PROPOSAL KERJA LAPANGAN MANAJEMEN PEMBES

PROPOSAL KERJA LAPANGAN
MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN CUPANG (Betta splendens) DI
BALAI PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN BUDIDAYA IKAN HIAS
( BPPBIH ) KOTA DEPOK

Oleh :
Bima Prasetyo Supratman
11/318280/PN/12580
Manajemen Sumberdaya Perikanan

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Usulan Kerja Lapangan
MANAJEMEN PEMBESARAN IKAN CUPANG (Betta splendens) DI BALAI
PENGEMBANGAN DAN PENELITIAN BUDIDAYA IKAN HIAS ( BPPBIH )
KOTA DEPOK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
BIMA PRASETYO SUPRATMAN
11/318157/PN/12464
Usulan kegiatan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Kerja
Lapangan ( PIB3080 ) yang diselenggarakan oleh Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Yogyakarta, 10 Oktober 2014
Dosen Pembimbing

Ir. Hery Saksono, MA
NIP. 19620211 198903 1 001
Tanggal: 10 Oktober 2014
Komisi Kerja Lapangan
Nomor

: ..............................

Ketua Jurusan Perikanan

Komisi Kerja Lapangan


Universitas Gadjah Mada

PS Manajemen Sumberdaya Perikanan

Prof. Dr. Ir. Rustadi, M.Sc.

Dr. Ir. Djumanto, M. Sc.

NIP. 19531219 198003 1 004

NIP. 19620923 198903 1 003

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan Betta atau dengan sebutan populer ikan cupang (Betta splendens) merupakan
salah satu ikan hias yang mempunyai nilai komersial, baik untuk pasar dalam negeri
maupun pasar ekspor. Sebagai ikan hias yang gemar berantem, mempunyai penampilan
yang menarik yaitu mempunyai sirip yang relatif panjang dengan spektrum warna yang
bagus sedangkan pada ikan betta betina penampilannya kurang menarik, karena

siripnya tidak panjang dan warnanya pun tidak cerah sehingga pada ikan betta, jenis
kelamin jantan lebih tinggi dibanding jenis kelamin betina. Dengan dasarnya itulah
diperlukan upaya memperbanyak produksi ikan Betta jantan, yang dapat dilakukan
secara masal
Popularitas cupang sebagai ikan hias tidak perlu di ragukan lagi. Penggemar ikan
cupang bukan hanya untuk anak-anak, namun juga bapak-bapak dan para remaja.
Sedikit berbeda dengan ikan hias lain, cupang di sukai bukan hanya karena
kecantikannya, namun juga karena naluri berkelahinya. Debut cupang sebagai ikan
aduan memang bukan berita baru. Di Negara asalnya, ikan ini terkenal sejak ratusan
tahun yang lalu sebagai ikan laga. Di sana orang mengadu cupang sambil bertaruh
uang. Berbeda dengan Sumatera (Barbus tetrazone) yang sekalipun agresif, namun bisa
hidup berdampingan secara damai dengan sesamanya. Ikan cupang justru akan
menunjukkan sifat agresifnya bila bertemu sesama jantan, sebaliknya cupang jantan
akan diam atau bergerak lambat dan dekat-dekat apabila di campurkan dengan jenis
ikan lain (Susanto, 1991).
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias adalah unit pelaksana
teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dibawah koordinasi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Balai Penelitian dan PengembanganBudidaya
Ikan Hias ini mempunyai beberapa tugas dan fungsi, antara lain :
(1) Riset strategis di bidang budidaya ikan hias air tawar

(2) Pelaksanaan penyusunan program dan kerjasama riset
(3) Pelaksanaan riset pemuliaan, sistem dan teknologi budidaya di bidanggenetika,
pemuliaan, pengembangan teknologi produksi benih dan induk,analisis komoditas
serta sistem dan teknologi budidaya di kolam dan keramba jaring apung

(4) Pelaksanaan riset komponen teknologi pemuliaan, sistem dan teknologi perikanan
air tawar serta pelaksanaan teknik dan penyebarluasan hasil riset.
B. Tujuan
1. Mengetahui sistem pengelolaan budidaya ikan cupang di Balai Pengembangan dan
Penelitian Budidayaan Ikan Hias Kota Depok.
2. Memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman kerja dengan terlibat
secara langsung dalam kegiatan usaha pembesaran ikan cupang.
3. Mengetahui cara manajemen pembesaran ikan cupang.
C. Manfaat
Kegiatan kerja lapangan diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mahasiswa mengenai manajemen
budidaya perikanan khususnya dalam usaha pembesaran ikan cupang berbasis
kelompok beserta permasalahannya dan solusi yang dapat digunakan dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja lapangan dilaksanakan :
Lokasi

: Balai Pengembangan dan Penelitian Budidaya Ikan Hias ( BPPBIH )
Kota Depok, Jawa Barat.

