T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Swakelola DAK Pendidikan (Perpustakaan) SDN Bandarjo ecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2013 T2 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu
standar pendidikan sebagaimana diatur dalam PP 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP).

Standar

mengatur

pembiayaan

komponen

dan

adalah

besarnya


standar
biaya

yang

operasi

satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun
Menurut Supriadi (2004: 3) biaya pendidikan
adalah:
Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki
cakupan luas, yakni semua jenis pengeluaran
yang
berkenaan
dengan
penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun
barang dan tenaga (yang dapat dihargakan
dengan uang).


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 48 Pasal 3 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan disebutkan:
bahwa biaya pendidikan meliputi: (1) biaya satuan
pendidikan, (2) biaya penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan, (3) biaya pribadi peserta
didik. Biaya satuan pendidikan seperti yang
dijelaskan pada pasal 3 meliputi biaya investasi yang
terdiri dari biaya investasi lahan dan non lahan
pendidikan, biaya operasi yang terdiri atas biaya
personalia dan non personalia, bantuan biaya
pendidikan, dan beasiswa. Biaya penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan terdiri dari biaya
investasi dan operasi. Sedangkan biaya personalia
meliputi biaya personalia satuan pendidikan dan
biaya
personalia
penyelenggaraan
dan/atau


14

pengelolaan pendidikan. Biaya personalia satuan
pendidikan, yang terdiri atas: (1) gaji pokok bagi
pegawai pada satuan pendidikan; (2) tunjangan yang
melekat pada gaji pegawai pada satuan pendidikan;
(3) tunjangan struktural bagi pejabat struktural
pada satuan pendidikan; (4) tunjangan fungsional
bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen; (5)
tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan
fungsional bagi guru dan dosen; (6) tunjangan
profesi bagi guru dan dosen; (7) tunjangan khusus
bagi guru dan dosen; (8) maslahat tambahan bagi
guru dan dosen; (9) tunjangan kehormatan bagi
dosen yang memiliki jabatan profesor atau guru
besar.
Sendangkan
biaya
personalia

penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,
yang terdiri atas: (1) gaji pokok; (2) tunjangan yang
melekat pada gaji; (3) tunjangan struktural bagi
pejabat struktural; dan (4) tunjangan fungsional bagi
pejabat fungsional,

Dalam
pendidikan,

teori

maupun

dikenal

praktik

beberapa

pembiayaan


kategori

biaya

pendidikan. “Pertama biaya langsung (direct cost) dan
biaya tidak langsung (indirect cost)” Supriadi, (2004: 4).
Biaya langsung adalah segala bentuk pengeluaran yang
secara langsung menunjang dalam penyelenggaraan
pendidikan. Fattah (2002: 23) menyebutkan:
bahwa biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang
dikeluarkan
untuk
keperluan
pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan belajar mengajar siswa,
berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar,
biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan
oleh pemerintah, orang tua, maupun siswa sendiri.
Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran

yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan akan tetapi memungkinkan proses
pendidikan tersebut terjadi di Sekolah. Atau bisa
berupa keuntungan yang hilang (earning forgone)
dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa
selama belajar.

Kategori yang kedua menurut Supriadi
(2004: 4) adalah

15

biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social
cost). Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga
untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran
rumah tangga (household expenditure). Biaya sosial
adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk pendidikan, baik melalui Sekolah maupun
melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah yang

kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan.
Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah pada
dasarnya termasuk biaya sosial.

Ketiga, biaya dalam bentuk uang (monetary cost)
dan

bukan

uang

(nonmonetary

cost).

“Dalam

pengelolaan biaya pendidikan ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu penyusunan anggaran (budgeting),
pembukuan

Sukirman,

(accounting),
dkk,

pemeriksaan

(2008:31).

Fattah

(acounting)”
(2002:

47)

memaparkan lebih lanjut:
anggaran atau budget sebagai rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga
dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian
penyusunan anggaran dapat diartikan sebagai
perundingan atau kesepakatan dalam menentukan
besarnya alokasi biaya dalam suatu lembaga.

