STRUKTUR NARATIF CERITA RAKYAT SUMBAWA BARAT

STRUKTUR NARATIF CERITA RAKYAT SUMBAWA BARAT

Narrative Sructure of West Sumbawa Folktales

Nining Nur Alaini

Kantor Bahasa Provinsi NTB, Jalan dr. Sujono, Kel. Jempong Baru, Kec. Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Pos-­‐el: [email protected]

(Makalah Diterima Tanggal 21 Maret 2014—Disetujui Tanggal 3 November 2014)

Abstrak: Kehidupan sastra lisan akan selalu berubah sesuai dengan dinamika komunitas pemi-­‐ liknya. Ada beberapa sastra lisan di Indonesia, yang telah hilang karena belum didokumentasikan, sedangkan sastra lisan adalah kekayaan budaya Indonesia yang kaya akan khazanah kearifan lo-­‐ kal dan merupakan kreativitas yang luar biasa dari komunitas pemiliknya. Perubahan dan hi-­‐ langnya sastra lisan berarti punahnya kearifan lokal dan khazanah budaya yang terkandung di dalamnya. Salah satu bentuk sastra lisan Nusantara yang masih hidup hingga saat ini adalah ceri-­‐ ta rakyat Sumbawa Barat. Cerita rakyat yang berhasil didokumentasikan dikaji struktur naratif-­‐ nya berdasarkan pada struktur naratif yang dikemukakan oleh Vladimir Propp. Penelitian ini akan mendokumentasikan sastra lisandari Sumbawa Barat yang berwujud cerita rakyat. Dari hasil ka-­‐ jian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat Sumbawa Barat memiliki em-­‐ pat belas fungsi pelaku. Keempat belas fungsi pelaku tersebut dapat didistribusikan ke dalam lima lingkungan tindakan.

Kata-­‐Kata Kunci: sastra lisan, cerita rakyat, struktur naratif

Abstract: Oral literatures will always change according to the dynamic of their community. Some oral literary works in Indonesia are extinct already due to not yet documented. Oral literature is, actually, a cultural treasure of Indonesia able to show the rich variety of cultures and values, and the incredible creativity of the their community. Change and the loss of a variety of oral literatures mean the extinction or change of property contained in them. One form of Indonesian oral literatures still enjoyed today is folklores of West Sumbawa. Therefore, this study aims to document the oral literature of West Sumbawa in the form of folklores. Furthermore, the folklores collected will be analyzed by using Vladimir Propp’s theory of narrative structure. The result shows that the folklores of West Sumbawa have fourteen actor functions. The fourteen functions can be distributed into five environmental actions.

Key Words: oral literature, folklore, narrative structure

PENDAHULUAN

masing wilayah sangat memungkinkan Karya-­‐karya sastra daerah merupakan

hidupnya karya-­‐karya sastra yang juga peninggalan budaya yang menyimpan

khas di masing-­‐masing wilayah bahasa berbagai segi kehidupan bangsa masa

tersebut.

lampau, masih ribuan yang menunggu Pulau Sumbawa yang merupakan untuk diteliti (Sutrisno, 1981:19). Dapat

wilayah Indonesia dan merupakan pulau dikatakan bahwa setiap daerah yang

terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Ba-­‐ mempunyai bahasa daerah sangat

rat dihuni oleh dua etnis besar, yaitu et-­‐ mungkin mempunyai sastra daerah

nis Mbojo di wilayah timur dan etnis Sa-­‐ (Tuloli, 1991:1). Adanya variasi-­‐variasi

mawa di bagian barat. Tiap-­‐tiap wilayah bahasa yang digunakan di masing-­‐

tersebut memiliki bahasa dan budaya

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253 dengan karakteristik yang khas. Sama-­‐

karena itu, masalah yang menjadi fokus wa, sebagai kelompok etnis yang berdi-­‐

penelitian ini adalah bagaimana struktur am di wilayah barat Pulau Sumbawa,

naratif cerita rakyat, khususnya yang mempunyai bahasa dan peradaban sen-­‐

berasal dari Sumbawa. Penelitian yang diri yang hidup sampai sekarang

berkaitan dengan cerita rakyat Sumba-­‐ (Suyasa, 2003:23).

I Nengah Dalam hal kesastraan, periode awal

wa pernah dilakukan oleh

Kayun, et al. (1987) yang berupa doku-­‐ kesastraan Samawa, nama asli Sumba-­‐

mentasi cerita rakyat daerah Nusa Teng-­‐ wa, dimulai dengan tradisi lisan. Kesas-­‐

gara Barat. Nafron Hasjim, et al. (1963), traan permulaan Samawa ini melukiskan

melakukan penelitian tema, amanat, dan kecintaan pada alam dan manusia serta

nilai budaya sastra daerah Nusa Tengga-­‐ menekankan norma perilaku-­‐perilaku

ra Barat, dengan mengambil objek cerita kesetiaan kepada raja, kealiman anak,

rakyat. Kajian ini bertujuan mengkaji hormat kepada guru atau yang lebih tua,

struktur naratif cerita rakyat Sumbawa persahabatan yang tulus, serta kesucian

Barat untuk melihat perbedaannya de-­‐ wanita. Masyarakat tradisional Samawa

ngan struktur naratif yang diungkapkan menulis karya sastranya di atas daun

oleh Vladimir Propp. lontar yang telah dikeringkan, disebut bumung (Raba, 2003:99—100). Salah sa-­‐

