia mengungkapakan 12 prinsip efisiensi sebagai jawaban atas
permasalahan tersebut. 12 prinsip tersebut adalah; 1. Tujuan dirumuskan dengan jelas, 2.
Kegiatan yang dilakukan masuk akal, 3. Staf yang cakap, 4. Disiplin, 5. Balas jasa yang adil,
6. Laporan yang terpercaya, akurat, segera, dan terusmenerus (sistem informasi dan
akuntansi), 7. Perncanaan dan pengurutan kerja, 8. Adanya standar dan jadwal, 9. Standarisasi
kondisi, 10. Standarisasi operasi, 11. Instruksi prasktis tertulis, 12. Rencana insentif.
Teori manajemen ilmiah ini memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan
manajemen seperti kegiatan produksi menjadi lebih efisien, meningkatkan efektivitas
karyawan, dan mendorong manajer mencari cara terbaik pelaksanaan tugas. Manajemen
ilmiah tidak hanya mengembangakan pendekatan rasional tapi juga meletakkan dasar
profesionalisasi manajemen. Tetapi setelah “revolusi mental” oleh Taylor dipraktikan timbul
berbagai masalah seperti keterbatasan penerapan manajemen ilmiah karena produktivitas
tidak diikuti kenaiakn pendapat sebab perilaku manusia yang beraneka ragam. Pendekatan
rasional hanya memuaskan kebutuhan ekonomis dan fisik tidak memuaskan kebutuhan sosial.
Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja.
Setelah manajemen ilmiah muncullah teori organisasi klasik oleh Henri Fayol, James
D. Moneey, Mary Parker Follet, Herbert Simon, dan Chester I. Banard.
Henri Fayol (1841 – 1925) seorang industrialis Prancis mengungkapkan teori dan
teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks dalam
bukunya “Administration Industrielle et Generale”. Menurutnya manajemen memiliki 5
unsur atau yang disebut ‘fungsionalisme Fayol’, yaitu; perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. Ia membagi operasi perusahaan
manjadi 6 bagian yaitu; teknik (produksi), komersial (pembelian bahan baku dan penjualan
produk), keuangan (perolehan dan penggunaan modal), keamanan (perlindungan karyawan
dan kekayaan), akuntansi (pelaporan, pencatatan biaya, laba, dan hutang, pembuatan neraca,
serta pengumpulan data statistik), dan manajerial. Disamping itu Fayol mengemukakan 14
prinsip manajemen sebagai berikut:
1. Pembagian kerja (spesialisasi)
2. Wewenang (hak memberi perintah dan dipatuhi)
3. Disiplin (respek dan ketaatan pada oeran dan tujuan organisasi)
4. Kesatuan perintah (instruksi dari seorang atasan)
5. Kesatuan pengarahan (diarahkan oleh seorang manajer dengan rencana)
6. Kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum
7. Balas jasa (kompensasi adil bagi karyawan maupun pemilik)
8. Sentralisasi (keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi)
9. Garis wewenang (garis dan perintah yang jelas)
10. Order (posisi dan material harus tepat)
11. Keadilan (kesamaan perlakuan)
12. Stabilitas staf organisasi
13. Inisiatif (bawahan harus diberi kebebasan menjelaskan dan menyelesaikan
rencananya)
14. Esprit de Corps – Semangat Korps (“kesatuan adalah kekuatan”, rasa memiliki
dari anggota)
James d. Moneey adalah eksekutif General Motors yang mendefinisikan organisasi
sebagai sekelompok (dua atau lebih) orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Baginya
untuk merancang organisasi harus memiliki 4 kaidah yaitu koordinasi (meliputi wewenang,
saling melayani, doktrin, dan disiplin), prinsip skalar (proses skalar memiliki prinsip, prospek
dan pengaruh sendiri tercermin dari kepemimpinan, delegasi, dan definisi fungsional), prinsip
fungsional (adanya fungsionalisme masing-masing tugas), dan prinsip staf (kejelasan
perbedaan antara staf dan lini).
