BAB I PENDAHULUAN - Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan): Studi Kasus pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Di dalam sejarah perkembangan nyanyian jemaat dari jaman Perjanjian Lama sampai dengan jaman modern saat ini, kita dapat melihat bahwa dalam masing-masing jaman atau pergerakan, terdapat konsep berpikir yang berbeda dalam bentuk dan gaya nyanyian jemaat. 1 Penulis memandang keberbedaan itu sebagai hal yang dapat memperkaya khazanah nyanyian jemaat dalam gereja. Tentunya masing-masing gereja juga memiliki doktrin dan konsep theologi yang khusus; atau yang lebih dikenal dengan istilah denominasi. Dari ajaran keagamaan dan konsep inilah, para pemimpin masing-masing gereja menentukan bentuk, isi dan gaya nyanyian jemaat apa yang sesuai dengan gereja mereka masing-masing.

  Musik gereja dari waktu ke waktu semakin berkembang, baik dari segi fungsi maupun strukturnya. Bila dilihat pada masa awalnya, musik gereja digunakan di Gereja Ortodoks dan Katolik dengan mengunakan modus gerejani dalam penggarapan musiknya. Modus gerejani tersebut tadalah: dorian, frigian, lidian, miksolidian, eolian, dan ionian. Modus-modus musik gereja ini sering ditemui pada masa Yunani dan Romawi yang kemudian sebagai sumber kebudayaan Barat.

  Setelah perkembangan musik gereja Yunani dan Romawi dilanjutkan dengan perkembangan musik Protestan sebagai gerakan reformasi karena ad anya “kesalahan” dalam 2 praktik agama Kristen Katolik. Luther menganggap penjualan indulgensia sebagai 1 2 Khazanah artinya perbendaharaan; kumpulan Indulgensia adalah penghapusan dari hukuman dosa-dosa.

  penyelewengan yang dapat menyesatkan umat, menurutnya bahwa keselamatan adalah 3 sepenuhnya pemberian atau anugerah Allah.

  Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk nyanyian ibadah mulai berkembang ke arah yang inovatif, yaitu: nyanyian yang lebih disederhanakan agar lebih mudah untuk dinyanyikan jemaat. Nyanyian ini merupakan gaya nyanyian yang berbeda dari musik katolik, seperti musik Gregorian. Yang terpenting dalam musik Gregorian adalah perkembangan bentuk dan teknik polifonik. Salah satu bentuk nyanyiannya adalah strofik dengan stabilitas pembentukannya dari bait ke bait. Bentuk strofik ini kemudian dipakai oleh para reformator dalam menciptakan syair-syair rohani. Pada masa Protestan, musik gereja yang berkembang terutama adalah koor (choir) dan berasas kepada harmoni.

  Perkembangan selanjutanya setelah era reformasi gereja yang digerakkan oleh Marthin Luther King dalam agama Kristen Protestan munculah aliran-aliran seperti Pietisme,

  Anglikan, Revival, dan Karismatik. Sebahagian besar perkembangan musik dalam aliran-aliran

  gereja tersebut banyak dipengaruhi oleh orang-orang Barat yang berlatar belakang peradaban Barat. Persebaran atau difusi musik religi, selain bersumber kepada ajaran-ajaran agama yang bertumpukan kepada kitab suci juga membawa kebudayaan-kebudayaan dari mana agama tersebut dikembangkan. Dalam konteks persebaran agama Kristen ke seluruh dunia, selain ajaran-ajaran Kristen yang tertuang dalam Kitab Suci Injil, juga para penyiar agamanya (misionaris) membawa kebudayaan-kebudayaan seperti Timur Tengah, Eropa, maupun Amerika.

  Dalam ajaran agama Kristen, musik merupakan anugrah Allah kepada manusia. Marthin Luther King sebagai Bapak Reformasi Gereja 3 mengatakan: ”Music is a gift of God, not

  Martin Brecht, 1985. Martin Luther. Philadelphia:Fortress Press

  of men

  ” atau bila diterjemahkan adalah musik merupakan pemberian Tuhan, bukan pemberian manusia. Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku Worship Rediscovering The

  Missing Jewel (1952) meng

  atakan: “Allah menganugrahkan musik agar kita dapat menggunakannya dan mengembangkannya untuk mengungkapkan kreativitas kita dalam penyembahan dan ibadah manusia kepada Allah

  .” Oleh karena itu, musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, musik berperan untuk menciptakan kesadaran akan kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat kepada Allah. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.

  Ekspansi musik gereja juga dapat kita lihat di luar daerah Eropa, sebagai contoh kita dapat melihat bagaimana musik gereja ada dalam masyarakat Batak Toba. Musik gereja dalam masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari datangnya missionaris ke daerah Batak Toba untuk memberitakan injil ke Tanah Batak. Disamping memberitakan injil, para missionaris juga mulai memperkenalkan instrumen musik dan mengajarkan nyanyian yang berasal dari nyanyian- nyanyian gereja yang ada di Eropa.

  Proses selanjutnya yang dilakukan oleh missionaris dan pendeta HBKP adalah ”Pempribumian”, yaitu dilakukannya terjemahan terhadap syair-syair lagu gereja yang berasal dari Eropa kedalam bahasa Batak Toba agar lebih mudah dipahami dan dipelajari oleh masyarakat Batak Toba. Melodi yang digunakan dalam lagu terjemahkan sebahagian besar mengacu dari lagu-lagu himne gereja di Eropa, akan tetapi di sebahagian lagu dapat ditemukan adanya perubahan melodi, bentuk, irama maupun nilai not diakibatkan adanya penyesuaian dalam pengucapan bahasa Batak Toba.

