Analisis Penegakan Hukum dan Solusi Meng

Analisis Penegakan Hukum dan Solusi Mengenai
Kualitas Udara Buruk di Perkotaan
Aisah Rahma Wati
aisyahrahma970@gmail.com
Abstrak
Kualitas udara perkotaan di Tanah Air dinilai masih buruk.Selain tercemar
hidrokarbon dan benda partikulat dari kendaraan bermotor, udara di perkotaan
juga tercemar sulfur.Untuk itu, pemerintah didorong menerapkan bahan bakar
standar Euro IV. Menurut hasil evaluasi mutu udara perkotaan 2014, ada 17
kota dengan tingkat pencemaran polutan hidrokarbon dan benda partikulat
(PM10) tinggi. “Ada 15 kota bermasalah pada hidrokarbon dan 2 kota
bermasalah pada PM10,” kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan
kehutanan bidang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak
Karliansyah, Rabu (18/2), di Jakarta. Pengukuran mutu udara dilakukan di 45
kota, terdiri dari 14 kota metropolitan, 15 kota besar, dan 16 kota sedang kecil.
Selain mengukur tingkat polutan dari kendaraan bermotor, mutu emisi gas
buang dan kinerja udara dijalan raya juga diukur.Pencemaran hidrokarbon di
Kota besar terjadi di Bandar Lmpung, samarinda, Batam, Banjarmasin, dan
pecan Baru. Di Provinsi DKI Jakarta pengukuran mutu udara dilakukan di tiap
kota. Secara umum, menurut karliansyah, mutu udara perkotaan di Indonesia
buruk, selain tercemar hidrokarbon dan PM10 dari kendaraan bermotor, udara

di perkotaan tercemar sulfur.Untuk itu, pemerintahan perlu menerapkan bahan
bakar berstandar Euro IV.Alasan penerapan standar Euro IV adalah menurangi
pencemaran udara dan mempertahankan mutu udara di perkotaan.Kandungan
polutan dari sarana transportasi mempengaruhi kesehatan manusia.Pakar
kualitas udara dari Teknik Lingkungan Institusi Teknologi Bandung, driejana,
mengatakan “paparan polutan dari kendaraan seperti hidrokarbon dan sulfur
memicu gangguan pernafasan dan kanker.Pencemaran udara juga memicu
penyakit kardovaskular.
Kata Kunci : PencemaranUdara, Kendaraan Bermotor, Perkotaan, Buruk.

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber
utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Menurut Soedomo,dkk, 1990,
transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap setengah
dari total emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di
daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas
yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir
melampaui standar kualitas udara ambient. Pencemaran udara adalah salah
satu komponen yangmempengaruhi pencemaran lingkungan. Pencemaran

lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi

dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan tidak berfungsi sesuai peruntukkannya.Pencemaran udara memiliki
banyak dampak terhadap lingkungan.Pencemaran udara merupakan bencana
bagi masyarakat yang harus ditangani dengan serius.
Mengingat perkembangan kota telah sampai pada kondisi yang
mengkhawatirkan akibat menurunnya kualitas lingkungan,maka keberadaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sangat diharapkan. Keberadaan (RTH) diharapkan
mampu meminimalisasi permasalahan lingkungan terutama pencemaran udara
dan mutu lingkungan yang lebih baik. Menurut Undang-Undang RI No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka, adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/ jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non
hijau.RTH adalah salah satu komponen pembentuk ruang atau wilayah
perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofiltering),
mengendalikan (biocontroling), dan memperbaiki (bioengineering) kualitas