TEORI

tu wujud sastra yang masih hidup di Sa-­‐ Untuk menemukan struktur naratif ceri-­‐ mawa, khususnya, wilayah Sumbawa

ta rakyat Sumbawa Barat digunakan teo-­‐ Barat adalah cerita rakyat. Kehidupan

ri struktur naratif Vladimir Propp. Propp sastra lisan, yang salah satunya berwu-­‐

meneliti seratus dongeng Rusia yang di-­‐ jud cerita rakyat, akan selalu mengalami

sebutnya sebagai folktale. Untuk mem-­‐ perubahan sesuai dengan dinamika mas-­‐

bandingkan dongeng-­‐dongeng tersebut yarakat pemiliknya. Ada sebagian sastra

Propp memisahkannya dalam kompo-­‐ lisan di Indonesia yang telah hilang ka-­‐

nen-­‐komponen cerita. Hasilnya berupa rena tidak sempat didokumentasikan,

morfologi, yaitu bentuk cerita berdasar-­‐ padahal wacana lisan memuat sistem

kan klasifikasi komponen-­‐komponen kognitif masyarakat, sumber identitas,

dan hubungan di antara komponen-­‐ sarana ekspresi, sistem religi, keperca-­‐

komponen tersebut dalam keseluruhan yaan, pembentukan dan peneguhan

cerita.

adat-­‐istiadat dan sejarah, hukum, peng-­‐ Pada dasarnya, sebuah cerita memi-­‐ obatan, dan kearifan lokal dalam komu-­‐

liki konstruksi yang terdiri atas unsur nitas, serta lingkungannya (Sibarani,

pelaku, perbuatan, dan penderita. Unsur-­‐ 2012:6—7). Cerita rakyat, menurut

unsur tersebut dikelompokkan menjadi Danandjaja (2007:5) merupakan salah

dua bagian, yaitu unsur yang tetap dan satu genre folklor. Cerita rakyat digo-­‐

unsur yang berubah. Unsur yang tetap longkan dalam folklor lisan. Folklor lisan

berwujud tindakan atau perbuatan, se-­‐ merupakan folklor yang bentuknya mur-­‐

mentara unsur yang berubah adalah pe-­‐ ni lisan dan disampaikan secara lisan

laku dan penderita. Unsur yang terpen-­‐ (Danandjaja, 2007:21). Ragam lisan me-­‐

ting adalah unsur tetap (Propp, 1979: miliki kecenderungan untuk cepat hilang

dan berubah seiring dengan perubahan Dari hasil penelitiannya terhadap komunitas pemiliknya. Berubah dan hi-­‐

seratus dongeng Rusia, Propp menyim-­‐ langnya suatu ragam sastra lisan adalah

pulkan sebagai berikut: (1) fungsi ada-­‐ berarti punahnya atau berubahnya keka-­‐

lah unsur yang mantap dan tidak ber-­‐ yaan yang terkandung di dalamnya. Oleh

ubah dalam dongeng; (2) jumlah fungsi

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

dalam dongeng terbatas; (3) urutan Setelah menyimpulkan hasil peneli-­‐ fungsi dalam dongeng selalu sama; dan

tiannya, Propp menyebutkan satu persa-­‐ (4) sebuah dongeng memiliki kesamaan

tu urutan fungsi pelaku dengan keter-­‐ dari segi strukturnya.

aturan arah naratifnya. Untuk memper-­‐ Sebuah dongeng menurut Propp pa-­‐

mudah pembuatan bentuk kerangka dan ling banyak memiliki tiga puluh satu

skema pergerakan cerita, tiap-­‐tiap fungsi fungsi, tetapi tidak semua dongeng me-­‐

pelaku diberikan nomor fungsi, ihktisar ngandung semua fungsi tersebut. Bera-­‐

singkat arti hakikat fungsi, definisi sing-­‐ papun jumlah fungsi dalam sebuah do-­‐

kat dalam satu kata, lambang konvensi-­‐ ngeng, fungsi-­‐fungsi itulah yang mem-­‐

onalnya, dan beberapa contoh variasi bentuk struktur cerita.

tindakan. Tiga puluh satu fungsi Propp tersebut adalah sebagai berikut.

Lambang No

Ikhtisar singkat fungsi

Definisi

Konvensional I Seorang dari anggota keluarga

Ketidakhadiran/ketiada ß meninggalkan rumah

an

γ pahlawan III

II Larangan yang diberlakukan untuk

Larangan

Pahlawan melanggar larangan

δ IV Penjahat melakukan pengintaian

Pelanggaran

ε untuk mendapatkan informasi tentang korbannya V Penjahat mendapatkan informasi

Pengintaian

Penyampaian informasi ζ tentang calon korbannya VI Penjahat menipu korbannya dengan

η tujuan dapat memiliki dirinya atau kepunyaannya

Penipuan

θ membantu musuhnya VIII

VII Korban terpedaya dan tanpa sadar

Muslihat

Penjahat menyebabkan timbulnya

A kesusahan atau melukai salah seorang anggota keluarga

Kejahatan

VIIIa Seorang anggota keluarga

a kekurangan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu IX Ketidakberuntungan atau

Kekurangan

B kekurangan membuat pahlawan

Perantara peristiwa

penghubung

dikenal, pahlawan diminta atau diperintah, diizinkan untuk pergi atau menjadi utusan X Pahlawan sepakat untuk

Permulaan tindak balas C mengadakan tindakan balasan

XI Pahlawan meninggalkan rumah Keberangkatan/kepergi ↑

an

XII Pahlawan diuji, ditanya, diserang, dan Fungsi pertama donor D lain-­‐lain, yang membuka jalan untuk memperoleh alat sakti yang berfungsi sebagai penolongnya