  Lagu-lagu yang diterjemahkan oleh missionaris dan pendeta ini kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi Buku Ende Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Buku Ende ini kemudian secara menyeluruh digunakan oleh HKBP sebagai rujukan lagu-lagu jemaat dalam setiap ibadah yang dilakukan.

  Nyanyian-nyanyian dalam buku ende HKBP sebagai sumber nyanyian dalam setiap ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP kurang lebih sudah berlangsung selama 143 tahun tanpa ada penambahan lagu-lagu baru. Pada tahun 2003, berdasarkan masukan dari jemaat dan juga melihat perkembangan jaman, otoritas HKBP membentuk Tim untuk menyusun lagu- lagu baru sebagai nyayian tambahan dari nyanyian Buku Ende. Tahun 2004, melalui Rapat Parhalado HKBP mensyahkan penggunaan lagu-lagu baru (Buku Ende Suplemen) dalam ibadah- ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP.

  Nyanyian-nyanyian dalam Buku Ende Suplemen tidak hanya bersumber dari musik Barat saja tetapi ada yang berasal dari musik tradisional Batak Toba, Ambon, Sumba, koor dan ciptaan dari beberapa pendeta dan Bibervrow HKBP. Contoh: lagu Sangap Ma di Debata (BES 582) berasal dari lagu Batak Toba yang berjudul Taridem idem; Nunga hehe Kristus (BES 632) adalah ciptaan Pdt. JAU Dolok Saribu; Beta hita ale dongan (BES 661) ciptaan HA. Pandopo dengan judul Marilah, Marilah Hai Saudaraku; Begema Tuhan i (BES 660) berasal dari masyarakat Ambon dengan judul Terlalu Manise; Hupillit asa marparbue (BES 727) berasal dari lagu koor kaum Bapak ciptaan Pdt. JAU Dolok Saribu; O Tuhan togu-togu ma (BES 743) berasal lagu tradisional Batak Toba dengan judul lagu Aek Sarula; dll.

  Dari seluruh nyanyian buku Ende HKBP, ada satu nyanyian gereja HKBP yang bersumber dari sebuah komposisi simfoni, yaitu BES No.

  656 lagu ”Las Rohangku Lao Mamuji”. Pada awalnya, adaptasi melodi gerakan finale simfoni kesembilan pertama sekali dilakukan

4 Henry Van Dyke dalam lagu Joyful, Joyful We Adore Thee. Lagu ini merupakan adaptasi dari

  melodi gerakan finale simfoni kesembilan Beethoven Op. 125 in D minor. Pengertian kata adaptasi dalam tulisan ini adalah mengambil sebahagian materi dari sebuah komposisi (tema) dan kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap komposisi yang baru. Hasil akhir dari suatu proses adaptasi karya komposisi adalah kemungkinan terjadinya perubahan- perubahan seperti halnya dalam ritmik, harmoni, kunci, melodi, bentuk lagu dan intrumentasi yang digunakan. Ayat-ayat dalam teks lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” adalah merupakan ungkapan perasaan dan harapan orang kristen masa kini, yang tidak takut terhadap ilmu pengetahuan dan revolusi apapun dapat menumbangakan kerajaan sorga.

  Syair “Las Rohangku Lao Mamuji” adalah sebuah kata-kata pujian, kepercayaan, sukacita dan harapan bagi orang- orang kristen. (Simanjuntak, 2006:67-68)

  Pengertian kata analisis musik dalam tulisan ini adalah merupakan sebuah kegiatan ‘memotong’ dan memperhatikan secara detil keseluruhan aspek dari karya musik tersebut, hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kesenian dalam musik. Melalui kajian analisis musik akan ditemukan berbagai perbedaan maupun penemuan hal-hal yang baru hasil dari hasil proses adaptasi karya simfoni kesembilan Beethoven dalam lagu Joyful, Joyful We Adore

  Thee baik dalam hal melodi; nilai not; ritem; kunci/key; bentuk/form; dan instrumentasi.

  Tesis ini juga akan membahas bagaimana pengunaan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah-ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP. Dalam hal ini, penulis mengambil salah satu gereja HKBP sebagai objek penelitian yaitu dengan mengamati secara langsung ibadah di gereja HKBP Helvetia Medan. Adapun alasan penulis mengambil satu sampel penelitian adalah karena seluruh gereja HKBP menggunakan sumber nyanyian yang sama yaitu Buku 4 Henry van Dyke, lahir di Germantown, Pennsylvania, Amerika Serikat tahun 1852. Ia seorang pendeta Presbyterian. Ia menjabat professor sastra di Princeton University dari tahun 1900 sampai 1923. Ende HKBP dan juga penentuan nyanyian jemaat yang disesuaikan dengan kalender gereja HKBP.

  Pembahasan dalam hal penggunaan Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah gereja HKBP bertujuan untuk menemukan apakah Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” digunakan dalam seluruh ibadah-ibadah di gereja HKBP atau tidak? Atau ada pengecualian dalam konteks acara gereja tertentu saja.

  Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam benak penulis, yaitu: bagaimana perkembangan nyanyian jemaat di gereja HKBP; bagaimana latar belakang lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”, bagaimana hasil proses adaptasi dari lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” bagaimana analisis Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dan bagaimana penggunaan Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah gereja HKBP Helvetia.

  Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijadikan sebagai salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatar belakangi penulis memilih judul : ADAPTASI

  DAN ANALISIS NYANYIAN JEMAAT GEREJA HKBP (HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN): STUDI KASUS PADA L AGU “LAS ROHANGKU LAO MAMUJI”

1.2 Pokok Permasalahan

  Dalam penulisan tesis ini perlu dilakukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibuat dengan jelas untuk mempermudah penulisan dalam menyelesaikan masalah. Adapun yang menjadi pokok masalah yang diteliti adalah: 1.

  Bagaimana perkembangan nyanyian gereja sebelum masa gereja HKBP ? 2. Bagaimana perkembangan nyanyian jemaat di gereja HKBP? 3. Bagaimana hasil proses adaptasi Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”? 4. Bagaimana sejarah lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”? 5. Bagaimana analisis struktur musik lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”? 6. Bagaimana lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” digunakan dalam ibadah gereja HKBP?

1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penulisan ini adalah 1. Untuk menganalisis perkembangan nyanyian gereja sebelum era gereja HKBP.

  2. Untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan nyanyian gereja HKBP.

  3. Untuk menganalisis sejarah lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”.

  4. Untuk menganalisis hasil dari proses adaptasi melodi lagu “Las Rohangku Lao Mamuji.

  ” 5. Untuk menganalisis struktur musik dari komposisi lagu “Las Rohangku Lao Mamuji

  ”.

  6. Untuk menganalisis penggunaan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dalam ibadah di gereja HKBP.

1.4 Manfaat Penulisan

  Dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi kontribusi bagi para pembaca dan khususnya warga gereja HKBP secara umum terutama di dalam menyanyikan dan mengapresiasi lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”. Adapun manfaat penulisan ini adalah : 1.

  Memberikan pemahaman bagi jemaat HKBP bahwa lagu-lagu nyanyian dalam Buku Ende HKBP merupakan hasil dari proses adaptasi dari berbagai komposisi musik.

  2. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang ende “Las Rohangku Lao Mamuji”.

  3. Memberikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin menganalisis lagu nyanyian dari Buku Ende HKBP.

1.5 Tinjauan Pustaka

  Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

  Tujuan dari studi kepustakaan ini dibagi dalam dua bagian, yaitu; (1) untuk mendapatkan dasar-dasar teori dan menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahas an lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” secara khusus; dan (2) untuk menghindari penelitian yang tumpang tindih.

  Sepanjang pengetahuan penulis, dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukan bahwa hingga saat ini belum ada kajian mengenai Adaptasi dan Analisis Nyanyian Jemaat Gereja HKBP (Huria Kristen Batak

  Protestan): Studi Kasus Pada Lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”. Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman penulis dalam membahas permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan, antara lain :

  1. Poewadarminta, 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia. BPK Gunung Mulia. Mengatakan bahwa Persepsi adalah ‘pengamatan’ yang mana asal katanya ‘amat’ yang artinya melihat, memandang dengan teliti, mengamati, menjaga, memerikasa dengan sungguh-sungguh sama dengan tanggapan, yaitu apa yang diterima oleh panca indera.

  2. DR. Pdt. J.R. Hutauruk, 1993. Kemandirian Gereja. BPK. Gunung Mulia. Jakarta mengatakan bahwa Buku Ende (BE) merupakan terjemahan nyanyian-nyanyian rohani dari Eropa, antara lain: dari Belanda dan Jerman. Dalam partitur nyanyian-nyanyian tersebut memuat beberapa aturan musik yang harus dipedomani dalam hal penyajianany supaya memberikan hasil yang baik.

  3. R. Soedarmo, 1997. Makna Ungkapan-ungkapan Asing dalam Alkitab. BPK Gunung Mulia mengatakan bahwa bahwa kitab Mazmur atau Psalm berasal dari kata Ibrani yaitu ‘tehilim’ yang berarti puji-pujian kepada Tuhan. Mazmur adalah salah satu bentuk respon manusia terhadap kasih Tuhan.

  4. Martin Harun, 1997. Berdoa dan Bernyanyi, Berguru pada Kitab Mazmur mengatakan bhawa mazmur-mazmur pujian biasanya diiringi musik instrumental, boleh dikatakan bahwa mazmur adalah sumber musik yang penting. Mazmur pujian dapat dinyanyikan kapan dan dimana saja umat berkumpul dan ingin memuliakan Tuhan.

  5. Smith Jane Stuart, 2003. Karunia Musik. Momentum: Surabaya, mengatakan mazmur adalah salah satu sumber teks lagu-lagu rohani dan bahkan dianggap sebagai buku paling indah dari semua buku himne sepanjang jaman kitab mazmur menjadi sumber untuk teks bagi para komponis di dunia Barat.

  6. Eskew, Harry & Hugh T. Mc Elrath, 1995. Sing With Understanding. Church Street Press: Nashville, mengatakan: kriteria menjadi nyanyian yang berdasarkan tahun gerejawi adalah disusun berdasarkan syair nyanyian tersebut. Nyanyian berdasarkan Kristen lebih ditekankan pada refleksi sehari-hari.

  7. Michel dalam Abineno (1989:9) mengatakan bahwa jemaat adalah anggota-anggota dari satu tubuh (I Kor. 12:12). Anggota-anggota yang takluk kepada Tuhan. Menurut Ronal W.

