TUGAS HUKUM TATA NEGARA LEMBAGA NEGARA K

TUGAS HUKUM TATA NEGARA
LEMBAGA NEGARA
KOMISI PENYIARAN INDONESIA

Disusun oleh:
GESSA HARIMURTI INDRAWAN

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah kepada kita sekalian.
Shalawatdan Salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang membawa kita dari jalan kegelapan
menujujalan yang terang benderang.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang
membantu dalam pembentukan makalah ini, penulis berharap, semoga tulisan
yang telah kami usahakan ini, bukan hanya menjadi bahan bacaan, tapi mudahmudahan bisa menjadi suatu hal bermanfaat bagi kita semua umumnya, dan

tentunya bagi penulis.
Dan yang terakhir, penulis sangat memohon kepada segenap pembaca
sekalian, sebagai insan, kami tidak akan pernah luput dari pada salah dan lupa.
maka dari itu, apabila mungkin dari beberapa hal yang telah penulis uraikan,
baik dalam segi pemahaman ataupun penulisan ada kesalahan, maka penulis
mohon klarifikasi, kritik dan sarannya yang membangun, dan tentunya yang
demikian sangat penulis harapkan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia....................................................6
2.2 Wewenang dan Tugas Komisi Penyiaran Indonesia......................................9
2.3 Tujuan yang ingin dicapai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)....................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan media informasi pada zaman globalisasi ini sangat cepat dan
pesat sekali, bahkan terkesan tidak terkontrol dengan baik dan serius oleh para
penegak hukum.Berbagai macam media muali dari media cetak dan elektronik
yang digunakan oleh masyarakat, terutama di masyarakat perkotaan.
Untuk meningkatkan daya saing suatu media massa, maka tak jarang media massa
menggunakan berita atau gambar yang bersifat pornografi bahkan menampilkan
kekerasan baik berbentuk kekerasan fisik maupun kekerasan psikis sebagai daya
tarik tersendiri..
Perkembangan teknologi telah menpengaruhi komunikasi dan informasi
yang mengakibatkan banyaknya informasi yang beredar. Sehingga informasi telah
menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan telah menjadi nafas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Namun yang menjadi
masalah adalah ketika perangkat hukum di Indonesia baik belum mempunyai
batasan yang jelas tentang apa yang ditayangkan dalam program-program
penyiaran, sehingga tayangan yang bersifat kekerasan dalam bentuk fisik dan
psikis, yang mengandung unsur porno, serta mengandung berita hoax.

Indonesia sebagai negara demokrasi mengakui bahwa perlu adanya batasanbatasan dalam penyampaian siaran yang dinilai melewati batas dimana telah
melanggar nilai-nilai dalam pancasila serta telah menjadi tanggung jawab negara
dalam melindungi warganya dari siaran yang merusak moral dan norma
masyarakatnya. Sehingga dibentuklah lembaga independen dengan tujuan agar
pemberian informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab lembaga
tersebut adalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang menjadi dasar pembentukan dari Komisi Penyiaran Indonesia ?
b. Apa visi dan misi Komisi Penyiaran indonesia ?
c. Apa saja Sanksi yang dapat dijatuhi oleh Komisi Penyiaran Indonesia ?
1.3 Tujuan Masalah
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut :
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dalam materi lembaga negara
b. Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan informasi mengenai Komisi Penyiaran Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran merupakan
dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pengelolaan
sistem penyiaran yang merupakan ranah masyarakat harus dikelola oleh sebuah
badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan
kekuasaan. Berbeda dengan Undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu
Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi "Penyiaran dikuasai
oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah",
menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu merupakan bagian dari alat
kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.
Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan masyarakat sebagai
pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik
masyarakat dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya
bagi kepentingan masyarakat. Sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat
artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi
masyarakat yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai
dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan,dan lain-lain.
Prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan
oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan Diversity of Content

(prinsip keberagaman isi) adalah tersedianya informasi yang beragam bagi
masyarakat baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan
Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan) adalah jaminan
bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan
dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip Diversity of
Ownership juga menjamin iklim persaingan yang sehat antara pengelola media
massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.
Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem
penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran merupakan
ranah masyarakat dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan
masyarakat.Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi
perubahan dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia.