Anggaran sendiri terdiri dari dua sisi, penerimaan
dan pengeluaran. Sisi penerimaan berisi besarnya dana
yang diterima dari setiap sumber dana, sedangkan sisi
pengeluaran berisi alokasi besarnya biaya pendidikan
yang harus dibiayai. Menurut Fattah (2002: 49) “dilihat
dari perkembangannya, anggaran mempunyai manfaat
yang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis yakni
sebagai

alat

penaksir,

sebagai


alat

otorisasi

pengeluaran, dan sebagai alat efisiensi”.
Selain

berfungsi

sebagai

alat

pengendalian,

anggaran juga berfungsi sebagai alat perencanaan.

16


Fattah (2002: 49) menyatakan bahwa:
anggaran juga harus disusun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:. a.Adanya
pembagian wewenang dan tanggung jawab
yang jelas dalam sistem manajemen dan
organisasi. b.Adanya sistem akuntansi yang
memadai dalam melaksanakan anggaran.
c.Adanya penelitian dan analisis untuk
menilai
kinerja
organisasi.
d.Adanya
dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat
atas sampai yang paling bawah.

Lebih lanjut Fattah (2002: 50) mengatakan bahwa
“persoalan penting dalam penyusunan anggaran adalah
bagaimana

memanfaatkan

dana

secara

efisien,

mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala
prioritas”.

Adapun

anggaran

prosedur

memerlukan

dalam

penyusunan

tahapan-tahapan

yang

sistematik. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi

kegiatan-kegiatan

yang

akan

dilakukan selama periode anggaran.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan
dalam uang, jasa, dan barang.
c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang,
sebab

pada

dasarnya

anggaran

merupakan

pernyataan finansial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format
yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi
tertentu.
e. Menyusun

usulan

anggaran

untuk

persetujuan dari pihak yang berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran.
g. Persetujuan revisi usulan anggaran.
h. Pengesahan anggaran.

memperoleh

17

Pembiayaan
pengadaan,

memiliki

terutama

multi

yang

fungsi

berkaitan

yaitu
dengan

infrastruktur yang diperlukan termasuk prasarana
pendidikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
fungsi rehabilitasi pengembangan dalam arti luas
termasuk

pengembangan

keilmuan,

pengembangan

mutu, pengembangan berbagai aspek srategik yang
mendorong

pendidikan

agar

selalu

memiliki

kemampuan untuk merespons terhadap dinamika yang
terjadi di masyarakat (Gaffar 2008:3)
Berdasarkan

uraian

tersebut,

dapat

disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan meliputi
biaya

penyediaan

pengembangan

sarana

sumberdaya

dan

manusia,

prasarana,
modal

kerja

tetap, biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta

didik

untuk

bisa

mengikuti

proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan, Gaji
pendidik

dan

tunjangan

yang

tenaga

kependidikan

melekat

pada

gaji,

serta

segala

bahan

atau

peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi
pendidikan

tak

langsung

berupa

daya,

air,

jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi.

2.1.1 Sumber dan Pendanaan Pendidikan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 51 ayat (1)
disebutkan bahwa pendanaan pendidikan bersumber
dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Selanjutnya pada ayat (4) disebutkan bahwa dana

18

pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah dapat bersumber dari: (a) anggaran
Pemerintah,

(b)

bantuan

pemerintah

daerah,

(c)

pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya
yang

dilaksanakan

sesuai

peraturan

perundang-

undangan, (d) bantuan dari pemangku kepentingan
satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang
tua/walinya, (e) bantuan dari pihak asing yang tidak
mengikat, dan/atau (f) sumber lain yang sah.
Dilihat

dari

menyebutkan
digolongkan

sumbernya,

bahwa
menjadi

biaya
4

(empat)

Harsono

(2007:9)

pendidikan
jenis

yaitu

dapat
biaya

pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah, biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat orang tua/wali
siswa, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat bukan
orang tua/wali siswa seperti sponsor dari lembaga
keuangan

atau

perusahaan,

dan

biaya

yang

dikeluarkan oleh lembaga pendidikan.
Berbeda dengan pendapat Harsono, Supriadi
(2010:5)

menggolongkan

bahwa

biaya

pendidikan

berasal dari: (1) pendapatan dari sektor pajak (yang
beragam jenisnya), (2) pendapatan dari sektor nonpajak, misalnya dari pemanfaatan sumber daya alam
dan produksi nasional lainnya yang lazim dikategorikan
ke dalam gas dan non-migas, (3) keuntungan dari
eksport barang dan jasa, (4) usaha-usaha negara
lainnya,

termsuk

dari

investasi

saham

pada

perusahaan negara (BUMN), serta (5) bantuan dalam
bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan)