Mary Parker Follet (1868 – 1933) adalah ahli ilmu pengetahuan sosia pertama yang
menerapakn psikologi dalam perusahaan, industri, dan pemerintah. Ia menulis tentang
kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, serta koordinasi dan pemecahan konflik.
Follet menungkapkan bahwa konflik dapat dibuat konstruktif dengan proses integrasi dimana
orang-orang terlibat dalam mencari pemecahan konflik tersebut. Ia juga menguraikan pola
organisasi yang ideal dimana manajer berkoordinasi dengan komunikasi yang terkendali pada
karyawan.
Chaster I. Brnard (1886 -1961), presiden Bell Telephone di New Jersey, dalam
bukunya The Function of Executive memandang organisasi sebagai sistem yang diarahkan
pada tujuan. Fungsi utama manajemen adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ia menemukan teori penerimaan pada wewenang
dimana bawahan akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta
ingin menuruti atasan. Barnard adalah pelopor penggunaan ‘pendekatan sistem’ untuk
pengelolaan organisasi.
Kemudian muncullah ketidakpuasan terhadap teori klasik yang memunculkan teori
neoklasik atau aliran hubungan manusiawi oleh berbagai tokoh seperti Hawthorne Studies,
Elton Mayo, Fritz Roethlisberger, dan Hugo Munsterberg.
Hugo Munsterberg (1863 – 1916) adalah pencetus psikologi industri. Dalam bukunya
“Physocology and Industrial Efficiency” Hugo menguraikan penerapan peralatan psikologi
untuk meningkatakan produktivitas yang terdapat tiga cara yaitu; penemuan best possible
person, pancapaian best possible work, dan penggunaan best possible effect.
Elton Mayo (1880 – 1949) dan percobaan-percobaan Hawthorne. Mereka berpendapat
bahwa untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik maka manajer harus mengerti
mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan kaktor sosial serta psikologi
apa yang memotivasi mereka. Elton Mayo, asisten risetnya Fritz J. Roethlisberger, dan
William J. Dickson mengadakan studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi
kerja di pabrik Hawthorne milik Western Electric pada 1927 – 1932. Percobaan ini
mengarahkan Mayo pada dua kesimpulan, yang pertama yaitu perhatian khusus sangat
mempengaruhi usaha-usaha mereka, dikenal dengan Hawthorne Effect, yang kedua,
lingkungan kerja informal atau lingkungan sosial berpengaruh besar pada produktivitas.
Penekanan kebutuhan sosial pada aliran ini melengkapi teori klasik sebagai usaha
meningkatkan produktivitas. Namun, konsep teori neoklasik ini tidak memberikan gambaran
lengkap individu dalam tempatnya bekerja. Selain itu lingkungan sosial tempat bekerja hanay
salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas.
Setelah masa aliran neoklasik manajemen berkembang lagi dengan aliran manajemen
modern. Aliran ini berkembang menjadi 2, aliran perilaku organisasi dengan dasar teori
neoklasik, aliran kuantitatif dengan dasar manajemen ilmiah.
