SIstem input proses output outcome pendi (1)
SISTEM INPUT-PROSES-OUTPUT-OUTCOME
PENDIDIKAN BERMUTU: FUNGSIONAL, PRODUKTIF,
EFEKTIF, EFESIEN DAN AKUNTABEL
MAKALAH
Diajukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta,
Kebijakan, Teori dan Filsafat diampu oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi
Oleh
Denny Kodrat
NPM: 4103810413007
Dirmania
NPM: 4103710413025
H. Zaenal Abidin
NPM: 4103810413017
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, termasuk
di
dalamnya
meningkatkan
kemampuan
motorik
(skill).
Oleh
karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan adanya
kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal) yang ingin dicapai.
Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana, sistematis
dan berkelanjutan.
Pada
pasal
31
ayat
2,
Undang-undang
Dasar
1945
mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan
nasional.
Ketentuan
ini
terkait
dengan
cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan
umum dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupaan yang layak
bagi
kemanusiaan.
Terkait
dengan
pernyataan
di
atas,
sudah
sepatutnya upaya-upaya dalam rangka meningkatkan pencapaian
tersebut harus diikuti dengan sistem input dan
proses yang baik
sehingga output dan outcome-nya, memuaskan semua pihak yaitu
pemerintah, masyarakat dan stakeholders pendidikan.
1.2 Landasan Hukum dan Teori
1.2.1 Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum dan teori yang digunakan dalam
pembahasan Sistem Input –Proses, Output, Out come Pendidikan
bermutu: Fungsional, Produktif, efektif, Efsiensi, Akuntabel. Yaitu:
2
1. Al-Quran: Al-Isra : 70, An-Nahl : 23, 125, Al-Baqarah : 31,
Al-A’laq :1-5, Al-Maidah:8, Luqman:13,Thaha :25-28.
2. Al-Hadist
3. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
4. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS
5. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
6. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan
7. Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah serta
Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33
1.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberi
warna pendidikannya.
2.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori
ini
menyatakan
seseorang
terlahir
dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan
yang
dibawa
sejak
lahir
tidak
akan
berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan
tersebut.
3
3.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya
memiliki
pembawaan
baik,
namun
pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keluarga, sekolah
ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran
negativisme.
4. Teori Pendidikan Menurut Aliran Positivisme
Dalam aliran ini disebutkan bahwa ilmu dan pendidikan
yang didesiminasikan dan diarahkan kepada peserta didik
adalah ilmu yang mengorientasikan peserta didik untuk
beradaptasi dengan dunia masyarakat industri (Nuryatno,
2011)
4
BAB II
SISTEM INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN
BERMUTU
2.1. Sistem
2.1.1 Pengertian
Sistem adalah seperangkat komponen yang terkait, saling
mempengaruhi dan beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks upaya pemecahan masalah dan pencapaian tujuan,
maka langkah-langkah itu harus berangkat atau dimulai dari
konteks, input, output dan berakhir dengan outcome (Hamzah,
2011). Mengacu pendapat Hamzah (2011) ini maka sangatlah logis
apabila setiap sistem dan subsistemnya perlu mendapatkan
perhatian yang jelas, utuh dan besar.
2.1.2 Input Pendidikan
Untuk
ketercapaian
pendidikan
bermutu,
fungsional,
produktif, efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal
5
yang terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik –
ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan evaluasi,
hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang memadai
(Mulyasa, 2013).
2.1.3. Proses Pendidikan
Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang terjadi
secara alami atau didesain dengan sengaja (Mulyasa, 2012).
Pesan-pesan penting akan dapat ditangkap dan dicerna bila para
pelaku
pendidikan
mampu
mendesain
secara
interaktif
dan
sederhana.
Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari
proses pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh guru,
berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas secara
interaktif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi
serta
merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif, dengan
menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih
sayang serta penuh cinta).
Suatu proses agar keberhasilanya sesuai harapan, maka
harus diawali dengan perencanaan (planning). Perencanaan yang
baik
akan
mendorong
terselenggaranya
proses
yang
ideal
sehingga setiap pelaksanaan proses harus mengetahui unsur-unsur
perencanaan, misal bagi seorang guru yang akan melaksanakan
proses pembelajaran, maka guru tersebut harus menguasai unsurunsur perencanaan proses pembelajaran yang baik, seperti:
1.Kebutuhan peserta didik
6
2.Kompetensi dasar
3.Tujuan
4.Strategi dll.
Tentunya sebaliknya, perencanaan yang kurang optimal hanyalah
akan
menghasilkan
mengatakan:
“Gagal
kegagalan,
dalam
sebagaimana
perencanaan
pepatah
sama
bijak
dengan
merencanakan kegagalan” (fail to plan is plan to fail).
Ada beberapa pendekatan dalam melaksanakan proses pendidikan,
yaitu sbb:
1. Pendekatan Sistem Nilai Religi (Teori dan Filsafat).
Pendekatan untuk teori pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai
agama digunakan sebagai bagian dari sumber acuan (reference) dalam
menentukan tujuan metode dan strategi. Cara kerja pendekatan ini
adalah dengan menggunakan pendekatan keyakinan (belief), akal
(thought) serta logika. Tahap pertama dalam pendekatan ini adalah
harus terciptanya keyakinan terlebih dahulu, kemudian keyakinan itu
dipelajari, dipahami, diyakini dan diamalkan. Selain itu harus ada
keyakinan bahwa semua ilmu itu bersumber dari Allah SWT.
Ilmu Allah terbagi dua bagian:
a) Yang dituangkan dalam Al-qur’an atau yang disebut sebagai
ayat kauliah dan dijadikan sebagai pedoman kehidupan.
b) Ilmu yang diturunkan melalui ayat- ayat kauniah yang
dijadikan untuk sarana hidup, hakekatnya ilmu ini dipelajari
untuk kemanfaatan umat manusia yang diberikan oleh Allah
bahkan sebagian besar banyak dijadikan referensi dan sering
dijustifkasi bahwa keberhasilannya semata-mata hasil ciptaan
7
manusia sehingga muncullah teori-teori, kebenaran ilmu-ilmu
ini dipelajari berdasarkan gejala alam dan biasanya di lakukan
dengan melalui eksperimen dan penelitian.
2. Pendekatan flosof
Pendekatan
memecahkan
flosof adalah
permasalahan
suatu
dalam
pendekatan
pendidikan
untuk
dengan
menggunakan metode flsafat. Karena metode flsafat awalnya
dari sebuah pemikiran atau renungan manusia, hal ini berakibat
pada
memungkinkannya
menurut
pendapat
kami,
ketidakmutlakan
metode
flsafat
kebenaran.
ini
harus
Jadi,
tetap
disandarkan dengan ilmu Allah yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist yang memiliki kebenaran absolut (An-Nabhani,
2000).
