Teori Belajar Clasical Conditioning dan

Teori Belajar Clasical Conditioning dan
Penerapanya dalam Pembelajaran
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Teori belajar dan pembelajaran
: Ahmad Fuadi M.Pd
: Tarbiyah - PAI (IV-A)

Di susun Oleh
Kelompok 7 (Tujuh)
- Nursiana
- Ade Arlina
- Yulia
- Eva Suryani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


KATA PENGANTAR

‫حيْم‬
ِ ‫الر‬
ْ ‫الر‬
ْ ِ‫ب‬
ّ ‫من‬
ّ ِ‫سم ِ الله‬
ِ ‫ح‬

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini

dengan

penuh

keyakinan


serta

usaha

maksimal.

Semoga

dengan

terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata
kuliah Teori belaar dan pembelajaran yang telah memberikan tugas Makalah ini
kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih
giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Teori belajar
kognitivisme” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum
kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga

kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Tanjung Pura, Maret 2017

i

DAFTAR IS

ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Teori Classical Coditioning........................................................2
B. Teori Classical Coditioning dan eksperimennya..........................................3
C. Implikasi teori Clasik Conditioning pada dunia pendidikan.........................7
D. Kelebihan dan Kelemahan..........................................................................12
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran kegiatan belajar yang efektif dan efisien sangatlah
penting bagi mahasiswa dan guru karena beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhinya, karena belajar merupakan tanggung jawab mahasiswa.
Melihat hal tersebut maka ini sesuai dengan Teori Classical Conditioning
yaitu dimana belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat atau ‘conditions’ yang kemudian menimbulkan respons. Hal inilah
yang menjadi latar belakang penyusunan makalah yang berjudul “Classical
Conditioning .Selain itu, penyusunan makalah ini juga tidak terlepas untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
a.

Apa pengertian Teori Classical Conditioning ?

b.


Bagaimana ekperimen Teori Classical Conditioning ?

c.

Bagaimana Implikasi Teori Classical Conditioning ?

d.

Apa kelebian dan kelemhan Teori Classical Conditioning ?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian Teori Classical Conditioning
b. Untuk mengetahui ekperimen Teori Classical Conditioning
c. Untuk mengetahui Implikasi Teori Classical Conditioning
d. Untuk mengetahui kelebian dan kelemhan Teori Classical Conditioning

1

2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Classical Coditioning
1.

Ivan petrovich pavlov

Merupakan ahli psikologi dari rusia yang lahir di kota Rayasan Rusia pada
tahun 1949. Istilah lain dari classical conditioning adalah Pavlovianisme yang di
ambil dari nama Pavlov sebagai peletak pertama dasar teori tersebut. ia
mengadakan percobaan dengan anjing, dalam serangkaian penelitiannya mengenai
pengeluaran cairan-cairan pencernaan pada anjing, dia mencatat bahwa hewanhewan dapat mengeluarkan air liur yang tidak hanya disebabkan oleh makanan
saja. Misalnya hewan itu dapat berliur ketika melihat si pemberi makan.
Keluarnya air liur ini, yang semula merupakan hal yang mengganggu, justru
kemudian memancing keinginan Pavlov untuk lebih banyak meneliti hal ini.
Kemudian dia bersama teman-temannya merancang suatu situasi tertentu
sedemikian rupa sehingga dapat memancing keluarnya air liur hewan.1

Teori di atas disebut teori classical, yang merupakan sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya

refleks tersebut. teori ini juga disebut respondent conditioning ( pembiasaan yang
dituntut ). Teori ini juga di sebut contemporary behaviorist atau juga disebut S-R
psychologist yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh
ganjaran ( reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan.

2.