Aliran perilaku organisasi, pada aliran ini ada banyak tokoh yang mempengaruhinya,
seperti Abraham Maslow (adanya hiraraki kebutuhan dalam perilaku manusia dan dinamika
proses motivasi), Douglas McGregor (Teori X dan Y), Frederick Herzberg (teori motivasi
higienis atau teori dua faktor), Robert Blake & Jane Mouton (5 gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial), Rensist Liker (mengidentifikasi secara ekstensif 4 sistem manajemen),
Fred Fiedler (pendekatan contingency pada studi kepemimpinan), Chris Argyris (organisasi
sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya), dan Edgar Schein (meneliti
dinamika kelompok dalam organisasi). Dari pendapat ahli-ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa prinsip dasar perilaku organisasi adalah sebagai berikut:
1. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat
2. Manajemen haru sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan hati-hati
3. Organisasi sebagai keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk
pengawasan harus sesuai situasi
4. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap
tujuan organisasi sangat dibutuhkan
5. Unsur manusia adalah kunci penentu kesuksesan tujuan organisasi
6. Manajer harus diberi pelatihan dalam pemahaman prinsip dan konsep
manajemen
7. Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi
karyawan untuk memuaskan kebutuhan mereka
8. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan karyawan
9. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka
mencapai kepuasan siri dari pekerjaan tersebut
10. Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus atas dasar pengetian
positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap
pekerjaan
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim-tim riset operasi dalam
pemecahan masalah industri yang didasarkan kesuksesan tim riset Inggris pada perang dunia
ke II. Prosedur-prosedur riset tim riset operasi ini kemudian disebut aliran management
science. Langkah-langkah management science adalah sebagai berikut; perumusan masalah,
penyusunan model sistematis, penyelesaian model, pengujian dan hasil model, penetapan
pengawasan atas hasil, dan pelaksanaan hasil.
Seperti yang telah disebutkan diawal, terdapat dua pendekatan dalam perkembangan
teori manajemen ini. Yang pertama adalah pendekatan sistem, pendekaatn ini bermaksud
untuk memandang organisasi sebagai kestuan dan terdiri dari bagin-bagian yang saling
berhubungan. Pada pendekatan sistem, sistem dapat dipandang sebagai sitem umum dan
sistem khusus. Sistem umum yang mencakup konsep organisasi formal dan teknis, filosofis
dan sosiopsiklologis. Sistem spesifik mencakup bidang –bidang seperti struktur organisasi,
desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi, serta mekanisme perncanaan dan pengawasan.
Pendekatan sistem juga melihat sistem sebagai suatu sistem yang terbuka dan tertutup. Sistem
terbuka memungkinkan adanya pengaruh eksternal dalam peningkatan produktivitas. Sedang
sistem tertutup tidak memepertimbangkan faktor eksternal seperti yang terjadi pada teori
aliran klasik.
Yang kedua adalah pendekatan kontingensi, pendekatan ini dikembangkan oleh para
manajer, konsultan, dan peneliti yang mencoba menerapkan konsep berbagai aliran
manajemen dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan ini muncul karena tidak ada teknik,
konsep dan prinsip yang dapat diterapkan pada semua situasi dan sebagai tanggapan atas
ketidakpuasan terhadap anggapan universalitas serta kebutuhan untuk memasukkan berbagai
variabel lingkungan ke dalam teori dan praktek manajemen. Pendekatan ini menuntut
manajer untuk tahu teknik mana, pada situasi apa, pada keadaan seperti apa, dan pada waktu
kapan suatu konsep dapat diterapkan. Secara sederhana pendekatan kontingensi daoat
dipandang sebagai hubungan ‘bila-maka’ atau ‘if-then’. ‘Bila’ adalah variabel bebas dan
‘maka’ adalah variabel bergantung. Dalam manajemen lingkungan adalah variabel bebas dan
konsep serta teknik manajemen yang mengarahkan organisasi mencapai tujuannya adalah
variabel bergantung. Ada tiga bagian utama dalam kerangka konseptual pendekatan
kontingensi yaitu lingkungan, konsep dan teknik manajemen, serta hubungan kontingensi
keduanya.
Kemudian setelah ketiga aliran dan kedua pendekatan di atas ada lima kemungkinan
arah perkembangan teori manajemen di masa mendatang. Yang pertam dominant dimana
salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna. Yang kedua
divergence dimana setiap aliran berkembang sesuai jalurnya sendiri. Kemudian convergence
dimana aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan yang cenderung kabur. Lalu
sintesa dimana masing-masing aliran berintegrasi. Dan proliferation dimana ada banyak
kemungkinan aliran yang muncul seperti yang tampak pada artikel “The Management
Theory Jungle” Harold Koontz melihat ada 6 aliran utama teori manajemen kemudian
mengembangkannya lagi menjai sebels aliran. Waren Haynes dan Joseph L. Massie dalam
Mnagement Analysis membagi aliran teori manajemen menjadi 6; 1. Aliran akuntansi
manajerial, 2. Aliran ekonomi manajerial, 3. Aliran tesis organisasi, 4. Aliran hubungan
manusiawi dan perilaku manusia, 5. Aliran kuantitatif, dan 6. Aliran teknik industri. John G.