3. Pendekatan Sains
Pendekatan sains adalah pengkajian pendidikan untuk
menentukan
dan
memecahkan
permasalahan
dengan
menggunakan disiplin ilmu tertentu. Metode ilmiah digunakan
sebagai
dasar
kajian
untuk
mendapatkan
hasil
penelitian
berdasarkan data dengan kaidah-kaidah tertentu (dikaji secara
sistematik).
2.2. Output Pendidikan
Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan
sesuai
dengan
standar
tertentu
dan
tentunya
diharapkan
memenuhi keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah.
Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan
8
proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas tentu
dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori Sistem
informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini. Suatu
output
dikatakan
berkualitas
(baca:
bermutu)
memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan
apabila
telah
oleh Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat
dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang
sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung
oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan
persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain,
makro,
meso
menjalankan
dan
mikro
perannya
pendidikan
sehingga
secara
menghasilkan
bersama-sama
output
yang
terstandar dengan baik.
2.3. Outcome Pendidikan
Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat
(beneft) yang dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran
(output) pendidikan, maupun bagi stakeholders pendidikan secara
luas.
Pada
fase
berikutnya,
outcome
pendidikan
ini
akan
menghasilkan dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain,
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik
dan tentunya akan memiliki dampak yang baik pula.
Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah
yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah,
9
tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan perwakilan orang tua
siswa sejatinya berperan dalam
memberikan masukan-masukan
yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru, tetapi,
yang paling penting, memikirkan dan mendorong bagaimana
supaya sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Agar hasil
lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh karenanya, dewan
sekolah/komite sekolah juga perlu ikut merumuskan, memberi
masukan dan mengevaluasi visi, misi, strategi sekolah agar apa
yang dihasilkan oleh sekolah relevan dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Manajemen pendidikan harus mampu mengarahkan berbagai
kebijakan dalam proses pendidikan, antara lain:
a) Proses
pembelajaran
sebagai
alat
pendorong
untuk
terwujudnya peningkatan mutu pendidikan, kualitas layanan
pendidikan
pada
pengguna,
pemberdayaan
lembaga
pendidikan yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Atas dasar
pemikiran di atas maka dewan
sekolah/komite sekolah sebagai lembaga independen dapat
menilai kompetensi dan profesionalisme guru, yang pada
akhirnya mampu memberdayakan peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai agama dan budaya. Outcome pendidikan mampu
memperkuat sistem nilai yang bermanfaat bagi masyarakat,
sebagaimana
para
ulama
berkata
bahwa
sebaik-baiknya
manusia yaitu dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
10
2.3.1 Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan Akuntabel.
Berbicara tentang dunia pendidikan, maka akan selalu
berkaitan dengan sistem input, proses, output dan outcome yang
itu semua berkaitan erat dengan manajemen sekolah yang tentu
didalamnya terdapat kepala sekolah, guru, peserta didik dan
sumber
daya
manusia
lainnya.
Oleh
karenanya,
berbicara
mengenai masalah sekolah, maka akan terkait pula dengan
pertanyaan :
1) Bagaimanakah fungsi kepala sekolah
2) Bagaimanakah fungsi guru ?
3) Bagaimanakah Produktiftasnya ?
4) Bagaimanakah efektivitas dan efsiensinya ?
5) Bagaimana akuntabilitasnya ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu
diingatkan kembali mengenai fungsi kepala sekolah dan guru.
a) Fungsi Kepala Sekolah
Para ahli sering mengemukakan bahwa tugas pokok dan
fungsi
(tupoksi)
administrator,
kepala
sekolah
supervisor,
sebagai
edukator,
pemimpin/leader,
manajer,
inovator
dan
motivator.
b) Fungsi Guru
Menurut undang undang Sisdiknas, pasal 39 ayat 2 mengenai
pendidik dan tenaga kependidikan dikatakan, ”Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembimbingan dan pelatihan serta
Pembelajaran
melakukan
melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pedidik pada
perguruan tinggi”
11
Akhir-akhir ini, peran dan fungsi guru telah mengalami
penciutan. Guru hanya dimaknai sebagai mereka yang mengajar
dan berdiri pada sekolah-sekolah formal, sedangkan mereka yang
berkiprah pada lembaga lembaga non formal sering disebut tutor
atau pelatih, padahal mereka semua mempunyai fungsi yang sama,
membuat
rencana,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai,
membimbing, tetapi yang paling penting bahwa fungsi guru, selain
yang disebut diatas, harus mempunyai sifat-sifat keteladanan,
memberikan
motivasi,
mendorong
peserta
didik
untuk
berkreatiftas.
c)
Produktif (Guru Produktif)
Banyak kriteria mengenai guru produktif, tetapi kami
membatasi produktif disini sebagai guru yang terus menerus
belajar
untuk
memenuhi
tuntutan
peserta
didiknya,
kreatif,
memberi teladan serta mampu bersaing. Guru produktif adalah
guru yang kreatif, dinamis dan energik, serta merasa kekurangan
(humble), dengan kesadaran dirinya seperti itu, maka ia tidak
pernah puas dengan pembelajaran yang disampaikan yang ia
dimilki. Dia selalu melakukan refeksi diri, baik itu melalui
membaca,
melaksanakan
PTK
(Penelitian
Tindakan
Kelas),
mengikuti kegiatan KKG atau sejenisnya, mampu menghasilkan
karya– karya baik itu tulisan ataupun karya- karya lainya termasuk
teknologi pendidikan. Dengan kata lain, guru produktif adalah:
1) guru yang belajar sepanjang hayat.
12
2) guru yang mampu menyebarkan dan mengamalkan ilmu yang
telah ia dapati.
3) guru
yang
menyadari
pentingnya
perbaikan
secara
berkelanjutan (continuous improvement).
d) Guru Efektif dan Efsien
Guru yang efektif dan efsien akan melahirkan pembelajaran
yang efektif dan efsien, karena pembelajaran yang efektif akan
ditandai dengan pembelajaran yang menekankan pemberdayaan
peserta
didik
secara
aktif
dan
interaktif
(Mulyasa,
2013).
Pembelajaran bukan hanya sebagai kegiatan mengingat dan
menghafal
dan
bukan
pula hanya menekankan
pada ranah
pengetahuan tentang apa yang diajarkannya, tetapi lebih jauh,
mampu
menempa
ilmu
pengetahuan
yang
diperoleh
dalam
kehidupan sehari- hari.