Waktu

: 12 Januari 2015 – 13 Februari 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Susanto (1991), adapun identifikasi dan klasifikasi dari ikan cupang(Betta
splendes) adalah sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Subfilum

: Craeniata


Class

: Osteichthyes

Subclass

: Actinopterygii

Super Ordo

: Teleostei

Ordo

: Percomorphoidei

Subordo

: Anabantoidei


Famili

: Anabantidae

Genus

: Betta

Spesies

: Betta splendens
Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya ada di beberapa

negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Ikan ini
memiliki bentuk dan karakter yang unik serta cenderung agresif dalam mempertahankan
wilayahnya.
Cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama,
sehingga apabila ikan ini ditempatkan di suatu wadah bervolume air sedikit dan tanpa
sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

Cupang dikenal sebagai ikan petarung. Namun, di kalangan penggemar, ikan ini
umumnya terbagi atas tiga macam, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
Ketiga jenis ikan ini akan bertarung jika disatukan dalam satu tempat.
Menurut Sudrajad (1989), ciri khusus ikan cupang (Betta splendens) dapat dilihat
dari beberapa bentuk tubuhnya seperti bentuk badan memanjang dan warna yang beraneka
ragam yakni cokelat, hijau, merah, biru, kuning, abu-abu, putih dan sebagainya, sirip
punggung lebar dan terentang hingga ke belakang dengan warna cokelat kemerah-merahan
dan dihiasi garis-garis berwarna-warni, sirip ekor berbentuk agak bulat dan berwarna
seperti badannya serta dihiasi strip berwarna hijau, sirip perut panjang mengumbai dihiasi
aneka warna dan lehernya berdasi dengan warna yang indah, ujung siripnya sering kali

dihiasi warna putih susu, sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan dan memanjang.
Lebih lanjut dikemukakannya adalah ikan cupang betina memiliki bentuk tubuh rata - rata
lebih kecil daripada ikan cupang jantan. Ikan cupang jantan memiliki panjang tubuh dapat
mencapai 5 – 9 cm, sedangkan ikan cupang betina lebih pendek dari ukuran tersebut.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya,
terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga
di juluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan
cupang terhadap temperatur berkisar 28oC. Pertumbuhan ikan cupang relatif cepat sehingga
masa pembesarannya tidak terlalu lama (Perkasa, 2001).

Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang
terdapat di sirip punggung jantan, pada tutup insangnyapun sudah ada garis vertikal warna
kemerahan, terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang
tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6
– 7 bulan dengan panjang 5 – 6 cm. induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit.
Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan
Pada sisi tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu.
Untuk induk betina bentuk badan harus terlihat sehat, di tandai dengan bentuk
tubuh bagian perut yang membesar apabila di teliti akan terlihat ada telurnya, bukan
membesar karena di beri makanan dan pergerakannya terlihat lambat. Mempunyai sirip
ekor, anal dan panggung yang biasa tanpa ada penonjolan jari-jari siripnya (Lingga dan
Susanto, 2003).
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan
tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan cupang dapat mengambil
oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi
tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem
aerasi (Susanto, 1992).
Umumnya ikan cupang termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung udara
pada saat ingin kawin. Untuk itu diperlukan tanaman air agar cupang dapat menempelkan
gelembung udaranya. Tanaman ini dapat berupa tanaman air yang berdaun lebar seperti

eceng gondok (Eihornia crassipes) dan kiambang (Pistia stratiotes). Setelah itu cupang
dapat dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Bila memang sudah siap kawin, cupang jantan
akan segera menempelkan gelembung udara ke daun. Cupang betina dapat dimasukkan
apabila gelembung udara sudah cukup banyak. Cupang jantan yang sedang mencari