Hutchinson dalam Management Strategy and Tactics membagi menjadi; 1. Aliran operasional
dan proses manajemen, 2. Aliran empirik atau kasus, 3. Aliran perilaku manusia, 4. Aliran
sistem sosial, 5. Aliran teori keputusan, 6. Aliran matematik. Tetapi pendekatan-pendekatan
baru tersebut tampak belum menjadi aliran baru melainkan sebagai pembicaraan khusus dari
serangkaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2011. “Perkembangan Teori Manajemen”. Manajemen :edisi 2. Jogjakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
14010414120043
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
Perkembangan pada teori manajemen sangatlah pesat, sama seperti perkembangan
bidang studi lainnya. Manajemen adalah bidang studi yang tidak memiliki teori yang dapat
diterapkan pada semua situasi, masalah-masalah yang ada pada ilmu manajemen selalu
dinamis dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam perkembangannya terdapat 3
teori dan 2 pendekatan dalam manajemen. Adalah aliran klasik (terbagi menjadi manajemen
ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusia (neoklasik), dan aliran
manajemen modern. Kemudian pendekatannya adalah pendekatan sistem dan pendekatan
kontingen (contingency approach). Kedua pendekatan ini digunakan untuk mengintegrasikan
teori-teori manajemen. Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19lah yang menyebabkan
peningkatan kebutuhan akan suatu pendekatan manajemen yang sistematis. Usaha-usaha
pengembangan teori-teori dan prinsip ilmu manajemenpun dilakukan oleh para teoritisi.
Berikut adalah tabel sejarah perkembangan teori manajemen;
Periode
1870 – 1930
Aliran Manajemen
Manajemen Ilmiah
Kontributor
Frederick W. Taylor
Frank dan Lillian Gilbert
Henry Gantt
Harington Emerson
Henri Fayol
James D. Moneey
1900 – 1940
Teori organisasi klasik
Mary Parker Follet
Herbert Simon
Chester I. Banard
Hawthorne Studies
1930 – 1940
1940 – Sekarang
Hubungan manusiawi
Manajemen modern
Elton Mayo
Fritz Roethlisberger
Hugo Munsterberg
Abraham Maslow Chris Argyris
Douglas McGregor
Edgar Schien
David McCleland
Robert Blake & Jane Mouton
Ernest Dale
Peter Drucker
Ahli-ahli operation research
(management science)
Perkembangan awal teori manajemen ditandai dengan munculnya manajemen ilmiah
oleh Robert Owen dan Charles Babbage. Robert Owen (1771 – 1858) adalah seorang manajer
beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Sedangkan Charles Babbage
(1792 – 1871) adalah seorang profesor Matematika dari Inggris. Robert Owen berperan
dalam pengembangan prosedur kerja yang memungkinkan peningkatan produktivitas kerja, ia
mengungkapkan bahwa dengan perbaikan kondisi karyawan maka akan meningkatkan
jumlah produksi seiring dengan peningkatan keuntungan. Owen juga mengungkapkan bahwa
investasi paling menguntungkan adalah pada karyawan atau “vital machines”. Sedang
Babbage adalah penganjur pertama prinsip pembagian kerja dengan spesialisasi. Babbage
juga menciptakan alat penghitung mekanis pertama yang disebut calculator, mengembangkan
program permainan bagi komputer, menganjurkan kerjasama karyawan dan pemilik usaha
yang menguntungkan serta merencanakan skema pembagian keuntungan.