Guru yang efektif dan efsien mempunyai karakter yang tidak
bisa di pisahkan dengan seorang guru yang produktif, karena di
dalam setiap proses pembelajaran guru tersebut selalu memberikan
keakraban, kehangatan, pembinaan, membangkitkan motivasi,
membangun komunikasi yang baik, mendisiplinkan dirinya dan
peserta didiknya, membangun strategi pembelajaran yang efektif,
membangun manajemen kelas yang kondusif, membantu siswa
yang
mengalami
kesulitan
belajar,
meningkatkan
ketertiban
peserta didik dalam proses pembelajaran, menyenangkan, aktif,
kreatif serta dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan.
e) Akuntabilitas
13
Akuntabilitas
bermakna
dapat
dipercaya
dan
dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun akhirat.
dapat
Dalam
konteks ini, kami akan membahas bagaimanakah guru yang
akuntabel.
Guru yang akuntabel adalah guru yang bisa dipercaya bukan
saja oleh peserta didiknya tetapi dipercaya oleh semua kalangan
masyarakat. Dia mampu terbuka dalam menerima saran-saran baik
dari peserta didiknya maupun di luar peserta didiknya, karena guru
merupakan fgur yang menarik perhatian semua kalangan, baik itu
keluarga, masyarakat, atau di sekolah. Sebagaimana Djamarah
(2008) menyebutkan
“Di sekolah guru merupakan fgur kunci, gurulah panutan
utama bagi anak didik, semua sikap perilaku guru akan dilihat,
didengar, ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai hak otoritas
untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan di masa depan “ (2008).
BAB III
FAKTA – FAKTA PENDIDIKAN
Judul ini sengaja kami bahas dalam bab tersendiri, karena memuat
barbagai fakta yang ditemukan dilapangan baik itu dari sistem input,
proses, output maupun outcome dengan subjeknya ada sarana dan
prasarana, ada guru, ada peserta didik.
3.1. Fakta
1) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa sekolah
belum mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal ataupun
Standar Nasional Pendidikan masih ada yang mengacu pada SPM/
SNP.
14
2) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain (sekolah
favorit dan sekolah tidak favorit)
3.2. Ketenagaan
1) Belum
merata
jumlah
tenaga
pengajar
di
setiap
jenjang
persekolahan.
2) Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan
3) Kesejahtraan yang belum merata.
4) Sistem yang proporsional.
5) Belum
sepenuhnya
guru
yang
diangkat
berpendidikan
profesional.
3.3 Fasilitas
Fasilitas
di
sini
menyangkut
prasarana
dan
sarana
pendidikan. Fakta di berbagai daerah bahwa prasarana pendidikan
masih belum memadai baik secara kuantitas maupun secara
kualitas.
Misal :
1) Masih kekurangan jumlah kelas.
2) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.
3.4. Biaya
Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih
bersumber dari pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll.
namun walau demikian pada kenyataannya bahwa pendidikan
menurut sebagian masyarakat masih menjadi “barang” mewah.
3.5.
Kurikulum
15
Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing sekolah.
1) Perencanaan dan Evaluasi.
Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan
dan untuk menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan
mutlak perencanaan dan evaluasi perlu dibuat dengan melalui
RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program evaluasi.
2) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum
sepenuhnya di buat oleh sekolah dan guru.
3) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat
oleh sekolah sendiri.
4) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.
Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu
bagian
dari
sistem
input,namun
demikian,
informasi
dan
pemahaman pelaku dilapangan, tentang iklim sekolah tersebut
masih minim bahkan pada dimensi hubungan menunjukan sejauh
mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala
sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh mana
mereka bisa mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas
dan terbuka itupun belum efektif.
Fakta
dilapangan
melaksanakan
proses
pembelajaran,
walaupun secara kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar
Nasional Pendidikan) adanya Kurikulum dan KTSP, namun guru
masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :
1) Keragaman kebutuhan peserta didik.
16
2) Motivasi
3) Pembelajaran yang menyenangkan
4) Layanan yang bijak dan berkeadilan.
5) Memberikan pengayaan.
Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan antara
lain :
1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja
padahal tujuan sekolah SMK untuk mempersiapkan lulusan siap
kerja.
2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus
3. Kualitas lususan relatif masih rendah.
Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar
dapat meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional. Namun
tidak dipungkiri fakta kekinian yang yang ada adalah:
1) Krisis kejujuran
2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )
3) Sekolah melahirkan pengangguran
4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.
Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah
masyakat. Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati karena
masih banyak lulusan pendidikan nasional yang dipekerjakan oleh
negara lain bahkan menjadi tenaga ahli. Lulusan hasil pendidikan
nasional bisa meneruskan
bahkan
banyak
ke perguruan tinggi di luar Indonesia,
mahasiswa
Indonesia
di
luar
negeri
yang
17
melanjutkan kuliahnya dengan bantuan beasiswa dari perguruan
tinggi itu.
Fakta-fakta lain dalam melaksanakan proses pembelajaran
secara Islam banyak dijumpai di boarding-boarding school, di
sekolah Islam terpadu, yang ternyata ini dapat menjawab dan
menangkis kegamangan yang dihadapi sistem pendidikan nasional.
Bahkan sebenarnya masih banyak sekolah-sekolah yang berhasil
dan mempunyai mutu lulusan sesuai harapan masyarakat. Ini
memang banyak terjadi pada sekolah-sekolah yang bernuansa
Islami dengan pengelolaan yang lebih modern.
BAB IV
KEBIJAKAN TEORI DAN FILSAFAT
4.1.
Konsep Pembelajaran menurut Al-Quran dan Hadist
18
Terdapat konsep-konsep pendidikan hampir di semua negara
yang mengacu kepada teori-teori dari Barat misal aliran Empirisme,
aliran
Nativisme,
Konvergensi,
Naturalisme,
Konstruktivisme
dan
lainnya yang diadopsi. Sebagai seorang muslim yang mempunyai
pedoman al-Qur’an sudah sepantasnya kita
mengadopsi teori dan
konsep pendidikan berdasarkan Al-quran dan As-Sunnah, untuk itu
kami akan mencoba menyajikan beberapa konsep pendidikan yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran menurut
ajaran Islam. Ada sebuah kutipan yang diambil dari teori pendidikan
menurut Al-qur’an oleh Abdullah (1982)
”Al-Qur’an banyak mengandung prinsip prinsip pendidikan
islam. Al-Qur’an mengandung ilmu Naaf’, yang mengatur hubungan
manusia dengan sang pencipta,antara manusia dengan sesama, dan
antara manusia dengan lingkungan sekitar”. (1982:33)
Berdasarkan hal itu, kita harus menggali isi kandungan Al-Qur’an
secara benar dan menyeluruh, tetapi sekedar untuk diketahui ada
beberapa
konsep
yang
mudah
dipahami
dalam
suatu
proses
pembelajaran seperti yang terdapat pada surat Al-Lukman ayat 13:
“ Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi
pelajaran
kepadanya
“Hai
anakku
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar benar kezaliman yang besar “.