19

baik dari lembaga-lembaga keuangan internasional
(seperti Bank Dunia, ADB, IMF, IDB, JICA) maupun
pemerintah,

baik

melalui

kerja

sama

multilateral

maupun bilateral. Alokasi dana untuk setiap sektor
pembangunan,

termasuk

pendidikan,

dituangkan

dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) setiap tahun.
Pada

kesempatan

lain,

Ghozali

(2012:8)

menyatakan bahwa:
untuk pendidikan bukan program wajib belajar
(pendidikan
menengah
dan
tinggi)
yang
diselengarakan oleh pemerintah pusat, biaya
investasi lahan serta gaji dan tunjangantunjangan pendidik dan tenaga kependidikan
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
sedangkan biaya investasi bukan lahan dan biaya
operasi nonpersonalia merupakan tanggungjawab
bersama
antara
pemerintah
pusat
dan
masyarakat, khususnya orang tua/wali peserta
didik.

Pemerintah daerah, pemangku kepentingan, dan
pihak asing dapat membantu mendanai biaya-biaya
investasi lahan, investasi bukan lahan, dan operasi
nonpersonalia.

Biaya

pribadi

pendidikan

menjadi

tanggung jawab orang tua/wali peserta didik, namun
bagi peserta didik yang orang tuanya tidak mampu
dapat memperoleh bantuan dari pemerintah pusat.
Bantuan biaya pribadi tersebut dalam bentuk biaya
siswa.

Untuk

pendidikan

tinggi

dikenal

dengan

beasiswa bidik misi, beasiswa peningkatan prestasi
akademik, dan beasiswa bantuan belajar mahasiswa.
Sumber biaya pendidikan bagi perguruan tinggi
negeri di Indonesia khususnya yang berbentuk badan
layanan umum (BLU), menurut Undang-Undang No. 23

20

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, pada Pasal 14 disebutkan bahwa
pendapatan BLU berasal dari (1) Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), (2) pendapatan yang
diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat, (3) hibah tidak terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain, (4) hibah terikat yang
diperoleh dari masyarakat atau badan lain. APBN yang
dimaksud dalam bentuk rupiah murni, dan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP). PNBP ini bersumber dari
mahasiswa (orang tua) dalam bentuk sumbangan
pembinaan pendidikan dan biaya pendidikan lainnya,
termasuk hasil yang diperoleh dari jasa layanan yang
diberikan kepada masyarakat. Terkait dengan sumber
biaya pendidikan tinggi Garms (1978:415) menyatakan
bahwa ”Institutions of higher learning get significant
amounts of moneyfrom tuition, state grant, federal aid,
philanthropy, research contracts, endowmentincome, and
sales of service ”. Artinya institusi atau lembaga
penyelenggara pendidikan tinggi memperoleh sejumlah
uang yang memadai berasal dari biaya sumbangan
pendidikan, hibah dari negara, bantuan pemerintah
federal, para dermawan, kontrak-kontrak penelitian,
penerimaan

dari

sumbangan,

dan

penjualan

jasa

pelayanan.

2.1.2 Swakelola
“Swakelola adalah perencanaan pekerjaan yang
direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri” (Keppres
No. 80 Th. 2003). Perubahan Tata Cara Pengadaan

21

Barang dan Jasa Pemerintah sesuai Perpres No 54
Tahun 2010 mengatur tata cara pengadaan barang dan
jasa, yakni:
(1) Pelelangan Umum, paling umum dilakukan
untuk dalam proyek pengadaan barang dan
jasa pemerintah;
(2) Pelelangan Sederhana, dilakukan jika proyek
yang ada bernilai paling tinggi 200 juta dan
tidak bersifat kompleks.;
(3) Pengadaan Langsung, dilakukan jika proyek
yang ada berupa pengadaan barang/jasa
operasional yang beresiko kecil, berteknologi
sederhana dan bernilai maksimal 100 juta;
(4) Penunjukkan Langsung; dan
(5) Kontes/Sayembara. Kontes dilakukan dengan
memperlombakan
gagasan,
kreativitas
maupun
inovasi
tertentu
yang
telah
ditentukan
harga/biaya
satuannya.,
sedangkan Sayembara dilakukan untuk
kriteria yang belum ditentukan harga/nilai
satuannya di pasaran. Biasanya kontes
diaplikasikan untuk pengadaan barang, dan
sayembara untuk pengadaan jasa.