Kemudian aliran manajemen ilmiah ditandai dengan kontribusi Frederick W. Taylor,
Frank dan Lillian Gilberth, Henry L. Gantt, dan Harrington Emerson.
Frederick W. Taylor (1856 – 1915) menuangkan gagasannya dalam tiga judul
makalah; Shop Management, The Principle of Science Management, dan Testimony Before
The Special House Comittee yang dirangkum dalam sebuah buku berjudul Scientific
Management. Dalam bukunya Frederick Winslow Taylor mengungkapkan 4 prinsip dasar
penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen untuk mencapai efesiensi, yaitu:
1. Pengembangan metode ilmiah dalam manajemen agar pelaksanaan setiap
pekerjaan dapat ditentukan dengan metode paling baik
2. Seleksi ilmiah karyawan agar setiap karyawan diberi tanggung jawab sesuai
kemampuannya
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah kemampuan karyawan
4. Kerjasama yang baik manajemen dan tenaga kerja
Atas prinsip-prinsip di atas Taylor mengembangkan beberapa teknis antara lain studi
gerak dan waktu, pengawasan fungsional, sistem upah-per-potong dipfersensial, prinsip
pengecualian, kartu instruksi, pembelian dengan spesifikasi, dan standarisasi pekerjaan,
peralatan, serta tenaga kerja. Manfaat pengembangan ini dapat dilihat pada perkembangan
teknik riset operasi, simulasi, otomatisasi, dan sebagainya dalam pemecahan masalah
manajemen.
Frank dan Lillian Gilberth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972) adalah sepasang suami istri
yang merupakan pelopor pengembangan studi gerak dan waktu serta aspek manusia dalam
kerja sebagai faktor penting. Frank Bunker Gilberth menciptakan berbagai teknik manajemen
yang diilhami dari Taylor, ia sanagt terobsesi dengan efesiensi untuk menemuakn “cara
terbaik pengerjaan suatu tugas”. Sedangkan Lillian Gilberth mengemukakan gagasannya
mengenai faktor manusia dalam kerja dibukunya yang berjudul “The Physology of
Management” yang menurutnya tujuan akhir manajemen ilmiah adalah untuk membantu
karyawan mencapai potensi maksimalnya sebagai makhluk hidup.
Henry L. Gantt (1861 – 1919) juga mengungkapkan gagasannya seperti Taylor yaitu;
kerjasama menguntungkan antara manajemen dan tenaga kerja, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem intensif (bonus) untuk meningkatkan produktivitas, dan penggunaan instruksi kerja
yang terperinci. Gantt memberikan kontribusi terbesarnya dengan penggunaan metoda grafik,
dikenal sebagai “bagan Gantt” untuk perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi.
Harrington Emerson (1853 – 1931) melihat pemborosan dan ketidakefisienan sebagai
penyakit sistem industri. Ia mengungkapakan 12 prinsip efisiensi sebagai jawaban atas
permasalahan tersebut. 12 prinsip tersebut adalah; 1. Tujuan dirumuskan dengan jelas, 2.
Kegiatan yang dilakukan masuk akal, 3. Staf yang cakap, 4. Disiplin, 5. Balas jasa yang adil,
6. Laporan yang terpercaya, akurat, segera, dan terusmenerus (sistem informasi dan
akuntansi), 7. Perncanaan dan pengurutan kerja, 8. Adanya standar dan jadwal, 9. Standarisasi
kondisi, 10. Standarisasi operasi, 11. Instruksi prasktis tertulis, 12. Rencana insentif.