XIII Pahlawan bereaksi terhadap

Reaksi pahlawan

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253

tindakan-­‐tindakan yang dilakukan pemberi/donor

XIV Pahlawan menerima alat sakti

F XV Pahlawan dipindahkan dan diantar

Penerimaan alat sakti

G ke tempat terdapatnya objek yang

Perpindahan diantara

ruang, dua lokasi,

dicari

petunjuk

H dalam perkelahian langsung XVII

XVI Pahlawan dan penjahat terlibat

Pertarungan

J XVIII

Pahlawan diberi tanda

Penandaan

I XIX

Penjahat dikalahkan

Kemenangan

K dapat diatasi XX Pahlawan pulang/kembali

Kemalangan atau kekurangan awal

Kekurangan terpenuhi

Pahlawan dikejar

Pengejaran

Rs XXIII

Pahlawan diselamatkan

Penyelamatan

O rumah/di negerinya atau di negeri

Pahlawan yang tidak dikenali tiba di

Kepulangan tidak

dikenali

lain XXIV

Pahlawan palsu menyampaikan

L tuntutan yang tidak berdasar

Tuntutan yang tidak

berdasar

M XXVI

XXV Pahlawan diserahi tugas sulit

Tugas sulit

N XXVII

Tugas diselesaikan

Penyelesaian tugas

Q XXVIII Pahlawan palsu atau penjahat

Pahlawan dikenali/diakui

Pengakuan

Ex terungkap XXIX

Pengungkapan

T yang baru XXX

Pahlawan menjelma kedalam wajah

Penjelmaan

U XXXI

Penjahat dihukum

Hukuman

Pahlawan menikah dan naik tahta

Pernikahan

Tiga puluh satu fungsi tersebut da-­‐ pahlawan diselamatkan (Rs), penye-­‐ pat didistribusikan ke dalam tujuh ling-­‐

lesaian tugas (N), dan penjelmaan kungan tindakan. Setiap satu lingkungan

(T)

tindakan dapat mencakup satu atau

4) lingkungan tindakan seorang putri beberapa fungsi yang tergabung secara

raja (princes) dan ayahnya, meliputi logis (Propp, 1979:79—84). Tujuh ling-­‐

tugas sulit (M), penandaan (J), peng-­‐ kungan tindakan tersebut adalah sebagai

ungkapan (Ex), pengakuan (Q), hu-­‐ berikut.

kuman (U), dan pernikahan (W)

1) lingkungan tindakan penjahat (villa-­‐

5) lingkungan tindakan perantara atau in), meliputi kejahatan (A), pertaru-­‐

pemberangkat (dispatcher), terdiri ngan (H), dan pengejaran (Pr)

atas perantara penghubung-­‐peristi-­‐

2) lingkungan tindakan donor atau

wa (B)

pemberi (provider), meliputi persiap-­‐

6) lingkungan tindakan pahlawan (he-­‐ an untuk perpindahan alat sakti (D),

ro), meliputi keberangkatan (C↑), re-­‐ dan penerimaan alat sakti (F)

aksi pahlawan (E), pernikahan (W).

3) lingkungan tindakan penolong (help-­‐ Fungsi keberangkatan (C↑) menciri-­‐ er), meliputi perpindahan diantara

kan pahlawan pencari dua ruang, dua lokasi, panduan/pe-­‐

7) lingkungan tindakan pahlawan palsu tunjuk (G), penghapusan kemalang-­‐

(false hero), meliputi keberangkatan an atau kekurangan terpenuhi (K),

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

(C↑), reaksi pahlawan (E), dan tun-­‐ an (Rs), dan sebagainya. Tipe tutan yang tidak berdasar (L).

perkembangan jenis fungsi-­‐fungsi dise-­‐ but sebagai satu pergerakan (Xod). Se-­‐

Fungsi-­‐fungsi ketiadaan/ketidakha-­‐ tiap satu tindakan kejahatan, setiap satu diran (β), pelanggaran (δ), penipuan (η),

kekurangan menciptakan satu pergerak-­‐ dan keterlibatan (θ), sulit ditafsir ke da-­‐

an baru. Satu pergerakan dapat secara lam tujuh lingkungan tindakan. Melalui

langsung mengikuti pergerakan yang tujuh lingkungan, frekuensi kemunculan

lain, tetapi dapat pula saling menjatuh-­‐ pelaku dapat dideteksi dan cara bagai-­‐

kan satu sama lain. Satu pergerakan te-­‐ mana watak pelaku diperkenalkan dapat

lah dimulai, dapat saja tiba-­‐tiba berhenti, diketahui.

kemudian digantikan dengan pergerak-­‐ Secara morfologis suatu cerita di-­‐

an yang baru. Sebuah cerita dimung-­‐ tandai oleh satu pergerakan yang dapat

kinkan mengandung beberapa pergerak-­‐ diawali dari tindakan kejahatan (A) atau

an, oleh sebab itu, harus diketahui de-­‐ kekurangan (a) setelah melalui fungsi-­‐

ngan pasti jumlah pergerakan di dalam fungsi perantara (B) hingga ke fungsi

cerita yang ditelitinya. Propp mengata-­‐ pernikahan (W), atau bisa juga fungsi-­‐

kan, meskipun satu cerita dapat didefi-­‐ fungsi lain yang dapat bertugas sebagai

nisikan sebagai suatu pergerakan, tetapi penyelesaian. Fungsi-­‐fungsi yang bertu-­‐

bukan berarti jumlah pergerakan selalu gas sebagai penyelesaian antara lain

sama dalam suatu cerita (Propp, adalah penerimaan alat sakti (F), per-­‐

olehan atau penghapusan penderitaan/ Pergerakan cerita dapat diskema-­‐ kekurangan terpenuhi (K), penyelamat-­‐

kan sebagai berikut.

1. Satu pergerakan secara langsung diikuti dengan pergerakan lain.

I. A

III. A

2. Satu pergerakan baru dimulai, sebelum berakhir telah muncul pergerakan baru. Pergerakan baru itu selesai kemudian pergerakan yang satunya pun ikut selesai.

I. A

G ................................... K

II. a

3. Satu episode (bagian) cerita dikendalikan oleh dua pergerakan, dan dapat dihentikan sejenak. Dalam hal ini dihasilkan skema yang agak rumit.

I ...................................