Selain

memilih

penyedia

jasa

dari

luar,

pengadaan barang dan jasa pemerintah juga bisa
dilakukan secara mandiri oleh instansi tersebut. Hal ini
memang telah dijelaskan di dalam peraturan yang
berlaku.

Swakelola

pengadaan

barang

dan

jasa

pemerintah, berbeda dengan menggunakan penyedia
barang/jasa diluar institusi, swakelola mengandalkan
sumber daya yang ada didalam instansi tersebut untuk
merencanakan,

mengorganisasi,

mengerjakan

dan

mengawasi secara mandiri proses pengadaan barang
dan jasa.
Pasal 1 ayat 20 Peraturan Presiden nomor 54
tahun 2010 (Perpres 54/2010) sebagaimana telah
diubah melalui Perpres 70/2012 menyebutkan bahwa

22

Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya

direncanakan,

dikerjakan

dan/atau

diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung
jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau
kelompok masyarakat.
Pasal

1

Pemerintah

ayat

yang

Pengadaan

1

Pengadaan

selanjutnya

Barang/Jasa

memperoleh

adalah

Barang/Jasa

Lembaga/Satuan

Kerja

Barang/Jasa

disebut

dengan

kegiatan

oleh

untuk

Kementerian/

Perangkat

Daerah/Institusi

yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai

diselesaikannya

seluruh

kegiatan

untuk

memperoleh Barang/Jasa.
Kalau digabungkan pasal 1 ayat 20 dengan pasal
1 ayat 1 akan berbunyi bahwa Swakelola adalah
kegiatan memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/
Lembaga/Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah/Institusi

yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai

diselesaikannya

memperoleh

seluruh

Barang/Jasa

kegiatan

dimana

untuk

pekerjaannya

direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri
oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran,
instansi

pemerintah

lain

dan/atau

kelompok

masyarakat.
Jadi
melaksanakan

swakelola

tidak

hanya

pengadaan

barang/jasa

sekedar
tapi

juga

tentang merencanakan dan mengawasinya. Swakelola
dibentuk dari kata dasar Swa dalam bahasa sansekerta
berarti sendiri. Mengutip definisi dari pasal 1 ayat 20
maka sendiri ini merujuk pada penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok

23

masyarakat. Kelola merujuk pada pengendalian atau
dapat disetarakan dengan kata manage. Dalam ilmu
ekonomi manage disebut juga manajemen. Menurut
Terry

yang

managemen

dialihbahasakan

ke

dapat

sebagai

diartikan

bahasa

Indonesia

Perencanaan,

Pengorganisasian, Penggerak dan Pengawasan (Jurnal
samsulramli, 2014).
Kelola

mengandung

Pengorganisasian,

fungsi

Pelaksanaan

Pengadaan

Barang

dan

merupakan

pelaksanaan

Jasa

dan

Perencanaan,
Pengawasan.

dengan

pekerjaan

Swakelola

yang

melekat

diseluruh instansi pemerintah, yang direncanakan,
dikerjakan serta tidak melalui proses pelelangan /
tender, akan tetapi tetap berpedoman pada Norma dan
Aturan didalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 sehingga dapat menjamin akuntabilitas dan
efektivitas di dalam pelaksanaannya. Sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dengan melibatkan
partisipasi

masyarakat

yang

diberi

nama

Panitia

Pembangunan Sekolah (P2S) sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, swakelola
adalah pengadaan barang atau jasa yang pekerjaannya
direncanakan, dilaksanakan dan diawasi sendiri oleh
K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.

24

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan

dan

Belanja

Negara

(APBN)

yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
menjadi

urusan

nasional

(Pasal

daerah
23

UU

dan
33

merupakan
tahun

prioritas

2004).

DAK

dialokasikan dalam APBN untuk daerah tertentu dalam
rangka pendanaan desentralisasi untuk : (1) membiayai
kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah Pusat
atas dasar prioritas nasional; dan (2)

membiayai

kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu.
Kebutuhan khusus yang dapat dibiayai oleh DAK
adalah kebutuhan

yang tidak dapat diperkirakan

secara umum dengan menggunakan rumus DAU, dan
kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas
nasional. Berdasarkan ketentuan Pasal 162 Ayat (4) UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang mengamanatkan agar DAK ini diatur lebih lanjut
dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Pemerintah
telah mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan.
Pelaksanaan
kegiatan

investasi

peningkatan,

DAK

sendiri

diarahkan

pembangunan,

dan/atau

perbaikan

pada

pengadaan,
sarana

dan

prasarana fisik pelayanan masyarakat dengan umur
ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana
fisik penunjang, dan tidak termasuk penyertaan modal.
Sebagai contoh, penggunaan DAK bidang pendidikan

25

meliputi: (1) rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas;
(2) pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air
bersih

serta

kamar

mandi

dan

WC;

(3)

pengadaan/perbaikan

meubelair

ruang

kelas

dan

lemari

(4)

perpustakaan;

rumah

dinas

pembangunan/rehabilitasi

penjaga/guru/kepala

peningkatan

mutu

sekolah;

sekolah

pembangunan/penyediaan

sarana

(5)

dengan

dan

prasarana

perpustakaan serta fasilitas pendidikan lainnya di
sekolah.
DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai
administrasi

kegiatan,

penyiapan

kegiatan

fisik,

penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas seperti
pelaksanaan

penyusunan

rencana

dan

program,

pelaksanaan tender pengadaan kegiatan fisik, kegiatan
penelitian

dalam

rangka

mendukung

pelaksanaan

kegiatan fisik, kegiatan perjalanan pegawai daerah dan
kegiatan umum lainnya yang sejenis.
Dalam

UU

33/2004

tentang

Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah pasal 40, Pemerintah menetapkan kriteria DAK
yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis. Kriteria umum diprioritaskan untuk
daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau
dibawah rata-rata nasional. Kemampuan fiskal daerah
dapat

dihitung

dari

penerimaan

umum

daerah

dikurangi belanja pegawai daerah. Kriteria khusus
diperuntukkan

Provinsi

Papua

(daerah

Otonomi

Khusus), Daerah pesisir dan kepulauan, perbatasan,
tertinggal/terpencil, daerah ketahanan pangan, dan
pariwisata.

Daerah

rawan

banjir/longsor,

26

penampungan transmigran, pulau-pulau kecil, rawan
pangan, pasca konflik, daerah pengungsi.
Kriteria

teknis

ditetapkan

oleh

Kementerian

teknis (Kemdiknas), bagi SD/SDLB untuk sekolah yang
(1) belum punya ruang perpustakaan dan isinya; (2)
Kekurangan

alat

pembelajaran;

peraga

(3)

dan

Kekurangan

sarana

penunjang

buku

pengayaan,

referensi dan panduan pendidik. Bagi SMP untuk
sekolah

yang

(1)

memerlukan

rehabilitasi

dan

penambahan ruang kelas baru; (2) kekurangan buku
pengayaan,

referensi

dan

panduan

pendidik

(3)

kekurangan peralatan pendidikan.
Kemendikbud (2013:4) DAK Bidang Pendidikan
Dasar adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan

dan

Belanja

Negara

(APBN)

yang

dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program
yang menjadi prioritas Nasional, khususnya untuk
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana satuan
pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang belum
mencapai

standar

tertentu

atau

percepatan

pembangunan daerah di bidang pendidikan dasar.
Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
Dari uraian tersebut, disimpulkan DAK bidang
pendidikan
blockgrant

adalah
yang

Dana

diberikan

mengelola secara swakelola.

