MAKALAH SISTEM EMISI GAS BUANG SEPEDA MO

MAKALAH SISTEM EMISI GAS BUANG
SEPEDA MOTOR EMISI GAS BUANG
YANG DIHASILKAN KENDARAAN
BERMOTOR ABSTRAK
Oleh Jack Diterbitkan October 18, 2016
Judul: MAKALAH SISTEM EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR EMISI GAS
BUANG YANG DIHASILKAN KENDARAAN BERMOTOR ABSTRAK
Penulis: Ri Ki
MAKALAH SISTEM EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR
EMISI GAS BUANG YANG DIHASILKAN KENDARAAN BERMOTOR
ABSTRAK
Penggunaan kendaraan bermotor semakin bertambah dengan pesat, begitu pula emisi gas buang
yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar emisi gas buang dari
kendaraan bermotor. Salah satu inovasi yang dapat diambil adalah penambahan zat aditif dengan
premium. Untuk melihat pengaruh campuran premium dengan variasi penambahan zat aditif
terhadap emisi gas buang yang dihasilkan dilakukan pengujian empat jenis bahan bakar yaitu
premium tanpa zat aditif, campuran premium dengan zat aditif 5 ml, 7 ml dan 9 ml.
Pengujian dilakukan pada motor Yamaha Vega. Hasil pengujian menunjukan bahwa penambahan
zat aditif menurunkan kadar emisi gas buang CO sebesar 1.402 %, kadar HC sebesar 32.8 ppm,
dan mengalami peningkatan kadar CO2 sebesar 0.333 %, kadar O2 sebesar 1.407 % dari
kadar rata – rata emisi gas buang yang menggunakan premium tanpa zat aditif, menggunakan

campuran premium dengan zat aditif 5 ml,7 ml dan 9 ml. Disini diperoleh penurunan dan
peningkatan kadar emisi gas buang yang paling baik pada penggunaan campuran premium
dengan zat aditif 9 ml untuk penurunan kadar CO, HC dan peningkatan kadar O2, serta
peningkatan kadar CO2 pada penggunaan campuran premium dengan zat aditif 7 ml.
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan. Beberapa
hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan, termasuk
resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap
tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara
kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru lagi.
Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini
menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga

meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.Di kota-kota besar,
kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%.
Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah,

kebakaran hutan, dll. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan
bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi
bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta
orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya,
para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut
berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan. 1.
Tujuan
1 Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup
di bumi.
2. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian diatas maka dalam karya ilmiah ini akan diangkat
permasalahan:
1. Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang?
2. LANDASAN PUSTAKA
1. Klasifikasi emisi gas buang
Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya mencemari udara di langit
Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota metropolis ini. Makanya, Pemda DKI lantas

mengumumkan Program Langit Biru. Suatu kerangka kerja berisi ajakan kepada pengguna
kendaraan bermesin untuk secara rutin memeriksakan tingkat emisi gas buang dari kendaraannya
dan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan alias berkadar timbal rendah. Sebegitu
runyamkah urusan gas buang ini sampai-sampai harus dibuat regulasi baru? Jawabnya tentu saja
ya. Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi kimia atmosfir secara
signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di bumi. Seperti diketahui, emisi gas
buang dari cerobong asap kapal mesin mengandung CO2, NOx, SOx, CO, hidrokarbon dan
partikel-partikel berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi
kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi. Perubahan ini
menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan temperatur udara
meningkat. NOx, CO dan hidro karbon dari cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi
terhadap rusaknya lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan
kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi. Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2
dari Global Ozone Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument
Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric Cartography (SCIAMACHY)
yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut Merah dan Samudra Hindia dengan jelas
menunjukkan hal ini.
2. Penyebab emisi gas buang
Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%. Tidak semua
gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik pada

tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini
terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan
tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
Walaupun

emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum terdapat alat untuk mengakumulasi
emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan
yang terdapat di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik
di tepi jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari CO2.
Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.Pemanasan global
merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh permukaan bumi yang
disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek
Rumah Kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan
bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2
(karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen dioksida), PFCS (perfluorokarbon), HFCS
(hidrofluorokarbon), dan SF6(sulfurheksafluorida). Hubungan Perubahan Iklim, Efek Rumah
Kaca, dan Pemanasan Global adalah Efek Rumah Kaca menyebabkan terjadinya Pemanasan
Global yang dapat menyebabkan Perubahan Iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah
hubungan sebab-akibat.Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi hal terhangat
yang paling banyak dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bahkan telah dilakukan konferensi rutin

tentang perubahan iklim yang diikuti oleh negara-negara di seluruh dunia. Di dalam konferensi
tersebut membahas mengenai penyebab dan cara untuk mengatasi maupun mengurangi
perubahan iklimyang terjadi di bumi kita ini.
3. Dampak emisi gas buang
Sistem transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam mendukung dinamika
kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu meningkat dari waktu ke waktu. Hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi memberikan
kontribusi 2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi kepadatan
lalu lintas akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang diberikan. Penyebaran emisi
ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m
untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007).Terjadinya kemacetan lalu
lintas akan memperbesar emisi gas karbonmonoksida (CO) karena terjadi pembakaran yang tidak
sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan tersebut
yang memberikan beban kepada masyarakat di sekitar jalan, baik pemukim, pengasong, polisi
lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan, karena mereka menghirup karbonmonoksida (CO)
setiap harinya. Gangguan sesak napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan
tingkat kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap tubuh
manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah mereka yang memiliki aktivitas
tinggi di sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar jalan, dan sopir).
Kelompok masyarakat tersebut memiliki kerentanan tinggi dari paparan gas karbon monoksida

(CO).4. Solusi emisi gas buang
Pelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian utama negara-negara di dunia saat ini. Isu
lingkungan hidup dan pemanasan global memang menjadi fokus perhatian di banyak negara.
Pasalnya emisi gas buang kendaraan bermotor menghasilkan beberapa jenis zat yang berbahaya
bagi kesehatan manusia, seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx) dan oksida
nitrogen (Nox). Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang kendaraan pun diluncurkan
guna menciptakan dunia yang sehat. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia telah
mengeluarkan beberapa regulasi dalam hal ini keputusan menteri yang berkaitan tentang baku
mutu emisi di tanah air. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
KEP-35/MENLH/10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor,
kandungan CO pada mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC

(hidrokarbon) Pada prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai
sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran yang sempurna, CO2 harus
tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran mesin bensin.
Pada mesin mobil generasi lama, pencampuran bahan bakar dengan udara diproses oleh
karburator. Kelemahan mesin kendaraan karburator, akurasi campuran (bahan bakar dan udara)
umumnya rendah karena kondisi permukaan bahan bakar dalam float chamber carburator
mempengaruhi rasio campurannya. Sementara pada mesin kendaraan modern sudah
menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan manajemen EFI (electronic fuel injection) atau

ECI-Multi (multi-point fuel injection). ECI-Multi atau EFI bekerja secara computerized dalam
mengatur campuran bahan bakar dengan udara atas informasi dari beberapa sensor, mengatur
saat pembakaran (ignition timing) dan tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit).
Kendaraan yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas buang dengan
perangkat EGR (exhaust gas recyrculating). Selain penemuan terbaru pada sistem pembakaran,
saat ini pula dikembangkan sarana transportasi mobil hibrida yang hemat energi. Lahirnya
konsep mobil hibrida bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak
(BBM) yang menghasilkan gas CO2. Gas buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor
memberikan kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil. Kondisi ini
memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida ini sangat
diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi CO2 ke lingkungan. Teknologi hibrida ini
sebagaimana namanya, adalah sebuah teknologi yang mencangkok atau menggabungkan dua
sumber energi mobil dari BBM dan listrik yang dihasilkan dari motor elektrik. Selain itu tidak
menutup kemungkinan teknologi ini adalah gabungan penggunaan energi baterei dan energi dari
motor elektrik atau antara energi lainnya. Kombinasi sumber energi untuk teknologi hibrida akan
mewarnai teknologi eco-car di masa datang.
3. DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar Sumber Keterangan
Karbon monoksida (CO) Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri Standar

kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
Sulfur dioksida (S02) Panas dan fasilitas pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80 ug/m3
(0.03 ppm)
Partikulat Matter Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses industri Standar kesehatan: 50
ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3
Nitrogen dioksida (N02) Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas Standar kesehatan:
100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam
Ozon (03) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam
Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat bahwa adanya
penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk dihirup dari tahun ke tahun
sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117
hari dalam satu tahun) dan di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun).
Hal ini menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan
emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya penemuanpenemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di

masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.4.
PEMBAHASAN / ANALISIS
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif,
baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%
timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan
hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor
industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta
konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.Asap kendaraan merupakan sumber utama
bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran
udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar
solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara
dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran
yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang
menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO.
Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat
janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi
penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida
dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

Setiap kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan cara pengoperasian
mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi lebih besar dibandingkan
dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi pembakaran bahan bakar fosil secara sempurna
pada proses kendaraan bermotor.
Pada saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbon teroksidasi,
sehingga masih menyisakan hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida (CO) dengan proporsi
lebih besar.Pada kasus mobil Esemka, tingginya emisi gas hidrokarbon (HC) dan
karbonmonoksida (CO) kemungkinan disebabkan sistem pada mesin belum mampu melakukan
pembakaran secara sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC melebihi baku mutu.
Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak lebih dominan dibandingkan dengan hidrokarbon
(HC) maupun NOx.Pengaruh
Tingginya karbon monoksida dari hasil uji emisi mobil Esemka, lebih memberikan
dampak membahayakan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC). Hidrokarbon (HC) yang
merupakan bahan bakar utama kendaraan bermotor tidak semua teroksidasi secara sempurna.
Indikasi tingginya HC pada emisi mobil Esemka menunjukkan bahwa mesin belum memiliki
kemampuan optimal dalam mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan emisi.Di
antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang dapat
menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon monoksida dan timbal.
Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap kehidupan manusia dan bentuk kehidupan
lainnya sangat berbeda-beda, dari pengaruh yang berat (mematikan) sampai pengaruh yang

ringan (menimbulkan perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udara mempunyai
kecenderungan untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit kanker paru-paru,
emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa.Gas CO tidak berbau, tidak

berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat dirasakan secara kasat mata. Justru sifat ini yang sangat
berbahaya karena manusia yang terpapar tidak merasakan, akan tetapi akan terkena dampak
secara mematikan. Senyawa CO sangat mudah berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila
dibandingkan dengan daya ikat oksigen dengan Hb, maka daya ikat CO adalah240 kali daya ikat
oksigen.
Fungsi oksigen untuk jaringan tubuh adalah untuk pelengkap proses pembakaran yang
menghasilkan tenaga. Menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh menyebabnya turunnya tenaga yang dihasilkan oleh metabolisme sel-sel
(pertukaran zatantar sel).Karena tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman
gas CO. keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam darah
tergantikan kendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80 ppm, maka ancaman
kematian akan besar. Mari renungkan bersama.5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan
masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi udara khususnya akibat kendaraan
bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut :1. Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang pengendalian pencemaran
udara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan gas buang (uji emisi) kendaraan
bermotor baik untuk roda dua maupun roda empat (pribadi maupun dinas) dan mensosialisasikan
pentingnya perawatan kendaraan bermotor.
2. Pemerintah sebaiknya menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang pernah
dilaksanakan di Jakarta dimana seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali hanya diperbolehkan
menggunakan sepeda.
3. Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi kendaraan bermotor
dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan umum.
4. Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan bakar alternatif yang
lebih ramah lingkungan seperti CNG (Compressed Natural Gas), LPG, dan minyak nabati