Bila kita simak ayat tersebut dalam Islam sebelum kita
menerima berbagai pelajaran dan disiplin ilmu, maka yang pertama
diyakinkan adalah keesaan Allah sebagai pondasi penerapan konsep
keimanan terhadap Allah SWT, selanjutnya ada beberapa hal yang
19
perlu diperhatikan ketika kita hendak mengawali pembelajaran antara
lain:
1) Tanamkan konsep ketauhidan
2) Awali pembelajaran dengan menyebut nama Allah
3) Biasakan membaca do’a
“Ya Allah lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan lidahku
supaya mereka mengerti perkataanku “ (Q.S.Thoha ayat 25-28 ).
4) Terapkan segi ketauladanan sebagaimana yang dicontohkan
Rasullullah Saw terhadap ummatnya.
5) Sampaikan materi dengan hak dengan kesabaran.
6) Akhiri dengan do’a.
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Qs.An-Nahl: 43)
1) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
2) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. (Al-Hadist)
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
tuhanmu
yang
menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah, dan tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah: 31)
20
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
“Manusia
punya
pikiran
dan
kembangkan
melaui
pikiran”
(HR.Bukhari dan Muslim )
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70, An-Nahl: 125, Al-Maidah:8,
Lukman: 13, At – Thoha: 28)
Teori pendidikan dalam Islam hendaknya
meliputi tiga
dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan dibina tersebut
adalah :
1) Dimensi
Spiritual
:
konsep
iman,
Islam,
insan.
Ulama
menyebutnya Rukun Agama
2) Dimensi Budaya : pembentukan keperibadian sesuai agama
islam, menjadi muslim yang kaffah.
3) Dimensi Kecerdasan: pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga
dengan
kecerdasannya
akan
tercipta
kehidupan
seperti di Madinatul Munawaroh.
4.2. Kebijakan, Teori dan Filsafat Pendidikan
4.2.1. Kebijakan
1. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
2.
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
21
3.
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
4.
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan
5.
Perundang-undangan
dan
Peraturan
Pemerintah
serta
Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33
4.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut
teori
ini
anak-anak
yang
lahir
kedunia
tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai
dengan
keinginan
orang
dewasa
yang
memberi
warna
pendidikannya.
2.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori
ini
menyatakan
seseorang
terlahir
dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya memiliki pembawaan baik, namum pembawaan
baik itu dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga,
22
Sekolah ataupun Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai
Aliran Negativisme
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa guru sebagai
pejabat fungsional harus lebih meningkatakan keprofesionalanya
baik dalam pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam
pemetaan dan pengelolaan kelas, sehingga dengan sebutan jabatan
fungsional
ini
akan
mampu
melayani
peserta
didik
dan
meningkatakan kualitas pendidikan. Dalam meningkatakan kualitas
pendidikan seorang guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan
belajar mengajar (KBM) yaitu proses pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Dalam meningkatkan profesionalismenya, guru harus sering
berlatih membaca, serta menulis yang ada berkaitanya dengan
ranah pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
23
sehingga guru menjadi produktif, efektif dan efsien serta akuntabel
dalam setiap gerak dan langkahnya selain menjadi suri keteladanan
untuk peserta didik, juga bagi keluarga dalam dan
anggota
masyarakat pada umumnya. Dengan jabatan fumngsionalnya itu
guru memiliki nilai manfaat yang berguna bagi perkembangan
bangsa khususnya bagi dunia pendidikan. Perlu di ingat pepatah
para ulama bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
mempunyai nilai manfaat/berguna bagi orang lain “.
5.2.Penutup
Dari judul Makalah “Sistem input,
Proses, output, outcome
pendidikan bermutu: Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan
Akuntabel” Secara fakta telah disinggung di uraian diatas, berbagai
kebijakan telah disusun dengan terbitnya :
1) Undang undang SIKDIKNAS. No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2) Undang undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan.
4) Perundang
undangan
peraturan
pemerintah
serta
PERMENDIKNAS yang kurang lebih jumlahnya ada 33.
Teori dan Filsafat
Teori Pendidikan (menurut Barat )
1) Aliran Empirisme
2) Aliran Konvergensi
3) Aliran Naturalisme
24
4) Aliran Positivisme
Teori Pendidikan menurut Al-Qur’an
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Q.S.An-Nahl.ayat 43.)
3) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
4) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. ( Al-Hadist )
“Bacalah
dengan
(
menyebut
)
nama
tuhanmu
yang
menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah , dan tuhamnmulah yang maha pemurah, yang
mengajar (manusia dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama ( benda-benda ),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah ayat : 31)
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasroni, atau majusi”.
Manusia punya pikiran dan kembangkan melalui pikiran (HR.Bukhari
dan Muslim)
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70. Q.S. An-Nahl: 125, Q.S. AlMaidah.:8, Q.S Lukman : 13, Q.S. At – thoha 25 : 28.
Teori kependidikan dalam islam hendaknya
meliputi tiga
dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.
25
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan ibina tersebut adalah :
4) Dimensi
Spiritual
:
konsep
iman,
Islam,
insan.
Ulama
menyebutnya Rukun Agama.
5) Dimensi Budaya. : pembentukan keperibadian sesuai agama
Islam, menjadi muslim yang kafah.
6) Dimensi Kecerdasan: (pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga
dengan
kecerdasannya
akan
tercipta
kehidupan
seperti di Madinatul Munawaroh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Rahman Saleh. 1982. Educational Theory A Qur’anic
Outlook: Educational
and Psychological Research Center. Mesir: Ummul Qura
University
An Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Sistem Hidup dalam Islam. Bogor.
Pustaka Izzah
Djamarah, Saeful Bakhri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
26
Hamzah. 2011. Manajemen Input, proses, Output dan Outcome dalam
Mengelola Pendidikan
Persekolahan. LPMP. Tersedia di
Hamzah-/pmp.blogsput.com/2011/09/manajemen Input
-proses-output. Diakses 17 Agustus 2013
Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan
Mulyasa, E. 2012a. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2012b. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2013a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
________. 2013b. Menjadi uepala Sekolah Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Nuryatno, Agus M. 2011. Mahzab Pendidikan uritis: Menyikap Relasi
Pengetahuan Politik dan
uekuasaan. Jogjakarta: Resist Book
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan.
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
27
PENDIDIKAN BERMUTU: FUNGSIONAL, PRODUKTIF,
EFEKTIF, EFESIEN DAN AKUNTABEL
MAKALAH
Diajukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta,
Kebijakan, Teori dan Filsafat diampu oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi
Oleh
Denny Kodrat
NPM: 4103810413007
Dirmania
NPM: 4103710413025
H. Zaenal Abidin
NPM: 4103810413017
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, termasuk
di
dalamnya
meningkatkan
kemampuan
motorik
(skill).
Oleh
karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan adanya
kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal) yang ingin dicapai.
Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana, sistematis
dan berkelanjutan.
Pada
pasal
31
ayat
2,
Undang-undang
Dasar
1945
mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan
nasional.
Ketentuan
ini
terkait
dengan
cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan
umum dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupaan yang layak
bagi
kemanusiaan.
Terkait
dengan
pernyataan
di
atas,
sudah
sepatutnya upaya-upaya dalam rangka meningkatkan pencapaian
tersebut harus diikuti dengan sistem input dan
proses yang baik
sehingga output dan outcome-nya, memuaskan semua pihak yaitu
pemerintah, masyarakat dan stakeholders pendidikan.
1.2 Landasan Hukum dan Teori
1.2.1 Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum dan teori yang digunakan dalam
pembahasan Sistem Input –Proses, Output, Out come Pendidikan
bermutu: Fungsional, Produktif, efektif, Efsiensi, Akuntabel. Yaitu:
2
1. Al-Quran: Al-Isra : 70, An-Nahl : 23, 125, Al-Baqarah : 31,
Al-A’laq :1-5, Al-Maidah:8, Luqman:13,Thaha :25-28.
2. Al-Hadist
3. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
4. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS
5. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
6. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan
7. Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah serta
Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33
1.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberi
warna pendidikannya.
2.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori
ini
menyatakan
seseorang
terlahir
dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan
yang
dibawa
sejak
lahir
tidak
akan
berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan
tersebut.
3
3.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya
memiliki
pembawaan
baik,
namun
pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keluarga, sekolah
ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran
negativisme.
4. Teori Pendidikan Menurut Aliran Positivisme
Dalam aliran ini disebutkan bahwa ilmu dan pendidikan
yang didesiminasikan dan diarahkan kepada peserta didik
adalah ilmu yang mengorientasikan peserta didik untuk
beradaptasi dengan dunia masyarakat industri (Nuryatno,
2011)
4
BAB II
SISTEM INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN
BERMUTU
2.1. Sistem
2.1.1 Pengertian
Sistem adalah seperangkat komponen yang terkait, saling
mempengaruhi dan beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks upaya pemecahan masalah dan pencapaian tujuan,
maka langkah-langkah itu harus berangkat atau dimulai dari
konteks, input, output dan berakhir dengan outcome (Hamzah,
2011). Mengacu pendapat Hamzah (2011) ini maka sangatlah logis
apabila setiap sistem dan subsistemnya perlu mendapatkan
perhatian yang jelas, utuh dan besar.
2.1.2 Input Pendidikan
Untuk
ketercapaian
pendidikan
bermutu,
fungsional,
produktif, efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal
5
yang terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik –
ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan evaluasi,
hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang memadai
(Mulyasa, 2013).
2.1.3. Proses Pendidikan
Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang terjadi
secara alami atau didesain dengan sengaja (Mulyasa, 2012).
Pesan-pesan penting akan dapat ditangkap dan dicerna bila para
pelaku
pendidikan
mampu
mendesain
secara
interaktif
dan
sederhana.
Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari
proses pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh guru,
berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas secara
interaktif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi
serta
merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif, dengan
menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih
sayang serta penuh cinta).
Suatu proses agar keberhasilanya sesuai harapan, maka
harus diawali dengan perencanaan (planning). Perencanaan yang
baik
akan
mendorong
terselenggaranya
proses
yang
ideal
sehingga setiap pelaksanaan proses harus mengetahui unsur-unsur
perencanaan, misal bagi seorang guru yang akan melaksanakan
proses pembelajaran, maka guru tersebut harus menguasai unsurunsur perencanaan proses pembelajaran yang baik, seperti:
1.Kebutuhan peserta didik
6
2.Kompetensi dasar
3.Tujuan
4.Strategi dll.
Tentunya sebaliknya, perencanaan yang kurang optimal hanyalah
akan
menghasilkan
mengatakan:
“Gagal
kegagalan,
dalam
sebagaimana
perencanaan
pepatah
sama
bijak
dengan
merencanakan kegagalan” (fail to plan is plan to fail).
Ada beberapa pendekatan dalam melaksanakan proses pendidikan,
yaitu sbb:
1. Pendekatan Sistem Nilai Religi (Teori dan Filsafat).
Pendekatan untuk teori pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai
agama digunakan sebagai bagian dari sumber acuan (reference) dalam
menentukan tujuan metode dan strategi. Cara kerja pendekatan ini
adalah dengan menggunakan pendekatan keyakinan (belief), akal
(thought) serta logika. Tahap pertama dalam pendekatan ini adalah
harus terciptanya keyakinan terlebih dahulu, kemudian keyakinan itu
dipelajari, dipahami, diyakini dan diamalkan. Selain itu harus ada
keyakinan bahwa semua ilmu itu bersumber dari Allah SWT.
Ilmu Allah terbagi dua bagian:
a) Yang dituangkan dalam Al-qur’an atau yang disebut sebagai
ayat kauliah dan dijadikan sebagai pedoman kehidupan.
b) Ilmu yang diturunkan melalui ayat- ayat kauniah yang
dijadikan untuk sarana hidup, hakekatnya ilmu ini dipelajari
untuk kemanfaatan umat manusia yang diberikan oleh Allah
bahkan sebagian besar banyak dijadikan referensi dan sering
dijustifkasi bahwa keberhasilannya semata-mata hasil ciptaan
7
manusia sehingga muncullah teori-teori, kebenaran ilmu-ilmu
ini dipelajari berdasarkan gejala alam dan biasanya di lakukan
dengan melalui eksperimen dan penelitian.
2. Pendekatan flosof
Pendekatan
memecahkan
flosof adalah
permasalahan
suatu
dalam
pendekatan
pendidikan
untuk
dengan
menggunakan metode flsafat. Karena metode flsafat awalnya
dari sebuah pemikiran atau renungan manusia, hal ini berakibat
pada
memungkinkannya
menurut
pendapat
kami,
ketidakmutlakan
metode
flsafat
kebenaran.
ini
harus
Jadi,
tetap
disandarkan dengan ilmu Allah yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist yang memiliki kebenaran absolut (An-Nabhani,
2000).