Pandangan Pavlov tentang belajar
Pevlov dengan teori classical conditioningnya adalah termasuk aliran

behavioristik. Aliran ini mengutamakan perilaku atau perubahan tingkahlaku
organisme melalui hubungan stimulus –respons. Dengan demikian belajar
hendaknya mengkondisikan stimulus agar bisa menimbulkan respons.
1

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja
Grafindo,2004), . 262

3


Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang
timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi, dan sifatnya adalah membentuk
hubungan antara stimulus dengan respons.hal ini menunjukkan bahwa belajar dan
perubahan tingkah laku tidak bisa di pisahkan. Jadi setiap perubahan adalah
belajar, dan sebaliknya setiap belajar adalah perubahan.
Pavlov berasumsi bahwa, tindakan atau tingkah laku organisme
disebabkan oleh rangsangan atau stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain,
perilaku organisme dikontrol oleh stimulus
B. Teori Classical Coditioning dan eksperimennya
Ivan Pavlov adalah seorang ahli psikologi refleksologi dari rusia yang
mengadakan percobaan pada anjing . moncong anjing dibedah sehingga kelenjar
ludahnya berada di luar pipinya dan dimasukkan di kamar gelap serta ada sebuah
lubang di depan moncong empat menyodrkan makanan atau menyemprotkan
cahaya . pada moncng yang dibedah dipasang selang yang dihubungkan dengan
tabung di luar kamar sehingga dapat diketahui keluar atau tidaknya air liur pada
waktu percobaan. Hasil percobaan mengatakan bahwa gerakan reflex itu juga
dapat dipelajari dan dapat berubah karena mendapat latihan, sehingga dapat
dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks bersyarat/refleks yang dipelajari, yaitu
keluarnya air liur karena menerima/bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau
terhadap suatu bunyi tertentu.2

Teori di atas juga disebut dengan teori classical, yang merupakan sebuah
prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut. Disebut classical karena yang mengawali nama teori
ini untuk menghargai karya ivan Pavlov yang paling pertama di bidang
conditioning (upaya pembiasan) , serta untuk membedakan dari teori lainnya.
Teori ini disebut juga respondent conditioning (pembiasan yang dituntut). Teori
ini sering disebut juga contemporary behaviorists atau juga disebut S-R
psychologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan
oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi
2

Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, (Lembaga
Penerbit FE-UI, 1990), . 66

4

tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan
stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan pada masa
sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka
merupakan hasil belajar. Teori ini menganalis kejadian tingkah laku dengan

mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku
tersebut.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.
Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada
manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak
disadari manusia. Eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing
sebagai subjek penelitian. Berikut adalah gambar dari experimen Pavlov.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas.3

1. Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka
secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
2. Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.

] .ttp://rantandj files wordpress com/2013/02/makala.pengkondisian-klasik-pavlov-baru doc , pukul 15 28, 29 April 2017
3

5

3. Gambar ketiga. Dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
4. Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang,
maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara
otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari
mulutnya (CR).

Dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah
adanya proses pengondisian (conditioning process) di mana refleks-refleks yang
tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan
dihubungkan dengan rangsang berkondisi.

Berdasarkan

eksperimen

dengan

menggunakan

anjing,

Pavlov

menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan
secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian
itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat
menumbuhkan tingkah laku itu. Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah
sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus
sebelum terjadinya refleks tersebut.

Suatu stimulus akan menimbulkan respons tertentu apabila stimulus itu
sering diberikan bersamaan dengan stimulus lain yang secara alamiah
menimbulkan respons tersebut. Dalam hal ini perubahan perilaku terjadi karena
adanya asosiasi antara kedua stimulus tersebut.4

Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, Pavlov juga menyimpulkan
bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk
belajar. Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah

4

Ibid.

6

bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons
secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Kondisional klasik seringkali digunakan untuk menjelaskan mengapa
orang terkadang menampilkan respons secara emosional terhadap apa yang
mungkin dianggap orang lain sebagai stimulus-stimulus netral. Ketika sebuah
stimulus khusus dikaitkan dengan sesuatu yang membuat kita bahagia atau rileks,
stimulus tersebut dapat menimbulkan perasaan bahagia atau rileks yang sama.
Ketika sebuah stimulus dikaitkan dengan sesuatu yang membuat kita takut atau
cemas, hal tersebut juga menimbulkan perasaan takut dan cemas yang sama.

Dua fenomena umum dalam kondisioning klasik adalah generalisasi dan
ekstinksi.

a. Generalisasi
Generalisasi yaitu fenomena dimana seseorang mempelajari sebuah
respons terhadap stimulus tertentu dan kemudian membuat respons yang sama
terhadap stimulus yang serupa; dalam kondisioning klasik, hal ini mencakup
membuat respons terkondisi terhadap suatu stimulus yang serupa dengan stimulus
terkondisi.5
Ketika orang mempelajari respons terkondisi terhadap stimulus baru,
respon yang sama terhadap stimulus yang serupa juga bisa terjadi fenomena ini
dikenal dengan nama generalisasi. Sebagai contoh, seorang anak laki2 yang
merasa cemas dengan soal pembagian panjang dapat menggeneralisasikan
kecemasannya pada aspek2 lain dari pelajaran matematika. Dan seorang anak
perempuan

yang

mengalami

penghinaan

di

sebuah

kelas

dapat

menggeneralisasikan rasa melunya dikelas2 lainnya. Dalam teori perilsku,
generalisasi adalah alat utama dimana pembelajar mentransfer apa yang telah
mereka pelajari dalam satu situasi ke situasi yang baru. Di sini kita melihat satu
alasan lagi mengapa siswa seharusnya mengaitkan (asociatea0 perasaan-perasaan
yang menyenangkan dengan materi peljaran di kelas. Reaksi2 siswa terhadap

5

Ibid.

7

topic pelajaran, kegiatan, atau konteks tertentu dapat digeneralisasikan yaitu
mereka mengalihkannya ke topic kegiatan, atau konteks yang serupa.
b. Ekstinksi
Ekstinksi penghilangan secara bertahap sebuah respons yang telah
diperoleh; dalam kondisioning klasik , hal itu merupakan hasil kehadiran secara
berulang dari stimulus terkondisi tanpa disertai kehadiran stimulus tak terkondisi.
Pavlov menemukan bahwa respoms terkondisi tidak bertahan selamanya. Dengan
memasangkan cahaya dan daging , Pavlov mengkondisikan seekor anjing supaya
air liur hanya terhadap cahaya. Tetapi selanjutnya, ketika Pavlov menyalakan
cahaya berulang-ulang tanpa dilanjutkan tanpa pemberian daging, air liur anjing
semakin berkurang. Pada akhirnya anjing tidak lagi mengeluarkan air liur ketika
melihat kilatan cahaya. Ketika stimulus terkondisi muncul berulang-ulang tanpa
disertai stimulus tak terkondisi misalnya ketika pelajaran matematika tidak pernah
lagi dihubungkan dengan kegagalan, atau ketika guru tidak pernah lagi
diasosiasikan dengan penghinaan, respons terkondisi akan berkurang dan pada
akhirnya menghilang. Dengan kata lain , ekstinksi telah terjadi.
Banyak respons terkondisi hilang seiring berjalannya waktu. Sayangnya
banyak respons lain yang bertahan. Ketakutan seorang anak terhadap air atau
kecemasan mengenai mata pelajaran matematika bisa terus bertahan selama
bertahun2. Satu alasan yang membuat ketakutan dan kecemasan bisa bertahan
dalam jangka waktu yang lama adalah orang2 yang belajar cenderung
menghindari situasi2 yang menyebabkan reaksi2 emosional negative. tetapi jika
orang yang belajar itu menghindar dari stimulus menyebabkan mereka ketakutan,
mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengalami stimulus itu bila
stimulus tak terkondisi yang awalnya berpasangan dengan stimulus itu tidak
ada/hadir. Akibatnya mereka tidak memiliki kesempatan belajar menjadi tidak
takut, tidak ada lagi kesempatan bagi respons itu untuk mengalami ekstinksi.
C. Implikasi teori Clasik Conditioning pada dunia pendidikan
Setelah banyak orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia
psikologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk

8

mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada
umumnya dan teori belajar khususnya. Untuk menjadikan seseorang itu belajar
haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar
menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinyu. Yang
diutamakan dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala
tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada latihan-latihan atau
kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat tertentu yang dialaminya
dalam kehidupannya. 6

Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia menyebabkan
stimulus yang sama tidak selalu menimbulkan respons sama, dan sebaliknya,
respons sama tidak selalu disebabkan stimulus yang sama. Namun demikian, ada
baiknya bila kita dapat menggunakan kerangka teori Pavlov untuk membantu
menjelaskan proses belajar secara fleksibel. Contohnya, sikap ramah seorang guru
memiliki kecendrungan menimbulkan respons positif pada subjek didik, meskipun
ada kemungkinan timbulnya respons negatif pada subjek didik manja. Pada awal
pelajaran, konsep-konsep yang sulit dapat menimbulkan shock symbol pada
sebagian subjek didik, tetapi justru dapat pula merangsang subjek didik belajar
gigih agar memahaminya.

Eksperimen-eksperimen Pavlov awalnya tidak bertujuan menemukan teori
belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme. Sesuai dengan
kedudukannya sebagai ahli fisiologi, eksperimen pavlov lebih bertujuan
memahami fungsi otak.
Hasil-hasil

eksperimen

Pavlov

ternyata

sangat

berguna

bagi

pengembangan teori belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila banyak ahli
pendidikan mengadopsi hasil eksperimen paplov untuk mengembangkan teori
belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh Pavlov bukan suatuyang final
sehingga kita sebaiknya fleksibel menggunakannya.

6

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winaputra, Teori Belajar dan
Model-model Pembelajaran (Jakarta, Dikti, 1977), . 118

9

1. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam
Pengajaran
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di
mana satu stimulus diganti / digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting
tentang proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Bahwa
bentakkan seorang guru seringkali membuat takut murid-muridnya, hal yang sama
seorang polisi mempermainkan penjahat dengan ancungan tangannya, atau
seorang perawat hendak memberi suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini
menciptakan tanggapan perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut
dibawah kesadaran mereka. Situasi ini memberikan pengaruh ketakutan bila
stimulus tidak netral: 7
Guru Sorak ( UCS) Perhatian dan Ketakutan anak ( UCR)
Polisi mendorong dengan penuh ancaman (UCS) Perhatian dan Ketakutan
masyarakat (UCR)
Perawat memberi suntikan (UCS) Perhatian dan Ketakutan pasien (UCR)

Manapun stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama dengan
stimuli ini cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan sebagai respon. Jika
seorang guru selalu meneliti seorang anak, kemudian hanya memperhatikan dia
tanpa mengkritik boleh jadi membuat dia menaruh perhatiannya. Hal yang
ekstrim, anak bisa berhubungan dengan guru di kelas dengan perhatian dan
ketakutannya yang ia kembangkan samarata, atau ketakutan yang kadang tidak
masuk akal. Hal yang sama juga dialami masyarakat phobia polisi, atau pasien,
tentang perawat.

Tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana untuk
mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa akan
menimbulkan hal positif baginya, bahkan ketika dia tidak lagi dipuji. Pada
akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik di kelas. Hal yang sama
7

Robert E Slavin , Psikologi pendidikan teori dan praktik, , jilid 1,
(Jakarta:PT Indeks, 2011), .al 178-179

10

untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja dengan orang-orang: stimuli yang
dapat dipercaya menimbulkan hal positif tanggapan tersebut dapat dikondisikan
untuk lain. Penggantian stimulus dapat membantu bahkan pada pelajaran tertentu
yang tidak berisi unsur perasaan. Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks
sebagai titik awal.8

Beberapa Psikolog menyebutnya belajar berlanjut atau asiosatif learning,
hanya memerlukan dua stimuli yang tidak bertalian terjadi bersama-sama pada
suatu tanggapan atau keduanya dari stimulus yang ada. Jika seorang anak telah
mempelajari bagaimana cara menggunakan unit balok kecil, kemudian stimuli ini
dapat dipasangkan dengan hal yang lebih abstrak, mereka akan dapat menulis
padanan menulis padanan yang menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik.
Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng
berbunyi mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran berakhir. Pertanyaan
guru diikuti oleh angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat
menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon
atau tanggapan ahli pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar
dengan mengkombinasikan gambar dan kata-kata dalam mempelajari bahasa,
akan sangat berguna dalam mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan
kata-kata dalam bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu
para siswa dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
Dalam pengertian yang lebih luas lagi misalnya memasangkaan maakna
suatu konsep dengan pengalaman siswa sehari-harinya akan membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep lainnya. Walaupun classical conditioning terus
menjadi bidang yang aktif dalam psikologi saat ini, sebagian para ahli telah mulai
meninggalkan teori psikologi ini.
2. Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam
menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas. Titin Nurhidayati,

8

Ibid,.lm 180

11

Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (Classical Conditioning )
dalam Pendidikan.9
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya:
 Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada
individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara
negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain;
 Membuat

kegiatan

membaca

menjadi

menyenangkan

dengan

menciptakaan ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak
serta menarik, dan lain sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:


Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara
memahami materi pelajaran;

 Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat
menyimpaan apa yang dipelajari dengan baik;
 Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk
membacakan sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil duduk di
tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa,
kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depaan seluruh murid di
kelas.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasisituasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara
tepat. Misalnya, dengan: 10
 Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah
sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes
tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka
lakukan;
9

Djaali, Psikologi pendidikan, cet 3, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), .al
85-86
10
Ibid, .lm,87

12

 Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari
orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman daan dapat
menerima penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.
d. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, Contoh: Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok
daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional
secara negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneralisasikan dengan pelajaran- lainnya adalah membuat kegiatan
membaca menjadi

menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca

yang nyaman dan enak serta menarik.
e. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, Contoh: Mendorong siswa yang pemalu untuk
mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, misalnya dengan
memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang
dipelajari dengan baik. Jika siswa takut berbicara di depan kelas mintalah
siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil
duduk ditempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa,
kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di
kelas.
f. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasisituasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasi secara
tepat. Contoh : Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian
masuk sebuah perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes
prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan.

Sebagai

guru,

kita

harus

mengetahui

bagaimana

mengurangi

counterproductive kondisi responsif yang dialami para siswa. Psikolog sudah
mempelajari ke arah itu untuk memadamkan hal negatif sebagai reaksi emosional
pada stimulus dikondisikan tertentu tidak lain untuk memperkenalkan stimulus itu
secara pelan-pelan dan secara berangsur-angsur sehingga siswa bahagia atau
santai. Satu contoh, jika Imung seorang yang takut berenang, kita mungkin mulai
pelajaran berenangnya pada tempat yang dangkal seperti bayi bermain dalam

13

tempat mandinya kemudian bergerak perlahan-lahan ke air yang lebih dalam,
maka ia akan merasa lebih nyaman untuk mencoba berenang. 11
Tidak ada hal yang paling membanggakan pada guru selain membantu dan
membuat siswa menjadi sukses dan merasa senang di kelas. Satu hal yang perlu
guru ingat bahwa kelas dapat membuat perilaku baik siswa, meningkat atau justru
melemahkannya.
D. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan dari penerapan teori ini dalam dunia pendidikan, khususnya
guru ialah guru mampu mengarahkan dan mengontrol siswa dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga siswa dapat menjadi seperti yang diharapkan.

Kelemahan dari teori ini ialah menimbulkan ketergantungan terhadap
stimulus, sehingga siswa kehilangan kesadaran akan apa yang sebenarnya ia
lakukan dan inginkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Classic conditioning (pengondisian klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
11

Ibid, .lm 83

14

dipasangkan

dengan

stimulus

bersyarat

secara

berulang-ulang

sehingga

memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala
kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Teori ini disebut classical karena
yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yang paling
pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta untuk membedakan dari
teori conditioning lainnya

Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk
termotivasi belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta
didik. Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam merubah
perilaku yang bersifat maladaptif dan merubahnya menjadi perilaku yang adaptif.
Misalnya rasa takut terhadap pelajaran matematika diubah menjadi rasa senang
dengan pelajaran matematika.

15

DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan .Jakarta: Raja Grafindo,2004.
Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran, Lembaga Penerbit FE-UI,
1990.
http://rantandj.files.wordpress.com/2013/02/makalah-pengkondisian-klasikpavlov-baru.doc , pukul 15.28, 29 April 2017
Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winaputra, Teori Belajar dan Model-model
Pembelajaran (Jakarta, Dikti, 1977.
Robert E. Slavin , Psikologi pendidikan teori dan praktik, , jilid 1, Jakarta:PT
Indeks, 2011.
Djaali, Psikologi pendidikan, cet.3, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

16