pasangan akan segera menghampiri betina. Lalu betina akan diajak untuk mendekati
gelembung udara, dipeluk sehingga keduanya menempel dan tak bergerak. Beberapa saat
kemudian, telur keluar dari tubuh betina dan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur – telur
tersebut ditangkap oleh mulut cupang jantan, lalu ditempelkan di gelembung udara.
Penempelan dilakukan dengan cara menyemburkan telur tersebut dari mulutnya (Perkasa,
2001).
Pemijahan di mulai dengan wadah dan air yang sudah siap, lalu kita masukan daun
ketapang. Biarkan daun ini mengapung, tujuannya untuk tempat menempelkan busa dan
tempat telur ikan. Setelah itu masukan induk jantan, waktu pemasukan induk jantan
kedalam wadah pemijahan sebaiknya pagi hari, karena suhu air masih dingin. Biarkan
induk jantan selama 1 hari gunanya untuk induk jantan mengenal lingkungannya.Keesokan
harinya, masukan toples induk betina kedalam wadah pemijahan tujuannya untuk saling
mengenal dulu dan untuk memasukan toples induk betina juga sebaiknya pagi hari dan
diamkan selama 1 hari. Ini berguna untuk melihat apakah induk jantan memang benar
benar siap untuk memijah.

Menurut Lingga dan Susanto (2003), bila induk jantan memang siap memijah,
maka esok hari kita akan melihat busa yang sudah di buat oleh induk jantan. Semakin
banyak busa yang di buat menunjukan memang induk jantan sudah siap, ketika itu barulah
kita melepas induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk betina sebaiknya pada pagi
hari, apabila kedua induk memang siap dan baik, maka keesokan hari atau paling lambat 2
hari setelah pemijahan kita akan menemukan busa yang di buat induk jantan sudah berisi
telur ikan. Apabila telur ikan sudah banyak sebaiknya induk betina segera di angkat supaya
induk betina tidak memakan telurnya, sedangkan induk jantan masih kita biarkan untuk
mengeram dan memelihara telurnya.
Setelah telur ikan terlihat, maka dalam jangka waktu 24 jam telur akan menetas
menjadi burayak. Selama 1 minggu burayak masih tidak membutuhkan makanan, karena
mereka masih memiliki persedian makanan di tubuhnya dan pada hari ketiga ketika
persediaan makanan sudah habis, maka peranan induk jantan sangat vital karena induk
jantan yang memberikan makanan kepada burayak ini dengan cara di masukan kedalam
mulutnya, lalu setelah beberapa saat induk jantan akan memuntahkan kembali burayak itu
keluar. Selama 1 minggu kita harus teratur memberikan makanan berupa cuk (jentik
nyamuk) kepada induk jantan, gunanya agar induk jantan mempunyai persediaan makanan
untuk burayak tersebut, bisa juga di berikan pelet khusus untuk ikan cupang.

Menurut Huda (2009), hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat
perkembangannya, untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan kuning telur yang
sudah matang lalu di keringkan dan setelah kering di berikan kepada burayak dan pada hari
ke 6 kita sudah bisa memberikan kutu air yang di saring kedalam wadah ini, karena
beberapa burayak sudah cukup besar dan dapat memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8
induk jantan sudah bisa di angkat dan di pisahkan kedalam toples tersendiri.
Sedangkan burayak yang berumur 8 hari cukup kita beri makan kutu air yang di
saring, sampai berumur 1 bulan dan apabila pertumbuhannya pesat bisa di berikan anak
cuk (jentik nyamuk) dan cacing sutra secara terbatas serta apabila perkembangan kurang
pesat maka makanannya harus tetap kutu air.
Setelah umur 1 bulan burayak sudah dapat di pindahkan kedalam wadah yang lebih
besar supaya perkembangganya lebih pesat dari segi makanan sudah bisa di kombinasi
antara kutu air, cuk, cacing sutra dan pelet. Setelah burayak berumur 2 - 2,5 bulan, maka
sudah dapat di pisahkan dan di pilah mana yang jantan dan betina. Untuk jantan harus di
beri wadah tersendiri dan untuk betina masih bisa di campur sesama betina, apabila setelah
di seleksi ternyata cupang betina yang dominan maka dapat kita simpulkan salah satu dari
induk tersebut kurang baik kualitasnya. Sebaiknya induk betina itu tidak di pijahkan
kembali. Apabila baik, maka induk jantan sudah dapat di pijahkan kembali 3 minggu
setelah di angkat dari tempat pemijahan (Huda, 2009).
Meskipun cupang dewasa mau menerima makanan kering dan mati, namun untuk
memperoleh pertumbuhan maksimal dan warna yang cantik sebaiknya ikan-ikan cupang
ini hanya di beri makanan hidup. Makanan hidup seperti cacing sutera, jentik-jentik
nyamuk dan kutu air sangat di sukai oleh ikan-ikan cupang (Rudin, 2011).
Menurut Perkasa (2001), bahan pakan alami bagi cupang hias di peroleh dari alam.
Bahan pakan tersebut di berikan dalam keadaan hidup tanpa melalui proses terlebih
dahulu. Memperoleh pakan alami tidak sulit dan relatif murah. Sarana untuk mendapatkan
pakan alami hanya dengan alat sederhana.
Faktor penting dalam budidaya ikan cupang adalah kualitas air yang digunakan
dalam budidaya. Kualitas air harus selalu terjaga kebersihannya dan terhindar dari zat-zat
beracun, seperti amoniak, limbah pabrik, detergen, dan lain-lain. Ikan akan tumbuh optimal
jika kualitas airnya baik. Air pada akuarium atau pada wadah pematangan gonad sebaiknya
diganti setiap 3 hari, serta ikan cupang direndam selama 1 jam dengan air yang telah
dicampur garam dapur dan obat khusus cupang yang banyak dijual di pasar ikan dengan