3. Pendekatan Sains
Pendekatan sains adalah pengkajian pendidikan untuk
menentukan
dan
memecahkan
permasalahan
dengan
menggunakan disiplin ilmu tertentu. Metode ilmiah digunakan
sebagai
dasar
kajian
untuk
mendapatkan
hasil
penelitian
berdasarkan data dengan kaidah-kaidah tertentu (dikaji secara
sistematik).
2.2. Output Pendidikan
Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan
sesuai
dengan
standar
tertentu
dan
tentunya
diharapkan
memenuhi keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah.
Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan
8
proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas tentu
dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori Sistem
informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini. Suatu
output
dikatakan
berkualitas
(baca:
bermutu)
memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan
apabila
telah
oleh Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat
dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang
sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung
oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan
persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain,
makro,
meso
menjalankan
dan
mikro
perannya
pendidikan
sehingga
secara
menghasilkan
bersama-sama
output
yang
terstandar dengan baik.
2.3. Outcome Pendidikan
Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat
(beneft) yang dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran
(output) pendidikan, maupun bagi stakeholders pendidikan secara
luas.
Pada
fase
berikutnya,
outcome
pendidikan
ini
akan
menghasilkan dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain,
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik
dan tentunya akan memiliki dampak yang baik pula.
Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah
yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah,
9
tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan perwakilan orang tua
siswa sejatinya berperan dalam
memberikan masukan-masukan
yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru, tetapi,
yang paling penting, memikirkan dan mendorong bagaimana
supaya sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Agar hasil
lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh karenanya, dewan
sekolah/komite sekolah juga perlu ikut merumuskan, memberi
masukan dan mengevaluasi visi, misi, strategi sekolah agar apa
yang dihasilkan oleh sekolah relevan dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Manajemen pendidikan harus mampu mengarahkan berbagai
kebijakan dalam proses pendidikan, antara lain:
a) Proses
pembelajaran
sebagai
alat
pendorong
untuk
terwujudnya peningkatan mutu pendidikan, kualitas layanan
pendidikan
pada
pengguna,
pemberdayaan
lembaga
pendidikan yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Atas dasar
pemikiran di atas maka dewan
sekolah/komite sekolah sebagai lembaga independen dapat
menilai kompetensi dan profesionalisme guru, yang pada
akhirnya mampu memberdayakan peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai agama dan budaya. Outcome pendidikan mampu
memperkuat sistem nilai yang bermanfaat bagi masyarakat,
sebagaimana
para
ulama
berkata
bahwa
sebaik-baiknya
manusia yaitu dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
10
2.3.1 Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan Akuntabel.
Berbicara tentang dunia pendidikan, maka akan selalu
berkaitan dengan sistem input, proses, output dan outcome yang
itu semua berkaitan erat dengan manajemen sekolah yang tentu
didalamnya terdapat kepala sekolah, guru, peserta didik dan
sumber
daya
manusia
lainnya.
Oleh
karenanya,
berbicara
mengenai masalah sekolah, maka akan terkait pula dengan
pertanyaan :
1) Bagaimanakah fungsi kepala sekolah
2) Bagaimanakah fungsi guru ?
3) Bagaimanakah Produktiftasnya ?
4) Bagaimanakah efektivitas dan efsiensinya ?
5) Bagaimana akuntabilitasnya ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu
diingatkan kembali mengenai fungsi kepala sekolah dan guru.
a) Fungsi Kepala Sekolah
Para ahli sering mengemukakan bahwa tugas pokok dan
fungsi
(tupoksi)
administrator,
kepala
sekolah
supervisor,
sebagai
edukator,
pemimpin/leader,
manajer,
inovator
dan
motivator.
b) Fungsi Guru
Menurut undang undang Sisdiknas, pasal 39 ayat 2 mengenai
pendidik dan tenaga kependidikan dikatakan, ”Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembimbingan dan pelatihan serta
Pembelajaran
melakukan
melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pedidik pada
perguruan tinggi”
11
Akhir-akhir ini, peran dan fungsi guru telah mengalami
penciutan. Guru hanya dimaknai sebagai mereka yang mengajar
dan berdiri pada sekolah-sekolah formal, sedangkan mereka yang
berkiprah pada lembaga lembaga non formal sering disebut tutor
atau pelatih, padahal mereka semua mempunyai fungsi yang sama,
membuat
rencana,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai,
membimbing, tetapi yang paling penting bahwa fungsi guru, selain
yang disebut diatas, harus mempunyai sifat-sifat keteladanan,
memberikan
motivasi,
mendorong
peserta
didik
untuk
berkreatiftas.
c)
Produktif (Guru Produktif)
Banyak kriteria mengenai guru produktif, tetapi kami
membatasi produktif disini sebagai guru yang terus menerus
belajar
untuk
memenuhi
tuntutan
peserta
didiknya,
kreatif,
memberi teladan serta mampu bersaing. Guru produktif adalah
guru yang kreatif, dinamis dan energik, serta merasa kekurangan
(humble), dengan kesadaran dirinya seperti itu, maka ia tidak
pernah puas dengan pembelajaran yang disampaikan yang ia
dimilki. Dia selalu melakukan refeksi diri, baik itu melalui
membaca,
melaksanakan
PTK
(Penelitian
Tindakan
Kelas),
mengikuti kegiatan KKG atau sejenisnya, mampu menghasilkan
karya– karya baik itu tulisan ataupun karya- karya lainya termasuk
teknologi pendidikan. Dengan kata lain, guru produktif adalah:
1) guru yang belajar sepanjang hayat.
12
2) guru yang mampu menyebarkan dan mengamalkan ilmu yang
telah ia dapati.
3) guru
yang
menyadari
pentingnya
perbaikan
secara
berkelanjutan (continuous improvement).
d) Guru Efektif dan Efsien
Guru yang efektif dan efsien akan melahirkan pembelajaran
yang efektif dan efsien, karena pembelajaran yang efektif akan
ditandai dengan pembelajaran yang menekankan pemberdayaan
peserta
didik
secara
aktif
dan
interaktif
(Mulyasa,
2013).
Pembelajaran bukan hanya sebagai kegiatan mengingat dan
menghafal
dan
bukan
pula hanya menekankan
pada ranah
pengetahuan tentang apa yang diajarkannya, tetapi lebih jauh,
mampu
menempa
ilmu
pengetahuan
yang
diperoleh
dalam
kehidupan sehari- hari.