E ................................... III

4. Sebuah cerita mungkin berawal dengan dua kejahatan yang serentak. Kejahatan pertama mungkin diselesaikan terlebih dahulu sebelum pergerakan kedua. Apabila pahlawan dibunuh dan alat sakti dicuri oleh penjahat, maka pembunuhan itu diselesaikan lebih dahulu, baru kemudian pencurian diselesaikan.

II K 1

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253

5. Dua pergerakan mungkin diakhiri dengan tindakan yang sama.

II

6. Kadangkala sebuah cerita mempunyai dua pahlawan pencari (cerita no. 155). Dua pahlawan tersebut berpisah di tengah pergerakan yang pertama. Biasanya kedua pahlawan itu berpisah di persimpangan jalan. Persimpangan jalan ini digunakan sebagai unsur pemecahan masalah. Perpisahan di persimpangan jalan ditandai dengan lambang (<). Sewaktu berpisah pahlawan-­‐pahlawan itu saling memberi tanda ( seperti : saputangan, cermin, cincin, dan lain-­‐lain). Perpindahan syarat atau tanda-­‐tanda ini diberi lambang (Y).

mewawancarai pihak-­‐pihak yang dijadi-­‐ Objek kajian ini adalah cerita rakyat

kan sumber data. Selain data primer Sumbawa Barat. Data cerita rakyat di-­‐

yang diperoleh dengan cara wawancara kumpulkan di wilayah-­‐wilayah Tongo,

secara langsung, juga dimanfaatkan data Goa, Jereweh, Labuhan Lalar, Kuang,

yang berupa rekaman maupun data-­‐data Kertasari, Arab, dan Meraran, serta wila-­‐

pustaka.

yah-­‐wilayah transmigran Sasak dan Bali Pengumpulan data dilakukan de-­‐ di kabupaten/kecamatan Jereweh/Se-­‐

ngan cara perekaman, pencatatan, dan kongkang.

pemotretan. Wawancara dilakukan un-­‐ Data-­‐data yang berupa cerita rakyat

tuk mendapatkan data dari informan. yang dianalisis dalam kajian ini adalah

Data rekaman ditranskripsikan atau di-­‐ “Bangka Bela” (Ai Suning, Kecamatan Se-­‐

pindahkan dari bentuk rekaman ke ben-­‐ teluk), “Siput dan Rusa” (Ai Suning, Ke-­‐

tuk tulisan. Kegiatan pentranskripsian camatan Seteluk), “Jompong Suar” (Mu-­‐

dilakukan segera setelah perekaman da-­‐ ra, Kecamatan Taliwang), “Lalu Lepang

ta untuk memperkecil kemungkinan sa-­‐ Kuning” (Mura, Kecamatan Taliwang),

lah dengar. Karya sastra yang telah di-­‐ “Pangantan No Rere” (Kecamatan Jere-­‐

transkripsi diterjemahkan dalam bahasa weh), “Palio Manjeng” (Desa Beru, Keca-­‐

Indonesia untuk memudahkan pema-­‐ matan Jereweh), “Liang Serunga” (Keca-­‐

haman pembaca. Penerjemahan dilaku-­‐ matan Jereweh), “Mencari Pemimpin Je-­‐

kan secara terikat agar tidak mengubah reweh” (Kecamatan Jereweh), dan “Batu

struktur asli karya. Data-­‐data yang telah Plantolan” (Kecamatan Jereweh).

ditranskripsi dan diterjemahkan, kemu-­‐ Data dikumpulkan dari lapangan

dian dikaji untuk menemukan struktur dengan cara mendatangi lokasi dan

naratifnya.

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

Kajian ini adalah kajian deskriptif melalui studi lapangan dan literatur (do-­‐ kumen). Untuk menemukan struktur na-­‐ ratif cerita rakyat Sumbawa Barat, hal-­‐ hal yang dilakukan dalam kajian ini ada-­‐ lah: (1) menemukan fungsi-­‐fungsi yang terdapat dalam sembilan cerita rakyat Sumbawa Barat; (2) didistribusikan ke dalam tujuh lingkungan tindakan seperti yang dikemukakan oleh Propp; (3) me-­‐ nentukan bentuk kerangka cerita rakyat Sumbawa Barat; (4) menentukan penye-­‐ baran Fungsi di kalangan pelaku cerita rakyat Sumbawa Barat; dan (5) menen-­‐ tukan skema pergerakan cerita rakyat Sumbawa Barat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini akan diuraikan tentang urutan fungsi dan variasi tindakan, ben-­‐ tuk kerangka cerita, penyebaran fungsi di kalangan pelaku, dan skema pergerak-­‐ an cerita rakyat Sumbawa Barat.

Urutan Fungsi dan Variasi Tindakan Cerita Rakyat Sumbawa Barat

0. Situasi Awal (lambang: o)

Propp mengatakan bahwa situasi awal bukanlah fungsi, tetapi merupakan un-­‐ sur yang penting dalam cerita. Situasi awal cerita rakyat Sumbawa Barat ada-­‐ lah deskripsi awal tentang tokoh pahla-­‐ wan, dalam cerita yang berjudul “Jom-­‐ pong Suar”, tokoh ini adalah Jompong Suar. Dikisahkan bahwa Jompong Suar adalah anak tunggal dari pasangan Pandelala dan Dendelawi. Sebagai anak tunggal, ia sangat dimanja oleh kedua orang tuanya, hampir semua permin-­‐ taannya selalu dipenuhi. Kepadanya ha-­‐ rapan masa depan orang tuanya ditum-­‐ pahkan. Namun pada diri Jompong Suar terdapat watak yang kurang baik, ia suka sekali mengganggu anak-­‐anak di desa-­‐ nya, tak jarang merampas dan memukuli anak-­‐anak seumurnya. Walaupun se-­‐ ringkali menerima laporan masyarakat tentang kelakuan Jompong Suar, Pandelala, ayah Jompong Suar tak

pernah mengindahkannya dan selalu membela Jompong Suar. Tabiat Jompong Suar tak kunjung berubah walaupun berkali-­‐kali mendapat teguran dan peri-­‐ ngatan dari masyarakat. Situasi awal de-­‐ mikian juga muncul dalam cerita “Lalu Lepang Kuning”, “Liang Serunga”, dan “Palio Manjeng”.