Alokasi
kepada

Khusus
sekolah

berupa
untuk

27

2.2. Evaluasi Program
Definisi tentang evaluasi menurut kamus Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English yang
dikutip oleh Arikunto (2014) adalah tofind out, decide,
the amount or value yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan
terjemahan,

kata-kata

yang

terkandung

di

dalam

definisi tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan
evaluasi

harus

dilakukan

secara

berhati-hati,

bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Suchman

dalam

Arikunto

(2014) memandang evaluasi sebagai sebuah proses
menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan
yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam
evaluasi

program

mengatakan

bernama

bahwa

evaluasi

Stufflebeam

(2007)

merupakan

proses

penggambaran, pencarian dan pemberian informasi
yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan
dalam menentukan alternatif keputusan. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses pengumpulan data atau
informasi untuk

menilai

apakah

program

yang

direncanakan telah tercapai sesuai dengan tujuan yang
selanjutnya

informasi

tersebut

digunakan

untuk

28

menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan.
Program adalah unsur pertama yang harus ada
demi

terciptanya

suatu

kegiatan.

Ada

beberapa

pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a)
program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan
yang dilakukan dengan seksama. Arikunto (2014)
mengungkapkan bahwa ada dua pengertian program,
yaitu pengertian secara umum dan khusus. Menurut
pengertian secara umum, program dapat diartikan
sebagai rencana. Pengertian secara khusus dalam hal
ini berkaitan dengan evaluasi program maka program
didefinisikan

sebagai

suatu

unit

atau

kesatuan

kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi
dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian
penting dan perlu ditekankan dalam menentukan
program yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu
kebijakan, (2) terjadi dalam waktu yang relatif lama
bukan

kegiatan

tunggal

tetapi

jamak

berkesinambungan dan (3) terjadi dalam organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Sejalan dengan
pengertian yang sudah diuraikan, Wirawan (2012)
mendefiniskan program sebagai kegiatan atau aktivitas
yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan
dilaksanakan

untuk

waktu

yang

tidak

terbatas.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa program yaitu rangkaian atau
kesatuan

kegiatan

yang

dilakukan

secara

29

berkesinambungan

dan

dalam

waktu

yang

tidak

terbatas sebagai implementasi dari suatu kebijakan.
Semua

program

tersebut

perlu

dievaluasi

untuk

menentukan apakah layanan dan intervensinya telah
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Tyler dalam Arikunto (2014), evaluasi
program adalah proses untuk mengetahui apakah
tujuan pendidikan telah terealisasikan. Selanjutnya
Stufflebeam dalam Sudjana (2008), evaluasi program
pendidikan yaitu “Educational evaluation is the process
of delineating, obtaining and providing useful information
for judging decision alternatives”. Menurut rumusan ini,
evaluasi

program

mendeskripsikan,

pendidikan

merupakan

mengumpulkan

dan

proses

menyajikan

informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif
keputusan.
Sejalan dengan pengertian di atas, Mugiadi dalam
Sudjana (2008) menjelaskan bahwa evaluasi program
adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu
program, kegiatan, atau proyek. Informasi tersebut
berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain
untuk

memperbaiki

kegiatan
kegiatan,

program
atau

program,

lanjutan,

menyempurnakan

menghentikan

menyebarluaskan

gagasan

suatu
yang

mendasari suatu program atau kegiatan. Informasi
yang

dikumpulkan

harus

memenuhi

persyaratan

ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai
yang mendasari dalam setiap pengambilan keputusan.
Berdasarkan berbagai pengertian yang sudah
dikemukakan di atas maka evaluasi program dapat
didefinisikan

sebagai

kegiatan

sistematis

untuk

30

mengumpulkan,

mengolah,

menganalisis

dan

menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan. Batasan evaluasi program memuat 3 unsur
yaitu

kegiatan

sistematis,

data

dan

pengambilan

keputusan. Kegiatan sistematis mengandung makna
bahwa evaluasi program dilakukan melalui prosedur
berdasarkan

kaidah-kaidah

dikumpulkan,

sebagai

ilmiah.

fokus

Data

evaluasi

yang

program,

diperoleh melalui kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis

dan

pendekatan,

penyajian
model,

dengan

metode

menggunakan

dan

teknik

ilmiah.

Pengambilan keputusan bermakna bahwa data yang
disajikan

tersebut

akan

bernilai

apabila

masukan

berharga

untuk

proses

keputusan

tentang

alternatif

yang

menjadi

pengambilan
akan

diambil

terhadap program. Dengan demikian, evaluasi program
merupakan

kegiatan

yang

sistematis

dengan

menggunakan prosedur ilmiah untuk memperoleh data
yang berguna bagi pengambilan keputusan.