Guru yang efektif dan efsien mempunyai karakter yang tidak
bisa di pisahkan dengan seorang guru yang produktif, karena di
dalam setiap proses pembelajaran guru tersebut selalu memberikan
keakraban, kehangatan, pembinaan, membangkitkan motivasi,
membangun komunikasi yang baik, mendisiplinkan dirinya dan
peserta didiknya, membangun strategi pembelajaran yang efektif,
membangun manajemen kelas yang kondusif, membantu siswa
yang
mengalami
kesulitan
belajar,
meningkatkan
ketertiban
peserta didik dalam proses pembelajaran, menyenangkan, aktif,
kreatif serta dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan.
e) Akuntabilitas
13
Akuntabilitas
bermakna
dapat
dipercaya
dan
dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun akhirat.
dapat
Dalam
konteks ini, kami akan membahas bagaimanakah guru yang
akuntabel.
Guru yang akuntabel adalah guru yang bisa dipercaya bukan
saja oleh peserta didiknya tetapi dipercaya oleh semua kalangan
masyarakat. Dia mampu terbuka dalam menerima saran-saran baik
dari peserta didiknya maupun di luar peserta didiknya, karena guru
merupakan fgur yang menarik perhatian semua kalangan, baik itu
keluarga, masyarakat, atau di sekolah. Sebagaimana Djamarah
(2008) menyebutkan
“Di sekolah guru merupakan fgur kunci, gurulah panutan
utama bagi anak didik, semua sikap perilaku guru akan dilihat,
didengar, ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai hak otoritas
untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan di masa depan “ (2008).
BAB III
FAKTA – FAKTA PENDIDIKAN
Judul ini sengaja kami bahas dalam bab tersendiri, karena memuat
barbagai fakta yang ditemukan dilapangan baik itu dari sistem input,
proses, output maupun outcome dengan subjeknya ada sarana dan
prasarana, ada guru, ada peserta didik.
3.1. Fakta
1) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa sekolah
belum mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal ataupun
Standar Nasional Pendidikan masih ada yang mengacu pada SPM/
SNP.
14
2) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain (sekolah
favorit dan sekolah tidak favorit)
3.2. Ketenagaan
1) Belum
merata
jumlah
tenaga
pengajar
di
setiap
jenjang
persekolahan.
2) Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan
3) Kesejahtraan yang belum merata.
4) Sistem yang proporsional.
5) Belum
sepenuhnya
guru
yang
diangkat
berpendidikan
profesional.
3.3 Fasilitas
Fasilitas
di
sini
menyangkut
prasarana
dan
sarana
pendidikan. Fakta di berbagai daerah bahwa prasarana pendidikan
masih belum memadai baik secara kuantitas maupun secara
kualitas.
Misal :
1) Masih kekurangan jumlah kelas.
2) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.
3.4. Biaya
Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih
bersumber dari pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll.
namun walau demikian pada kenyataannya bahwa pendidikan
menurut sebagian masyarakat masih menjadi “barang” mewah.
3.5.
Kurikulum
15
Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing sekolah.
1) Perencanaan dan Evaluasi.
Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan
dan untuk menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan
mutlak perencanaan dan evaluasi perlu dibuat dengan melalui
RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program evaluasi.
2) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum
sepenuhnya di buat oleh sekolah dan guru.
3) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat
oleh sekolah sendiri.
4) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.
Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu
bagian
dari
sistem
input,namun
demikian,
informasi
dan
pemahaman pelaku dilapangan, tentang iklim sekolah tersebut
masih minim bahkan pada dimensi hubungan menunjukan sejauh
mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala
sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh mana
mereka bisa mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas
dan terbuka itupun belum efektif.
Fakta
dilapangan
melaksanakan
proses
pembelajaran,
walaupun secara kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar
Nasional Pendidikan) adanya Kurikulum dan KTSP, namun guru
masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :
1) Keragaman kebutuhan peserta didik.
16
2) Motivasi
3) Pembelajaran yang menyenangkan
4) Layanan yang bijak dan berkeadilan.
5) Memberikan pengayaan.
Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan antara
lain :
1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja
padahal tujuan sekolah SMK untuk mempersiapkan lulusan siap
kerja.
2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus
3. Kualitas lususan relatif masih rendah.
Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar
dapat meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional. Namun
tidak dipungkiri fakta kekinian yang yang ada adalah:
1) Krisis kejujuran
2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )
3) Sekolah melahirkan pengangguran
4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.
Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah
masyakat. Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati karena
masih banyak lulusan pendidikan nasional yang dipekerjakan oleh
negara lain bahkan menjadi tenaga ahli. Lulusan hasil pendidikan
nasional bisa meneruskan
bahkan
banyak
ke perguruan tinggi di luar Indonesia,
mahasiswa
Indonesia
di
luar
negeri
yang
17
melanjutkan kuliahnya dengan bantuan beasiswa dari perguruan
tinggi itu.
Fakta-fakta lain dalam melaksanakan proses pembelajaran
secara Islam banyak dijumpai di boarding-boarding school, di
sekolah Islam terpadu, yang ternyata ini dapat menjawab dan
menangkis kegamangan yang dihadapi sistem pendidikan nasional.
Bahkan sebenarnya masih banyak sekolah-sekolah yang berhasil
dan mempunyai mutu lulusan sesuai harapan masyarakat. Ini
memang banyak terjadi pada sekolah-sekolah yang bernuansa
Islami dengan pengelolaan yang lebih modern.
BAB IV
KEBIJAKAN TEORI DAN FILSAFAT
4.1.
Konsep Pembelajaran menurut Al-Quran dan Hadist
18
Terdapat konsep-konsep pendidikan hampir di semua negara
yang mengacu kepada teori-teori dari Barat misal aliran Empirisme,
aliran
Nativisme,
Konvergensi,
Naturalisme,
Konstruktivisme
dan
lainnya yang diadopsi. Sebagai seorang muslim yang mempunyai
pedoman al-Qur’an sudah sepantasnya kita
mengadopsi teori dan
konsep pendidikan berdasarkan Al-quran dan As-Sunnah, untuk itu
kami akan mencoba menyajikan beberapa konsep pendidikan yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran menurut
ajaran Islam. Ada sebuah kutipan yang diambil dari teori pendidikan
menurut Al-qur’an oleh Abdullah (1982)
”Al-Qur’an banyak mengandung prinsip prinsip pendidikan
islam. Al-Qur’an mengandung ilmu Naaf’, yang mengatur hubungan
manusia dengan sang pencipta,antara manusia dengan sesama, dan
antara manusia dengan lingkungan sekitar”. (1982:33)
Berdasarkan hal itu, kita harus menggali isi kandungan Al-Qur’an
secara benar dan menyeluruh, tetapi sekedar untuk diketahui ada
beberapa
konsep
yang
mudah
dipahami
dalam
suatu
proses
pembelajaran seperti yang terdapat pada surat Al-Lukman ayat 13:
“ Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi
pelajaran
kepadanya
“Hai
anakku
janganlah
kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar benar kezaliman yang besar “.