lingkungan kehidupan suatu wilayah perkotaan.Karena itu, RTH juga dinyatakan
sebagai bagian dari ruang fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat
meningkatkan kualitas fisik, non fisik, dan estetika alami suatu kota (Dinas
Pertamanan, 2007).
Kandungan polutan dari sarana transportasi memengaruhi kesehatan
manusia. Berdasarkan laporan program Lingkungan PBB (UNEP) tahun 2012,
biaya kesehatan akibat pencemaran udara di Jakarta Rp. 38,4 Triliun. Pakar
kualitas udara dari teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung Driejana,
mengatakan, paparan polutan kendaraan seperti hidrikarbon dan sulfur
memicu gangguan pernafasan dan kanker.pencemaran udara juga memicu
beberapa penyakit kardiovaskular.
Pencemaran udara sekarang ini terjadi di berbagai kota khususnya di
berbagai kota besar di Indonesia seperti Bandar Lampung, Samarinda, Batam,
dan Pekan Baru selain di kota besar pencemaran juga terjadi diberbagai kota
metropolitan seperti Mataram, Jayapura, Pangkal pinang, Banda Aceh, Tanjung
Pinang, Kota semarang di kota tersebut merupakan kota dengan tingkat
pencemaran yang tinggi. Selain di kota besar maupun di kota metropolitan
pencemaran udara terjadi ibukota Negara Indonesia Yaitu DKI Jakarta dengan
pencemaran Udara yang buruk. Pencemaran Udara terjadi karena udara
mengandung Hidrokarbon dan benda-benda partikulat dari kendaraan

bermotor serta udara juga tercemar sulfur.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya peran masyarakat
maupun pemerintah dalam menangani pencemaran udara di perkotaan.Untuk
itu, pemerintah perlu menerapkan bahan bakar berstandar Euro IV.“Ibu Menteri
sudah menyampaikan surat kepada menteri Koordinator Perekonomian untuk
mengagendakan pembahasan bahan bakar berstandar Euro IV,” katanya.
Asisten deputing pengendalian pencemaran Udara Sumber bergerak Dasrul
Chaniago mengatakan, alas an penerapan standar Euro IV adalah mengurangi
pencemaran udara dan mempertahankan mutun udara di perkotaan. Teknologi
kendaraan di Indonesia yang masih memakai standar Euro II dan III tertinggal
dibandingkan dengan Negara lain. Solusi lainnya yaitu dengan penataan ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk
area/kawasanmaupun dalam bentuk area memanjang/ jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
Selain penataan ruang ruang terbuka juga perlu dilakukan penghijauan
diberbagai kota dan mempertahankan hutan agar tidak ada pembalakan hujan
diberbagai hutan di Indonesia.
2. KRONOLOGI KASUS
Kualitas pencemaran udara buruk terjadi setelah padatnya kendaraan

bermotor yang mengeluarkan hidrokarbon dan benda-benda partikulat yang
membahayakan kesehatan manusia.Menurut hasil evaluasi mutu udara
perkotaan 2014, ada 17 kota dengan tingkat pencemaran polutan hidrokarbon
dan benda partikulat (PM10) tinggi. “Ada 15 kota bermasalah pada hidrokarbon
dan 2 kota bermasalah pada PM10,” kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan
kehutanan bidang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak
Karliansyah, Rabu (18/2), di Jakarta. Pencemaran udara terjadi diberbagai kota
di Indonesia. Pengukuran mutu udara dilakukan di 45 kota, terdiri dari 15 kota
besar dan 16 kota kecil. Selain mengukur tingkat polutan dari kendaraan
bermotor, mutu emisi gas buang dan kinerja udara jalan raya juga diukur.
Banyak kota metropolitan yang mengandung pencemar hidrokarbon melebihi
batas baku 160 mikrogram per meter kubik. Selain di kota kota metropolitan
pemerintah juga melakukan pengukuran di DKI Jakarta di berbagai kota di
Jakarta. Meskipun kualitas udara di Jakarta tidak melebihi ambang batas tetapi
kualitas udara di Jakarta juga kurang baik. Penyebab dari pencemaran udara
yang buruk di berbagai kota disebabkan oleh kendaraan bermotor, asap pabrik.
Sekarang banyak orang membangun gedung-gedung tanpa memperhatikan
aspek lingkungan dan akibatnya.Maka dari itu pemerintah harus tegas dalam
menangani kasus seperti ini.
3. RUMUSAN MASALAH

3.1. Apakah peran pemerintah dan masyarakat dalam menangani
pencemaran udara di perkotaan ?
3.2. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan
yang mengakibatkan pencemaran udara ?
PEMBAHASAN
1. Peran
Pemerintah
dan
Masyarakat
Pencemaran Udara di Perkotaan

Dalam

Menangani

1.1. Peran Masyarakat dalam Menangani Pencemaran Udara di Perkotaan
Hak atas lingkungan merupakan hak subjektif setiap setiap manusia yang
harus dipertahankan untuk mendapatkan perlindungan terhadap adanya
gangguan dari luar. Heinhard Steiger c.s menyatakan bahwa apa yang
dinamakan hak-hak subjektif (subjective right) adalah bentuk yang paling

luas dari perlindungan seseorang. Hak tersebut memberikan kepada yang
mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya
akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu
tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hokum, dengan perlindungan
hokum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya.1
1 Heinhard Steiger, et al., “The Fundamental Right to a Decent Environment” dalam Supriadi,
“Hukum Lingkungan di Indonesia sebuah pengantar”(Jakarta:sinar grafika,2008)hlm. 185

Lothar Gundling mengemukakan dasar bagi peran serta masyarakat ini
sebagai berikut :2
1. Memberi Informasi kepada pemerintah
Peran serta masyarakat terutama akan menambah pengetahuan khusus
masyarakat itu sendiri maupun dari para ahli yang dimintai pendapat oleh
masyarakat. Peran serta masyarakat adalah penting dan tidak dapat
diabaikan dalam rangka memberi informasi kepada pemerintah mengenai
masalah-masalah dan konekuensi yang timbul dari tindakan yang
direncanakan pemerintah.Meningkatkan kesedian masyarakat untuk
menerima keputusan.Memberi informasi dalam kasus ini yaitu dengan
memebri informasi kepada pemerintah daerah pencemaran udara di
Indonesia.

2. Membantu perlindungan hukum.
Apabila sebuah keputusan akhir diambil dengan memperhatikan
keberatan-keberatan yang diajukan oleh masyarakat selama proses
pengambilan keputusan berlangsung, maka dalam banyak hal , tidak aka
nada keperluan untuk mengajukan perkara ke pengadilan.
3. Mendemokrasikan pengambilan keputusan.
Dalam hubungan dengan peran serta masyarakat ini, ada pendapat yang
menyatakan bahwa dalam pemerintah dengan system perwakilan, maka
hak untuk melaksanakan kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang dipilih
oleh rakyat, dengan demikian tidak ada keharusan adanya bentuk-bentuk
dari peran serta masyarakat, karena wakil-wakil itu bertindak untuk
kepentingan rakyat.
4. Wewenang pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam Negara kesejahteraan (welfare state), maka pemerintah turut
campur terhadap segenap kegiatan masyarakat, termasuk dalam
pengaturan masalah lingkungan hidup.Lingkungan hidup merupakan
sumber daya alam yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menunjang pembangunan.
Jadi sebagai masyarakat yang merupakan subyek lingkungan harus
menjaga lingkungan dengan baik. Misalnya dengan menaati peraturan yang

dikeluarkan pemerintah yaitu membantu menggalakkan pengurangan
kendaraan bermotor yang boros bahan bakar atau dengan mengurangi
pemakaian kendaraan bermotor misalnya menggunakan transportasi umum
uintuk aktivitas sehari-hari, tidak melakukan hal yang menyebabkan
pencemaran udara.
1.2.

Peran Pemerintah dalam menangani pencemaran udara di perkotaan.
ketentuan pasal 12 UU Nomor 23 Tahun 1997, yang menyatakan bahwa :
Untuk mewujudkan keterpaduan dan keserasian pelaksanaan kebijaksanaan
nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan dapat; (a) melimpahkan wewenang tertentu
pengelolaan lingkungan hidup kepada perangkat di wilayah; (b)
mengikutsertakan peran pemerintah daerah untuk membantu pemerintah
pusat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
Dalam rangka pelaksanaan otonom daerah, maka wewenang
pengelolaan lingkungan hidup dapat diserahkan sebagian oleh pemerintah
2Heinhard Steiger, et al., “The Fundamental Right to a Decent Environment” dalam Supriadi,
“Hukum Lingkungan di Indonesia sebuah pengantar”(Jakarta:sinar grafika,2008)hlm. 187


pusat kepada pemerintah daerah menjadi urusan rumah tangganya. Hal ini
berkaitan pula dengan dikeluarkannya UU Nomor 22 Thaun 1999 tentang
pemerintah daerah dalam pasal 11 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 1999, diatur
mengenai bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten
dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman
modal,lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.3
Dari hasil evaluasi tingkat pencemaran udara dari kota-kota besar, selain
bahan bakar dan jenis kendaraan dan volume kendaraan yang mempengaruhi
tingkat pencemaran udara, faktor lain adalah keadaan topografi daerah, faktor
meteorologi dan reaktifitas kimia setiap parameter. Sehingga didalam
melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, faktor tersebut
diatas harus dipertimbangkan.4
Penerapan Kebijakan
Dalam melakukan pengendalianpencemaran udara di kota-kota besar
pemerintah melakukan pengelolaan terhadap dua sumber yaitu sumber tidak
bergerak (industri dan rumah tangga) dan sumber bergerak (kendaraan
bermotor). Salah satu strategi yang diterapkan untuk
pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak adalah penetapan
kebijakan dan aturan

serta program pengendalian lingkungan yang meliputi :
a. Standar emisi kendaraan serta persyaratan pemeriksaan dan
pemeliharaan kendaraan
b. Menghentikan pemakaian atauretrofitting kendaraan yang boros bahan
bakar danm enimbulkan pencemaran tinggi;
c. Teknologi dan kualitas bahan bakar
d. Manajemen efisiensi lalu lintas Investasi transportasi missal yang lebih
baik, seperti busdan kereta api;
e. Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan
jalan dan sekitar lingkungan rumah;
f. Program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan
yang mengakibatkan pencemaran udara ?
Konstitusi (UUD 1945) sebagai hukum tertinggi yang menjadi sumber
hukum formil maupun materiil telah diamandemen sebanyak 4 (empat) kali.
Sejatinya perubahan tersebut dimaksudkan untuk merespon perkembangan
dan dinamika zaman.Salah satu aspek penting dari amandemen UUD 1945
adalah lahirnya suatu gagasan tentang pentingnya lingkungan hidup
(ecocracy) yang sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.ini kemudian
dinormakan dalam UUD 1945.Secara jelas dalam Pasal 28 H ayat (1) “ Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”5
3Nanny Kusminingrum dan G. Gunawan,” Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Di
Jalan Perkotaanpusat”, ( Bandung :Litbang Jalan dan Jembatan,2008)
4Ismayadi Samsoedin, “Peran Pohon Dalam Menjaga Kualitas Udara Di Perkotaan”, (Bogor
:Forda Press,2015) hlm.4
5Pandecta.Volume 9.Nomor 2. Desember 2014, hlm 157

Adanya ketentuan hak asasi bagi setiap orang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 H ayat (1), mengharuskan Negara untuk menjamin
terpenuhinya hak tersebut. Disisi lain kita sebagai warga Negara mempunyai
kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Disamping diatur dalam pasal 28 H ayat 1, pengelolaan
lingkungan hidup yang suitable juga diatur dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945,
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pengaturan lingkungan hidup yang pada awalnya dimuat dalam UU kemudian
“diangkat” dalam UUD merupakan suatu upaya serius yang dilakukan oleh
pemerintah untuk menjamin keberlangsungan fungsi lingkungan hidup agar
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Konsekuensi dari diaturnya
lingkungan hidup ke dalam UUD 1945 adalah kebijakan, rencana dan/atau
program yang dilaksanakan oleh pemerintah harus melihat aspek
keberlanjutan lingkungan hidup.Dengan demikian kebijakan, rencana dan/atau
program yang tertuang dalam bentuk UU, Perpu, PP, Perda tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan konstitusional yang pro-lingkungan.6
Penegakan hukum lingkungan ialah pengamatan hukum lingkungan
melalui pengawasan dan pemeriksaan serta melalui deteksi pelanggaran
hukum, pemulihan kerusakan lingkungan dan tindakan kepada pembuat.
Sejalan dengan siklus pengaturan ini , maka pada hakikatnya tujuan
penegakan hukum menurut mas Ahmad Santosa adalah penataan terhadap
nilai-nilai perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan hidup
yang pada umumnya diformalkan kedalam peraturan perundang-undangan,
termasuk ketentuan yang mengatur baku mutu limbah atau emisi.7
Hukum pencemaran udara diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.
Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 mengatakanbahwa udara sebagai sumber
daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan
kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup
lainnya, agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestaria fungsi
lingkungan hidup, maka udara perlu pelihara, dijaga dan dijamin mutunya
melalui pengendalian pencemaran udara.berdasarkan ketentuan tersebut dan
sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dipandang perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Secara konstitusional, konsep baku mutu lingkungan dapat dianggap
sebagai penegasan dan pelaksanaan UUD 1945 tentang kewajiban Negara dan
tugas Negara untuk melindungi kekayaan alam sebagaimana tersebut dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV dan pasal 33 ayat (3), yaitu bahwa kekayaan
alam Indonesia harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.8
Berdasarkan kasus pencemaran udara di perkotaan yang terjadi di
beberapa kota di Indonesia padatnya kendaraan bermotor yang mengeluarkan
hidrokarbon dan benda-benda partikulat yang membahayakan kesehatan
manusia. Menurut hasil evaluasi mutu udara perkotaan 2014, ada 17 kota
dengan tingkat pencemaran polutan hidrokarbon dan benda partikulat (PM10)
tinggi. “Ada 15 kota bermasalah pada hidrokarbon dan 2 kota bermasalah pada
6Pandecta.Volume 9.Nomor 2. Desember 2014, hlm 158
7Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
8M. Daud Silalahi, “Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia”, (Bandung: PT alumni,2007) hlm. 120

PM10,” kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan bidang
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Karliansyah, Rabu (18/2), di
Jakarta. Pencemaran udara terjadi diberbagai kota di Indonesia. Pengukuran
mutu udara dilakukan di 45 kota, terdiri dari 15 kota besar dan 16 kota kecil.
Selain mengukur tingkat polutan dari kendaraan bermotor, mutu emisi gas
buang dan kinerja udara jalan raya juga diukur. Banyak kota metropolitan yang
mengandung pencemar hidrokarbon melebihi batas baku 160 mikrogram per
meter kubik. Selain di kota kota metropolitan pemerintah juga melakukan
pengukuran di DKI Jakarta di berbagai kota di Jakarta. Meskipun kualitas udara
di Jakarta tidak melebihi ambang batas tetapi kualitas udara di Jakarta juga
kurang baik. Penyebab dari pencemaran udara yang buruk di berbagai kota
disebabkan oleh kendaraan bermotor, asap pabrik. Sekarang banyak orang
membangun gedung-gedung tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan
akibatnya.
Maka dari itu pemerintah akan menanggulangi dengan menerapkan
bahan bakar berstandar Euro IV. Alasan penerapan standar Euro IV adalah
menurangi pencemaran udara dan mempertahankan mutu udara di perkotaan.
KESIMPULAN
Sebagai masyarakat atau sebagai subyek mempunyai tanggung jawab
dalam melindungi lingkungan terhadap bahaya kerusakan lingkungan. Menurut
Lothar Gundling mengemukakan dasar bagi peran serta masyarakat yaitu
member Informasi kepada pemerintah, membantu perlindungan hukum,
mendemokrasikan pengambilan keputusan pemerintah, wewenang menjaga
lingkungan hidup. Jadi sebagai masyarakat yang merupakan subyek lingkungan
harus menjaga lingkungan dengan baik. Misalnya dengan menaati peraturan
yang dikeluarkan pemerintah yaitu membantu menggalakkan pengurangan
kendaraan bermotor yang boros bahan bakar atau dengan mengurangi
pemakaian kendaraan bermotor misalnya menggunakan transportasi umum
uintuk aktivitas sehari-hari, tidak melakukan hal yang menyebabkan
pencemaran udara.
Sedangkan peran pemerintah dalam menangani masalah pencemaran
udara di perkotaan yaitu sesuai dengan ketentuan pasal 12 UU Nomor 23
Tahun 1997, yang menyatakan bahwa : Untuk mewujudkan keterpaduan dan
keserasian pelaksanaan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan
dapat; (a) melimpahkan wewenang tertentu pengelolaan lingkungan hidup
kepada perangkat di wilayah; (b) mengikutsertakan peran pemerintah daerah
untuk membantu pemerintah pusat dalam pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup di daerah. Selain menurut UU Nomor 23 Tahun 1997 tersebut
Pemerintah juga harus melakukan Penerapan Kebijakan Dalam melakukan
pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar pemerintah melakukan
pengelolaan terhadap dua sumber yaitu sumber tidak bergerak (industri dan
rumah tangga) dan sumber bergerak (kendaraan bermotor). Salah satu strategi
yang diterapkan untuk pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak
adalah penetapan kebijakan dan aturan serta program pengendalian
lingkungan yaitu menjaga Standar emisi kendaraan serta persyaratan
pemeriksaan dan pemeliharaan kendaraan, Menghentikan pemakaian
atauretrofitting kendaraan yang boros bahan bakar danm enimbulkan
pencemaran tinggi, Teknologi dan kualitas bahan bakar, Manajemen efisiensi

lalu lintas Investasi transportasi missal yang lebih baik, seperti busdan kereta
api, Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan
jalan dan sekitar lingkungan rumah, Program pemeriksaan dan perawatan
kendaraan bermotor dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Hukum pencemaran udara diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara.
Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 mengatakanbahwa udara sebagai sumber
daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan
kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup
lainnya, agar udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestaria fungsi
lingkungan hidup, maka udara perlu pelihara, dijaga dan dijamin mutunya
melalui pengendalian pencemaran udara.berdasarkan ketentuan tersebut dan
sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dipandang perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
SARAN
1. Saran Untuk Pemerintah
a. Harus bertindak tegas terhadap peraturan mengenai masalah
pencemaran Udara di perkotaan.
b. Mencari solusi terhadap masalah pencemaran udara di perkotaan
maupun di wilayah Indonesia.
c. Menyediakan fasilitas transportasi umum dan memperbaiki fasilitas
tranportasi umum agar masyarakat mau menggunakan fasilitas
umum.
2. Saran Untuk masyarakat
a. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dengan menggantinya
menggunakan transportasi umum
b. Menaati peraturan pemerintah mengenai masalah pencemaran udara
di perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusminingru, Nanny dkk, 2008,” Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan
Bermotor Di Jalan Perkotaan pusat”, Bandung : Litbang Jalan dan
Jembatan.
2. Samsoedin Ismayadi, 2015, “Peran Pohon Dalam Menjaga Kualitas Udara
Di Perkotaan”, Bogor :Forda Press.
3. Pandecta.Volume 9.Nomor 2. Desember 2014
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
5. M. Daud Silalahi, 2007, “Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan
Hukum Lingkungan Indonesia”, Bandung :PT alumni.
6. Supriadi,
2008,“Hukum
Lingkungan
di
Indonesia
sebuah
pengantar”,Jakarta:sinar grafika

SCAN KASUS DARI SURAT KABAR/KORAN

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65