2.2.1 Model Evaluasi Program
Model-model evaluasi yang satu dengan yang
lainnya

memang

tampak

bervariasi,

akan

tetapi

maksud dan tujuannya sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang berkenaan
dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi
yang terkumpul dapat diberikan kepada pengambil
keputusan agar dapat dengan tepat menentukan tindak
lanjut tentang program yang sudah dievaluasi. Menurut

31

Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Arikunto
(2014), membedakan model evaluasi menjadi delapan,
yaitu:
a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan
oleh Tyler.
b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Scriven.
c. Formatif
Summatif
Evaluation
Model,
dikembangkan oleh Michael Scriven.
d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan
oleh Stake.
f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada
“kapan” evaluasidilakukan.
g. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stufflebeam.
h. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

Pemilihan model evaluasi yang akan digunakan
tergantung pada tujuan evaluasi. Berdasarkan model
evaluasi program yang disebutkan di atas

maka

evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model evaluasi CIPP dengan melihat konteks, input,
proses dan produk.

2.2.2 Evaluasi Program Model CIPP
Model evaluasi CIPP mulai dikembangkan oleh
Daniel Stufflebeam pada tahun 1966. Stufflebeam
dalam Wirawan, (2012) mendefinisikan evaluasi sebagai
proses melukiskan, memperoleh, dan menyediakan
informasi

yang

berguna

untuk

menilai

alternatif-

alternatif pengambilan keputusan. Melukiskan artinya
menspesifikasi,

mendefinisikan,

dan

menjelaskan

untuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh

32

para pengambil keputusan. Memperoleh artinya dengan
memakai

pengukuran

mengumpulkan,
informasi.
informasi

dan

mengorganisasi

Menyediakan
sehingga

kebutuhan

dan

artinya

akan

evaluasi

statistik

menganalisis

mensintesiskan

melayani

para

untuk

dengan

pemangku

baik

kepentingan

evaluasi.
Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi,
yaitu: Evaluasi konteks (Context Evaluation), Evaluasi
Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses (Process
evaluation), dan Evaluasi Produk (Product Evaluation).
Keempat kata yang disebutkan dalam singkat CIPP
tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain
adalah

komponen

dari

proses

sebuah

program

kegiatan, dengan kata lain model CIPP adalah model
evaluasi yang memandang program yang dievaluasi
merupakan sebuah sistem.
a. Evaluasi

konteks

adalah

upaya

untuk

menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan
yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani dan tujuan proyek atau program. Evaluasi
konteks menilai kebutuhan, masalah, asset dan
peluang

dalam

lingkungan

yang

terdefinisi.

Kebutuhan melibatkan hal-hal yang penting dan
berguna untuk memenuhi tujuan. Masalah adalah
hambatan

yang

menghambat

ditemui

kebutuhan

dalam
yang

pertemuan

dan

ditargetkan.

Aset

melibatkan pelayanan yang dapat dijangkau dalam
area

lokal

yang

bisa

memenuhi

tujuan

yang

33

ditergetkan. Peluang melibatkan program pendanaan
yang bisa mendukung usaha untuk menyelesaikan
masalah.
b. Evaluasi masukan atau input tujuan utama dari
evaluasi input adalah untuk membantu menentukan
sebuah

program

dengan

membuat

perubahan

kebutuhan. Evaluasi input adalah sebuah prosedur
dari sukses atau gagal dan efesien usaha perubahan.
c. Evaluasi proses dalam model CIPP menunjukkan
pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan
akan selesai. Model CIPP evaluasi proses diarahkan
pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di
dalam program sudah terlaksanaan sesuai dengan
rencana.
d. Evaluasi Produk atau hasil diarahkan pada hal-hal
yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada
masukan mentah.

