SIstem input proses output outcome pendi (1)

SISTEM INPUT-PROSES-OUTPUT-OUTCOME
PENDIDIKAN BERMUTU: FUNGSIONAL, PRODUKTIF,
EFEKTIF, EFESIEN DAN AKUNTABEL

MAKALAH

Diajukan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan: Fakta,
Kebijakan, Teori dan Filsafat diampu oleh Prof. Dr. H. Ahmad Sanusi

Oleh
Denny Kodrat
NPM: 4103810413007
Dirmania
NPM: 4103710413025
H. Zaenal Abidin
NPM: 4103810413017

PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN/MANAJEMEN
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

2013
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
dalam rangka meningkatkan potensi dan kecerdasannya baik untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, termasuk
di

dalamnya

meningkatkan

kemampuan

motorik

(skill).


Oleh

karenanya, dalam konteks ini, pendidikan meniscayakan adanya
kebutuhan (need), akibat (cause), dan tujuan (goal) yang ingin dicapai.
Upaya pencapaian ini harus dilakukan secara terencana, sistematis
dan berkelanjutan.
Pada

pasal

31

ayat

2,

Undang-undang

Dasar


1945

mengamanatkan agar pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan

nasional.

Ketentuan

ini

terkait

dengan

cita-cita

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan
umum dan dapat diperolehnya pekerjaan dan kehidupaan yang layak

bagi

kemanusiaan.

Terkait

dengan

pernyataan

di

atas,

sudah

sepatutnya upaya-upaya dalam rangka meningkatkan pencapaian
tersebut harus diikuti dengan sistem input dan

proses yang baik


sehingga output dan outcome-nya, memuaskan semua pihak yaitu
pemerintah, masyarakat dan stakeholders pendidikan.
1.2 Landasan Hukum dan Teori
1.2.1 Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum dan teori yang digunakan dalam
pembahasan Sistem Input –Proses, Output, Out come Pendidikan
bermutu: Fungsional, Produktif, efektif, Efsiensi, Akuntabel. Yaitu:

2

1. Al-Quran: Al-Isra : 70, An-Nahl : 23, 125, Al-Baqarah : 31,
Al-A’laq :1-5, Al-Maidah:8, Luqman:13,Thaha :25-28.
2. Al-Hadist
3. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
4. Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS
5. Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
6. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar

Nasional Pendidikan
7. Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah serta
Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33
1.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut teori ini anak-anak yang lahir kedunia tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberi
warna pendidikannya.
2.

Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori

ini

menyatakan

seseorang


terlahir

dengan

pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan

yang

dibawa

sejak

lahir

tidak

akan


berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan bakat dan pembawaan
tersebut.

3

3.

Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya

memiliki

pembawaan

baik,

namun


pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keluarga, sekolah
ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran
negativisme.

4. Teori Pendidikan Menurut Aliran Positivisme
Dalam aliran ini disebutkan bahwa ilmu dan pendidikan
yang didesiminasikan dan diarahkan kepada peserta didik
adalah ilmu yang mengorientasikan peserta didik untuk
beradaptasi dengan dunia masyarakat industri (Nuryatno,
2011)

4

BAB II
SISTEM INPUT- PROSES-OUTPUT-OUT COME PENDIDIKAN
BERMUTU

2.1. Sistem
2.1.1 Pengertian

Sistem adalah seperangkat komponen yang terkait, saling
mempengaruhi dan beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks upaya pemecahan masalah dan pencapaian tujuan,
maka langkah-langkah itu harus berangkat atau dimulai dari
konteks, input, output dan berakhir dengan outcome (Hamzah,
2011). Mengacu pendapat Hamzah (2011) ini maka sangatlah logis
apabila setiap sistem dan subsistemnya perlu mendapatkan
perhatian yang jelas, utuh dan besar.

2.1.2 Input Pendidikan
Untuk

ketercapaian

pendidikan

bermutu,

fungsional,


produktif, efektif dan akuntabel, maka diperlukan beberapa hal

5

yang terkait dengan input yang antara lain: Peserta didik –
ketenagaan, fasilitas, biaya, kurikulum, perencanaan dan evaluasi,
hubungan sekolah masyarakat dan iklim sekolah yang memadai
(Mulyasa, 2013).

2.1.3. Proses Pendidikan
Proses adalah suatu pelaksanaan atau kejadian yang terjadi
secara alami atau didesain dengan sengaja (Mulyasa, 2012).
Pesan-pesan penting akan dapat ditangkap dan dicerna bila para
pelaku

pendidikan

mampu

mendesain

secara

interaktif

dan

sederhana.
Proses pembelajaran (PBM) merupakan ujung tombak dari
proses pendidikan, yang mana suatu kegiatan dilakukan oleh guru,
berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas secara
interaktif,

menyenangkan,

menantang,

memotivasi

serta

merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif, dengan
menggunakan berbagai pendekatan rahman dan rahim (kasih
sayang serta penuh cinta).
Suatu proses agar keberhasilanya sesuai harapan, maka
harus diawali dengan perencanaan (planning). Perencanaan yang
baik

akan

mendorong

terselenggaranya

proses

yang

ideal

sehingga setiap pelaksanaan proses harus mengetahui unsur-unsur
perencanaan, misal bagi seorang guru yang akan melaksanakan
proses pembelajaran, maka guru tersebut harus menguasai unsurunsur perencanaan proses pembelajaran yang baik, seperti:
1.Kebutuhan peserta didik

6

2.Kompetensi dasar
3.Tujuan
4.Strategi dll.
Tentunya sebaliknya, perencanaan yang kurang optimal hanyalah
akan

menghasilkan

mengatakan:

“Gagal

kegagalan,
dalam

sebagaimana
perencanaan

pepatah
sama

bijak

dengan

merencanakan kegagalan” (fail to plan is plan to fail).
Ada beberapa pendekatan dalam melaksanakan proses pendidikan,
yaitu sbb:
1. Pendekatan Sistem Nilai Religi (Teori dan Filsafat).
Pendekatan untuk teori pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai
agama digunakan sebagai bagian dari sumber acuan (reference) dalam
menentukan tujuan metode dan strategi. Cara kerja pendekatan ini
adalah dengan menggunakan pendekatan keyakinan (belief), akal
(thought) serta logika. Tahap pertama dalam pendekatan ini adalah
harus terciptanya keyakinan terlebih dahulu, kemudian keyakinan itu
dipelajari, dipahami, diyakini dan diamalkan. Selain itu harus ada
keyakinan bahwa semua ilmu itu bersumber dari Allah SWT.
Ilmu Allah terbagi dua bagian:
a) Yang dituangkan dalam Al-qur’an atau yang disebut sebagai
ayat kauliah dan dijadikan sebagai pedoman kehidupan.
b) Ilmu yang diturunkan melalui ayat- ayat kauniah yang
dijadikan untuk sarana hidup, hakekatnya ilmu ini dipelajari
untuk kemanfaatan umat manusia yang diberikan oleh Allah
bahkan sebagian besar banyak dijadikan referensi dan sering
dijustifkasi bahwa keberhasilannya semata-mata hasil ciptaan

7

manusia sehingga muncullah teori-teori, kebenaran ilmu-ilmu
ini dipelajari berdasarkan gejala alam dan biasanya di lakukan
dengan melalui eksperimen dan penelitian.
2. Pendekatan flosof
Pendekatan
memecahkan

flosof adalah

permasalahan

suatu

dalam

pendekatan
pendidikan

untuk
dengan

menggunakan metode flsafat. Karena metode flsafat awalnya
dari sebuah pemikiran atau renungan manusia, hal ini berakibat
pada

memungkinkannya

menurut

pendapat

kami,

ketidakmutlakan
metode

flsafat

kebenaran.
ini

harus

Jadi,
tetap

disandarkan dengan ilmu Allah yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-Hadist yang memiliki kebenaran absolut (An-Nabhani,
2000).
3. Pendekatan Sains
Pendekatan sains adalah pengkajian pendidikan untuk
menentukan

dan

memecahkan

permasalahan

dengan

menggunakan disiplin ilmu tertentu. Metode ilmiah digunakan
sebagai

dasar

kajian

untuk

mendapatkan

hasil

penelitian

berdasarkan data dengan kaidah-kaidah tertentu (dikaji secara
sistematik).

2.2. Output Pendidikan
Output merupakan hasil dari proses, menghasilkan lulusan
sesuai

dengan

standar

tertentu

dan

tentunya

diharapkan

memenuhi keinginan masyarakat, orang tua dan pemerintah.
Output pada dasarnya akan banyak dipengaruhi oleh input dan

8

proses, keefektifan proses. Sistem input yang berkualitas tentu
dapat menghasilkan output yang berkualitas pula. Teori Sistem
informasi “Gold in-Gold out” dapat digunakan dalam hal ini. Suatu
output

dikatakan

berkualitas

(baca:

bermutu)

memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan

apabila

telah

oleh Standar

Nasional Pendidikan (SNP).
Output pendidikan sebagai suatu sistem sewajarnya dapat
dicerminkan dari suatu prestasi mutu lulusan sekolah yang
sejatinya merupakan suatu proses pembelajaran yang didukung
oleh semua unsur baik dari level kementerian, dinas pendidikan
propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai pada kelembagaan
persekolahan yang merupakan unit terkecil. Dengan kata lain,
makro,

meso

menjalankan

dan

mikro

perannya

pendidikan

sehingga

secara

menghasilkan

bersama-sama
output

yang

terstandar dengan baik.

2.3. Outcome Pendidikan
Outcome pendidikan merupakan keuntungan atau manfaat
(beneft) yang dirasakan baik oleh siswa, yang menjadi keluaran
(output) pendidikan, maupun bagi stakeholders pendidikan secara
luas.

Pada

fase

berikutnya,

outcome

pendidikan

ini

akan

menghasilkan dampak (effect) bagi masyarakat. Dengan kata lain,
pendidikan yang bermutu akan menghasilkan outcome yang baik
dan tentunya akan memiliki dampak yang baik pula.
Keberadaan institusi seperti Dewan Sekolah/Komite Sekolah
yang di dalamnya terdiri dari unsur-unsur pemerintah daerah,

9

tokoh masyarakat, pemerhati pendidikan dan perwakilan orang tua
siswa sejatinya berperan dalam

memberikan masukan-masukan

yang tidak saja berupa material dan kesejahteraan guru, tetapi,
yang paling penting, memikirkan dan mendorong bagaimana
supaya sekolah bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Agar hasil
lulusan memiliki outcome yang memadai. Oleh karenanya, dewan
sekolah/komite sekolah juga perlu ikut merumuskan, memberi
masukan dan mengevaluasi visi, misi, strategi sekolah agar apa
yang dihasilkan oleh sekolah relevan dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.
Manajemen pendidikan harus mampu mengarahkan berbagai
kebijakan dalam proses pendidikan, antara lain:
a) Proses

pembelajaran

sebagai

alat

pendorong

untuk

terwujudnya peningkatan mutu pendidikan, kualitas layanan
pendidikan

pada

pengguna,

pemberdayaan

lembaga

pendidikan yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Atas dasar

pemikiran di atas maka dewan

sekolah/komite sekolah sebagai lembaga independen dapat
menilai kompetensi dan profesionalisme guru, yang pada
akhirnya mampu memberdayakan peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai agama dan budaya. Outcome pendidikan mampu
memperkuat sistem nilai yang bermanfaat bagi masyarakat,
sebagaimana

para

ulama

berkata

bahwa

sebaik-baiknya

manusia yaitu dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

10

2.3.1 Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan Akuntabel.
Berbicara tentang dunia pendidikan, maka akan selalu
berkaitan dengan sistem input, proses, output dan outcome yang
itu semua berkaitan erat dengan manajemen sekolah yang tentu
didalamnya terdapat kepala sekolah, guru, peserta didik dan
sumber

daya

manusia

lainnya.

Oleh

karenanya,

berbicara

mengenai masalah sekolah, maka akan terkait pula dengan
pertanyaan :
1) Bagaimanakah fungsi kepala sekolah
2) Bagaimanakah fungsi guru ?
3) Bagaimanakah Produktiftasnya ?
4) Bagaimanakah efektivitas dan efsiensinya ?
5) Bagaimana akuntabilitasnya ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu
diingatkan kembali mengenai fungsi kepala sekolah dan guru.
a) Fungsi Kepala Sekolah
Para ahli sering mengemukakan bahwa tugas pokok dan
fungsi

(tupoksi)

administrator,

kepala

sekolah

supervisor,

sebagai

edukator,

pemimpin/leader,

manajer,

inovator

dan

motivator.
b) Fungsi Guru
Menurut undang undang Sisdiknas, pasal 39 ayat 2 mengenai
pendidik dan tenaga kependidikan dikatakan, ”Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses

pembelajaran,

menilai

hasil

pembimbingan dan pelatihan serta

Pembelajaran

melakukan

melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pedidik pada
perguruan tinggi”
11

Akhir-akhir ini, peran dan fungsi guru telah mengalami
penciutan. Guru hanya dimaknai sebagai mereka yang mengajar
dan berdiri pada sekolah-sekolah formal, sedangkan mereka yang
berkiprah pada lembaga lembaga non formal sering disebut tutor
atau pelatih, padahal mereka semua mempunyai fungsi yang sama,
membuat

rencana,

melaksanakan

pembelajaran,

menilai,

membimbing, tetapi yang paling penting bahwa fungsi guru, selain
yang disebut diatas, harus mempunyai sifat-sifat keteladanan,
memberikan

motivasi,

mendorong

peserta

didik

untuk

berkreatiftas.

c)

Produktif (Guru Produktif)
Banyak kriteria mengenai guru produktif, tetapi kami

membatasi produktif disini sebagai guru yang terus menerus
belajar

untuk

memenuhi

tuntutan

peserta

didiknya,

kreatif,

memberi teladan serta mampu bersaing. Guru produktif adalah
guru yang kreatif, dinamis dan energik, serta merasa kekurangan
(humble), dengan kesadaran dirinya seperti itu, maka ia tidak
pernah puas dengan pembelajaran yang disampaikan yang ia
dimilki. Dia selalu melakukan refeksi diri, baik itu melalui
membaca,

melaksanakan

PTK

(Penelitian

Tindakan

Kelas),

mengikuti kegiatan KKG atau sejenisnya, mampu menghasilkan
karya– karya baik itu tulisan ataupun karya- karya lainya termasuk
teknologi pendidikan. Dengan kata lain, guru produktif adalah:
1) guru yang belajar sepanjang hayat.

12

2) guru yang mampu menyebarkan dan mengamalkan ilmu yang
telah ia dapati.
3) guru

yang

menyadari

pentingnya

perbaikan

secara

berkelanjutan (continuous improvement).

d) Guru Efektif dan Efsien
Guru yang efektif dan efsien akan melahirkan pembelajaran
yang efektif dan efsien, karena pembelajaran yang efektif akan
ditandai dengan pembelajaran yang menekankan pemberdayaan
peserta

didik

secara

aktif

dan

interaktif

(Mulyasa,

2013).

Pembelajaran bukan hanya sebagai kegiatan mengingat dan
menghafal

dan

bukan

pula hanya menekankan

pada ranah

pengetahuan tentang apa yang diajarkannya, tetapi lebih jauh,
mampu

menempa

ilmu

pengetahuan

yang

diperoleh

dalam

kehidupan sehari- hari.
Guru yang efektif dan efsien mempunyai karakter yang tidak
bisa di pisahkan dengan seorang guru yang produktif, karena di
dalam setiap proses pembelajaran guru tersebut selalu memberikan
keakraban, kehangatan, pembinaan, membangkitkan motivasi,
membangun komunikasi yang baik, mendisiplinkan dirinya dan
peserta didiknya, membangun strategi pembelajaran yang efektif,
membangun manajemen kelas yang kondusif, membantu siswa
yang

mengalami

kesulitan

belajar,

meningkatkan

ketertiban

peserta didik dalam proses pembelajaran, menyenangkan, aktif,
kreatif serta dapat memberikan kepuasan dan kebanggaan.
e) Akuntabilitas

13

Akuntabilitas

bermakna

dapat

dipercaya

dan

dipertanggung-jawabkan baik di dunia maupun akhirat.

dapat
Dalam

konteks ini, kami akan membahas bagaimanakah guru yang
akuntabel.
Guru yang akuntabel adalah guru yang bisa dipercaya bukan
saja oleh peserta didiknya tetapi dipercaya oleh semua kalangan
masyarakat. Dia mampu terbuka dalam menerima saran-saran baik
dari peserta didiknya maupun di luar peserta didiknya, karena guru
merupakan fgur yang menarik perhatian semua kalangan, baik itu
keluarga, masyarakat, atau di sekolah. Sebagaimana Djamarah
(2008) menyebutkan
“Di sekolah guru merupakan fgur kunci, gurulah panutan
utama bagi anak didik, semua sikap perilaku guru akan dilihat,
didengar, ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai hak otoritas
untuk membimbing dan mengarahkan anak didiknya menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan di masa depan “ (2008).
BAB III
FAKTA – FAKTA PENDIDIKAN

Judul ini sengaja kami bahas dalam bab tersendiri, karena memuat
barbagai fakta yang ditemukan dilapangan baik itu dari sistem input,
proses, output maupun outcome dengan subjeknya ada sarana dan
prasarana, ada guru, ada peserta didik.
3.1. Fakta
1) Jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, dibeberapa sekolah
belum mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal ataupun
Standar Nasional Pendidikan masih ada yang mengacu pada SPM/
SNP.

14

2) Ada kesenjangan diantara sekolah dengan sekolah lain (sekolah
favorit dan sekolah tidak favorit)
3.2. Ketenagaan
1) Belum

merata

jumlah

tenaga

pengajar

di

setiap

jenjang

persekolahan.
2) Kesesuaian ijazah dengan mata pelajaran yang diajarkan
3) Kesejahtraan yang belum merata.
4) Sistem yang proporsional.
5) Belum

sepenuhnya

guru

yang

diangkat

berpendidikan

profesional.
3.3 Fasilitas
Fasilitas

di

sini

menyangkut

prasarana

dan

sarana

pendidikan. Fakta di berbagai daerah bahwa prasarana pendidikan
masih belum memadai baik secara kuantitas maupun secara
kualitas.
Misal :
1) Masih kekurangan jumlah kelas.
2) Masih banyak kelas yang kurang layak huni.

3.4. Biaya
Sumber biaya pendidikkan sampai saat ini umumnya masih
bersumber dari pemerintah yang berupa BOS, hibah, DAK, dll.
namun walau demikian pada kenyataannya bahwa pendidikan
menurut sebagian masyarakat masih menjadi “barang” mewah.

3.5.

Kurikulum

15

Kurikulum saat ini masih menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh masing masing sekolah.
1) Perencanaan dan Evaluasi.
Dalam memajukan suatu lembaga atau satuan pendidikan
dan untuk menujukan suatu keberhasilan pada satuan pendidikan
mutlak perencanaan dan evaluasi perlu dibuat dengan melalui
RAKS/RAPBS-KTSP–silabus dan program evaluasi.
2) Kenyataan di lapangan, perencanaan dan evaluasi belum
sepenuhnya di buat oleh sekolah dan guru.
3) Dokumen perencanaan dan evaluasi belum sepenuhnya di buat
oleh sekolah sendiri.
4) Hubungan sekolah dan iklim sekolah.
Hubungan sekolah dan iklim sekolah merupakan salah satu
bagian

dari

sistem

input,namun

demikian,

informasi

dan

pemahaman pelaku dilapangan, tentang iklim sekolah tersebut
masih minim bahkan pada dimensi hubungan menunjukan sejauh
mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah guru, kepala
sekolah, peserta didik bahkan lingkungan sekitar dan sejauh mana
mereka bisa mengoperasikan kemampuan mereka secara bebas
dan terbuka itupun belum efektif.
Fakta

dilapangan

melaksanakan

proses

pembelajaran,

walaupun secara kebijakan telah ditetapkan oleh SNP (Standar
Nasional Pendidikan) adanya Kurikulum dan KTSP, namun guru
masih juga kurang memperhatikan hal-hal yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Misalnya kurang memperhatikan :
1) Keragaman kebutuhan peserta didik.

16

2) Motivasi
3) Pembelajaran yang menyenangkan
4) Layanan yang bijak dan berkeadilan.
5) Memberikan pengayaan.

Fakta-fakta lain yang ditunjukan pada output pendidikan antara
lain :
1. Masih banyak lulusan sekolah belum terserap dunia kerja
padahal tujuan sekolah SMK untuk mempersiapkan lulusan siap
kerja.
2. Tidak memiliki keterampilan spesial atau khusus
3. Kualitas lususan relatif masih rendah.
Dunia pendidikan di indonesia harus lebih berbenah agar
dapat meningkatkan kredibilitas di tingkat internasional. Namun
tidak dipungkiri fakta kekinian yang yang ada adalah:
1) Krisis kejujuran
2) Krisis akhlak/moral ( sering tawuran )
3) Sekolah melahirkan pengangguran
4) Keahlian belum sesuai dengan dunia kerja.
Itulah fakta-fakta kekinian yang selalu akrab di tengah
masyakat. Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati karena
masih banyak lulusan pendidikan nasional yang dipekerjakan oleh
negara lain bahkan menjadi tenaga ahli. Lulusan hasil pendidikan
nasional bisa meneruskan
bahkan

banyak

ke perguruan tinggi di luar Indonesia,

mahasiswa

Indonesia

di

luar

negeri

yang

17

melanjutkan kuliahnya dengan bantuan beasiswa dari perguruan
tinggi itu.
Fakta-fakta lain dalam melaksanakan proses pembelajaran
secara Islam banyak dijumpai di boarding-boarding school, di
sekolah Islam terpadu, yang ternyata ini dapat menjawab dan
menangkis kegamangan yang dihadapi sistem pendidikan nasional.
Bahkan sebenarnya masih banyak sekolah-sekolah yang berhasil
dan mempunyai mutu lulusan sesuai harapan masyarakat. Ini
memang banyak terjadi pada sekolah-sekolah yang bernuansa
Islami dengan pengelolaan yang lebih modern.

BAB IV
KEBIJAKAN TEORI DAN FILSAFAT

4.1.

Konsep Pembelajaran menurut Al-Quran dan Hadist

18

Terdapat konsep-konsep pendidikan hampir di semua negara
yang mengacu kepada teori-teori dari Barat misal aliran Empirisme,
aliran

Nativisme,

Konvergensi,

Naturalisme,

Konstruktivisme

dan

lainnya yang diadopsi. Sebagai seorang muslim yang mempunyai
pedoman al-Qur’an sudah sepantasnya kita

mengadopsi teori dan

konsep pendidikan berdasarkan Al-quran dan As-Sunnah, untuk itu
kami akan mencoba menyajikan beberapa konsep pendidikan yang
dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran menurut
ajaran Islam. Ada sebuah kutipan yang diambil dari teori pendidikan
menurut Al-qur’an oleh Abdullah (1982)
”Al-Qur’an banyak mengandung prinsip prinsip pendidikan
islam. Al-Qur’an mengandung ilmu Naaf’, yang mengatur hubungan
manusia dengan sang pencipta,antara manusia dengan sesama, dan
antara manusia dengan lingkungan sekitar”. (1982:33)
Berdasarkan hal itu, kita harus menggali isi kandungan Al-Qur’an
secara benar dan menyeluruh, tetapi sekedar untuk diketahui ada
beberapa

konsep

yang

mudah

dipahami

dalam

suatu

proses

pembelajaran seperti yang terdapat pada surat Al-Lukman ayat 13:
“ Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi

pelajaran

kepadanya

“Hai

anakku

janganlah

kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar benar kezaliman yang besar “.
Bila kita simak ayat tersebut dalam Islam sebelum kita
menerima berbagai pelajaran dan disiplin ilmu, maka yang pertama
diyakinkan adalah keesaan Allah sebagai pondasi penerapan konsep
keimanan terhadap Allah SWT, selanjutnya ada beberapa hal yang

19

perlu diperhatikan ketika kita hendak mengawali pembelajaran antara
lain:
1) Tanamkan konsep ketauhidan
2) Awali pembelajaran dengan menyebut nama Allah
3) Biasakan membaca do’a

“Ya Allah lapangkanlah dadaku,

mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan lidahku
supaya mereka mengerti perkataanku “ (Q.S.Thoha ayat 25-28 ).
4) Terapkan segi ketauladanan sebagaimana yang dicontohkan
Rasullullah Saw terhadap ummatnya.
5) Sampaikan materi dengan hak dengan kesabaran.
6) Akhiri dengan do’a.
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Qs.An-Nahl: 43)
1) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
2) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. (Al-Hadist)
“Bacalah

dengan

(menyebut)

nama

tuhanmu

yang

menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah, dan tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama (benda-benda),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah: 31)

20

``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
“Manusia

punya

pikiran

dan

kembangkan

melaui

pikiran”

(HR.Bukhari dan Muslim )
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70, An-Nahl: 125, Al-Maidah:8,
Lukman: 13, At – Thoha: 28)
Teori pendidikan dalam Islam hendaknya

meliputi tiga

dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.
Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan dibina tersebut
adalah :
1) Dimensi

Spiritual

:

konsep

iman,

Islam,

insan.

Ulama

menyebutnya Rukun Agama
2) Dimensi Budaya : pembentukan keperibadian sesuai agama
islam, menjadi muslim yang kaffah.
3) Dimensi Kecerdasan: pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga

dengan

kecerdasannya

akan

tercipta

kehidupan

seperti di Madinatul Munawaroh.

4.2. Kebijakan, Teori dan Filsafat Pendidikan
4.2.1. Kebijakan
1. UUD Tahun 1945 Pasal 31 ayat 2
2.

Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional

21

3.

Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen

4.

PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan

5.

Perundang-undangan

dan

Peraturan

Pemerintah

serta

Permendiknas yang jumlahnya kurang lebih ada 33

4.2.2 Teori Pendidikan
1. Teori Pendidikan Menurut Aliran Empirisme
Menurut

teori

ini

anak-anak

yang

lahir

kedunia

tidak

mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas
putih yang polos. Oleh karena anak-anak dapat dibentuk sesuai
dengan

keinginan

orang

dewasa

yang

memberi

warna

pendidikannya.
2.

Teori Pendidikan Menurut Aliran Konvergensi
Teori

ini

menyatakan

seseorang

terlahir

dengan

pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Bakat dan
pembawaan yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang
dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat dan pembawaan tersebut.
3.

Teori Pendidikan Menurut Aliran Naturalisme
Teori ini menyatakan bahwa anak yang baru lahir pada
hakekatnya memiliki pembawaan baik, namum pembawaan
baik itu dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh
lingkungan. Lingkungan tersebut dapat berupa: Keluarga,

22

Sekolah ataupun Masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai
Aliran Negativisme

BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa guru sebagai
pejabat fungsional harus lebih meningkatakan keprofesionalanya
baik dalam pelaksanaan proses pembelajaran maupun dalam
pemetaan dan pengelolaan kelas, sehingga dengan sebutan jabatan
fungsional

ini

akan

mampu

melayani

peserta

didik

dan

meningkatakan kualitas pendidikan. Dalam meningkatakan kualitas
pendidikan seorang guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan
belajar mengajar (KBM) yaitu proses pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Dalam meningkatkan profesionalismenya, guru harus sering
berlatih membaca, serta menulis yang ada berkaitanya dengan
ranah pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan,

23

sehingga guru menjadi produktif, efektif dan efsien serta akuntabel
dalam setiap gerak dan langkahnya selain menjadi suri keteladanan
untuk peserta didik, juga bagi keluarga dalam dan

anggota

masyarakat pada umumnya. Dengan jabatan fumngsionalnya itu
guru memiliki nilai manfaat yang berguna bagi perkembangan
bangsa khususnya bagi dunia pendidikan. Perlu di ingat pepatah
para ulama bahwa “sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
mempunyai nilai manfaat/berguna bagi orang lain “.

5.2.Penutup
Dari judul Makalah “Sistem input,

Proses, output, outcome

pendidikan bermutu: Fungsional, Produktif, Efektif, Efsien dan
Akuntabel” Secara fakta telah disinggung di uraian diatas, berbagai
kebijakan telah disusun dengan terbitnya :
1) Undang undang SIKDIKNAS. No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2) Undang undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional
Pendidikan.
4) Perundang

undangan

peraturan

pemerintah

serta

PERMENDIKNAS yang kurang lebih jumlahnya ada 33.

Teori dan Filsafat
Teori Pendidikan (menurut Barat )
1) Aliran Empirisme
2) Aliran Konvergensi
3) Aliran Naturalisme
24

4) Aliran Positivisme

Teori Pendidikan menurut Al-Qur’an
Dijelaskan lagi sebagaimana penulis kutip dari beberapa surat
dalam Al-Quran yang artinya:
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka,maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan,jika kamu tidak
mengetahui”. (Q.S.An-Nahl.ayat 43.)
3) Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu.
4) Adanya keharusan untuk bertanya kepada ahli ilmu. ( Al-Hadist )
“Bacalah

dengan

(

menyebut

)

nama

tuhanmu

yang

menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah , dan tuhamnmulah yang maha pemurah, yang
mengajar (manusia dengan perantaraan kalam dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S Al-alaq: 1-5)
``Dan dia mengajarkan Adam nama-nama ( benda-benda ),
seluruhnya kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu
berfrman : ``Sebutkanlah kepada-uu nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang benar”. (Q.S Al-Baqarah ayat : 31)
``Setiap anak dilahirkan dalam kedaan ftrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, Nasroni, atau majusi”.
Manusia punya pikiran dan kembangkan melalui pikiran (HR.Bukhari
dan Muslim)
Dalam surat lain Q.S. Al-Isro :70. Q.S. An-Nahl: 125, Q.S. AlMaidah.:8, Q.S Lukman : 13, Q.S. At – thoha 25 : 28.
Teori kependidikan dalam islam hendaknya

meliputi tiga

dimensi kehidupan yang perlu dikembangkan dan dibina, sehingga
dengan melalui pendidikan dimensi tersebut akan mengakar
tertanam dalam qalbu dan akalnya.

25

Tiga dimensi yang perlu dikembangkan dan ibina tersebut adalah :
4) Dimensi

Spiritual

:

konsep

iman,

Islam,

insan.

Ulama

menyebutnya Rukun Agama.
5) Dimensi Budaya. : pembentukan keperibadian sesuai agama
Islam, menjadi muslim yang kafah.
6) Dimensi Kecerdasan: (pemahaman nilai-nilai Al-Qur`an serta
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan berbudaya
sehingga

dengan

kecerdasannya

akan

tercipta

kehidupan

seperti di Madinatul Munawaroh.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul Rahman Saleh. 1982. Educational Theory A Qur’anic
Outlook: Educational
and Psychological Research Center. Mesir: Ummul Qura
University

An Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Sistem Hidup dalam Islam. Bogor.
Pustaka Izzah

Djamarah, Saeful Bakhri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

26

Hamzah. 2011. Manajemen Input, proses, Output dan Outcome dalam
Mengelola Pendidikan
Persekolahan. LPMP. Tersedia di
Hamzah-/pmp.blogsput.com/2011/09/manajemen Input
-proses-output. Diakses 17 Agustus 2013

Kementerian Agama. Al-Qur’an dan Terjemahan

Mulyasa, E. 2012a. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2012b. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
________. 2013a. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
________. 2013b. Menjadi uepala Sekolah Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Nuryatno, Agus M. 2011. Mahzab Pendidikan uritis: Menyikap Relasi
Pengetahuan Politik dan
uekuasaan. Jogjakarta: Resist Book
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan.
Undang Undang Dasar Tahun 1945
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang – Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

27