Teori manajemen ilmiah ini memberikan banyak kontribusi bagi perkembangan
manajemen seperti kegiatan produksi menjadi lebih efisien, meningkatkan efektivitas
karyawan, dan mendorong manajer mencari cara terbaik pelaksanaan tugas. Manajemen
ilmiah tidak hanya mengembangakan pendekatan rasional tapi juga meletakkan dasar
profesionalisasi manajemen. Tetapi setelah “revolusi mental” oleh Taylor dipraktikan timbul
berbagai masalah seperti keterbatasan penerapan manajemen ilmiah karena produktivitas
tidak diikuti kenaiakn pendapat sebab perilaku manusia yang beraneka ragam. Pendekatan
rasional hanya memuaskan kebutuhan ekonomis dan fisik tidak memuaskan kebutuhan sosial.
Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja.
Setelah manajemen ilmiah muncullah teori organisasi klasik oleh Henri Fayol, James
D. Moneey, Mary Parker Follet, Herbert Simon, dan Chester I. Banard.
Henri Fayol (1841 – 1925) seorang industrialis Prancis mengungkapkan teori dan
teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks dalam
bukunya “Administration Industrielle et Generale”. Menurutnya manajemen memiliki 5
unsur atau yang disebut ‘fungsionalisme Fayol’, yaitu; perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan. Ia membagi operasi perusahaan
manjadi 6 bagian yaitu; teknik (produksi), komersial (pembelian bahan baku dan penjualan
produk), keuangan (perolehan dan penggunaan modal), keamanan (perlindungan karyawan
dan kekayaan), akuntansi (pelaporan, pencatatan biaya, laba, dan hutang, pembuatan neraca,
serta pengumpulan data statistik), dan manajerial. Disamping itu Fayol mengemukakan 14
prinsip manajemen sebagai berikut:
1. Pembagian kerja (spesialisasi)
2. Wewenang (hak memberi perintah dan dipatuhi)
3. Disiplin (respek dan ketaatan pada oeran dan tujuan organisasi)
4. Kesatuan perintah (instruksi dari seorang atasan)
5. Kesatuan pengarahan (diarahkan oleh seorang manajer dengan rencana)
6. Kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum
7. Balas jasa (kompensasi adil bagi karyawan maupun pemilik)
8. Sentralisasi (keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi)
9. Garis wewenang (garis dan perintah yang jelas)
10. Order (posisi dan material harus tepat)
11. Keadilan (kesamaan perlakuan)
12. Stabilitas staf organisasi
13. Inisiatif (bawahan harus diberi kebebasan menjelaskan dan menyelesaikan
rencananya)
14. Esprit de Corps – Semangat Korps (“kesatuan adalah kekuatan”, rasa memiliki
dari anggota)
James d. Moneey adalah eksekutif General Motors yang mendefinisikan organisasi
sebagai sekelompok (dua atau lebih) orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Baginya
untuk merancang organisasi harus memiliki 4 kaidah yaitu koordinasi (meliputi wewenang,
saling melayani, doktrin, dan disiplin), prinsip skalar (proses skalar memiliki prinsip, prospek
dan pengaruh sendiri tercermin dari kepemimpinan, delegasi, dan definisi fungsional), prinsip
fungsional (adanya fungsionalisme masing-masing tugas), dan prinsip staf (kejelasan
perbedaan antara staf dan lini).
Mary Parker Follet (1868 – 1933) adalah ahli ilmu pengetahuan sosia pertama yang
menerapakn psikologi dalam perusahaan, industri, dan pemerintah. Ia menulis tentang
kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, serta koordinasi dan pemecahan konflik.
Follet menungkapkan bahwa konflik dapat dibuat konstruktif dengan proses integrasi dimana
orang-orang terlibat dalam mencari pemecahan konflik tersebut. Ia juga menguraikan pola
organisasi yang ideal dimana manajer berkoordinasi dengan komunikasi yang terkendali pada
karyawan.
Chaster I. Brnard (1886 -1961), presiden Bell Telephone di New Jersey, dalam
bukunya The Function of Executive memandang organisasi sebagai sistem yang diarahkan
pada tujuan. Fungsi utama manajemen adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ia menemukan teori penerimaan pada wewenang
dimana bawahan akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta
ingin menuruti atasan. Barnard adalah pelopor penggunaan ‘pendekatan sistem’ untuk
pengelolaan organisasi.