  Leigh (1996:185) mengatakan bahwa jemaat adalah gereja yang terdiri dari orang-orang percaya yang diselamatkan, orang-orang yang disebarkan untuk menginjili yang tersesat, orang-orang yang dikumpulkan untuk membangun, dan orang-orang yang dikelompokkan kembali dalam berbagai lembaga untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan khusus. 5 8.

  . Pada tahun 1802, Joseph Kerman dalam artikelnya yang berjudul The symphonic ideal

  Beethoven keluar dari kemuramannya, ia melanjutkan untuk membuat komposisi. Pada tahun 1803 dia mementaskan Piano Concerto in Eb Major, Op. 37 dan tampil sebagai solois. Pada tahun yang sama Beethoven juga memainkan Violin Sonata Op. 47 miliknya dengan violinis virtuoso George Polgreen Bridgetower (1799-1860) dan mempersembahkan karya tersebut kepada Rudolph Kreutzer. Dorongan yang berasal dari luar untuk menciptakan simfoni tidak terlepas dari Assosiasi Burgtheater dan Theater an

  der Wien, namun

  keputusan untuk memulai sebuah ‘simfoni Bonaparte’ sebenarnya lahir dari dalam batin Beethoven sendiri. Simfoni no. 3 Beethoven (simfoni Eroica) adalah sebuah karya komposisi penting karena simfoni ini adalah sebagai tanda titik balik dalam sejarah musik modern. Dengan simfoni Eroica, Beethoven memperlihatkan sikap yang mau 5 Joseph Kerman, et al. "Beethoven, Ludwig van." In Grove Music Online. Oxford Music

  Online,http://www.oxfordmusiconline.com.ezproxy.bu.edu/subscriber/article/grove/music/40026pg14 (accessed March 5, 2011). berjuang dari masa depresinya dan tak mau kalah oleh penyakit. Menurut Carl Czerny, muridnya, Beethoven mencoba gaya komposisi baru sewaktu mengerjakan tiga sonata piano, Op. 31. Hasilnya terlihat pada tiga sonata miliknya, yaitu; Piano Sonata in C Major

  

‘Waldstein’, Op. 53, Piano Sonata in F Major, Op. 54, dan Piano Sonata in F Minor

‘Appasionata’, Op. 57. Beethoven pernah mengatakan pada Czerny bahwa dia agak kesal

  karena publik hanya menyukai ‘Moonlight Sonata’ miliknya, padahal dia bisa menciptakan lagu-lagu yang lebih bagus dari lagu itu. Simfoni kelima Beethoven dianggap sebagai simfoni yang memulai gaya baru. Pada simfoni ini, terdapat tempo nada seperti mars yang belum pernah terjadi era sebelumnya.

  9. Scott Burnham mengatakan bahwa Reinhold Brinkmann telah melakukan penyelidikikan terhadap perubahan yang terjadi setelah pasca revolusi dimana simfoni Eroica ditulis oleh Beethoven. Ia menawarkan bahwa musik telah memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan era baru (Burnham, 2000). 6

  10. mengatakan bahwa Beethoven menulis banyak karya dari Selanjutnya Jessica M. Abba periode awal ke tengah yang dimaksud sebagai "kepahlawanan

  ”. Beethoven memperlakukan ide musik dengan beberapa pengaturan, meminjam potongan sebelumnya dan mengubahnya agar sesuai dengan media dan kebutuhan masing-masing karya baru. Eroica menandai puncak dari tahap percobaan Beethoven.

   Simfoni 11.

  Robert Winters adalah salah satu dari beberapa musikolog yang mengatakan bahwa gerakan finale simfoni kesembilan adalah bentuk sonata dengan ritornello, dimana bagian pembukaan dimulai dari (birama 1-207), eksposisi (birirama 208-431),

6 Jessica M. Abbazio, “A Melody Favored by Beethoven in Ballet, Contredanse, Variations, and

  A Symphonic Finale” (Thesis M.A :University of Maryland 2010)

  

development/perkembangan (birama 432-542), rekapitulasi (birama 543-654) dan koda

(birama 655-940). 7 12.

  Selanjutnya Louise Cuyler menggambarkan gerakan finale sebagai “kantata untuk instrumen dan suara dengan desain rondo besar ”. 8 David Benjamin Levy menyajikan gagasan bahwa finale dapat dilihat sebagai sebuah simfoni empat-gerakan dalam karya.

  Oleh karena itu, gerakan pertama finale adalah bir.1-330, gerakan kedua adalah bir. 331- 594, gerakan ketiga adalah bir. 595-654, dan gerakan keempat adalah bir. 655-940. 9 13. Dalam The Classical Style, Charles Rosen mengatakan bagian finale yang ditandai dengan sepuluh bagian perubahan tempo, semua terkait dengan tema utama dan oleh karena itu finale dapat dilihat sebagai satu set variasi dalam bentuk simfoni 10 .

  11 mengatakan bahwa analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya, duduk perkara atau prosesnya.

14. Badudu Zain (1996:46)

1.6 Konsep dan Teori

  Dalam sub bab ini, akan dipaparkan landasan konsep dan teori yang yang berlaku umum yang dijadikan sebagai acuan ataupun kerangka kerja dalam membahas seluruh masalah dalam Tesis ini.

