LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH ACARA

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH

Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
NIM. A1D017107
Asisten :
Fahira Mahza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan media atau tempat tumbuhnya tumbuhan di daratan.
Tumbuhan memerlukan air dalam pertumbuhannya. Air didapat dari serangkaian
siklus yang dimnamakan siklus hidrologi. Tanah mempunyai peranan penting
dalam siklus hidrologi. Kondisi suatu tanah menentukan jumlah air yang masuk
ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi tidak hanya berperan
sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur air.
Setiap jenis tanah tertentu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Maka dari
itu,diperlukan analisa terhadap tanah. Analisis tanah membantu penyelidikan
produktivitas dan penentuan tindakan pengolahan tanah. Hal ini karena kondisi
setiap tanah berbeda-beda bergantung pada proses pembentukannya. Proses
pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pedogenesis) maupun
kegiatan manusia (metapedogenesis).
Air mempunyai peranan penting bagi proses pembentukan tanah dan
proses fisis dan kimia yang terjadi didalamnya. Antara lain air dapat mempercepat
proses pelapukan mineral dan bahan organik dalam tanah, yaitu reaksi-reaksi
yang mempersiapkan unsur hara larut yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak atau pelarut hara
sehingga mudah diserap ke akar-akar tanaman. Tetapi, jika kadar air dalam tanah

terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau
bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah
atas. Kadar air dalam tanah yang berlebihan juga dapat membatasi pergerakan
udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat
mengakibatkan tanaman mati.
Tanah mempunyai banyak pori tanah dan pri-pori tanah diisi oleh air dan
udara. Pori-pori tanah dibedakan menjadi dua jenis pori tanah Yaitu pori makro
dan pori mikro. Pori-pori makro dalam tanah merupakan bagian ruang dari tanah

25

yang diisi oleh udara sebagai komponen yang berperan dalam pernafasan akar
tumbuhan. Sedangkan pori-pori mikro dalam tanah merupakan bagian ruang dari
tanah yang disi oleh air sebagai komponen penting bagi tanah dan organisme yang
hidup diatasnya. Kondisi komponen yang mengisi pori-pori ini dapat berubah
pada kondisi tanah tertentu. Pada saat kondisi tanah kering, ruang pori-pori tanah
didominasi oleh komponen udara dan pada pori mikro diisi oleh udara
menggantikan air yang menguap ke udara. Sedangkan pada saat kondisi tanah
tergenang oleh air, maka ruang pori-pori tanah didominasi oleh komponen air dan
air menempati pori-pori makro untuk menggantikan komponen udara. Hal ini

berpengaruh terhadap mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan
komponen yang mengisi pori-pori tanah tersebut. Kondisi yang ideal tanah terjadi
ketika tanah mempunyai kadar air dan udara dalam tanah selalu memiliki
persentase sama yaitu kadar air 25% dan udara 25%. Sehingga dalam kondisi
tersebut akan memudahkan terjadinya pertukaran di pori-pori tanah. Jumlah air
yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap
air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan
tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor luar seperti jumlah curah hujan
tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun. Kadar air dalam tanah dipengaruhi
oleh gaya adhesi, kohesi dan gravitasi yang bekerja dalam tanah.
Berdasarkan gaya yang bekerja maka air tanah dibedakan menjadi 3 jenis
yakni air higroskopis, air kapiler dan air gravitasi. Air higroskopis merupakan air
yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga tidak tersedia bagi
tanaman dan jumlahnya sangat sedikit yang merupakan selaput tipis menyelimuti
agregat tanah. Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya
kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini begerak ke
samping atau ke atas karena gaya kapiler dan menempati piro mikro dan dinding
pori mikro. Air kapiler dibedakan menjadi kapastias lapang dan titik layu
permanen. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum
bagi tanamn, karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya

berisi air sedangkan pada kondisi titik layu permanen kandungan air tanah paling
sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman

26

mulai layu dan jika hal ini dibiarkan tanaman akan mati. Sedangkan Air gravitasi
merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap ke
bawah akibat adanya gaya gravitasi dan mudah hilang dari tanah dengan
membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin
hara.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan
sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air
yang terkandung dalam tanah tersebut dan kadar air tanah pada setiap jenisnya
mempunyai persentase yang berbeda dari segi air yang mampu ditampung oleh
tanah tersebut. Maka dari itu, dalam praktikum penetapan kadar air tanah
dilakuakan untuk menentukan kadar air tanah pada beberapa contoh tanah yang
berbeda jenisnya.


B. Tujuan

1. Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar
air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air
dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.

C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam praktikum penetapan kadar air tanah pada
beberapa jenis dan tipe tanah yang berbeda adalah didapatkannya pengetahuan
dan data yang aktual tentang kadar air air pada contoh tanah kering angin,
kapasitas lapang dan kadar air maksimal yang mampu di tampung oleh tanah
dengan jenis dan karakter contoh tanah yang berbeda. Selain itu, dapat
bermanfaat untuk mengetahui karakter tanah, khususnya dalam hal kemampuan
tampungan kadar air tanah maksimal dari setiap jenis tanah yang digunakan
dalam praktikum. Sehingga dengan pengetahuan kadar tanah tersebut dapat

27

digunakan sebagai dasar pemilihan tanah dalam pembudidayaan suatu komoditas
tanaman dengan tepat.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu.
Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung
dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan
udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang
bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air
tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air
jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi juga
horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Hakim, dkk. 1986).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain
oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai
daya manahan air lebih kecil dari pada tanah bertekstur halus.

Oleh

karena

itu,

tanaman

yang

ditanam

pada

tanah

pasir umumnya lebih mudah kekeringan dari pada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat. Air tanah selalu aktif semenjak
permulaan


dalam

membantu

proses

pembentukan horizon-

horizon tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan
reaksi-reaksi kimia

dalam

pelapukan

mineral.

Air

perkolasi


membantu siklus unsur hara dan pemindahan liat, oksidasi besi
dan aluminium, garam-garam dan lain-lain. Di daerah kering
gerakan air ke atas, menyebabkan terjadinya akumulasi garam
di permukaan tanah (Hardjowigeno, 2003).

28

Jika tanah kering oven tersebut diletakkan pada udara lembab tertentu,
molekul air atmosfer akan diabsorbsi kuatke partikel-partikel tanah karena gayagaya adhesinya yang kuat. Air ini disebut air adhesi dan akan menjadi babarapa
lapisan molekul tebal. Air adhesi bergerak pelan. Air adhesi tidak tersedia untuk
tanaman dan selalu terdapat dalam tanah normal tetapi air adhesi dapat hilang dan
mengeringkan tanah. Sedangkan lapisan tipis air terluar dari air disebut “air
kohesi” molekul kohesi jika diandingkan dengan air adhesi gerakannya lebih
besar, dan siap bergerak cepat. (Foth, H. 1984).
Menurut Foth, H. (1984), air kohesi dan adhesi menempati pori-pori
makro dan diikat dalam tanah oleh gaya-gaya yang melampaui gaya gravitasi.
Sebaliknya air pori makro diikat lebih lemah dan bergerak ke bawah dan keluar
tanah. Jika tidak, suatu lapisan yang tidak dapat tembus menghambat gerakan
turun ke bawah air. Air pada pori makro disebut air gravitasi karena cenderung

untuk mengalir ke bawah dan keluar tanah karena gaya gravitasi air yang lebih
kuat dari pada tanah.
Menurut Hakim, dkk (1986), molekul air bersifat polar dan
dapat saling mengikat melalui ikatan –H (H-bonding). Gaya tarikmenarik diantara molekul air dalam tanah disebut gaya kohesi.
Partikel (padatan/matrik) tanah umumnya bermuatan, yang
dapat mengikat molekul air secara kuat. Caya tarik-menarik
antar partikel tanah dan molekul air disebut gaya adhesi.
Pengikatan air oleh molekul-molekul air yang terlarut (solute)
dapat terjadi melalui gaya osmotik dan yang terakhir adalah
gaya gravitasi cenderung menarik molekul-molekul air tanah ke
arah bawah.
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan

29

pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik

layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kapasitas tanah menahan air berhubungan dengan luas
permukaan adsorpsi dan volume ruang pori. Sehingga sangat
berkaitan

dengan

bertekstur

halus

tekstur

maupun

mempunyai

struktur

kapasitas

total

tanah.