Situasi awal yang muncul dalam ce-­‐ rita rakyat Sumbawa Barat ini juga beru-­‐ pa lukisan alam, misalnya yang muncul dalam cerita “Bangka Bela” dan “Jom-­‐ pong Suar”. Dengan demikian, ada dua jenis situasi awal dalam cerita rakyat Sumbawa Barat, yaitu deskripsi keadaan alam dan deskripsi tokoh pahlawan.

Fungsi I: Seorang dari anggota keluar-­‐

ga meninggalkan rumah (definisi: ke-­‐ tidakhadiran, lambang β)

Fungsi ketidakhadiran yang muncul da-­‐ lam cerita rakyat Sumbawa Barat ini adalah bentuk pemergian saudara yang lebih tua (β1), yaitu pada cerita “Lalu Le-­‐ pang Kuning”, “Beberapa bulan lamanya setelah menikah, istri Lalu Lepang Kuning hamil. Saat inilah sang suami ha-­‐ rus pergi merantau meninggalkan kam-­‐ pung halaman sesuai adat Bugis. Maka berangkatlah Lalu Lepang Kuning untuk memulai perantauannya ke negeri lain yang jauh untuk mencari pengalaman dan untuk mencari sumber penghidupan yang lebih baik. Menjelang persalinan istrinya nanti barulah Lalu Lepang Kuning akan kembali.” Fungsi ini dalam cerita “Jompong Suar” muncul dalam bentuk kepergian Jompong Suar me-­‐ ninggalkan kedua orang tuanya dan kampung halamannya karena harus menjalankan hukuman dari raja, yaitu mencari pohon bambu berbatang perak, berdaun emas, dan berbuah intan, “Le-­‐ pas dari pelukan kedua orang tuanya, Jompong Suar sekali lagi membungkuk memberi hormat kepada orang tua yang dicintainya itu. Sekarang Jompong Suar telah memulai pengembaraannya”.

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253 Dalam cerita “Bangka Bela” fungsi ini

maksud untuk membunuhnya, agar sa-­‐ muncul dengan kepergian Tuan Romoe

lah satu dari mereka dapat merebut Lalu mencari tempat tinggal yang baru ka-­‐

Lepang Kuning, “Dengan segala tipu da-­‐ rena daerah asal mereka yang lama ke-­‐

ya, diajaklah adiknya yang sedang hamil adaannya sudah tidak tentram dan se-­‐

tua itu bermain-­‐main di laut dengan me-­‐ ring dilanda bencana. Bentuk ini pula

nggunakan perahu. Sesampainya di laut yang muncul dalam cerita “Pangantan

dibuanglah adiknya itu ke dalam laut. Se-­‐ No Rere” dan “Mencari Pemimpin Jere-­‐

telah itu mereka meninggalkan adiknya weh”.

itu dan membiarkannya terkatung-­‐ka-­‐ Bentuk pemergian yang lebih berat,

tung dihempas gelombang.” yang digambarkan melalui kematian su-­‐ ami (β2) muncul dalam cerita “Batu

Fungsi VII: Mangsa terpedaya dan de-­‐

Plantalon”, “Menjelang musim panen ti-­‐

ngan demikian tanpa pengetahuan-­‐

ba sang suami menderita sakit yang pa-­‐

nya membantu musuhnya (definisi:

rah sampai akhirnya sang suami me-­‐

muslihat, lambang o).

ninggal dunia.” Fungsi ini dalam cerita “Lalu Lepang Kuning” diungkapkan dengan kesediaan

Fungsi II: Larangan yang diberlaku-­‐

putri bungsu memenuhi ajakan kakak-­‐

kan untuk pahlawan (definisi: larang-­‐

kakaknya untuk bermain-­‐main di laut

an, lambang γ)

dengan menggunakan perahu, tanpa me-­‐ Fungsi larangan yang muncul dalam ce-­‐

nyadari niat buruk saudara-­‐saudaranya rita rakyat Sumbawa Barat ini adalah

tersebut.

bentuk γ2, yaitu satu bentuk larangan

yang digambarkan melalui perintah atau

Fungsi VIII: Penjahat menyebabkan

nasihat. Dalam cerita “Jompong Suar”, la-­‐

kesusahan atau melukai salah se-­‐

rangan tersebut tampak seperti pada ku-­‐

orang anggota keluarga (definisi: ke-­‐

tipan berikut.

jahatan, lambang A).

Fungsi VIII yang muncul dalam cerita

“Dalam berbagai kesulitan itu, Jompong

rakyat Sumbawa Barat adalah tipe (A7),

Suar tiada berputus asa. Teringat selalu

yaitu penjahat membuang pahlawan ke

pesan ayahnya bahwa di balik kesulitan

dalam laut dan tipe (A1) yang muncul

akan datang kemuahan. Kalimat ini

dalam cerita “Jompong Suar”. Dalam ce-­‐

membuat jiwanya semakin hidup, tu-­‐

rita ini dikisahkan bahwa kerajaan Sadi-­‐

lang belulangnya semakin kokoh dan

wangi sedang dilanda duka karena hi-­‐

langkahnya kian mantap.” (Cerita Rak-­‐

langnya putri bungsu baginda yang ber-­‐

yat Sumbawa, 2002: 23).

nama Mandang Wulan dari istana, “Seki-­‐

tar setahun lalu putri bungsu baginda

Fungsi VI: Penjahat mencoba memper-­‐

yang bernama Mandang Wulan hilang

daya mangsanya dengan tujuan untuk

dari istana. Tidak diketahui kemana per-­‐

memilikinya atau memiliki kepunya-­‐

ginya. Apakah dilarikan orang ataukah

annya (definisi: muslihat, lambang η)

telah tewas tiada seorang pun yang ta-­‐ Fungsi VI yang muncul dalam cerita rak-­‐

hu.”

yat “Lalu Lepang Kuning”, adalah pen-­‐ Sedangkan tipe (A7) muncul dalam

jahat menggunakan bujuk rayu dan tipu cerita “Lalu Lepang Kuning”, “Sesampai-­‐

muslihat (η1). Dalam cerita “Lalu Lepang nya di tengah laut dibuanglah adiknya

Kuning”, bujuk rayu ini dilakukan oleh itu ke dalam laut. Setelah itu mereka me-­‐

enam gadis yang membujuk adik bung-­‐

adiknya itu dan sunya untuk bermain-­‐main di laut de-­‐

ninggalkan

ngan menggunakan perahu dengan

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

membiarkannya terkatung-­‐katung di-­‐ hempas gelombang.”

Fungsi IX: Ketidakberuntungan mem-­‐ buat pahlawan dikenal, pahlawan di-­‐ minta atau diperintah, diizinkan un-­‐ tuk pergi atau menjadi utusan (defi-­‐ nisi: perantara peristiwa penghubung, lambang: B).

Fungsi IX ini muncul dalam cerita “Jom-­‐ pong Suar” dalam bentuk mimpi, “Bebe-­‐ rapa lama Jompong Suar tertidur pulas, tiba-­‐tiba dia tersentak bangun. Dalam ti-­‐ durnya dia bermimpi seolah-­‐olah ada yang memanggil namanya.” Sedangkan dalam cerita “Lalu Lepang Kuning”, pah-­‐ lawan diminta, dalam hal ini adalah Lalu Lepang Kuning yang sedang berlayar melihat lambaian selendang berwarna merah dari sebuah pulau yang tidak ber-­‐ penghuni, yang menandakan adanya se-­‐ seorang yang membutuhkan pertolong-­‐ an.

Fungsi X: Pahlawan bersepakat untuk melakukan tindakan balasan (definisi:

permulaan tindak balas, lambang C).

Jompong Suar merasa yakin bahwa mimpinya tersebut ada maknanya. Pera-­‐ saannya semakin hidup dan ia bertekad keras akan mencari asal datangnya sua-­‐ ra. Sementara itu, Lalu Lepang Kuning, setelah melihat lambaian selendang me-­‐ rah segera membelokkan kapalnya me-­‐ nuju pulau yang tidak berpenghuni ter-­‐ sebut.

Fungsi XI: Pahlawan pergi meninggal-­‐ kan rumah (definisi: keberangkatan, lambang ↑)

Setelah menyakini bahwa mimpinya bermakna, Jompong Suar segera bangkit dan berjalan mencari arah suara terse-­‐ but. Di tengah keheranannya akan pang-­‐ gilan tadi, diteruskan juga langkahnya menuruti kata hatinya. Ketika melihat lambaian selendang yang memantulkan cahaya di terik matahari, nakhoda kapal

Lalu Lepang Kuning melaporkan kepada tuannya, yang tak lain adalah Lalu Lepang Kuning, bahwa ada lambaian kain yang terlihat di pulau yang sedang dilintasinya, sepertinya ada seseorang yang membutuhkan pertolongan. Segera saja lalu Lepang Kuning memerintahkan untuk mendekat dan berlabuh di pulau tersebut.

Fungsi XIV: Pahlawan menerima alat sakti (definisi: penerimaan alat sakti,

lambang F)

Fungsi XIV ini muncul dalam cerita “Jom-­‐ pong Suar”. Setelah berjalan beberapa la-­‐ ma, Jompong Suar sampai di sebuah ba-­‐ tu besar yang menghalangi jalannya. De-­‐ ngan tiada diduga sebelumnya, dilihat-­‐ nya sebuah goa serangkaian dengan ba-­‐ tu besar tersebut. Di dalam gua, dengan tidak disangka-­‐sangka ia bertemu de-­‐ ngan seorang putri yang cantik jelita. Pu-­‐ tri ini disekap oleh raksasa dan ia ditu-­‐ gaskan untuk menjaga pohon bambu berbatang perak milik sang raksasa. Se-­‐ telah mendengar cerita Jompong Suar, yang mendapat tugas berat untuk mene-­‐ mukan bambu berbatang perak, berda-­‐ un emas, dan berbunga intan, Sang Putri merasa iba dan merasa senasib, maka Sang Putri segera mengajak Jompong Suar untuk mengambil bambu tersebut.

Fungsi XVI: Pahlawan dan penjahat terlibat dalam perkelahian langsung (definisi: pertarungan, lambang H)

Setelah mendapatkan pohon bambu ter-­‐ sebut, Jompong Suar segera mengajak putri Mandang Wulan meninggalkan gua tersebut. Setelah tiga hari tiga malam la-­‐ manya mereka berjalan menyusuri be-­‐ lantara, tiba-­‐tiba pada hari keempat ter-­‐ dengar oleh mereka suara menakutkan. Putri Mandang Wulan segera mengeta-­‐ hui bahwa suara tersebut adalah suara raksasa yang sedang mengejar mereka. Dalam cerita ini terjadi penyimpangan karena pertempuran antara pahlawan

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253

dan penjahat tersebut tidak terjadi seca-­‐ ra langsung. Pemanfaatan alat sakti juga buka oleh pahlawan, tetapi oleh putri yang diselamatkan oleh pahlawan ka-­‐ rena putri inilah yang mengetahui fungsi dan cara menggunakan alat tersebut, “Kanda berikan bambu itu kepada dinda, agaknya kita dalam bahaya”, ucapnya.

Fungsi XVIII: Penjahat dikalahkan (definisi: kemenangan, lambang I)

Setelah melalui beberapa perlawanan, Putri Mandang Wulan dengan sekuat te-­‐ naga meniup kuncup ketiga dan keem-­‐ pat pohon bambu perak, yaitu kuncup api dan kuncup tanah, secara bersama-­‐ an. Dari kuncup tersebut bersemburan api yang dapat melalap raksasa yang ga-­‐ lak dan jahat tersebut sehingga meng-­‐ hanguskan sayap dan seluruh tubuhnya. Petir menggelegar terdengar dari mulut sang raksasa. Tanah tempatnya berdiri terbelah dan membenamkan tubuhnya hingga batas perutnya. Kendati pun rak-­‐ sasa yang kuat itu berusaha melepaskan diri tetapi jepitan tanah itu seolah-­‐olah semakin kuat saja menjepitnya. Tulang belulangnya remuk dan seluruh daging di tubuhnya telah hangus terbakar, dan akhirnya sang raksasa yang ganas itu re-­‐ bah ke bumi, tiada bangun lagi.

Fungsi XIX: Kemalangan atau keku-­‐ rangan awal dapat diatasi (definisi: kekurangan terpenuhi, lambang K)

Tewasnya raksasa yang menculik putri Mandang Wulan telah membebaskan Putri Mandang Wulan dari tawanannya, sekaligus membebaskan Jompong Suar dari hukuman raja karena ia telah berha-­‐ sil memenuhi perintah sang raja untuk mencari sebatang bambu yang berba-­‐ tang perak, berdaun emas, dan berbuah intan.

Fungsi XX: Pahlawan pulang (definisi: kepulangan, lambang ↓)

Di tengah perjalanan, barulah Jompong Suar mengetahui bahwa Putri Mandang Wulan adalah putri Raja Buntar Buana. Bersegeralah mereka menuju ke istana raja Buntar Buana. Dalam cerita “Lalu Lepang Kuning”, fungsi ini dimunculkan melalui kisah Lalu Lepang Kuning dan is-­‐ trinya. Setelah menyelamatkan istrinya dari pulau terpencil tersebut, Lalu Lepang Kuning segera memerintahkan nakhoda dan seluruh awak perahu un-­‐ tuk mengangkat sauh, mengembangkan layar untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya, setelah dua hari dua malam dalam perjalanan, sampailah mereka ke kampung halamannya.

Fungsi XXXI: Pahlawan menikah dan naik tahta (definisi: pernikahan, lam-­‐ bang W)

Berita kembalinya Jompong Suar dan Putri Mandang Wulan yang menghilang lebih dari setahun segera tersebar ke se-­‐ luruh pelosok kerajaan. Raja Buntar Buana dan seluruh penghuni istana serta seluruh rakyat kerajaan sangat bersuka cita. Jompong Suar yang dihukumnya te-­‐ lah berhasil melaksanakan hukuman de-­‐ ngan penuh tanggung jawab. Bukan saja bambu yang dibawanya pulang, tetapi Putri Mandang Wulan telah pula ditemu-­‐ kannya. Seluruh rakyat mengelu-­‐elukan Baginda Raja. Jompong Suar dianugerahi gelar Pangeran dan dikawinkan dengan Putri Mandang Wulan, dan akhirnya me-­‐ reka hidup bahagia. Dalam cerita “Lalu Lepang Kuning”, tidak ada peristiwa per-­‐ nikahan dan naik takhta, karena kedua tokoh adalah suami istri, dan sang istri bukanlah anak raja. Akhir cerita ditandai dengan permohonan maaf keenam sau-­‐ dara istri Lalu Lepang Kuning. Mereka semua akhirnya hidup bahagia. Kebaha-­‐ giaan tersebut makin lengkap setelah Lalu Lepang Kuning dikaruniai seorang anak yang gagah dan tampan.

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

12. Penjahat dikalahkan (I) dan variasinya terhadap cerita rakyat

Berdasarkan analisis fungsi pelaku

13. Kemalangan awal dapat diatasi ( K) Sumbawa Barat, dihasilkan urutan fung-­‐

14. Pahlawan pulang (↓) si pelaku beserta variasi tindakannya se-­‐

15. Pahlawan menikah dan naik tahta bagai berikut.

(W)

1. Pemergian saudara yang lebih tua (β1),

Dengan demikian, analisis fungsi

2. Satu bentuk larangan atau perintah pelaku dan variasinya terhadap cerita yang digambarkan melalui perintah

rakyat Sumbawa Barat menghasilkan atau nasihat (γ2)

urutan fungsi pelaku yang berjumlah 15

3. Penjahat menggunakan bujuk rayu urutan fungsi pelaku beserta variasi tin-­‐ dan tipu muslihat untuk memperda-­‐

dakannya.

ya mangsanya dengan tujuan untuk memilikinya atau memiliki kepunya-­‐

Bentuk Kerangka Cerita

annya (ŋ1) Menurut Propp, agar mudah mengetahui

4. Pahlawan bertindak balas terhadap tiga puluh satu fungsi pelaku dan jum-­‐ bujuk rayu dan muslihat lawannya

lahnya dalam setiap cerita rakyat, dapat (θ1)

dibuat kerangka urutan fungsi. Setelah

5. Penjahat melakukan tindakan pencu-­‐ dicermati melalui urutan fungsi pelaku likan (A1)

dan variasinya, cerita rakyat Sumbawa

6. Penjahat berusaha melenyapkan Barat dapat dibuat dalam bentuk ke-­‐ pahlawan dengan cara membuang-­‐

rangka cerita yang tampak sebagai be-­‐ nya ke laut (A7)

rikut.

7. Ketidakberuntungan membuat pah-­‐ lawan dikenal: pahlawan diminta

β1 γ2 ŋ1 θ1 A1 A7 B C ↑ F H I K ↓ W atau diperintah, diizinkan untuk per-­‐ gi atau menjadi utusan (B)

Dari bentuk kerangka urutan fungsi

8. Pahlawan setuju untuk melakukan dan variasinya, dapat diketahui bahwa tindak balas (C)

jumlah fungsi pelaku dalam cerita rakyat

9. Pahlawan pergi meninggalkan ru-­‐ Sumbawa Barat tampak terdiri atas em-­‐ mah (↑)

pat belas fungsi pelaku, yang tampak ter-­‐

10. Pahlawan menerima alat sakti (F) susun sebagai berikut.

11. Pahlawan dan penjahat terlibat da-­‐ lam perkelahian (H)

No.

Lambang 1 Seorang dari anggota keluarga meninggalkan rumah

Fungsi

ß 2 Larangan yang diberlakukan untuk pahlawan

γ 3. Penjahat menipu korbannya dengan tujuan dapat memiliki dirinya atau

η kepunyaannya 4. Korban terpedaya dan tanpa sadar membantu musuhnya

θ 5. Penjahat menyebabkan timbulnya kesusahan atau melukai salah

A seorang anggota keluarga 6. Ketidakberuntungan atau kekurangan membuat pahlawan dikenal,

B pahlawan diminta atau diperintah, diizinkan untuk pergi atau menjadi utusan 7. Pahlawan sepakat untuk mengadakan tindakan balasan

C 8. Pahlawan meninggalkan rumah

ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Edisi Desember 2014: 240—253

9. Pahlawan menerima alat sakti F 10. Pahlawan dan penjahat terlibat dalam perkelahian langsung

H 11. Penjahat dikalahkan

I 12. Kemalangan atau kekurangan awal dapat diatasi

K 13. Pahlawan pulang/kembali

↓ 14 Pahlawan menikah dan naik takhta

Dengan demikian ada 17 fungsi pelaku dari 31 fungsi Propp yang tidak terdapat dalam cerita rakyat Sumbawa. Ketujuh belas fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

No.

Lambang 1. Pahlawan melanggar larangan

Fungsi

δ 2. Penjahat melakukan pengintaian untuk mendapatkan informasi tentang

ε korbannya 3. Penjahat mendapatkan informasi tentang calon korbannya

ζ 3a. Seorang anggota keluarga kekurangan sesuatu atau ingin memiliki

a sesuatu 4. Pahlawan diuji, ditanya, diserang, dan lain-­‐lain, yang membuka jalan

D untuk memperoleh alat sakti yang berfungsi sebagai penolongnya 5. Pahlawan bereaksi terhadap tindakan-­‐tindakan yang dilakukan

E pemberi/donor 6. Pahlawan dipindahkan dan diantar ke tempat terdapatnya objek yang

G dicari

7. Pahlawan diberi tanda J 8. Pahlawan dikejar

Pr 9. Pahlawan diselamatkan

Rs 10. Pahlawan yang tidak dikenali tiba di rumah/di negerinya atau di negeri

O lain 11. Pahlawan palsu menyampaikan tuntutan yang tidak berdasar

L 12. Pahlawan diserahi tugas sulit

M 13. Tugas diselesaikan

N 14. Pahlawan dikenali/diakui

Q 15. Pahlawan palsu atau penjahat terungkap

Ex 16. Pahlawan menjelma kedalam wajah yang baru

T 17 Penjahat dihukum

Penyebaran Fungsi di Kalangan Pela-­‐

memiliki dirinya atau kepunyaannya (η),

ku Cerita Rakyat Sumbawa Barat.

Korban terpedaya dan tanpa sadar Propp mengatakan bahwa 31 fungsi pe-­‐

membantu musuhnya (θ), Penjahat me-­‐ laku dapat didistribusikan ke dalam tu-­‐

nyebabkan timbulnya kesusahan atau juh lingkungan tindakan. Setiap satu

melukai salah seorang anggota keluarga lingkungan tindakan dapat terdiri atas

(A), pertarungan (H), dan penjahat di-­‐ satu atau beberapa fungsi yang terga-­‐

kalahkan (I); (2) Lingkungan tindakan bung secara logis. Empat belas fungsi ce-­‐

donor atau pemberi (provider), meliputi rita rakyat Sumbawa Barat tersebut da-­‐

penerimaan alat sakti (F); (3) Lingkung-­‐ pat didistribusikan ke dalam lima ling-­‐

an tindakan seorang putri raja (princes) kungan tindakan sebagai berikut. (1)

dan ayahnya, meliputi pernikahan (W); Lingkungan tindakan penjahat (villain),

(4) Lingkungan tindakan perantara atau meliputi kejahatan (A), penjahat menipu

pemberangkat (dispatcher), terdiri atas korbannya dengan tujuan dapat

perantara penghubung-­‐peristiwa (B);

Struktur Naratif Cerita Rakyat … (Nining Nur Alaini)

dan (5) Lingkungan tindakan pahlawan tindakan seorang ratu dan lingkungan (hero), meliputi pahlawan sepakat untuk

tindakan penolong.

mengadakan tindakan balasan (C), ke-­‐ berangkatan (↑), reaksi pahlawan (E),

Skema Pergerakan Cerita Rakyat

pahlawan menerima alat sakti (F), pah-­‐

Sumbawa Barat

lawan pulang (↓), kekurangan awal da-­‐ Berdasarkan urutan fungsi dan bentuk pat diatasi (K) dan pernikahan (W).

kerangkanya, cerita rakyat Sumbawa Ba-­‐ Fungsi keberangkatan (↑) mencirikan

rat terdiri atas satu jalan cerita dengan pahlawan pencari. Dari distribusi urutan

empat pergerakan yang saling berkaitan. fungsi pelaku ke dalam tujuh tindakan di

Adapun bentuk skema pergerakan cerita atas, terdapat dua lingkungan tindakan

rakyat Sumbawa Barat adalah sebagai yang tidak ditemukan dalam cerita

berikut.

rakyat Sumbawa Barat, yaitu lingkungan

I. ß

II. η

III. B