dosis secukupnya. Hal tersebut untuk menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau
penyakit lainnya (Lesmana, 2005).
Cara lain unntk menjaga kualitas air tetap baik adalah dengan cara memasukan
eceng gondok dalam kolam pembesaran, yang berfungsi untuk menyerap racun di sekitar
air tersebut dan sekaligus menjadi tempat berteduh bagi burayak/benih cupang. Jangan
terlalu banyak memberikan eceng gondok karena eceng gondok dapat menyerap oksigen di
dalam air. Eceng gondok yang terlalu banyak dapat menyebabkan kematian bagi burayak
karena kekurangan kadar oksigen di dalam air (Perkasa, 2001).
Menurut Kordi (2004), penyakit pada ikan cupang secara fisik banyak di sebabkan
oleh microorganisme,cendawan, bakteri dan virus! yang di pengaruhi oleh sani tasi air,
dimana tempat ikan cupang itu hidup, kurang higienis dan kurang di perhatikan, atau di
sebabkan oleh faktor alam seperti perubahan iklim yang berpengaruh pada perubahan suhu
air, sehingga mempengaruhi tumbuh kembangnya cendawan, bakteri,dan virus. Oleh sebab
itu kualitas air untuk ikan cupang ini harus tetap dijaga. Penyakit fisik tersebut antara lain
busung/sisik nanas, salak, atau hydrops, menceret atau berak putih disebkan oleh virus
salmonella sp., valvet/fin rot, yang disebabkan oleh bakteri oodium pillularis, serta borok/
luka yang terinfeksi yang di sebabkan oleh kutu ikanargullus indicus dan lernea
cyprinacea.
Penyakit pada ikan cupang non fisik tidak disebabkan oleh microorganisme, tapi
disebabkan oleh kurang hati-hati dalam perawatan ikan cupang yang menyebabkan mental
dan fisik ikan cupang menjadi sakit, dan cacat dan dapat berakibat menurunnya kesehatan
ikan cupang tersebut, sirip kurang mengembang, kurang gairah, tidak nafsu makan,bacul
(hilang keberanian/ mental) menggigit sirip sendiri, jelas terlihat tidak sehat (Kordi, 2004).
Bila terserang white spot,cendawan/jamur gejala awalnya adalah berenang ikan
cupang seperti tersentak-sentak atau menabrakan badannya ke media dinding aquarium
/wadah, bila tidak cepat di tanggulangi badan ikan cupang akan cepat di tumbuhi bintikbintik putih lebih kecil dari telur ikan. Hal ini bila sudah parah, bila tidak cepat di
tanggulangi dapat menyebabkan ikan cupang malasberaktifitas,sirip tidak mengembang,
dan menghilangkan nafsu makan dari ikan tersebut. Penanggulangan nya dapat dengan
diberikan anti white spot, blitz-icth/fish mate yang mengandung bahan aktif metil biru
(methiline blue) dan dimetil amino triphenyl methanol, super icth , blitz icth/obat biru/ anti
white spot dilarutkan dengan air dan di campur garam ikan dengan dosis di sesuaikan
dengan stadium penyakitnya. Dengan merendam ikan cupang yang sakit kedalam larutan