Tanah

menahan

air

tertinggi, tetapi jumlah air tersedia tertinggi dimiliki oleh tanah
bertekstur sedang. Pengaruh bahan organik bukan semata-mata
disebabkan oleh kemampuan bahan organik menahan air; tetepi
juga peranannya dalam pembentukan struktur dan porositas
tanah (Hakim, dkk., 1986).
Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks
atau partikel tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Kadar air tanah dapat
digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah.Humus merupakan bahan
organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan
mineral tanah. Sumber bahan organik tanah adalah hasil fotosintesis, yaitu bagian
atas tanaman seperti daun, duri, serta tanaman lainnnya. (Hakim, dkk. 1986)
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density),tekstur tanah,
permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusiukuran pori tanah termasuk
ruang pori total (RPT), pori drainase, pori airtersedia, kadar air tanah, kadar air
tanah

optimum

untuk

pengolahan,plastisitas

tanah,

pengembangan

atau

pengerutan tanah (COLE =coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser
tanah (Undang Kurnia, 2006 ).
Cara penetapan kadar air tanah dapat dapat menggunakan
metode:

(1)

Hambatan

Gravimetrik,

listrik

(blok

(2)

Tegangan

tahanan),

(4)

dan

hisapan,

Pembauran

(3)

neutron

( neutron scattering). Metode gravimetrik merupakan cara yang
paling umum dipakai. Dengan cara ini sejumlah tanah basah
dikeringkan

dalam

oven

pada

30

suhu

tertentu

untuk

waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan tersebut
merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah
(Hanafah, 2007).
Metode gravimetri adalah metode yang paling sederhana
secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada
prinsipnya mencangkup pengukuran kehilangan air dengan
menimbang contoh tanah sebelum dan sesudah dikeringkan
pada suhu 105-110oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam
persentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam
persentase terhadap berat kering, berat basah, atau terhadap
volume (Abdurachman, 2009).

III.

METODE PRAKTUKUM
A. Tempat dan waktu

Praktikum tentang penetapan kadar air tanah dilaksanakan di ruang
laboratorium tanah, Hall B, Fakultas Pertaninan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini pada tanggal 24 Maret
2018 pukul 14.00 WIB.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum tentang penetapan kadar air
tanah terdiri atas beberapa jenis contoh tanah. Contoh tanah yang diambil dalam
praktikum ini adalah contoh tanah kering angin. Adapun beberapa jenis tanah
yang digunakan yaitu tanah tipe Andisol, Vertisol, Ultisol, Inseptisol dan Entisol.

31

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum tentang penetapan kadar air
tanah terdiri atas alat utama dan alat pendukung. Alat utama meliputi oven,
eksikator, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga
porus, dan bejana seng. Sedangkan alat pendukung meliputi kertas label, spidol,
pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, dan tang penjepit
C. Prosedur Kerja
a. Kadar air tanah kering angin (udara)
1. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang
maka didapatkan nilai a (gram)
2. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2
mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali maka
dadapatkan nilai b (gram).
3. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan kedalam oven dengan
keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-100℃
selama minimal 4 jam.
4. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan
menggunakan tang penjepit.
5. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan
menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama
15 menit.
6. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang
penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama maka akan
didapatkan nilai c (gram).
Perhitungan :
Kadar air =

(b−c )
×100 %
(c −a)

Ket : (b-c)= massa air; (c-a)= massa tanah kering mutlak (massa padatan)
b. Kadar air kapasitas lapang

32

1. Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang maka
didapatkan nilai a (gram).
2. Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan kedalam bejana seng.
3. Contoh tanah kering angin ∅ 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang
kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa
ditekan.
4. Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan
pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 ml), kemudian bejana seng
ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
5. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati
hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang maka
didapatkan nilai b (gram).
Perhitungan:
Kapasitas lapang =

2
× 100 %
b−(a+ 2)

c. Kadar air maksimum tanah
1. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label
secukupnya
2. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan
menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet
(lap), dimasukkan kedalam petridis kemudian ditimbang (a gram)
3. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah
halus (∅ 0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk secara
perlahan

sampai

permukaan

tanahnya

rata,

contoh

tanah

halus

ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga
porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan
colet.

33

4. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu
kayu di bawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus.
Perendaman dilakukan selama 12-16 jam.
5. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak
perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet,
dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan petridish
yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (b
gram)
6. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
suhu 105-110℃ .
7. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit
dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil
dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya maka didapatkan c
(gram).
8. Tanah yang ada didalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga
porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu
ditimbang beratnya maka didapatkan d (gram).
Perhitungan :
Kadar air maksimum ¿

IV.

( b−a ) −(c−d )

(c−d )

×100 %

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Jenis Tanah : Tanah Andisol
Tabel 1. Tanah Kering Udara
Hitungan:
Ka 1 =

(b−c )
×100 %
(c −a)

=

34

(32,26−31,75)
×100 %
(31,75−25,92)

0,51
= 5,83 ×100 %

(28,57−28,08)
= (28,08−22,75) ×100 %

Ka 1 = 8,74 %
Ka 2 =



0,49
= 5,33 s ×100 %

(b−c )
×100 %
(c −a)

Ka Rata-rata ¿

Ka 2 = 9,19 %

Ka1+ Ka 8,74 +9,19
=
=8,96 %
2
2

Jadi, kadar air tanah kering udara pada tanah tipe andisol sebesar 8,96 %
Keranjang Stainless

Ulangan

Kosong ( a g )
Ka 1
72,96
Ka 2
86,25
Rata-rata
Tabel 2. Kapasitas Lapang

Ulangan
Ka 1
Ka 2

Botol Timbang

( a ) + Gumpalan

Kadar Air kapasitas

Tanah Basah (b g)
88,35
99,16

Lapang (%)
23,86
27,29
25,575

( a ) + Contoh

Kosong ( a g )
tanah ( b g )
25, 92
32,26
22,75
28,57
Rata-rata

(b) + Setelah

Kadar Air Tanah

dioven ( c g )
31,75
28,08

Kering Udara (%)
8,74
9,19
8,96

Hitungan:
Kl 1 =

2
× 100 %+ Ka
b−(a+ 2)
=

Kl 2 =

2
× 100 %+ Ka
b−(a+ 2)

2
×100 %+8,96
88 ,35−( 72,96+2)

%

=

2
×100 %
99,16−(86,25+2)

+8,96%
2
= 88,35−74,96 ×100 %+8,96%

2
= 99,16−88,25 ×100 % +8,96%

Kl 1 = 23,89%

 Ka Rata-rata ¿

Kl 2 = 27,29 %
Kl 1+ Kl 2 23,89 % +27,29 %
=
=25,575%
2
2

Jadi, kadar air kapasitas lapang pada tanah tipe andisol sebesar 25,575%

35

Tabel. 3 Kadar Air Maksimum
Cawan +
Kertas
Ulangan

saring
jenuh +
petridisk
(a g)

(a)+

(b)

tanah

setelah

basah

dioven 24

jenuh air

jam

(b g)

( c g)

Pertidisk +
cawan +
kertas saring
setelah

Kadar air
maksimum

dioven

(%)

(d g)

KAM 1

95,91

153,52

123,48

81,87

38,45

KAM 2

99,91

158,50

128,63

99,47

100,92

Rata-rata

KAM 1 ¿
¿

( b−a ) −(c−d )

(c−d )

69,685

×100 %

( 153,52−95,91 ) −(123,48−81,87)

(123,48−81,87)
¿

×100 %

(57,61−41,61)
×100 %
41,61

KAM 1 = 38,45%
KAM 2 ¿
¿

( b−a ) −(c−d )

(c−d )

×100 %

( 158,50−99,91 ) −( 128,63−99,47)

(128,63−99,47)
¿

× 100 %

(58,59−29,16)
×100 %
29,16

KAM 2 = 100,92%
92 ) %
 KAM Rata-rata = KAM 1+ KAM 2¿ ¿2 = ( 38,45+100,
=69,685 %
2
Jadi, Kadar Air Maksimum tanah tipe andisol adalah sebesar 69,685%
B. Pembahasan

36

Air higroskopik merupakan air yang diserap oleh tanah sangat kuat
sehingga tidak dapat digunakan tanaman dan adanya gaya adhesi antara tanah dan
air. Air kapiler merupakan air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik-menarik
antara butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dengan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas karena gaya-gaya kapiler.
Sebagian besar air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi
tanaman (Hardjowigeno, 2010).
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena
mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah
hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah
menjadi masam dan miskin unsur hara. Air pada pori makro diikat lebih lemah
dan bergerak ke bawah dan keluar tanah. Jika tidak, suatu lapisan yang tidak dapat
tembus menghambat gerakan turun ke bawah air. Air pada pori makro disebut air
gravitasi karena cenderung untuk mengalir ke bawah dan keluar tanah karena gaya
gravitasi air yang lebih kuat dari pada tanah( Foth, 1984 ).
Ruang pori total merupakan volume dari tanah yang ditempati oleh udara
dan air. Pada tanah yang lembab dengan drainase baik ruang-ruang pori yang
besar selalu dipenuhi udara, konsekuensinya mereka disebut pori-pori aerase atau
makropori. Pori-pori kecil selalu dipenuhi air dan biasanya disebut kapiler atau
pori mikro ( Foth, 1984 ).
Menurut Hardjowigeno (2010), pori-pori tanah dibedakan menjadi poripori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi
udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang kerena gaya gravitasi). Sedangkan
pori-pori halus berisi air kapiler atau udara.tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori
kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah yang banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga mudah kekeringan.
Menurut

Hanafah

(2007),

koefsien

air

tanah

yang

merupakan koefsien yang menunjukkan potensi ketersediaan air
tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:

37

1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh
ruang pori tanah terisi oleh air. Pada kondisi ini tegangan
pada lapisan air hampir 0— lempung > pasir,
dikarenakan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan
koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang
makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin
besar kapasitas simpan airnya. Hasilnya berupa peningkatan
kadar dan ketersediaan air tanah.
2. Kadar bahan organik tanah (BOT)

39

BOT mmepunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak
ketimbang mineral tanah semakin banyak kadar BOT akan
makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.

3. Senyawa kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik
alamiah maupun non-alamiah mempunyai gaya osmotik yang
dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefsien laju
meningkat.
4. Kedalaman solum atau lapisan tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume
simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan
kadar air tanah juga semakin banyak.
Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas
permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air karenanya
berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah yang teksturnya halus
mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia
yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang (Foth, H. 1984).
Pada praktikum penetapan kadar air tanah dilakukan dengan babarapa
tahapan analisa terhadap kadar air dalam tanah tersebut. Adapaun tanah yang diuji
kadar airnya merupakana tanah yang berjenis Andisol. Tanah andisol merupakan
tanah yang berasal dari aktivitas gunung berapi dan banyak ditemukan di sekitar
tanah vulkanik. Berdasarkan data pengukuran pada hasil terdapat tiga variabel
pengukuran uktuk menetapkan kadar air dalam tanah tipe Andisol antara lain
kadar air kering udara, kapasitas lapang dan kapasitas maksimal dari tanah yang
akan diuji.
1. Kadar air kering udara
Pada pengujian ini, digunakan tanah jenis Andisol dengan ukuran diameter 2
mm. Dari sampel contoh tanah diambil 2 ulangan dengan betol timbang U1 dan

40

U2. Pada kedua Ulangan dilakukan langkah pengovenan dengan lama pengovenan
untuk mengurangi kadar air dalam tanah sehingga di dapatkan sampel tanah
kering angin selama 4 jam ( dalam praktkum 24 jam). Berdasarkan data hasil
pengamatan Pada U1, botol timbang awal seberat 25,92 g dan setelan diisi tanah
contoh seberat 32,26 g. Setelah dioven berat turun menjadi 31,75 g.

Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar air=

( b−c )
×100 %
( c−a )

Dari data hasil penghitungan didapatkan kadar air kering udara (Ka 1)
pada U1 sebesar 8,74%. Hal yang sama juga dilakukan pada U2. Pada data, U2
memiliki berat botol timbang awal seberat 22, 75 g dan setelah diisi contoh tanah
didapatkan berat menjadi 28,57 g. Setelah dioven berat U1 turun menjadi 28,08 g.
Dari data hasil tersebut didapatkan kadar air kering angin pada U2 (Ka 2) sebesar
9, 19 %. Dari hasil pada Ka 1 dan Ka 2 didapatkan rata-rata kadar air kering angin
pada tanah Andisol sebesar 8,96%. Hal ini menurut Abdurachman dan Han
Roliadi (2015) dalam penelitiannya, mengungkapkan bahwa kadar air pada tanah
yang memiliki taraf koefisien kadar air kering udara atau angin sebesar sekitar 1214%. Dari perbandingan hasil dan pendapat ahli didapatkan angkat dengan margin
2%. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya pengovenan yakni selama 24 jam
yang seharusnya hanya 4 jam.
2. Kapasitas lapang
Pengujian kapasitas lapang tanah Andisol dengan mengukur berat awal
keranjang stainless kosong dan berat setelah timbul gumpalan tanah pada
keranjang stainless dengan 3 titik gumpalan. Pengujian dilakukan dengan 2
ulangan yaitu U1 (Kl 1) dan U2 (Kl 2). Berdasarkan hasil pada U1 berat awal
yaitu 72,96 g dan setelah diisi tanah dan timbul gumpalan akibat ditetesi 2ml air
pada 3 titik didapatkan berat sebesar 88,35 g. Dari hasil tersebut kemudian
dimasukkan ke rumus berikut :

41

Kapasitas lapang =

2
× 100 %
b−(a+ 2)

Didapatkan hasil kapasitas lapang pada U1 (Kl 1) sebesar 23,86 %. Pada U2
dilakukan hal yang sama dengan berat awal 86,25 g dan berat setelah tanah
menggumpal seberat 99,16 g. Dari data tersebut maka didapatkan hasil kapasitas
lapang pada U2 (Kl 2) sebesar 27,29%. Berdasarkan hasil pada kedua ulangan
maka dapat diambil Kl rata-rata sebesar 25,575%. Hal ini menunjukkan bahwa
kapasitas lapang kadar air yang tersedia untuk tumbuhan pada tanah andisol dalam
kategori sedang dalam hal permeabilitas terhadap air. Hal ini menurut pendapat
Hardjowigeno (2010) dalam bukunya menjelaskan bahwa tanah Andisol
mempunyai sifat andik yaitu sifat yang memiliki pencir tanah dengan taraf retensi
P > 25% sehingga hal ini cukup sesuai. P dalam hal ini adalah permeabilitas.
3. Kapasitas Air Maksimal
Pengujian kapasitas maksimal air pada tanah dilakukan dalam 2 ulangan
dengan U1 (KAM 1) dan U2 (KAM 2). Pada awal ditimbang berat dari pertidisk
dan kertas saring (a). Kemudain diisi tanah dengan diameter 0,5 mm hingga rata
dan direndam dalam nampan air dengan alat penyangga berupa tongkat dari
bambu untuk menahan agar tanah tidak terendam air dan agar penyerapan
terhadap air akan maksimal ,lalu di timbang (b). Dalam pengujian ini juga
dilakukan pengovenen selam 24 jam dan hasil oven ditimbang (c). kemudian
petridisk dan kertas saring ditimbang dengan tanah yang telah dibuang (d). Pada
data U1, hasil pengukuran menunjukkan nilai (a) sebesar 95,91 g, hasil rendam
(b) sebesar 153,52 g, setelah dioven (c) dengan berat menurun 123,48 g, dan
berat bersih pada cawan dan kertas saring (d) sebesar 81,87 g. Berdasarakan data
tersebut dapat dihitung nilai KAM 1 denfgan rumus :
Kadar air maksimum ¿

( b−a ) −(c−d )

(c−d )