Perubahan paling mendasar dalam Undang - Undang tersebut adalah
adanya batasan kekuasaan dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan
hak khusus pemerintah kepada sebuah badan pengatur yang independen bernama
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem
penyiaran yang merupakan bagian masyarakat harus dikelola oleh sebuah badan

yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan penguasa.Ketikadi masa
lalu dimana pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah.
Sistem penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung
pengaruh pemerintah terhadap masyarakat dalam penguasaan wacana strategis,
tapi juga digunakan untuk mengambil keuntungan antara segelintir elit penguasa
dan pengusaha.
Maksud yang sebenarnya adalah setiap lembaga penyiaran yang ingin
menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau
berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Hal ini
untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang
terjadi sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga
dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak
sosial-budaya masyarakat lokal. Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran
berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya masyarakat lokal dan minoritas.
Masyarakat juga berhak untuk memperolah informasi yang sesuai dengan
kebutuhan polik, sosial dan budayanya. Undang-undang no. 32 Tahun 2002 dalam
melindungi hak masyarakat secara lebih merata.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang lahir atas amanat Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2002, terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi).
Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan KPI

Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selain itu,
anggaran program kerja KPI Pusat dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara dan KPI Daerah dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Komisi Penyiaran Indonesiadibantu oleh
sekretariat tingkat eselon II yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil serta
staf profesional non PNS. Komisi Penyiaran Indonesiamerupakan wujud peran
serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan
masyarakat akan penyiaran harus mengembangkan program-program kerja hingga
akhir kerja dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undangundang Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3:
" enyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh
P
integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang
beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang
mandiri, demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri
penyiaran Indonesia."
Untuk mencapai tujuan tersebut organisasi Komisi Penyiaran Indonesia
dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bidang kelembagaan, struktur penyiaran dan
pengawasan isi siaran. Bidang kelembagaan menangani persoalan hubungan antar

kelembagaan KPI, koordinasi Komisi Penyiaran IndonesiaDaerah serta
pengembangan kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia. Bidang struktur
penyiaran bertugas menangani perizinan, industri dan bisnis penyiaran.
Sedangkan bidang pengawasan isi siaran menangani pemantauan isi siaran,
pengaduan masyarakat, advokasi dan literasi media.Mekanisme pembentukan KPI
dan rekrutmen anggota yang diatur oleh Undang-undang nomor 32 tahun 2002
akan menjamin bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan dikelola
secara partisipatif, transparan, akuntabel sehingga menjamin independensi Komisi
Penyiaran Indonesia.
Eksistensi Komisi Penyiaran Indonesia adalah bagian dari wujud peran
serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah aspirasi maupun
mewakili kepentingan masyarakat (UU Penyiaran, pasal 8 ayat 1). Legitimasi
politik bagi posisi Komisi Penyiaran Indonesia dalam kehidupan kenegaraan
berikutnya secara tegas diatur oleh UU Penyiaran sebagai lembaga negara
independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran (UU Penyiaran, pasal 7
ayat 2). Secara konseptual posisi ini mendudukkan Komisi Penyiaran Indonesia
sebagai lembaga kuasi negara atau dalam istilah lain juga biasa dikenal dengan
auxilarry state institution.

Dalam rangka menjalankan fungsinya Komisi Penyiaran Indonesia

memiliki kewenangan (otoritas) menyusun dan mengawasi berbagai peraturan
penyiaran yang menghubungkan antara lembaga penyiaran, pemerintah dan
masyarakat. Pengaturan ini mencakup semua daur proses kegiatan penyiaran,
mulai dari tahap pendirian, operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi.
Dalam melakukan kesemua ini, Komisi Penyiaran Indonesia berkoordinasi dengan
pemerintah dan lembaga negara lainnya, karena spektrum pengaturannya yang
saling berkaitan. Ini misalnya terkait dengan kewenangan yudisial dan yustisial
karena terjadinya pelanggaran yang oleh UU Penyiaran dikategorikan sebagai
tindak pidana. Selain itu, Komisi Penyiaran Indonesia juga berhubungan dengan
masyarakat dalam menampung dan menindaklanjuti segenap bentuk apresiasi
masyarakat terhadap lembaga penyiaran maupun terhadap dunia penyiaran pada
umumnya.
2.2 Wewenang dan Tugas Komisi Penyiaran Indonesia
Komisi Penyiaran Indonesia melakukan peran-perannya sebagai wujud
peran serta masyarakat yang berfungsi mewadahi inspirasi serta mewakili
kepentingan masyarakat akan penyiaran. Dalam menjalankan fungsinya, Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) juga mempunyai beberapa wewenang yaitu:
a. Menetapkan standar program penyiaran
b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran
c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta

standar program siaran
d. Memberi sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman
perilakupenyiaran serta standar program siaran
e. Melakukan
koordinasi
dan
kerjasama
dengan
pemerintah,
lembagapenyiaran dan masyarakat.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mempunyai Tugas yaitu:
a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak danbenar
sesuai dengan hak asasi manusia,
b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran,
c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiarandan
industri terkait,
d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata,
danseimbang,
e. Menampung, meneliti dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, sertakritik
dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaran penyiaran,