tersebut diatas selama kurang lebih 5 jam, kemudian angkat dan rendam kembali kedalam
larutan yang sama.
Ketika usia cupang sudah memasuki usia satu bulan, mulai bisa dilakukan
pemanenan sekaligus proses penyeleksian atau penyortiran. Ikan cupang yang berkualitas
baik serta lolostahap penyortiran dipisahkan dan diletakkan ke dalam botol-botol tersendiri
supaya bisa berkembang dengan baik dan terhindar perkelahian.
Cupang harus dikemas secara terpisah karena ikan ini akan bertarung jika
disatukan. Wadah pengemasan ikan ini dapat berupa plastik polyethilene berukuran 10 x
20 cm, 12 x 25 cm, dan 14,5 x 29 cm yang dirangkap dua agar tidak mudah bocor. Untuk
cupang plakat dan adu, isi setengah kantong plastik dengan air yang telah diendapkan.
Kemudian, untuk jenis serit dan halfmoon, isi sepertiga kantong plastik dengan air. Ikan ini
dapat bertahan sampai satu minggu di dalam kantong plastik yang suhu udaranya tetap
stabil. Setelah dikemas, cupang dapat langsung dijual ke konsumen atau menggunakan jasa
pengumpul (pengepul) dan supplier yang biasanya sudah mempunyai jaringan yang luas.
Pembudidaya dapat melakukan penjualan langsung yang umumnya dilakukan di
rumah atau lokasi budidaya biasanya menggunakan wadah-wadah berupa botol atau
akuarium berukuran 20 x 15 x 15 cm yang ditempatkan pada suatu rak. Ikan-ikan yang
diletakkan di rak-rak display ini berkualitas prima, sehingga dijual dengan harga yang
relatif tinggi.
Pembudidaya pun dapat melakukan penjualan melalui pengumpul (pengepul)
dan supplier. Pengumpul atau pengepul adalah penampung ikan pembudidaya dengan
kapasitas pembelian tertentu dan membeli ikan dengan berbagai ukuran. Tidak ada
persyaratan khusus agar pengepul mau membeli ikan pada pembudidaya, yang terpenting
adalah ikan sehat, tidak cacat, dan ukurannya seragam. Biasanya harga ditentukan oleh
pembudidaya, lalu terjadi tawar-menawar sampai kesepakatan harga tercapai antara kedua
belah pihak.
Supplier biasanya membeli ikan cupang dengan harga yang lebih rendah dari
pengepul dan jumlah pembeliannya bergantung pada permintaan konsumennya. Cupang
yang dibeli oleh supplierakan langsung didistribusikan ke pasar ikan hias, eksportir, dan
toko ikan hias.

III. RENCANA KERJA
Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan Januari - Februari 2015. Adapun
rencana kegiatannya adalah sebagai berikut :
No

Kegiatan

1
2
3
4
5

Proposal/Konsultasi
Perijinan
Pelaksanaan
Laporan/Konsultasi
Ujian

1


Oktober
2 3



4

Januari
1 2 3 4

Februari
1 2 3 4

1

Maret
2 3





















Rencana kegiatan Kerja Lapangan di BPPBIH, Kota Depok yang disusun secara
harian adalah sebagai berikut:

4



Hari ke-

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

RENCANA ISI LAPORAN
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Waktu dan Tempat

II. KEADAAN UMUM
A. Sejarah
B. Letak geografis
C. Struktur Organisasi
D. Sarana dan Prasarana
III. PEMBESARAN IKAN CUPANG
A. Persiapan kolam/aquarium dan benih
B. Pelaksanaan proses pembesaran ikan mas cupang
C. Pelaksanaan pemberian pakan
D. Perawatan rutin kolam/aquarium dan ikan
E. Pemanenan
IV. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Syaiful. 2009. Meraup Uang dari Ikan Cupang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina
Aksara.Jakarta.
Lesmana, D.S. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar Edisi Revisi (Penebar Swadaya.
Jakarta). 237 hal.
Rudin, F. 2011. Sistem Reproduksi Ikan Cupang. Patria Blitar. Blitar.

Susanto, H. 1991. Memelihara Ikan Cupang. Tangerang. Kanisius.