×100 %

Hasil yang didapatkan KAM 1 sebesar 38,45 %. Hal yang sama juga dilakukan
pada U2, berdasarkan data pengukuran nilai (a) seberat 99,91 g, (b) seberat
158,50 g, (c) seberat 128,63 % dan (d) seberat 99,47 %. Dari data tersebut maka
dapat dihitung dengan rumus diatas dan didapatkan nilai KAM 2 sebesar 100,92

42

%. Berdasarkan data perhitungan nilai KAM 1 dan KAM 2 maka didapatkan nilai
KAM rata-rata pada tanah tipe Andisol sebesar 69, 685%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar air maksimal atau daya tampung
air maksimal pada tanah andisol dalam kategori cukup tinggi. Pada KAM 2
didapatkan nilai 100,92%. Hal ini sangat tidak mungkin karena batas puncak
pengukuran sebesar 100 %. Mungkin ini terjadi kesalahan dalam pengambilan
data pengkuran dan ketidaktahuan praktikan dalam menggunakan alat ukurnya
yang harus dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil yang didapatkan tersebut berdasarkan
pendapat dari Munir, dkk. (2014) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa
tekstur tanah andisol merupakan lempung berpasir, dengan bulk density 0,39
g/cm3, nilai particle density 1,6 g/cm3,porositas 75,62 % dan kadar air kapasitas
lapang sebesar 50,51%. Hal ini berkaitan dengan hasil cukup sesui yakni pada
hasil menunjukkan nilai 69, 685% dengan perbandingan pada pendapat ahli nilai
porositas sebesar 75,62 %.

43

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil data analisa dan pembahasan mengenai penetapan kadar
air pada tipe tanah Andisol maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar air tanah merupakan perbandingan berat air yang
terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.
Kadar air tanah dipengaruhi oleh faktor kadar bahan organik
tanah; iklim dan tumbuhan; kedalaman solum atau lapisan
tanah;

tekstur

tanah;

dan

isenyawa

kimiawi.

Tinggi

rendahnya kapasitas lapang tergantung pada jenis tanah dan
ruang pori-pori total pada setiap jenis tanah berbeda. Tinggi
rendahnya kadar air maksimum tergantung pada jenis tanah,
karena

masing-masing

tanah

mempunyai

tekstur

yang

berbeda.
2. Tipe tanah Andisol berdasarkan hasil data dan penghitungan
bahwa tanah Andisol memiliki nilai komponen sifat fsik pada
kadar air tanah kering udara dengan persentase sebesar
8,96%, kapasitas lapang dengan persentase sebesar 25,
575% dan nilai kapasitas air maksimal sebesar 69,685 %.
Dengan hal ini maka tanah Andisol tergolong tanah yang
porus.

44

B. Saran
Pada

pelaksanaan

praktikum

sangatlah

baik

dan

menghasilkan data yang cukup baik. Namun, alangkah baiknya
pada praktikan ketika melakukan praktikum lebih cermat dalam
memperhatikan arahan dari asisten dan dalam bekerja dengan
menggunakan alat agar berhati-hati agar tidak ada lagi barang
laboratorium yang rusak atau pecah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman dan Han Roliadi. 2015. Pemanfaatan Kayu Manis (Cinnamomun
burmanii) Berdiameter Kecil untuk Balok I-joist sebagai Bahan Konstruksi
(Utilization of Small-Diameter Cinammon Logs for I-joist Beam as
Construction Material). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.8.
No.2:177—187.
Abdurachman A, Haryati U, Juarsah I. 2009. Penetapan Kadar Air
Tanah Dengan
Metode Gravimetrik. Jurnal Tanah. 12 (9) :3-19.
Buckman and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bathara Karya Aksara.
Foth, H. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung. Lampung
Hanafah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja
Grafndo
Persada. Jakarta.

45

Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta.
-----------------------------. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta.
Kurnia, Undang. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya.
Departemen Pertanian : Agro Inovasi.
Munir, Achwil Putra , Dinda Puspa Sari, Sumono Sumono, dan Nazif Ichwan.
2014. Performance Study of Drip Irrigation on Andosol Soil with Caisim
(Brassica juncea L. ) Cultivation. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian.
Vol.2. No.3:99—109.

LAMPIRAN

46

47