2.3. Penelitian yang Relevan
a. Evaluasi

Dana

Alokasi

Khusus

(DAK)

bidang

Pendidikan di Kabupaten Cilacap tahun 2013 oleh
Foni Susanti dkk menyatakan bahwa

Kegiatan

Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan
dasar sudah memberikan hasil yang diharapkan
secara

maksimal.

pelaksanaan

Faktor

kegiatan

DAK

berkaitan dengan kebijakan

yang

menghambat

pendidikan

dasar

keuangan, bukan

faktor teknis di sekolah penerima. Di sini, dampak

34

suatu kebijakan terimplikasi oleh kebijakan yang
lain. Mengenai dampak (manfaat) kebijakan yang
diharapkan, kegiatan DAK pendidikan dasar telah
memberi dampak positif. Kegiatan belajar-mengajar
menjadi nyaman dan lancar. Hasil kelulusan SD
menunjukkan adanya peningkatan dari 99,98%
menjadi

100%.

mengalami

Kelulusa

peningkatan.

SMP/

sederajat

juga

Tujuan

kegiatan

DAK

bidang pendidikan dasar sudah terwujud, tetapi
belum maksimal. Target dari kegiatan DAK tahun
2013 mengalami realisasi sebesar 61% dan sisanya
39% belum terealisasi. Dapat dikatakan tujuannya
sudah terwujud, tetapi baru 61% saja.
b. Laporan Akhir Sistem Monitoring dan

Evaluasi

Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (2011) menyebutkan
bahwa Dalam aspek penganggaran, keterlambatan
juknis

menimbulkan

masalah

tersendiri

dalam

proses penganggaran di Daerah yaitu perlunya
melakukan

perubahan

APBD.

Dalam

aspek

implementasi, permasalahan muncul ketika terjadi
mismatch antara rencana yang diharapkan dengan
realisasi DAK, seperti jumlah dana dan barang yang
kurang sesuai dengan proposal yang diajukan,
rigiditas juknis, waktu yang tidak mencukupi untuk
melaksanakan kegiatan yang dibiayai DAK,
c. Evaluasi oleh dirjen perimbangan keuangan RI
dinyatakan
mengalami

bahwa

dalam

kelemahan

pengadministrasian pelaporan.

pelaksanaan
dalam

DAK
hal

35

d. Pengelolan DAK : Kondisi dan Strategi ke Depan oleh
Kementrian

Keuangan

menyatakan

bahwa

RI

Dirjen

Perimbangan

Petunjuk

Teknis

yang

diterbitkan oleh berbagai K/L sangat bervariasi yang
menimbulkan berbagai masalah terutama menu
dalam juknis sangat rinci tapi seringkali terdapat
kebutuhan daerah yang tidak ada dalam menu
sehingga

membatasi

pengadaan,

juknis

keleluasaan
sering

daerah

dalam

berubah-ubah

dan

penerbitannya terlambat,

2.4 Kerangka Pikir
Untuk

menyederhanakan

deskripsi

penelitian

tentang evaluasi konteks, input, proses dan produk
(CIPP) dari Program Swakelola DAK Pendidikan SDN
Bandarjo 02 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang Tahun Anggaran 2013 ini, bisa dilihat
sebagaimana bagan kerangka pikir berikut.
Input

Konteks
1. Latar
Belakang
DAK
2. Dasar
Hukum
3. Lingkungan
Sekolah
Program dan
Kebutuhan
Sekolah

1.Sumber
Daya
Manusia
2.Sarana
Prasarana
3. Anggaran

Produk

Proses
1.Perncanaan

Gedung

2.Penataan
3.Implementasi
4.Pengawasan

Perpustakaan
dan mebeler

5.Laporan DAK

4.Sistem dan
Prosedur
DAK

Program Swakelola DAK Pendidikan
(Perpustakaan)
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

36

Program swakelola DAK Pendidikan merupakan
program yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang menjadi prioritas nasional yang
pekerjaannya direncanakan, dikelola dan diawasi
sendiri oleh penerima dana. Dalam hal ini penerima
dana adalah SDN Bandarjo 02 Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Semarang.
Program swakelola DAK pendidikan yang
dilaksanakan mempunyai komponen-komponen yang
saling terkait secara sistematis satu sama lain, yaitu
konteks, input, proses dan produk. Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dari program swakelola DAK
pendidikan perlu adanya evaluasi secara menyeluruh
dari tiap komponen.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

THE EFFECT OF USING ENGLISH SONGS ON THE FIFTH YEAR STUDENT’S VOCABULARY ACHIEVEMENT OF SDN KASIYAN TIMUR 03 PUGER, JEMBER

4 68 15