1.6.1 Konsep dan Teori Musik

  7 David Benjamin Levy, The Ninth Symphony (NY: Schirmer, 1995), 91. 8 Louise Cuyler, The Symphony (NY: Harcourt Brace Jovanovich, 1973), hal., 79. 9 Levy, David Benjamin. The Ninth Symphony. NY: Schirmer, 1995. hal., 92 10 Charles Rosen, The Classical Style: Haydn, Mozart, Beethoven, expanded edition (NY: W.W. Norton & Co., 1997), hal., 440. 11 Zain, Badudu. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

  Banyak pendapat-pendapat yang dapat kita temukan tentang musik, dan oleh karena itu pada umumnya dipilih pendapat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai dalam tesis ini.

  Istilah “musik” tidak ditemukan dalam tradisi tulis dalam masyarakat Batak Toba. ‘Musik’ dalam masyarakat Batak adalah gondang. Masuknya istilah ‘musik’ dalam masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari kontak budaya dengan bangsa lain, yaitu melalui missionaris Jerman ke Tanah Batak. Kontak budaya ini dapat dianggap sebagai awal pemicu digunakannya istilah ’musik’ di masyarakat Batak Toba. 12 Menurut Dieter Mack suatu bunyi dikatakan sebagai musik adalah tergantung pada pendekatan kata yang pasti bahwa bunyi datang dari dalam maupun dari luar diri kelompok.

  Ide bisa berbentuk ide progmatik atau ide absolut.

  Kualitas dari karakter bunyi musikal sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh cara penggunaan, pemanfaatan serta pengolahan elemen-elemen musik. Berikut di paparkan elemen-elemen yang ada dalam bunyi musikal yang di buat beberapa musikologi seperti : 13 Broekma dalam buku the music listener dalam Mack Ferris dalam bukunya Music The Art 14 15 Listening dalam Mack , serta Joseph Kerman dalam Mack dalam bukunya Listen. Adapun elemen-elemen musikal yang digunakan sebagai patokan yang akan diteliti sebagai berikut :

  1. Melodi adalah rangkaian nada atau bunyi yang membentuk satu kesan ide yang di pengaruhi faktor budaya. Melodi bisa juga di sebut sebagai satu struktur kalimat

  12 13 Mack Dieter, 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. 14 Ibid., hal., 22. 15 Ibid.

  Ibid. musik, termasuk dalam penelitian ini adalah gerkan-gerakan nada dan juga struktur nada.

  2. Modus adalah susunan nada, yang dalam bentuknya terlihat sebagai satu formula nada yang tentu saja akan berakibat bagi sistem harmoni maupun atmosfir bunyi secara keseluruhan.

  3. Interval adalah jarak antara bunyi satu dengan bunyi yang lain, baik interval bunyi vertikal maupun horizontal. Termasuk dalam kajian elemen ini adalah interval antar bunyi nama-nama interval.

4. Harmoni adalah keselarasan yang di timbulkan akibat interksi bunyi dan bukan bunyi.

  Termasuk objek penelitian dari elemen ini antara lain sistem modulasi dan kadens.

  5. Ritme adalah interaksi nilai waktu (interaksi) dari setiap bunyi termasuk dalam hal ini durasi antara bunyi dengan saat diam. Termasuk dalam kajian elemen ini antara lain ritme tetap, notasi ritmik, hubungan ritme dengan tempo, aksen menyangkut nilai waktu.

  6. Tempo adalah kesempatan gerak pulsa. Tempo juga berarti kecepatan oleh lamanya satu musik berlangsung. Hal yang diteliti dalam elemen ini antara lain berbagai jenis tempo dan perubahan-perubahan tempo.

  7. Dinamika adalah segala hal yang dibuat untuk memberi jiwa pada suatu bunyi yang termasuk dalam objek penelitian elemen ini antara lain hal yang menyangkut volume lemah lembutnya bunyi, dinamika register warna suara,dinamika instrumen, aksentuasi, dinamika dalam konteks tertentu, serta ekspresi-ekspresi lain yang dengan jelas memberi karakter dalam satu bunyi.

  8. Aksentuasi yang dimaksud dengan aksentuasi adalah penekanan yang dalam hal ini bisa juga ada hubungannya dengan intensitas atau kualitas suatu bunyi termasuk style, dinamik termasuk dan ritme. Hal yang akan di teliti dalam hubungan dengan elemen ini adalah mengulas, pengelompokan, pola tekanan, sistem birama, standar penulisan serta hubungan karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik hubungan tekanan kata dan tekanan musikal.

  9. Style dalam musik adalah gaya dari satu bunyi atau hasil beberapa kombinasi bunyi, didalamnya termasuk karakter atau sifat bunyi itu. Gaya ini berhubungan dengan teknik membunyikan dan menghubungkan dengan dinamik juga.

  10. Timbre adalah menerangkan tentang warna suara termasuk wilayahnya. Hal ini yang akan diteliti menyangkut warna vocal tunggal, warna paduan suara, komposisi antara paduan suara dan vokal tunggal, teknik vokal, serta warna suara instrumen.

  11. Motif merupakan salah satu unit paling kecil (pendek) dengan makna/arti musikal tertentu. Motif mempunyai suatu identitas dan indivdualitas sekaligus. Dalam tesis ini motif yang akan di teliti menyangkut hubungan motif dengan teks.

  12. Form adalah kesatuan bentuk musik yang terdiri dari strukur-struktur yang termasuk dalam penelitian ini menyangkut struktur-struktur melodi seperti interval, motif, frase, 16 kontras, pengulangan, pengembangan dan bentuk bebas.

  Dalam melakukan analisis struktur musik pada dasarnya merupakan kerja analisis berdasarkan ilmu musik, sehingga secara struktural dapat diketahui dengan jelas. Dalam hal ini, penulis juga 17 akan memperhatikan struktur musik yang ditawarkan oleh Wiliam P. Malm , yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian yang mengatakan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah: (1) Scale (Tangga nada); (2) Pitch center 16 William Duckworth and Edward Brown. 1978. Theoritical Foundations of Music. Wadsworth Publishing Company, Inc., Belmont, California 94002. 17 Malm. William P., Music Cultures of the Pacific, Near East and Asia. (New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs, 1977), halaman 15.

  (nada pusat), reciting tone (nada singgahan yang dianggap penting); (3) Range (wilayah nada); (4) Jumlah nada-nada (frekuensi pemakaian nada); (5) Penggunaan Interval; (6) Pola kadensa; (7) Formula melodi; (8) Melodic contour (Grafik/ kantur melodi). 18 Untuk membicarakan pendeskripsian dari ritim, analisis bentuk, frase dan motif-motif;

  Nettl menyarankan bahwa pendeskripsian ritem sebaiknya dimulai dengan membuat daftar harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks dari masing-masing nada. Selanjutnya pola ritim yang sering diulang sebaiknya dicatat. Dalam mendeskripsikan bentuk, harus berhadapan dengan dua masalah pokok, yakni: (1) mengidentifikasikan unsur-unsur musik yang dijadikan dasar yang merupakan tema dari sebuah komposisi; (2) mengidentifikasikan sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian- 19 bagian, frase-frase dan motif-motif di dalam sebuah komposisi. Untuk mendukung pembahasan dari aspek musik di atas diperlukan suatu transkripsi. Pengertian dari transkripsi 20 oleh Bruno Nettl adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi simbol visual. 21 Dalam hal notasi musik penulis mengacu pada tulisan Charles Seeger dalam Nettl , yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yaitu: notasi preskriptif dan notasi deskriptif.

  Teori musik ini di harapkan dapat menuntun dalam menganalisa data-data dalam tesis ini.

1.6.2 Konsep Analisis

  Pengertian Analisis menurut William Christ, at al. (1975:121) adalah; 18 Nettl Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. (New York. The Free Press:1964), halaman 148-150. 19 20 Ibid hal 1964:148-150. 21 Ibid hal 1964: 99 Ibid hal 1971: 24-34

  ...analysis, can be a useful tool for performers and conductors in providing rational bases for the decision-making and interpretation that are esential parts of musical performance. Furthermore, analysis provides guidelines for stylistic interpretation and comparison, as well as for the exploration of music old and new, by ear or by score study-guidelines that can and should be esenstial tools for informed musician.

  Analisis dapat menjadi alat yang berguna untuk pemain dan konduktor dalam memberikan dasar yang rasional dalam pengambilan keputusan dan interpretasi yang merupakan bagian penting dari pertunjukan musik. Selanjutnya, analisis menyediakan pedoman untuk interpretasi gaya dan perbandingan, serta untuk mengeksplorasi musik lama dan baru, melalui pendengaran atau pedoman studi melalui partitur yang bisa dan seharusnya menjadi perangkat informasi yang esensial bagi musisi.

  Menurut Rob Speer (2005:2) dalam tulisannya yang berjudul Computable Theories of

  Music Analysis mengatakan; Analisa Musik adalah suatu proses kompleks yang perlu

  meletakkan secara bersama informasi tentang berbagai aspek musik. Teori formal tentang analisa musik biasanya tidak menunjuk semua aspek ini

  • –hanya memilih satu aspek saja, sebab masing-masing aspek mempunyai kesulitan sendiri. Konsep analisis ini digunakan penulis sebagai panduan dalam menganalisa struktur musik.

1.6.3 Pengertian Jemaat

  Istilah ‘Jemaat’ sebenarnya berasal dari kata ekklesia (dalam bahasa Yunani). Kata

  ekklesia kemudian diterjemahkan menjadi sidang jemaat Allah. Kata ekklesia

  berarti “orang- orang yang dipanggil keluar. ” Kata ekklesia tidak pernah berarti bangunan atau aliran.

  Sidang jemaat adalah suatu himpunan istimewa yang terdiri dari orang-orang yang mendengar dan menurut panggilan Allah. Mereka bertobat dari dosa, percaya kepada Yesus Kristus, dilahirkan kembali oleh Roh Suci, dan sekarang sebagai milik Allah mereka hidup dalam kesucian. Tanah air mereka ada di sorga (Roma 1:6,7; Efesus 5:25-28; Filipi 3:20).

  Arti ‘Jemaat HKBP’ dalam tulisan ini adalah persekutuan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. B erdasarkan pengertian ‘Jemaat HKBP’ ini maka semua unsure yang terdapat dalam lingkup gerejaHKBP Helvetia adalah termasuk dalam istilah ‘Jemaat HKBP’ yang meliputi: Pendeta Resort, Guru Huria, Bible Vrouw, Sintua (penetua gereja), tim musik, peserta koor dalam gereja dan ruas ni huria HKBP Helvetia (jemaat gereja).

1.6.4 Defenisi Ibadah

  Ibadah mempunyai pengertian yang sama dengan istilah ‘Kebaktian’. Menurut

22 Abineno

  : “Ibadah adalah suatu pertemuan umat Allah dan jemaat dalam bentuk dialog, dimana Allah berfirman dan manusia mendengar, Allah memberi dan jemaat menerima serta mengucap syukur, Allah mengampuni dan jemaat memuji namaNya.”

23 A.A. Sitompul

  mengatakan “Ibadah adalah persekutuan dengan Allah dan sesama manusia dalam menjawab kasih Allah dengan mengucap syukur dan memuji serta mengingat karya Tuhan.

  ”

  Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ibadah adalah adanya suatu pertemuan umat Allah dengan manusia dalam bentuk dialog, nyanyian, pembacaan firman Tuhan dan juga doa.

1.6.5 Defenisi Syair Lagu

  22 23 Abineno, 1995. hal., 5.

  A.A. Sitompul, 1993. halaman 10.

  24

  • – Di dalam kamus musik M. Soeharto mengemukakan syair adalah teks, atau kata kata lagu, dengan kata lain suatu komposisis puisi yang sering dilakukan oleh pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan dari sebuah komposisi musik,
  • 25 karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Menurut Badudu-Zain , syair atau teks adalah 26 kata-kata yang asli dibuat oleh pencipta lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf mengemukakan bahwa syair lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta diurapi oleh lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi musik melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu. Atas dasar itu, penulis melakukan analisis yaitu struktur dari syair secara detail yang dalam hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter dan gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu tersebut.

      Komponis dalam menciptakan lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” membuat pesan- pesan moral Alkitabiah yang memiliki kandungan theologis serta sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Alkitab merupakan sumber inspirasi dalam mengahsilkan karya ini, hal ini dapat dilihat dari syair yang digunakan dalam lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” bersumber dari Kitab Mazmur.

      Dalam pengkajian syair, pada prinsipnya merupakan kajian teks lagu yang digunakan penulis hingga ditemukannya titik dimana komponis mencurahkan isi hati atau ekspresinya dalam rangkaian kata-kata, kalimat demi kalimat hingga merupakan suatu kisah yang bermakna dan imajinatif. Dengan demikian seorang pencipta lagu setidaknya mampu memilih kata-kata yang tepat untuk dijadikan menjadi sebuah lagu. 24 25 M. Soeharto, Kamus Musik. (Jakarta: Gramadia Widia Sarana Indonesia, 1992) halaman 131.

      Zain Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), halaman 1455. 26 Migdolf 2002 hal 52 Analisis berdasarkan syair pada lagu “Las Rohangku Lao Mamuji” dapat ditemukan bahwa komponis memiliki latar belakang musik, pemahaman tentang penciptaan lagu dan juga mempunyai dasar pengetahuan agama Kristen dimana Henry Dayke adalah seorang Pendeta.

    1.7 Metode Penelitian

    1.7.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kulitatif. Lexi. J.

      Moleong (1985:5) mengatakan : Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yang pertama : menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua : metode kulitatif menyajikan secara langsung hakekat hubungan antar peneliti dan responden, dan ketiga : metode kulitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi. Pada penelitian kualitatif, teoritis dibatasi pada pengertian : suatu pernyataan sistematis berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris”.

    27 Bogdan & Biken

      menggunakan istilah paradigma. “ Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep atau proposisi yang mengutarakan cara berpikir dan cara penelitian”. Orientasi teoritis mengarahkan pelaksanaan penelitian itu atau memamfaatkanya dalam pengumpulan

    data dan analisais data. Teori membantu penulis dalam menghubungkan dengan data.

    Maka teori yang digunakan oleh penulis dalam menunjang pendekatan kualitatif ini adalah teori fenomenologis yang artinya berusaha memahami arti peristiwa kaitan- 27 Dalam Moleong. Lexy. J. Metode Penelitian Kulaitatf. (Bandung: Rosda Karya,1982), halaman 30.

      kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Untuk mencapai tujuan dalam tulisan ini, penulis menggunakan dua metode yaitu : metode literatur dan metode wawancara. Metode literatur adalah metode yang menggali tesis ini melalui buku-buku, majalah, surat kabar, kamus, dan artikel-artikel lainnya. Metode wawancara dengan Tanya jawab penulis dengan jemaat, pimpinan gereja dan penetua gereja HKBP

    untuk melihat persepsi/pandangan mereka terhadap lagu “Las Rohangku Lao Mamuji”.

      Metode ini digunakan untuk menambah pengetahuan dan melengkapi/membantu metode literatur.

      1.7.2 Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data/informasi dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis melakukan wawancara langsung kepada jemaat, pimpinan gereja dan penetua gereja yang sudah ditentukan sebagai informan. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai instrumen untuk mengumpulkan data dari lapangan dan peneliti berperan sebagai pengamat penuh dalam penelitian ini, serta kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

      1.7.3 Sumber Data

    28 Lof land mengatakan :

      “Sumber data utama dalam penelitian kulitatif ialah kata- kata dan tindakan selebihnya ada data tambahan seperti dokumen”. Sesuai dengan penelitian ini penulis memperoleh sumber data dari :

      1. Kata-kata dan tindakan yaitu, dari wawancara yang merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video/audio, pengambilan foto/film.

      2. Sumber tertulis yaitu, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas : partitur lagu, sumber buku, majalah, sumber, dokumen pribadi dan artikel-artikel yang lain.

    3. Foto yang dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dipakai dalam berbagai keperluan.

    1.7.4 Prosedur Pengumpulan Data

    29 Lof Land Mengatakan dalam penelitian kulitatif ini penulis harus

      mengumpulkan data dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam

    dan dokumentasi. Dalam rekaman data terdapat dua dimensi yaitu fidelitas dan struktur.

      Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan yaitu

    dengan memakai instrument Audio dan Video yang memiliki Fidelitas yang kurang.

      Sedangkan penulis juga menggunakan dimensi struktur yang menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi yang dilakukan penulis secara sistematis dan struktur.

    1.7.5 Analisis Data

      28 29 Ibid. Hal., 47.

      Op.cit., hal. 48.

      Analisis data, menurut Patton adalah: “ mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar’. Taylor mendefenisikan : “ Analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa (ide), seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hiportesis itu”. Maka dari pendapat diatas penulis menggunakan teori tersebut dengan menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data yaitu data yang terkumpul yang terdiri dari catatan lapangan dan komentar penelitian gambar. Foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

      Pekerjaan penulis dalam menganalisis data ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan memberikan kode, dan mengkategorikannya. Pengorganisasiannya dan pengelolaan data dilakukan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansi. Analisis data dilakukan penulis dalam suatu poses-proses berarti pelaksanaannya sudah mulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.

      Setelah melakukan langkah ini penulis menganalisis hasil wawancara dan hasil analisis awal dari teks dan struktur musik dari lagu Las Rohangku Lao Mamuji membuat analisis akhir yang kemudian menghasilkan satu kesimpulan.

    1.7.6 Pengecekan Keabsahan Data

      Dalam teknik pengecekan keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Penulis menggunakan teknik triangulasi sesuai dengan teori Patton mengatakan trigulasi sesuai dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan :

      1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2.

      Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

      3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

      4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang Pemerintahan.

      5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

    1.7.7 Tahap -Tahap Penelitian

    30 Bogdan mengatakan 3 tahap penelitian yakni : (1) Pralapangan; (2) Kegiatan

      Lapangan; dan (3) Analisa intensif ( analisa data). Sesuai dengan teori Bogdan maka, sebelum penulis terjun ke lapangan penelitian ada tahap-tahap yang penulis lakukan yakni : 1.

      Tahap Pra lapangan. Dalam tahap pralapangan ada enam kegiatan yang harus dilakukan penelitian pada tahap ini yaitu : (i) Menyusun rancangan kualitatif paling tidak, latar belakang masalah dan pelaksanaan penelitian, kajian pustaka dan lain-lain; (ii) Memiliki lapangan penelitian, Bogdan menyatakan bahwa pemilihan lapangan itu harus ditentukan dulu sebelum peneliti terjun ke lokasi. (iii) Mengurus perizinan, penelitian harus mengurus izin dari siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian; (iv) Menjejaki dan menilai keadaan lapangan, tahap ini merupakan tahap bagaimana penelitian masuk lapangan dalam arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Penjajakan dan penilaian lapangan penulis lakukan terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahu melalui dari orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian penulis. Sebelum menjajaki lapangan terlebih dahulu penulis mempunyai gambaran umum tentang geografi, sejarah yang membantu penulis dalam penjajakan.

      2. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Penulis menyiapkan perlengkapan penelitian yang diperlukan. Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan penelitian, kontrak daerah yang menjadi latar penelitian 30 melalui orang yang dikenal atau jalur lainnya. Hal- hal yang perlu juga

      Bogdan dalam Moeloeng J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda Karya, 1984) hal., 47. dipersiapkan oleh peneliti misalnya alat tulis, seperti ball point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, alat perekam dan kamera foto.

      3. Persoalan etika penelitian. Ciri utama penelitian kualitatif adalah orang sebagai alat yang mengumpulkan data. Dalam pengamatan berperan serta, wawancara- wawancara pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Seluruh metode ini menyangkut hubungan penelitian dengan orang yang dijadikan informal.

    1.7.8 Tahap Pekerjaan Lapangan

      Ada 3 (tiga) tahapan pekerjaan lapangan bagian yang harus dilaksanakan oleh peneliti, yaitu (1) memahami latar penelitian, (2) memasuki lapangan, dan (3) mengumpulkan data.

    1.7.8.1 Memahami Latar Penelitian

      Dalam memahami latar penelitian ada hal-hal yang perlu dilakukan : a.

      Pembatasan latar penelitian, untuk memasuki pekerjaan lapangan, penelitian perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu.

      b.

      Penampilan, penampilan yang dimaksud adalah penampilan penelitian itu sendiri harus disesuaikan dengan kebiasaan adat, tata cara, dan kultur latar penelitian.

      c.

      Pengenalan hubungan penelitian dilapangan penelitian memamfaatkan pengamatan pada tahap ini, maka hendaknya penulis menjaga hubungan akrab antara subjek dan penelitian dapat dibina. d.

      Jumlah waktu studi, penulis harus berpegang pada tujuan, masalah dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Waktu studi tidak boleh berkepanjangan karena akan menambah biaya penelitian bagi penulis.

      1.7.8.2 Memasuki Lapangan Dalam hal ini penulis melakukan hal-hal sebagai berikut: a.

      

    Keakraban hubungan, sikap penelitian hendaknya pasif, hubungan yang perlu

    dibina tidak ada dinding pemisah diantara penelitian dan subjek yang sudah

    ditentukan.

      b.

      Mempelajari bahasa, jika penelitian berasal dari latar yang lain, penelitian harus

    mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berda pada latar

    penelitian.

      c.