Kemudian muncullah ketidakpuasan terhadap teori klasik yang memunculkan teori
neoklasik atau aliran hubungan manusiawi oleh berbagai tokoh seperti Hawthorne Studies,
Elton Mayo, Fritz Roethlisberger, dan Hugo Munsterberg.
Hugo Munsterberg (1863 – 1916) adalah pencetus psikologi industri. Dalam bukunya
“Physocology and Industrial Efficiency” Hugo menguraikan penerapan peralatan psikologi
untuk meningkatakan produktivitas yang terdapat tiga cara yaitu; penemuan best possible
person, pancapaian best possible work, dan penggunaan best possible effect.
Elton Mayo (1880 – 1949) dan percobaan-percobaan Hawthorne. Mereka berpendapat
bahwa untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik maka manajer harus mengerti
mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan kaktor sosial serta psikologi
apa yang memotivasi mereka. Elton Mayo, asisten risetnya Fritz J. Roethlisberger, dan
William J. Dickson mengadakan studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi
kerja di pabrik Hawthorne milik Western Electric pada 1927 – 1932. Percobaan ini
mengarahkan Mayo pada dua kesimpulan, yang pertama yaitu perhatian khusus sangat
mempengaruhi usaha-usaha mereka, dikenal dengan Hawthorne Effect, yang kedua,
lingkungan kerja informal atau lingkungan sosial berpengaruh besar pada produktivitas.
Penekanan kebutuhan sosial pada aliran ini melengkapi teori klasik sebagai usaha
meningkatkan produktivitas. Namun, konsep teori neoklasik ini tidak memberikan gambaran
lengkap individu dalam tempatnya bekerja. Selain itu lingkungan sosial tempat bekerja hanay
salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas.
Setelah masa aliran neoklasik manajemen berkembang lagi dengan aliran manajemen
modern. Aliran ini berkembang menjadi 2, aliran perilaku organisasi dengan dasar teori
neoklasik, aliran kuantitatif dengan dasar manajemen ilmiah.
Aliran perilaku organisasi, pada aliran ini ada banyak tokoh yang mempengaruhinya,
seperti Abraham Maslow (adanya hiraraki kebutuhan dalam perilaku manusia dan dinamika
proses motivasi), Douglas McGregor (Teori X dan Y), Frederick Herzberg (teori motivasi
higienis atau teori dua faktor), Robert Blake & Jane Mouton (5 gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial), Rensist Liker (mengidentifikasi secara ekstensif 4 sistem manajemen),
Fred Fiedler (pendekatan contingency pada studi kepemimpinan), Chris Argyris (organisasi
sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya), dan Edgar Schein (meneliti
dinamika kelompok dalam organisasi). Dari pendapat ahli-ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa prinsip dasar perilaku organisasi adalah sebagai berikut:
1. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat
2. Manajemen haru sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan hati-hati
3. Organisasi sebagai keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk
pengawasan harus sesuai situasi
4. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap
tujuan organisasi sangat dibutuhkan
5. Unsur manusia adalah kunci penentu kesuksesan tujuan organisasi
6. Manajer harus diberi pelatihan dalam pemahaman prinsip dan konsep
manajemen
7. Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi
karyawan untuk memuaskan kebutuhan mereka
8. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan karyawan
9. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka
mencapai kepuasan siri dari pekerjaan tersebut
10. Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus atas dasar pengetian
positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap
pekerjaan
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim-tim riset operasi dalam
pemecahan masalah industri yang didasarkan kesuksesan tim riset Inggris pada perang dunia
ke II. Prosedur-prosedur riset tim riset operasi ini kemudian disebut aliran management
science. Langkah-langkah management science adalah sebagai berikut; perumusan masalah,
penyusunan model sistematis, penyelesaian model, pengujian dan hasil model, penetapan
pengawasan atas hasil, dan pelaksanaan hasil.