f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia
yangmenjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran dan P3SPS menjadi rujukan
untuk melihat kualitas penyelenggaraan di Indonesia. Dalam arti, kualitas tersebut
apakah penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan
tercantum di dalamnya.
Komisi Penyiaran Indonesia juga memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Komisi Penyiaran Indonesia wajib mengawasi pelaksanaan pedoman
perilaku penyiaran,
b. Komisi Penyiaran Indonesia wajib menerima aduan dari setiap orang atau
kelompok yangmengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman
perilaku penyiaran,
c. Komisi Penyiaran Indonesia wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai
hal-hal yang bersifatmendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) huruf e,
d. Komisi Penyiaran Indonesia wajib meneruskan aduan kepada lembaga
penyiaran yangbersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab,
e. Komisi Penyiaran Indonesia wajib menyampaikan secara tertulis hasil
evaluasi dan penilaian kepada pihak yang mengajukan aduan dan Lembaga
Penyiaran yang terkait.

Komisi Penyiaran Indonesia juga mempunyai tugas dan kewenangan terkait
pedoman perilaku penyiaran yaitu
a. Pedoman perilaku penyiaran bagi penyelenggaraan siaran ditetapkan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia.
b. Pedoman perilaku penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disusun dan bersumber pada:
 nilai-nilai agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan
 norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat
umum dan lembaga penyiaran.
c. Komisi Penyiaran Indonesia wajib menerbitkan dan mensosialisasikan
pedoman perilaku penyiaran kepada Lembaga Penyiaran dan masyarakat
umum.

d. Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurangkurangnya berkaitan dengan:
 rasa hormat terhadap pandangan keagamaan;
 rasa hormat terhadap hal pribadi;
 kesopanan dan kesusilaan;
 pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme;
 perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan;
 penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak;
 penyiaran program dalam bahasa asing;
 ketepatan dan kenetralan program berita;
 siaran langsung; dan
 siaran iklan.
e. KPI memfasilitasi pembentukan kode etik penyiaran.

Sanksi yang dapat dijatuhi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Bagi yang melanggar aturan yang telah ditentukan oleh KPI akan mendapatkan
sanksi administratif oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yaitu:
a. Teguran tertulis
b. Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui
c. Tahap tertentu :
 Pembatasan durasi dan waktu siaran
 Denda administratif
d. Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu
e. Tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiara
f. Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran

2.3 Tujuan yang ingin dicapai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
a. Harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau
mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin
kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan
supremasi hukum

b. Harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan
antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak
asasi setiap individu/orang dengan menghormati dan tidak mengganggu
hak individu/orang lain
c. Memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, juga
harus mempertimbangkan penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang
penting dan strategis, baik dalam skala nasional maupun internasional
d. Mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi,
khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi,
komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet, dan bentuk-bentuk khusus
lain dalam penyelenggaraan siaran
e. Lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial dan
berpartisipasi dalam memajukan penyiaran nasional untuk itu, dibentuk
Komisi Penyiaran Indonesia yang menampung aspirasi masyarakat dan
mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran yang baik
f. Pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang
berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi
masyarakat yang beraneka ragam, untuk meningkatkan daya tangkal
masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing.

BAB III
PENUTUP
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 dasar utama di bentuknya
Komisi Penyiaran Indonesia adalah sebagai lembaga yang independen untuk
mengawasi dan mengatur penyiaran yang diselenggarakan oleh lembaga
penyiaran publikbaik itu lembaga penyiaran swasta, dan lembaga penyiaran
komunitas.
Maksud lain dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 yang sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (3) bahwa tugas dan kewajiban Komisi Penyiaran
Indonesia adalah menjamin masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar,
ikut berperan dalam pembenahan infrastruktur dalam penyiaran, mengawasi
lembaga penyiaran publik dalam segala acara siarannya, dan memberikan
kebebasan secara luas kepada masyarakat dalam melakukan pemantauan dan
aduan serta masukan terhadap program siaran di Indonesia.
Dengan di bentuknya Komisi Penyiaran Indonesia yang independen diharapkan
lembaga penyiaran publik tidak hanya bersaing secara popularitas dan mencari
untung sendiri tapi mampu dalam memberikan dan menyiarkan acara yang
berkualitas, mendidik, dan nyata serta tentu saja aktual.

DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly.2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara.
Jakarta : Rajawali Press.
Huda, Ni’matul. 2013. Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta : Rajawali Press
Komisi Penyiaran Indonesia. 2011. Mengenal Komisi Penyiarn Indonesia
‘Lembaga Negara Independen’. Yogyakarta: Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah.