Buku Panduan Asisten FHA terbaru

BUKU PANDUAN ASISTEN FISIOLOGI HEWAN AIR DISUSUN OLEH: TIM ASISTEN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KEAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016

OSMOREGULASI

Definisi

Osmoregulasi bagi ikan adalah merupakan upaya ikan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungan melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik (Fitria, 2010). Dalam osmoregulasi terdapat proses :

1. Transpor Aktif : Perpindahan zat dari larutan konsentrasi lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi lebih tinggi, dengan bantuan energi yang berasal dari sel. Membran menyediakan energi yang dihasilkan dari pemecahan ATP. Contoh : Pompa Ca2+ pada sel otot dan Pompa Na+ dan K+ pada setiap sel. Pompa Na+ dan K+ bekerja untuk mempertahankan Na diluar sel tetap lebih tinggi daripada didalam sel, dan kadar Kalium didalam sel tetap lebih tinggi daripada diluar sel ( Isnaeni, 2006).

2. Difusi: perpindahan molekul atau partikel zat terlarut dari larutan yang pekat (konsentrasi zat terlarut tinggi) ke larutan yang lebih encer (konsentrasi zat terlarut rendah) (Isnaeni, 2006).

a. Omosis: Menururt Ariyanti dan Widiasa (2011), perpindahan zat pelarut (konsentrasi rendah) ke zat terlarut

(konsentrasi tinggi) melalui lapisan semipermeabel (zat pelarut berpindah).

b. Dialisis: adalah perpindahan zat terlarut melalui membrane semipermeable dengan cara difusi menuruni gradient konsentrasi (James et al., 2008).

Membran Osmoregulasi (menurut Pudjaatmaka, 2002).

1. Membran Permeabel : membran yang dapat ditembus zat perlarut dan zat terlarut.

2. Membran Semipermeabel : membran yang dapat ditembus (permeabel) oleh beberapa zat, tetapi tidak dapat ditembus (impermeabel) oleh zat yang lain.

3. Membran Impermeabel : membran tak terlewati.

Pola Regulasi Ion dan Air (Fujaya, 2008).

1. Regulasi Hipertonik atau hiperosmotik: pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media/ lingkungan. Contoh pada ikan air tawar.

2. Regulasi Hipotonik atau Hipoosmotik: Pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media/lingkungan. Contoh pada ikan Air Laut.

3. Regulasi Isotonik atau Isotonis: konsentrasi cairan tubuh = konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup pada daerah estuari.

Toleransi Ikan atau Hewan Air terhadap Salinitas

Menurut Ghufran dan Kordi (2010), toleransi ikan atau hewan air terhadap salinitas, yaitu :  Euryhaline: ikan yang dapat beradaptasi pada kisaran salinitas

yang cukup luas. Contoh ikan Bandeng (Chanos chanos), ikan Nila (Oreochromis niloticus), ikan kakap putih (Lates calcarifer) (Said, 2007) dan Ikan Mujair (Oreochromis mossambica).

 Stenohalyne: ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil atau sempit. Contoh Ikan Layang (Decapterus ruselli), ikan Queen angelfish (Holocanthus ciliaris), ikan lele (Clarias sp), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan zebra (Dascyllus melanurus).

Organ pada ikan yang berperan dalam proses osmoregulasi

1. Menurut Martin et al. (2000), sel Chloride dalam Insang

berfungsi untruk transport dan memompa ion-ion (Na + , K ,

Ca - , Mg , Cl ).

2. Menurut Burhanuddin (2014), kulit berguna untuk osmoregulasi karena sebagai lapisan semi-permeabel.

3. Menurut Robert (2010), pada ikan teleostei, ginjal berfungsi untuk osmoregulasi. Bagian ginjal ikan Teleostei adalah neuphron yang terdiri dari glomerulus untuk menyaring, dan tubulus yang berfungsi untuk menyerap cairan dan diubah menjadi urine.

4. Menurut Greenwell et al. (2003), dinding usus bersifat permeable yang dapat menyerap air dan ion-ion terutama untuk menyerap ion-ion Mg.

Faktor yang mempengaruhi proses osmoregulasi

Internal

1. Aktivitas Eksternal (Boyd and Tucker,

6. Migrasi (katadromous dan anadromous).

Proses osmoregulasi pada ikan air tawar

Menurut Pamungkas (2012), cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung keluar dari tubuh (hiperosmotik). Sehingga air dari lingkungan cenderung masuk ke dalam tubuh ikan secara difusi melalui permukaan tubuh yang bersifat permeabel. Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.

Proses osmoregulasi pada ikan air laut

Menurut Lantu (2010), untuk ikan air laut, air laut mengandung konsentrasi garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan garam yang ada di tubuh ikan (hipoosmotik). Sebagai hasilnya, air banyak keluar dari tubuh dan garam cenderung masuk ke tubuh ikan sehingga ikan harus menggunakan ginjalnya untuk mengelurkan kelebihan garam dalam bentuk urine yang pekat. Sedangkan untuk menghindari kekurangan air, ikan air laut akan banyak minum.

Teleostei Diadorm dan Eurihalin (ikan bertulang sejati yang bermigrasi antara air laut dan air tawar)

Hipoosmotik terhadap air laut, hiperosmotik terhadap air tawar. Menurut Rahardjo et al. (2011), ikan salmon dan sidat ketika menghuni perairan tawar tidak minum air, tetapi ketika di laut minum air 4-15% dari bobot tubuhnya. Fungsi ginjal pun juga berubah dengan laju filtrasi di glomerulus sangat menurun dan penyerapan kembali di tubuli ginjal meningkat sehingga air seni yang dikeluarkan turun menjadi sekitar 10% dari volume air seni di perairan tawar.

Hagfish

Menurut Bone and Moore (2008), volume darah ikan Hagfish sangat isotonis terhadap air laut sehingga tidak berosmoregulasi, melainkan hanya regulasi ion karena komposisi Na+ dan Cl- dalam darah Hagfish sama dengan yang di air laut.

Elasmobranchii (ikan bertulang rawan)

Menurut Trischitta et al. (2012), ikan elasmobranchii menyimpan urea dan trimethilamin oxides (TMAO) di dalam darah agar cairan di dalam tubuhnya isotonic atau sedikit hipertonik dari lingkungan. Sedangkan untuk mempertahankan homoestatis ion, ia akan mengekresikan garam (NaCl) bukan dari insang melainkan dari rectal gland.

Sebab-Sebab Hewan Air Berosmoregulasi (Fujaya, 2008).

1. Harus seimbang antara substansi tubuh dan lingkungan

2. Adanya membran sel permeabel sebagai tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat

3. Perbedaan tekanan osmose cairan tubuh dan lingkungan.

Salinitas Perairan (Kadar Garam Terlarut)

Menurut Ghufran dan Kordi (2010):  Air Tawar : 0 – 0,5 ppt  Air Payau : 0,5-17 ppt

 Air Asin : >17 ppt  Umumnya ikan laut memijah pada perairan dengan

salinitas tinggi antara 30 – 35 ppt.

Derajat Keasaman ( pH )

1. pH air pemeliharaan larva ikan yang baik : 7,75 – 8,21 (Hadie dan Jatna, 1984).

2. pH air yang cocok untuk semua jenis ikan : 6,7 – 8,6 (Susanto, 2009).

3. pH air untuk ikan yang hidup di rawa-rawa : 4 – 9.Misal ikan Sepat Siam (Susanto, 2009).

4. pH pertumbuhan optimal ikan : 7 – 8 (Ghufran dan Kordi, 2010).

5. pH air akan mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena memengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh ikan. Pada pH rendah (keasaman tinggi), DO berkurang, akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik, dan selera makan berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa (Ghufran dan Kordi, 2010).

Komposisi cairan dalam empedu (Supriyatna et al., 2014)

1. Biliverdin (biru).

2. Bilirubin (kuning/ urobilin) 0,3%

Rumus bujur sangkar

Larutan I = 2 ppt, larutan II = 45 ppt. Untuk membuat larutan dengan konsentrasi 15 ppt sebanyak 10 liter dibutuhkan berapa liter dari masing-masing larutan? Larutan I

15 (konsentrasi larutan yang dibutuhkan)

Larutan II

Larutan I = liter = 6,98 liter

Larutan II = liter = 3,02 liter

Skema Kerja

A. Pengamatan Empedu

Toples

- Diisi air 2,25 liter NaCl

- Ditimbang sesuai toleransi yang diinginkan - Dilarutkan ke dalam air

Empedu

- Ditimbang berat awal (W0) - Dimasukkan ke dalam toples dengan perlakuan:

Meja 1 = 0 ppt Meja 2 = 15 ppt Meja 3 = 30 ppt Meja 4 = 45 ppt Meja 5 = 60 ppt

- Diamati perubahannya setiap 20 menit selama 2 jam

- Ditimbang berat akhir (Wt) Hasil

B. Toleransi Salinitas

Toples

- Diisi air 2,25 liter

NaCl

- Ditimbang sesuai toleransi yang diinginkan

- Ditimbang ikan sebagai berat awal (Wo) Ikan Nila, Lele, Damsel

- Ditimbang berat awal (W0) - Dimasukkan ke toples dengan perlakuan:

Meja 1 = 0 ppt Meja 2 = 15 ppt Meja 3 = 30 ppt Meja 4 = 45 ppt Meja 5 = 60 ppt

- Diamati tingkah laku setiap 20 menit selama 2 jam - Ditimbang berat akhir (Wt)

Hasil

RESPIRASI

Definisi Respirasi

Respirasi (Pernapasan) adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan (Fujaya, 2008).

Respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan dengan menggunakan oksigen, sehingga diperoleh energi dan

gas CO 2 . Energi yang dihasilkan dalam proses ini tidak langsung digunakan untuk aktivitas sel dalam pembentukan ATP dari ADP dan H 3 PO 4 ( Akbulut, 2002). Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang (Salmin,2000).

Mekanisme pemapasan ikan menurut Murtidjo (2001), meliputi dua tahap, yakni fase inspirasi dan ekspirasi :

1. Fase inspirasi : Fase inspirasi merupakan fase pengambilan oksigen dan air ke dalam insang. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut: tutup insang menutup, mulut terbuka, akibatnya tekanan dalam mulut lebih kecil daripada tekanan udara di luar. dan air dari luar masuk ke dalam rongga mulut.

2. Fase ekspirasi : Fase ekspirasi adalah fase pengeluaran air dan gas karbondioksida. Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup, tutup insang membuka, tekanan yang lebih besar di dalam rongga mulut menyebabkan air ke luar melewati celah tutup insang yang akan menyentuh lembaran-lembaran insang, sehingga terjadi pertukaran gas dimana oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah, sedangkan

CO 2 berdifusi dari darah ke dalam air. Jadi pertukaran 0 2 dan CO 2 pada ikan terjadi pada fase ekspirasi.

Macam-macam respirasi menurut Tewari and Vishwanathan (2009), adalah sebagai berikut:

1. Aaerob (proses respirasi yg membutuhkan oksigen)

2. Anaerob (proses respirasi yg tidak membutuhkan oksigen)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi

1. Faktor Internal menurut Coche et al. (1997), usia, spesies, sexual maturity, ukuran, psikologi ikan.

2. Faktor Eksternal menurut Hoar dan Randall (1970), suhu, lingkungan, kadar O 2 , CO 2 , PH, aktivitas, kepadatan.

Alat tambahan pernapasan menurut Rahardjo et al. (2011),:

Labirin (gurami, betook, sepat) Aboresent (lele) Gelembung udara (gabus)

Kulit (ikan glodok)

Sumber oksigen (Manurung et al., 2015).

fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton, difusi oksigen di atmosfer, dan arus.

Mekanisme :

Air masuk melalui mulut dan seterusnya mengalir melalui insang. Insang memiliki lembaran-lembaran halus yang mengandung pembuluh-pembuluh darah. Pengikatan oksigen dan pelepasan karbon dioksida terjadi di insang. Oksigen dalam darah diedarkan ke seluruh tubuh oleh nadi. Setelah darah kehilangan oksigen, maka darah berkumpul lagi di pembuluh balik untuk kembali ke jantung. Kemudian jantung memompakan darah ke insang lagi (Akbulut.2002).

Skema kerja

Toples - Diisi air hingga permukaan toples

- Disesuaikan suhu air dengan perlakuan - Dimasukkan termometer dalam toples - Ditunggu media air sampai pada suhu

0 Perlakuan : 1 = 25 C

- diukur DO awal (DO o ) dengan DO meter

5 Ikan Nila Oreochromis niloticus)

- Dimasukkan dalam toples - Ditutup toples dengan plastic - Ditunggu selama 5 menit agar ikan beradaptasi - Dihitung bukaan operculum selama 10 menit dengan

handtally counter - Diukur DO akhir (DO t ) dengan DO meter - Diulangi sebanyak 2 kali

Hasil

PENCERNAAN

Definisi Pencernaan

Menurut Burhanuddin (2014), mencerna makanan merupakan proses di dalam tubuh organisme yang mengubah atau menyederhanakan bahan-bahan makanan yang dapat diserap oleh dinding usus yang berguna bagi tubuh.

Pencernaan adalah proses pemecahan komponen makanan berupa (karbohidrat, protein dan lemak) yang dikonsumsi oleh organisme dari bentuk kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.

Pencernaan makanan dapat terjadi secara mekanis dengan bantuan gigi atau penggantinya (misalnya gigi parut dari bahan tanduk) dan secara kimia (dengan bantuan enzim pencernaan atau senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme).

Saluran Pencernaan

Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut : mulut rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus (Burhanuddin, 2014). fungsi saluran pencernaan adalah:

a. Mendorong/mengaduk isi dari gastrointestine a. Mendorong/mengaduk isi dari gastrointestine

c. Mencerna makanan

d. Mengabsorbsi makanan Adapun fungsi dari saluran atau oragan pencernaan masing- masing menurut (Rahardjo, 2011), adalah sebagai berikut :

1) Mulut Alat untuk mengambil dan menghisap makanan.

2) Rongga mulut - mempermudah jalannya makanan ke saluran pencernaan berikutnya. - penerima rasa. - penyeleksi makanan.

3) Faring Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ pengecap (paringeal). Pada ikan omnivore berfungsi sebagai penyaring plankton. Pada ikan karnivora dan herbivore berfungsi sebagai penghalus makanan karena terdapat gigi faring.

4) Esofagus Untuk menelan makanan dan penyerapan garam melalui difusi (ikan air laut).

5) Lambung

Lambung ditutupi oleh sel mukus yg mengandung mukopolisakarida yang agak asam sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan- ikan herbivora terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan secara fisik).

6) Pilorus Pengatur pengeluaran makanan dari lambung menuju usus (tidak semua ikan memiliki pyloric caeca).

7) Usus Tempat penyerapan sari-sari makanan.

8) Rectum Penyerapan air dan ion-ion sehingga feses ikan lebih padat.

9) Kloaka : bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki organ tersebut.

10) Anus Ujung saluran pencernaan, sebagai tempat pengeluran feses.

Organ Pencernaan (menghasilkan enzim untuk proses pencernaan)

1. Lambung (Suranto, 2011).

 HCl : untuk

jaringan (makanan), mempertahankan osmolaritas lambung, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin, menurunkan pH sesuai dgn aktivitas enzim pepsin dan mencegah pertumbuhan bakteri.

memecah

 Enzim pepsin : menguraikan ikatan peptida

2. Hati dan kantung empedu (Burhanuddin, 2014). Berwarna merah kecoklatan. Letaknya di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas. Hati kanan dan kiri tidak bersatu dan masing-masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam kantong empedu.

Fungsi Hati (Wijayakusuma, 2008).  Hati : sebagai tempat metabolism karbohidrat, protein dan

lemak serta memproduksi cairan empedu.  Kantung empedu : menampung cairan empedu yang

disekresikan oleh organ hati.

3. Pankreas (Baert et al., 1999).  Enzim proteolytic : melanjutkan menguraikan protein yang

dimulai dari lambung oleh pepsin  Enzim amlolytic : menguraikan ikatan polysakarida  Enzim lipolytic : menguraikan 2 ikatan triasilgliserol menjadi

2 asam lemak bebas dan 1 monogliserol

- Enzim tripsin : menguraikan ikatan peptide

- Enzim amylase : menguraikan ikatan polysakarida - Enzim lipase : menguraikan ikatan ester

4. Usus (Driskell, 2000).  Enzim phosphatase alkaline : melepas fosfat dari

komponen organic seperti protein  Enzim tri peptidase : menguraikan ikatan peptide  Enzim sellulase, amylase : menguraikan dekstrin

(polysakarida)

Prinsip Pencernaan (Mahyuddin, 2008).

 Pencernaan mekanik Pencernaan bahan makanan secara fisik/mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Gerak peristaltik: gerakan meremas dan mendorong.

 Pencernaan kimiawi Proses pencernaan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan, seperti lambung dan usus. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencerna yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan.

Proses Pencernaan (Marks et al., 1996).

Pencernaan Karbohidrat Dalam mulut, makanan bercampur dengan amylase yang mengubah pati menjadi dekstrin. Kemudian dari lambung makanan masuk ke usus. Amylase pangkreatic memecah pati menjadi disakarida. Di dalam usus, enzim lactase (mengubah disakarida menjadi galaktosa dan fruktosa). Di dinding usus galaktosa dan fruktosa diubah menjadi glukosa. Terdapat pula enzim sellulase (mngubah sellulosa mjd sellobiose), kemudian oleh enzim sellobiase (sellobiose dihidrolisis mjd glukosa). Pada bentuk glukosa karbohidrat dapat diserap oleh sel dinding usus (entrocyte)

Pencernaan Protein Dimulai di lambung adanya enzim pepsin (protein mjd peptid) dan enzim-enzim proteolitik (tripsin) yang bekerja di lumen usus. Di segmen usus peptid dihidrolisis mjd oligopeptid oleh enzim tripsin, selanjutnya oligopeptid dihidrolisis oleh enzim peptidase menjadi asam amino.

Pencernaan Lemak Dimulai dari lambung, triasilgliserol dalam makanan mengalami emulsifikasi di usus. Lipase pancreas mengubah triasilgliserol dalam usus menjadi 2 asam lemak dan 1 monoasilgliserol.

Digestibility

Menurut Casei (2014), digestibility merupakan banyaknya nutrisi pakan yang mampu dicerna di dalam pencernaan. Karena semakin tinggi daya cerna makanan menunjukan semakin banyak nutrisi yang diserap.

Faktor yang mempengaruhi digestibility (Silva and Anderson, 1995).

 Internal : kondisi fisiologis ikan, ukuran, umur jenis kelamin dan jenis ikan (herbivore, karnivora, omnivore).  Eksternal : kondisi lingkungan (suhu), komposisi pakan, waktu dan frekuensi pemberian pakan dan padat tebar

Gastric Evacuation Time

Menururt Rogge and Taft (2010), GET adalah waktu yang dibutuhkan perut atau lambung untuk mengosongkan pencernaan hingga dikeluarkannya feses pertama kali

Faktor yang mempengaruhi GET (Rogge and Taft, 2010).

 Internal : umur ikan, organ pencernaan, digestibility, kondisi fisiologi ikan, ukuran ikan  Eksternal : pakan, waktu pemberian pakan, suhu, pH, viscositas

Jenis Pakan

1. Pakan alami : pakan yang berasal dari alam (Tiana dan Murhananto, 2004). Contoh: fitoplankton dan zooplankton

2. Pakan buatan : pakan yang sengaja dibuat, misal oleh pabrik tertentu yang kadar nutrisinya sudah ditentukan (Tiana dan Murhananto, 2004). Contoh: pelet

3. Pakan tambahan : pakan ini hanya diberikan sebagai alternative atau tambahan nutrisi (Roy 2013). Contoh: baby fish, keong mas, bekicot, daun papaya dll.

Pembagian Kebiasaan Makan Ikan Organ/Segmen Herbivora

Omnivora Karnivora

Tapis insang Banyak,

Sedikit, gill panjang

Sedang

rackers rapat

dan

tajam, pendek, kaku

dan jarang Rongga mulut

Umumnya Bergerigi Umumnya tidak bergerigi

kecil

bergigi kuat dan tajam

Lambung Berlambung Lambung Lambung palsu

berbentuk tidak

atau bentuk

tabung berlambung Usus

kantung

Sangat Sedang, 2-3 Pendek, panjang

kali panjang kadang lebih tubuhnya

pendek dari panjang tubuhnya

Hubungan GET dan Digestybility

Bila digesbility tinggi, maka waktu GET akan semakin rendah.

Skema Kerja

A. Daya Cerna (Digestibility)

Nila

- Diadaptasikan selama 24 jam

Toples

- Diisi air 2,25 liter - Diberi aerasi - Ditimbang ikan Nila - Dimasukan ke toples

Pakan

- Ditimbang 5 % dari berat tubuh ikan Perlakuan jenis pakan :

1 = lumut jaring (Chaertomorfa sp.)

2 = tubifex (cacing sutra)

3 = cacing darah (Chironomous sp.)

4 = pellet

5 = Azolla pinnata (mata lele) - Diberi pada ikan secara adlibitum (secara terus- menerus hingga kenyang - Ditunggu dengan lama waktu 3 jam

Kain 15 x 15 cm 2

Lanjutan . . .

- o Dioven dengan suhu 100

C selama 15 menit - Didesikator selama 15 menit - Ditimbang kain - Diletakkan kain dalam saringan - Diambil sisa pakan dan feses dengan kain saring yang

berbeda - Dioven sisa pakan dan feses kemudian ditimbang - Dihitung digestibility dengan rumus: Digestibility = BTM-BTF

Keterangan : BTM: Berat Total Makanan (gram)

BTM = total pakan diberikan –(sisa pakan kering+sisa pakan di perairan)

BTF: Berat Total Feses (gram) Hasil

B. Waktu Pengosongan Lambung (Gastric Evacuation Time)

Nila

- Diadatapsikan selama 24 jam Toples

- 3 Diisi air hingga /

4 bagian

- Diberi aerasi - Diambil 4 ekor ikan nila, ditimbang ikan nila - Dimasukan ke toples - Ditetapkan ikan :

Ikan 1 = diamati sebagai ikan kontrol (tidak ditimbang)

Pakan - Diberi pakan 5% dari berat tubuh ikan

Perlakuan :

1 = lumut jaring (Chaertomorfa sp.)

2 = tubifex (cacing sutra)

3 = cacing darah (Chironomous sp.)

4 = pellet

5 = Azolla pinnata (mata lele) - ikan 2 diamati selama 1 jam (GET1) - Ikan 3 diamati selama 2 jam (GET2) - ikan 4 diamati selama 3 jam (GET3)

Nila

- Dibedah masing-masing sesuai perlakuan - Diambil lambung dan ditimbang - Dibandingkan dengan lambung ikan kontrol

Hasil

PEWARNAAN TUBUH

Pembagian warna tubuh menjadi 2 yaitu:

1. Schemachrome : konfigurasi fisis dipengaruhi oleh lingkungan

2. Biochrome : pembawa warna

a. Cromathophore Menurut Solichin et al. (2012), Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel kromatofora yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu :

 eritrofora yang menghasilkan warna merah dan oranye  xanthofora yang menghasilkan warna kuning  melanofora yang menghasilkan warna hitam  leukofora yang meghasilkan warna putih dan  iridofora yang memantulkan refleksi cahaya.

b. Guanophore : warna bening Menyerap sinar yang diterimanya untuk dipantulkan dalam spektrum warna yang ada di sel sisik ikan. Pigmen iridophores yang mirip dengan pigmen guanophores tetapi lebih banyak memantulkan warna yang terlihat berpendar saat disinari spektrum dengan kadar UV tinggi (Winata, 2007).

Faktor yang Mempengaruhi Pewarnaan

a. Internal Menurut Strrebaken dan No (1992) dalam Prayogo et al. (2013), beberapa faktor yang mempengaruhi pigmentasi pada ikan antara lain ukuran ikan, umur ikan, perkembangan seksual dan faktor genetik dari ikan tersebut.  Jumlah sel pigmen warna warna ikan  Kedalaman pigmen warna (semakin lama menyerap, lama

memendar)  Usia (semakin tua, warna pigmen semakin memudar/pucat)  Genetic  Tingkat kematangan gonad  Jenis kelamin

b. Eksternal  Habitat, ex: terumbu karang (berwarna-warni, permukaan, dasar). Pada ikan pelagis (warna lebih hitam pada punggung dan perak pada perut).

 Pakan Kandungan pigmen dalam pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerahan warna ikan (Bachtiar, 2002 dalam Indarti et al., 2012). Astaxantine yang ditambahkan dalam pakan ikan merupakan salah satu karotenoid yang dominan dan efektif untuk meningkatkan  Pakan Kandungan pigmen dalam pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecerahan warna ikan (Bachtiar, 2002 dalam Indarti et al., 2012). Astaxantine yang ditambahkan dalam pakan ikan merupakan salah satu karotenoid yang dominan dan efektif untuk meningkatkan

 Lingkungan : Menurut Said et al. (2005) dalam Sembiring et al. (2013), menyatakan bahwa selain faktor makanan, lingkungan pemeliharaan dapat mempengaruhi penampakan warna pada ikan. Ikan yang dipelihara pada kondisi terang akan memberikan reaksi warna yang berbeda dengan ikan yang dipelihara di tempat gelap karena adanya reaksi melanosom yang mengandung pigmen melanofor terhadap rangsangan cahaya yang ada.

Panjang gelombang warna (Kusuma, 2006).

- Warna merah

: 630 – 760 nanometer.

- Warna oranye

: 585 - 620 nanometer.

- Warna kuning

: 565 - 590 nanometer.

- Warna hijau

: 520 - 570 nanometer.

- Warna biru

: 420 - 490 nanometer.

- Warna nila

: 420 - 440 nanometer.

- Warna ungu

: 380 - 420 nanometer.

Semakin panjang gelombang, semakin lama diserap sehingga semakin lama juga dipendarkan.

| ASISTEN FISIOLOGI HEWAN AIR 29

Skema Kerja

Toples 3 Liter 2 Buah - Disiapkan

- Diisi air ¾ bagian - Diberi aerasi

Ikan sepat 1, sebagai ikan kontrol - Dimasukkan dalam toples 1

- Diberi aerasi - Diadaptasikan selama 15 menit

Ikan sepat 2, sebagai ikan uji

- Dimasukan kedalam toples 2 - Diberi aerasi - Diadaptasikan selama 15 menit - Dicatat warna tubuh awal - Ditutupi plastik dengan perlakuan : kelompok :

- Dibiarkan selama 24 jam - Dicatat perubahan warna (difoto) - Dicatat waktu saat kembali normal - Diamati warna akhir

Hasil

FOTOTAKSIS

Definisi

Fototaksis adalah gerak taksis yang disebabkan oleh adanya rangsangan berupa cahaya. Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan dan rangsangan melalui otak. Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut fototaksis. Dengan demikian ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan ikan fototaksis, yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang tertarik oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotophobi (Ardiwilaga, 2010 dalam Yuda et al., 2012).

Fototaksis dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Fototaksis positif : mendekati cahaya

b. Fotaksis negative : menjauhi cahaya

c. Fototaksis netral : tidak memberikan respon

Faktor yang mempengaruhi fototaksis (Setiawan et al., 2015).

a. Factor Internal  Jenis kelamin : beberapa ikan betina bersifat fototaksis negatif ketika matang gonad, sedangkan untuk ikan jantan pada jenis yang sama akan bersifat fototaksis positif ketika matang gonad.

 Penuh atau tidak penuhnya perut ikan : ikan yang sedang lapar lebih bersifat fototaksis positif daripada ikan yang kenyang.

b. Faktor External  Suhu air : ikan akan mempunyai sifat fototaksis yang kuat ketika berada pada lingkungan dengan suhu air yang optimal ( sekitar 28 0C).

 Tingkat cahaya lingkungan : kondisi diwaktu siang hari atau pada saat bulan purnama akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan.

 Intensitas dan warna sumber cahaya :jenis ikan yang berbeda akan berbeda maka akan berbeda juga cara merespon intensitas dan warna cahaya yang diberikan.

 Ada atau tidaknya makanan : ada beberapa jenis ikan akan bersifat fototaksis apabila trdapat makanan, sedangkan jenis ikan yang lain akan berkurang sifat fototaksisnya.

 Kehadiran predator akan mengurangi sifat fototaksis pada ikan. Alasan menggunakan alat :  Pembelokan cahaya : tidak ada pembelokan cahaya pada

akuarium  Pemfokusan cahaya : pada senter

Cone (sel kerucut) berfungsi saat ada cukup cahaya, untuk memberikan kita detil-detil obyek beserta warnanya. Sel kerucut hanya dapat dirangsang oleh cahaya terang dan ini penting untuk melihat pada saat terang dan untuk melihat warna( Adisendjaja, 2003).

Rod (sel batang) merupakan sel-sel yang paling sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya. Sel- sel batang tersebar di bagian perifer (tepi, samping) dari retina dan dirangsang oleh cahaya redup oleh karena itu penting untuk melihat pada saat cahaya redup dan dalam gelap ( Adisendjaja, 2003).

Mekanisme

Menurut Aslan (2011), Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna.

Pada saat yang sama, pada keadaan terang ”contractile myoid element ” pada dasar rod dan cone menggerakkan rod menjauhi Pada saat yang sama, pada keadaan terang ”contractile myoid element ” pada dasar rod dan cone menggerakkan rod menjauhi

Jumlah Cone dan Rod

Jumlah relatif rod dan cone setiap spesies sangat bervariasi. Rasio cone terhadap rod yang tinggi terdapat pada golongan ikan yang mengutamakan penglihatan dalam mencari makan (sight feeders) pada siang hari, dan sebaliknya ikan-ikan yang aktif pada malam hari akan memperlihatkan jumlah rod yang lebih banyak dibandingkan jumlah conenya. Beberapa ikan yang hidup di bagian kedalaman air (mid water), selain mempunyai mata yang lebar juga mempunyai sangat banyak rod pada retinanya. Bahkan ikan-ikan yang hidup di laut dalam hanya mempunyai rod.

Skema Kerja -Fototaksis

Akuarium - Disiapkan

- Diisi air 2,25 liter dan diberi aerasi - Dilapisi seluruh sisi akuarium dengan plastik

gelap Gurami, Mas koi, Guppy, Black ghost, LAT

- Dimasukkan dalam akuarium - Ditunggu sampai keadaan gelap - Diberi biasan cahaya - Diamati tingkah laku - Ditentukan jenis fototaksis

Hasil

HEMATOLOGI

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah (Aryadnyani, 2010).

Darah adalah suatu fluida (plasma) tempat beberapa substansi terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa hal lainnya

yang tersuspensi (Suprihatin, 2009). Darah adalah satu-satunya jaringan dalam tubuh yang berbentuk fluida yang berfungsi mentransport oksigen dan zat- zat gizi ke

jaringan dan membuang produk sisa seperti karbondioksida (James et al., 2008) Komponen penyusun darah (Dopongtonung, 2008):  Plasma darah (cairan)  Sel-sel darah (komponen seluler)

 Eritrosit (sel darah merah)  Trombosit (keeping darah)  Leukosit (sel darah putih)

 Granulosit (terdapat butir/granul dalam sitoplasma)

- Heterofil - Eosinofil - Basofil

 Agranulosit (tidak terdapat butir-butir) - Monosit

- Limfosit Menurut Sumardjo (2008), Darah tersusun atas 2 komponen :

a) Substansi padat, volumenya terdiri atas 45 % yang terdiri atas sel- sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan sel pembeku (trombosit).

b) Substansi cair, volumenya sekitar 55 % yang disebut plasma darah. Sebagian besar plasma darah (90- 92 %) tersusun atas air dan bahan- bahan kimia terlarut lainnya.

Fungsi Darah

 Transportasi Mengambil O2, mengangkut CO2, dan mengedarkan sari- sari makanan serta hormone.

 Termoregulasi Pengatur suhu tubuh, yaitu menyebarkan panas ke seluruh tubuh

 Imunologi Mengandung antibody yaitu Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuhdengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat –zat anti racun.

 Homeostasis Mengatur keseimbangan zat, pH dan regulator

Fungsi darah dalam tubuh menurut Sumardjo (2008), antara lain:

a) Alat transport berbagai jenis bahan kimia, seperti transport bahan makanan yang akan diserap pada usus ke jaringan-jaringan yang membutuhkan, zat sampah atau sisa metabolisme ke organ ekskretori,

b) Benteng pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman dan benda asing oleh sel darah putih

c) Pengatur, mengatur stabilitas suhu dalam tubuh, keseimbangan cairan darah dan cairan jaringan dan pemeliharaan kesetimbangan asam- basa dalam tubuh

Tempat Pengambilan Darah

No Nama Tempat

Kekurangan 1 Linea Lateralis

Kelebihan

Banyak

Susah mengandung darah menentukan karena

dekat tempat pembuluh dengan pembuluh yang tepat darah

pengambilan darah

pembuluh darah

maka akan mengakibatkan kematian

3 Caudal peducle Aman dan mudah Darah yang (pangkal ekor)

dalam pengambilan dihasilkan sedikit, darah

terdapat pembuluh darah kapiler tetapi kecil.

4 Dorsal aorta (dekat Banyak Aman sirip dorsal)

mengandung darah dan

merupakan merupakan

yang

sebelumnya berasal dari ventral aorta

5 Depan (vena Darah yang Apabila tidak tepat cardinal anterior)/ diperoleh banyak

dalam belakang

(vena pengambilannya cardinal posterior)

maka akan Anal

mengakibatkan kerusakan

alat pencernaan

Macam-Macam Anti Koagulan

1. Buatan  EDTA (Etilen Diamin Tetra Acid)  Na-sitrat  Na-fis  Heparin

2. Alami Contoh: lintah, lamprey, kelelawar.

Sistem Peredaran Darah

a. Terbuka (Crustacea) Peredaran darah tidak melalui pembuluh darah Udang windu memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan hemosit. Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih pada vertebrata dan dapat a. Terbuka (Crustacea) Peredaran darah tidak melalui pembuluh darah Udang windu memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan hemosit. Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih pada vertebrata dan dapat

b. Tertutup (Mamalia, vertebrae) Peredaran darah melalui pembuluh darah,terdiri dari :  Tunggal

Hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah (1 kali melewati jantung) Sistem peredaran darah tunggal yaitu hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah, yakni darah dari jantung dipompa ke insang untuk melakukan pertukaran gas kemudian ke berbagai organ tubuh. Setelah itu darah akan kembali ke jantung (Mahyuddin, 2008)

 Pola system peredaran darah tunggal

Sumber: Fujaya (2004) dalam Mahyuddin (2008)  Ganda Terdapat dua jalur sirkulasi peredaran darah (2 kali melewati jantung)

Mekanisme peredaran darah Effendie (1972) dalam Suprihatin (2009).

Ventral Dorsal Jantung

Insang

Aorta Aorta

Kepala dan Jantung

Hati

Ginjal

Seluruh Tubuh

Proses Pembekuan Darah

Luka – trombosit pecah - mengaktifkan enzim trombokinase - bantuan ion Ca 2+ +K – protombin – trombin – fibrinogen – fibrin-

Luka Tertutup.

Polikiloterm (berdarah dingin)

Bisa menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Contoh : Ikan

Homoiterm (berdarah panas)

Tidak bisa menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan. Contoh : Mamalia

Perbedaan sistem imun ikan dan udang

 Udang Terdapat hemolimfa yang berfungsi mengangkut O2 dan sari makanan. Terkena penyakit – respon awal – tidak berhasil – mati. Sistem imun pada udang disebut lektin.

 Ikan Terkena penyakit – respon awal – tidak berhasil – respon kedua – membentuk antibodi dengan memakan bakteri - disimpan dalam sel memori sehingga ketika terjadi serangan penyakit lagi akan terbentuk antibodi alami dalam tubuh untuk melawan penyakit tersebut.

Skema Kerja

-Darah Ikan

Pengambilan sampel darah ikan

Spuit

- Diaseptiskan dengan alkohol 70% - Dibilas dengan Na sitrat 0.1 ml

Ikan lele dumbo

- Diaseptiskan bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol 70%

- Diambil darahnya dilinea lateralis, caudal peduncle, dorsal aorta, anal dan jantung - Dimasukkan ke dalam appendorf

Hasil

-Pembuatan Film Darah Tipis

Darah Ikan lele dumbo

- Diteteskan pada objek glass (1 tetes) - Diratakan dengan metode smear - Difiksasi methanol (1tetes) selama 5 menit - Dibilas dengan akuades - Diwarnai dengan pewarna giemsa (1-2 tetes)

selama 15 menit - Dibilas dengan air mengalir - Dikeringkan - Diamati di bawah mikroskop - Didokumentasikan

Hasil

-Pengamatan Eritrosit

Darah Ikan lele

- Diambil dengan pipet toma 0,5 ml - Dicampur dengan larutan hayem - Dibuang 3 tetes pertama - Diteteskan ke haemochytometer - Diamati

mikroskop perbesaran 40 x

dibawah

Dihitung eritrosit = n x

x 200

Hasil

-Pengamatan Leukosit

Darah Ikan lele

- Diambil dengan pipet toma 0,5 ml - Dicampur dengan larutan turk dan dikocok - Dibuang 3 tetes pertama - Diteteskan ke haemochytometer - Diamati dibawah mikroskop perbesaran 40 x

- Dihitung Leukosit = n x x 20

Hasil

SYARAF IKAN

Definisi

Sel saraf merupakan sel fungsional pada system saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi merupakan cara dari sel saraf dalam memindahkan informasi dan melaksanakan fungsi koordinasi tubuh (Isnaeni, 2006).

Saraf adalah sistem koordinasi pada makhluk hidup yang terdiri atas sel neuron.

Fungsi

Untuk mengkoordinasikan tindakan dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuh. - Reseptor : untuk mengenali rangsang tertentu dari luar atau

dalam. - Efektor

: sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsang.

Hubungan antara Rangsangan dan Tanggapan

Hubungan antara rangsangan dan tanggapan merupakan bentuk hubungan yang rumit, dan ternyata terdapat hubungan yang erat antara antara kekuatan rangsangan dengan tanggapan Hubungan antara rangsangan dan tanggapan merupakan bentuk hubungan yang rumit, dan ternyata terdapat hubungan yang erat antara antara kekuatan rangsangan dengan tanggapan

System saraf tangga tali

Sepasang simpul saraf dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang melintang seperti tangga.

Neuron berdasarkan fungsi:

a. Apparance : impuls saraf dari reseptor ke otak

b. Epperance : impuls saraf dari otak ke afektor. Menurut Isnaeni (2006), ditinjau dari fungsinya neuron dibedakan

menjadi:

a) Neuron sensorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf otak (otak dan sumsum tulang belakang atau medulla spinalis)

b) Neuron motorik, ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari pusat saraf ke daerah tepi atau perifer tubuh.

c) Interneuron atau saraf penghubung, ialah sel saraf yang terdapat di pusat saraf yang menjadi penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik.

Pembagian saraf:

Saraf

Pusat Tepi

Otonom Otak

Medulla Sel (Tidak

spinalis Somatis Sadar)

(Sadar)

Otot polos

Otot skelet lurik

dan Otot

Pembagian otak ikan

a. Embrio

1. Prosencephalon (bag depan) : untuk penciuman

2. Mesencephalon (bag tengah) : untuk pengelihatan

3. Rhombencephalon (bag belakang): untuk keseimbangan dan koordinasi

b. Dewasa

1. Prosencephalon

a. Telencephalon: pembau

b. Diencephalon: hormone dan organ pineal (pigmen).

2. Mesencephalon -- mesencephalon : pengelihatan

3. Rhombencephalon

a. Metencephalon (cerebellum): mengatur kordinasi otot, keseimbangan tubuh,

orientasi berenang dan maintenance musculator

b. myelencephalon (medulla oblongata): pusat saraf sensorik, mengatur osmoregulasi dan repirasi; keseimbangan berenang; inderan peraba dan perasa (ct. barbel)

Pergerakan Jalannya Rangsang:

1. Gerak Biasa

Otak dan sumsum Rangsang

tulang belakang

Neuron hubungan bolak- balik)

Interneuron (terjadi

Sel Organ

motoriik

2. Gerak Refleks Rangsang Reseptor Neuron Sensorik Sumsum tulang belakang Neuron motorik Efektor Gerak

Bagian Sel Saraf

Neuron terdiri dari tiga bagian yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu sebagai berikut.

a. Badan Sel (Perikarion) Bagian sel ini menyimpan inti sel (nukleus) dan anak inti (nukleolus), berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi sitoplasma granuler

b. Dendrit Fungsi dendrit ini adalah untuk meneruskan rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.

c. Akson

Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang spesifik, yaitu sebagai berikut.

1. Neurofibril Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa serabut-serabut halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas pokok untuk meneruskan implus.

2. Selubung Mielin Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann. Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang memberikan nutrisi dan

diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.

bahan-bahan

yang

3. Nodus Ranvier Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbuku-buku.

Fungsi Organ Ikan

a. Sirip dorsal : pergerakan naik turun

b. Sirip ventral : keseimbangan saat berhenti

c. Sirip anal : mundur dan menggulung

d. Sirip pectoral : keseimbangan saat belok

e. Sirip caudal

: kemudi

dan lingkungan, keseimbangan

f. Linea lateralis

sensor

arus

Fungsi organ udang

a. Capit : mencari makan

b. Uropad : keseimbangan

c. Kaki jalan : untuk berjalan

d. Telson : mendorong dan loncat

e. Antena : sensor jarak jauh

f. Antenula : sensor jarak dekat

g. Kaki renang: tempat telur

Sistem Syaraf Tangga Tali

Sepasang simpul saraf dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang melintang seperti tangga. Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).

Macam-macam Obat Bius untuk Penelitian

Skema Kerja

A. Keseimbangan Tubuh Ikan

Toples 3 L

- Disiapkan 4 buah - Diisi air 2,25 liter

4 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) - Dimasukkan ke dalam masing- masing

toples - Diadaptasikan selama 15 menit

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) satu

- Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan - Diamati tingkah laku sebagai ikan control

selama 15 menit

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) kedua - Ditetesi minyak cengkeh 5 tetes untuk

pembiusan - Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan - Diamati tingkah laku

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ketiga

- Diberi perlakuan universal - Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan - Diamati tingkah laku

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) keempat

- Meja 1: ditusuk mata

2: ditusuk linea lateralis

Lanjutan …

3: dipotong sirip anal

4: dipotong sirip caudal

5: dipotong sirip pectoral - Diberi kejutan arus, bunyi dan sentuhan - Diamati tingkah laku

Hasil

B. Reaksi Syaraf pada Udang

Toples 3L

- Disiapkan 4 buah - Diisi air ¾ bagian

4 ekor udang galah (Macrobrancium rosenbergii) - Dimasukkan ke dalam masing- masing toples

- Diadaptasikan selama 15 menit

Udang Galah (Macrobrancium rosenbergii) pertama

- Diberi kejutan arus, bunyi dan ketukan - Diamati tingkah laku sebagai udang kontrol

Udang Galah (Macrobrancium rosenbergii) kedua

- Diberi 3 tetes cengkeh untuk pembiusan - Diberi kejutan arus, bunyi, dan ketukan - Diamati tingkah laku

Udang Galah (Macrobrancium rosenbergii) ketiga

- Diberi perlakuan universal - Diberi kejutan arus, bunyi dan ketukan - Diamati tingkah laku

Udang Galah (Macrobrancium rosenbergii) keempat - Meja 1: dipotong capit

2: dipotong telson dan kaki renang

3: ditusuk mata

4: dipotong kaki jalan

5: dipotong antenna dan antenula

- Diberi kejutan arus, listrik dan ketukan - Diamati tingkah laku

Hasil

ENDOKRIN

Definisi

Endokrinologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi kelenjar endokrin.

Endokrin

Menurut Isnaeni (2006), endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan skretnya. Skretnya dari kelenjar endokrin dinamakan hormone yang penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan.

Kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin

Pmenurut Sudewo (2009), kelenjar eksokrin mengeluarkan produk yang disebut hormone eksokrin yang di sekresikan melalui aliran darah (Permukaan epitel) atau berdifusi dari sel ke sel. Contoh : kelenjar keringat

Kelenjar endokrin, hasil ekskresinya akan dialirkan bersama sama darah. Contoh : kelenjar pituitary. (Firmansyah et al, 2002).

Perbedaan Sistem endokrin dan sistem syaraf

Menurut Munaf dan Kamaludin (2009),perbedaan system endokrin dan system syaraf sebagai berikut:

PEMBEDA ENDOKRIN

INFORMASI ZAT KIMIA

ALIRAN LISTRIK

METODE DIBAWA DIALIRKAN TRANSPORTASI OLEH

Selain memilki perbedaan,system endokrin dan system syaraf juga memilki persamaan yaitu pusat system tertingginya berada pada hypothalamus serta system kerjanya secara tidak sadar (involuntary).

Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengoordinasi aktvitas tubuh. Respons hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengoordinasi aktvitas tubuh. Respons hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan

Beberapa Kelenjar Endokrin (Gambino, 1992).

1. Hipotalamus (monitoring dan mengontrol aktivitas dan suhu tubuh serta mengatur pituitari)

2. Pituitary (memproduksi banyak hormone, reproduksi, pertumbuhan, stimulasi kelenjar tiroid)

3. Tiroid (mengontrol metabolism tubuh dan membantu proses pertumbuhan)

4. Paratiroid (mengontrol tingkat kalsium dan fosfor dalam darah dan tulang)

5. Pankreas (mengeksresikan hormon insulin, untuk metabolism karbohidrat, protein dan lemak)

6. Kelenjar Adrenal (bentuk segitiga diatas ginjal sebagai respon stress)

7. Gonad (mengeksresikan GTH/ gonadotropin hormon)

8. Kelenjar Pineal (peka terhadap cahaya dan bayangan, memproduksi hormone untuk membantu kerja gonad)

9. Kelenar Timus (merangsang sel-sel kekebalan tubuh) Hormon adalah suatu zat atau bahan kimia yang mengatur

aktivitas sel atau organ tertentu (Indah, 2012).

Hipofisa (Budiyanto, 2002).

Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Kelenjar hipofisa paling tidak menghasilkan tujuh hormon yaitu GH, ACTH, TSH, LTH, FSH, LH, ICSH, MSH. Hipofisa terletak dibawah otak, jadi untuk mengambil kelenjar hipofisa langkah pertama yang harus diambil adalah mengeluarkan otak.

Hipofisasi

Hipofisasi merupakan salah satu teknik untuk mempercepat pemijahan ikan melalui injeksi kelenjar hipofisa. Hipofisasi dapat dilakukan dengan menyuntikkan suspensi kelenjar hipofisa pada tubuh ikan yang akan dibiakkan. Kelenjar hipofisa ini terletak di bawah otak sebelah depan, mengandung hormon gonadotropin yang berfungsi untuk mempercepat ovalusi dan pemijahan (Milne, 1999).

Keunggulan Hipofisasi

1. Bisa disimpan dalam waktu yang lama

2. Relatif mudah

3. Dosis dapat diperkirakan

4. Merangsang pemijahan

5. Dapat meningkatkan produksi benih

6. Mengurangi tingkat mortalitas

Kekurangan Hipofisasi

1. Kemungkinan terjadi penolakan hormone dalam tubuh (berbeda jenis)

2. Kemungkinan terjadinya penularan penyakit

3. Harus mematikan indukan jantan

Teknik Penyuntikan (Andrianto dan Indarto, 2009)

1. Intramuscular : pada bagian otot punggung atau pangkal ekor.

2. Intraperitonial : dalam rongga perut (antara kedua sirip perut sebelah depan).

3. Intracranial : dalam rongga otak Cara yang umum digunakan adalah cara yang no. 1 dengan menyuntikkan jarum sedalam 1,5 cm.

Syarat Ikan Donor dan Ikan Resipien

1. 1,5 kg jantan dan 1 kg betina

2. Masih dalam satu family

3. Dalam keadaan segar

4. Matang gonad

5. Tidak sedang atau sudah memijah

Ciri sekunder

Jantan :

1. Rahang bawah lebih sempit

2. Kepala lebih runcing

3. Warna menarik (mencolok)

4. 2 lubang (genital : feses – urine+sperma) lebih menonjol

5. Operculum kasar

6. Gerakan lebih lincah Betina

1. Rahang bawah lebih lebar

2. Kepala bulat

3. Warna kurang menarik (lebih pucat)

4. 3 lubang (urogenital : feses – telur – urine)

5. Gerakan lebih lambat

6. Operculum halus Menurut Cahyono (2010), Ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan alat kelamin sekunder. Ikan nila jantan memiliki perut dan gadu bewarna gelap, bentuk hidung dan rahang agak lebar dan warna lebih cerah. Sedangkan ikan nila betina memiliki perut dan dagu bewarna putih, hidung dan rahang agak lancip dan bewarna tidak jelas.

Gonado Indeks (GI) Alamsyah et al., (2013). : Gonado Indeks dapat diperoleh dari perbandingan antara berat gonad dengan pangkat tiga panjang total tubuh ikan dan dikali sepuluh pangkat tujuh. Atau dengan rumus berikut ini yaitu GI = Wg/(TL)3 x 107

10 7 : koenfisien satuan dalam mm

Gonado Somatik Indeks (GSI) : Menurut Solang (2010), untuk mengetahui indeks kematangan gonad seekor ikan dapat dicari dengan membandingkan antara berat gonad dengan berat total ikan tersebut. GSI dapat dihitung dengan rumus GSI = Wg/Wt x 100%. Dimana Wg sebagai berat gonad , sedangkan Wt adalah berat total ikan.

Otot penyangga gonad (Kotpal, 2008).

Jantan : Mesorcia Betina : Mesovaria

Faktor TKG