Seperti yang telah disebutkan diawal, terdapat dua pendekatan dalam perkembangan
teori manajemen ini. Yang pertama adalah pendekatan sistem, pendekaatn ini bermaksud
untuk memandang organisasi sebagai kestuan dan terdiri dari bagin-bagian yang saling
berhubungan. Pada pendekatan sistem, sistem dapat dipandang sebagai sitem umum dan
sistem khusus. Sistem umum yang mencakup konsep organisasi formal dan teknis, filosofis
dan sosiopsiklologis. Sistem spesifik mencakup bidang –bidang seperti struktur organisasi,
desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi, serta mekanisme perncanaan dan pengawasan.
Pendekatan sistem juga melihat sistem sebagai suatu sistem yang terbuka dan tertutup. Sistem
terbuka memungkinkan adanya pengaruh eksternal dalam peningkatan produktivitas. Sedang
sistem tertutup tidak memepertimbangkan faktor eksternal seperti yang terjadi pada teori
aliran klasik.
Yang kedua adalah pendekatan kontingensi, pendekatan ini dikembangkan oleh para
manajer, konsultan, dan peneliti yang mencoba menerapkan konsep berbagai aliran
manajemen dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan ini muncul karena tidak ada teknik,
konsep dan prinsip yang dapat diterapkan pada semua situasi dan sebagai tanggapan atas
ketidakpuasan terhadap anggapan universalitas serta kebutuhan untuk memasukkan berbagai
variabel lingkungan ke dalam teori dan praktek manajemen. Pendekatan ini menuntut
manajer untuk tahu teknik mana, pada situasi apa, pada keadaan seperti apa, dan pada waktu
kapan suatu konsep dapat diterapkan. Secara sederhana pendekatan kontingensi daoat
dipandang sebagai hubungan ‘bila-maka’ atau ‘if-then’. ‘Bila’ adalah variabel bebas dan
‘maka’ adalah variabel bergantung. Dalam manajemen lingkungan adalah variabel bebas dan
konsep serta teknik manajemen yang mengarahkan organisasi mencapai tujuannya adalah
variabel bergantung. Ada tiga bagian utama dalam kerangka konseptual pendekatan
kontingensi yaitu lingkungan, konsep dan teknik manajemen, serta hubungan kontingensi
keduanya.
Kemudian setelah ketiga aliran dan kedua pendekatan di atas ada lima kemungkinan
arah perkembangan teori manajemen di masa mendatang. Yang pertam dominant dimana
salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna. Yang kedua
divergence dimana setiap aliran berkembang sesuai jalurnya sendiri. Kemudian convergence
dimana aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan yang cenderung kabur. Lalu
sintesa dimana masing-masing aliran berintegrasi. Dan proliferation dimana ada banyak
kemungkinan aliran yang muncul seperti yang tampak pada artikel “The Management
Theory Jungle” Harold Koontz melihat ada 6 aliran utama teori manajemen kemudian
mengembangkannya lagi menjai sebels aliran. Waren Haynes dan Joseph L. Massie dalam
Mnagement Analysis membagi aliran teori manajemen menjadi 6; 1. Aliran akuntansi
manajerial, 2. Aliran ekonomi manajerial, 3. Aliran tesis organisasi, 4. Aliran hubungan
manusiawi dan perilaku manusia, 5. Aliran kuantitatif, dan 6. Aliran teknik industri. John G.
Hutchinson dalam Management Strategy and Tactics membagi menjadi; 1. Aliran operasional
dan proses manajemen, 2. Aliran empirik atau kasus, 3. Aliran perilaku manusia, 4. Aliran
sistem sosial, 5. Aliran teori keputusan, 6. Aliran matematik. Tetapi pendekatan-pendekatan
baru tersebut tampak belum menjadi aliran baru melainkan sebagai pembicaraan khusus dari
serangkaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 2011. “Perkembangan Teori Manajemen”. Manajemen :edisi 2. Jogjakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.