Bila kita simak ayat tersebut dalam Islam sebelum kita
menerima berbagai pelajaran dan disiplin ilmu, maka yang pertama
diyakinkan adalah keesaan Allah sebagai pondasi penerapan konsep
keimanan terhadap Allah SWT, selanjutnya ada beberapa hal yang
19
perlu diperhatikan ketika kita hendak mengawali pembelajaran antara
lain:
1) Tanamkan konsep ketauhidan
2) Awali pembelajaran dengan menyebut nama Allah
3) Biasakan membaca do’a
“Ya Allah lapangkanlah dadaku,
mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan lidahku
supaya mereka mengerti perkataanku “ (Q.S.Thoha ayat 25-28 ).
4) Terapkan segi ketauladanan sebagaimana yang dicontohkan
Rasullullah Saw terhadap ummatnya.
5) Sampaikan materi dengan hak dengan kesabaran.
6) Akhiri dengan do’a.
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Qs.An-Nahl: 43)
1) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
2) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. (Al-Hadist)
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
tuhanmu
yang
menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah, dan tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah: 31)
20
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
“Manusia
punya
pikiran
dan
kembangkan
melaui
pikiran”
(HR.Bukhari dan Muslim )
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70, An-Nahl: 125, Al-Maidah:8,
Lukman: 13, At – Thoha: 28)
Teori pendidikan dalam Islam hendaknya
meliputi tiga
dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan dibina tersebut
adalah :
1) Dimensi
Spiritual
:
konsep
iman,
Islam,
insan.
Ulama
menyebutnya Rukun Agama
2) Dimensi Budaya : pembentukan keperibadian sesuai agama
islam, menjadi muslim yang kaffah.
3) Dimensi Kecerdasan: pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga
dengan
kecerdasannya
akan
tercipta
kehidupan
seperti di Madinatul Munawaroh.
4.2. Kebijakan, Teori dan Filsafat Pendidikan
4.2.1. Kebijakan
1. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
2.
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
21
3.
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
4.
PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan
5.
Perundang-undangan
dan
Peraturan
Pemerintah
serta
Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33
4.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut
teori
ini
anak-anak
yang
lahir
kedunia
tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai
dengan
keinginan
orang
dewasa
yang
memberi
warna
pendidikannya.
2.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori
ini
menyatakan
seseorang
terlahir
dengan
pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3.
Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya memiliki pembawaan baik, namum pembawaan
baik itu dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga,
22
Sekolah ataupun Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai
Aliran Negativisme
BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa guru sebagai
pejabat fungsional harus lebih meningkatakan keprofesionalanya
baik dalam pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam
pemetaan dan pengelolaan kelas, sehingga dengan sebutan jabatan
fungsional
ini
akan
mampu
melayani
peserta
didik
dan
meningkatakan kualitas pendidikan. Dalam meningkatakan kualitas
pendidikan seorang guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan
belajar mengajar (KBM) yaitu proses pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Dalam meningkatkan profesionalismenya, guru harus sering
berlatih membaca, serta menulis yang ada berkaitanya dengan
ranah pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan,
23
sehingga guru menjadi produktif, efektif dan efsien serta akuntabel
dalam setiap gerak dan langkahnya selain menjadi suri keteladanan
untuk peserta didik, juga bagi keluarga dalam dan
anggota
masyarakat pada umumnya. Dengan jabatan fumngsionalnya itu
guru memiliki nilai manfaat yang berguna bagi perkembangan
bangsa khususnya bagi dunia pendidikan. Perlu di ingat pepatah
para ulama bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
mempunyai nilai manfaat/berguna bagi orang lain “.
5.2.Penutup
Dari judul Makalah “Sistem input,
Proses, output, outcome
pendidikan bermutu: Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan
Akuntabel” Secara fakta telah disinggung di uraian diatas, berbagai
kebijakan telah disusun dengan terbitnya :
1) Undang undang SIKDIKNAS. No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2) Undang undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan.
4) Perundang
undangan
peraturan
pemerintah
serta
PERMENDIKNAS yang kurang lebih jumlahnya ada 33.
Teori dan Filsafat
Teori Pendidikan (menurut Barat )
1) Aliran Empirisme
2) Aliran Konvergensi
3) Aliran Naturalisme
24
4) Aliran Positivisme
Teori Pendidikan menurut Al-Qur’an
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Q.S.An-Nahl.ayat 43.)
3) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
4) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. ( Al-Hadist )
“Bacalah
dengan
(
menyebut
)
nama
tuhanmu
yang
menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah , dan tuhamnmulah yang maha pemurah, yang
mengajar (manusia dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama ( benda-benda ),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah ayat : 31)
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasroni, atau majusi”.
Manusia punya pikiran dan kembangkan melalui pikiran (HR.Bukhari
dan Muslim)
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70. Q.S. An-Nahl: 125, Q.S. AlMaidah.:8, Q.S Lukman : 13, Q.S. At – thoha 25 : 28.
Teori kependidikan dalam islam hendaknya
meliputi tiga
dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.
25
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan ibina tersebut adalah :
4) Dimensi
Spiritual
:
konsep
iman,
Islam,
insan.
Ulama
menyebutnya Rukun Agama.
5) Dimensi Budaya. : pembentukan keperibadian sesuai agama
Islam, menjadi muslim yang kafah.
6) Dimensi Kecerdasan: (pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga
dengan
kecerdasannya
akan
tercipta
kehidupan
seperti di Madinatul Munawaroh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Rahman Saleh. 1982. Educational Theory A Qur’anic
Outlook: Educational
and Psychological Research Center. Mesir: Ummul Qura
University
An Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Sistem Hidup dalam Islam. Bogor.
Pustaka Izzah
Djamarah, Saeful Bakhri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
26
Hamzah. 2011. Manajemen Input, proses, Output dan Outcome dalam
Mengelola Pendidikan
Persekolahan. LPMP. Tersedia di
Hamzah-/pmp.blogsput.com/2011/09/manajemen Input
-proses-output. Diakses 17 Agustus 2013
Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan
Mulyasa, E. 2012a. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2012b. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2013a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
________. 2013b. Menjadi uepala Sekolah Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Nuryatno, Agus M. 2011. Mahzab Pendidikan uritis: Menyikap Relasi
Pengetahuan Politik dan
uekuasaan. Jogjakarta: Resist Book
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan.
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
27