Nur Auliyah Firdaus, S.ST

  DEMAM BERDARAH DENGUE Nur Auliyah Firdaus, S.ST

  

Pendahuluan

  

Demam Dengue atau

Demam berdarah Dengue → penyakit demam akut yg

disebabkan oleh virus

Dengue

   Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4

  

Perantara→ nyamuk

Aedes aegypti, Aedes albopictus Epidemiologi 

  Jumlah kasus meningkat saat peningkatan curah hujan 

  Daerah endemis bisa sepanjang tahun 

  Pencegahan / pemberantasan DB/DBD: 

  

Menguras tempat-tempat penampungan air

  Menutup tempat penampungan air 

  Mengubur/menyingkirkan barang bekas yg dpt menampung air

  Source:

WHO Dengue Classification

  DHF: Diagnosis, treatment, prevention and control, 2 nd

  Edition. Geneva, WHO 1997

DF DHF

  1. Fever 2-7 days

  2. Bleeding tendency

  • /- +
    • Positive tourniquet test or
    • Spontaneous bleeding

  3. Thrombocytopaenia

  • /- +
    • ≤ 100,000/mm³

  4. Plasma leakage

    • Pleural effusion /ascites/hypoproteinaemia
    • ≥ 20% increase in HCT from baseline

  6 Kemungkinan Dengue: 

Demam dan 2 dari kriteria berikut:

  1. Anoreksia dan mual

  2. Ruam

  3. Nyeri dan sakit

  4. Leukopenia

  5. Uji Torniquet positif

  6. Munculnya/ditemukannya tanda peringatan 

  Tinggal di atau melakukan perjalanan ke daerah endemis Dengue Fase dalam infeksi Dengue: Fase demam 1.

   Biasanya berlangsung 2-7 hari

   Demam tinggi dapat menyebabkan: dehidrasi, kejang demam (pd anak yg berusia muda), gangguan neurologi

   Defervescence dapat terjadi pada hari sakit 3-7 ditandai suhu turun menjadi 37,5-38 C atau lebih rendah dan menetap

   Pasien dpt mengalami perbaikan atau perburukan

  

Yg mengalami perbaikan→ Dengue tanpa tanda

peringatan

   Yang mengalami perburukan → Dengue dengan tanda peringatan

   Tanda peringatan → akibat peningkatan permebilitias kapiler secara bermakna

   Akibatnya: syok, distress pernapasan, perdarahan hebat, gangguan fungsi organ berat

   Kebocoran plasma → biasanya berlangsung 24-48 jam

   Terjadi resorbsi cairan ekstravaskular secara bertahap → tjd pd 48-72 jam berikutnya

   Keadaan umum pasien membaik, status hemodinamik menjadi stabil, diuresis membaik

   Pada beberapa pasien timbul ruam klasik “pulau putih di lautan merah”

   Dapat terjadi hipervolemia, hematokrit dan leukopenia membaik, disusul perbaikan trombosit

  Gambaran ruam klasik pada fase penyembuhan dengue: “pulau putih di lautan merah”

   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Days of illness

IgM/IgG

Viraemia

  Serology and virology

Course of dengue illness: Febrile Critical Recovery Phases

Tanda peringatan:

  1. Nyeri atau nyeri tekan pada perut

  2. Muntah setiap kali minum atau makan

  3. Akumulasi cairan (ascites/efusi pleura)

  4. Perdarahan mukosa

  5. Letargi, gelisah

  6. Hepatomegali >2cm

  

7. Laboratorium: trend peningkatan Hct yg

diikuti penurunan trombosit dg cepat

  Ptekie

  PEI = A/B x 100 B A

Vaughn DW, Green S, Kalayanarooj S, et al. Dengue in the early febrile Tata laksana Dipulangkan (kelompok A) 1. Dirujuk untuk rawat inap (kelompok B) 2. Memerlukan tatalaksana darurat dan perlu 3. segera di rujuk (kelompok C)

  Pasien yang dapat dipulangkan / diperbolehkan rawat jalan 

  Masih bisa makan/minum cukup 

  BAK setidaknya setiap 6 jam 

  Tidak menunjukkan tanda peringatan apapun 

  Harus dievaluasi setiap hari → penurunan AL, darah lengkap dan hematokrit sampai keluar dari fase kritis

   Bila Hct stabil dapat dipulangkan → nasehat segera kembali bila ada tanda peringatan

   Apa yang dipantau?

   Perkembangan penyakit  keluhan makin memberat?

   Defervescence  saat suhu turun, apa yang terjadi?

   Peningkatan HCT, turunnya AL dan AT secara cepat

   Munculnya tanda peringatan

  16

KARTU PERAWATAN DI RUMAH

  Apakah yg perlu dilakukan?

  1. Tirah baring/istirahat cukup

  2. Asupan oral cukup Susu, sari buah (hati-hati pada DM), larutan isotonik, cairan rumah tangga (kuah sayur, sereal) • Hindari minum air putih saja menyebabkan gangguan elektrolit •

  3. Beri parasetamol

  4. Kompres hangat

  5. Cari tempat perkembangbiakan nyamuk di dalam/sekitar rumah musnahkan Apakah yg perlu dihindari?

  

1. Jangan minum obat penurun panas dg kandungan zat aktif ibuprofen, asam salisilat (aspirin), asam

mefenamat (ponstan) atau steroid. Bila sedang minum obat-obat lain konsultasi kpd dokter

  2. Tidak perlu antibiotik Bila ditemukan salah satu tanda berikut, bawa segera ke RS terdekat

  1. Perdarahan: Bintik-bintik merah / ruam pada kulit • Perdarahan hidung atau gusi • Muntah darah • Feses berwarna hitam • Perdarahan vagina / haid yg lebih banyak dari biasanya •

  2. Sering muntah, terus menerus, tiap kali minum atau makan

  3. Nyeri perut hebat

  4. Mengantuk, kebingungan (perubahan status mental) atau kejang

  5. Kaki tangan lembab, dingin atau pucat

  6. Kesulitan bernapas (sesak napas)

Indikasi rawat inap

  Tersangka DBD 

  

Terdapat tanda kegawatan/

peringatan 

  

Pada pemantauan dijumpai

 kadar Ht tinggi/ meningkat dibanding sebelumnya

   trombosit turun

   perdarahan spontan (selain petekie) Pasien dengan kondisi berikut: 

  Kondisi-kondisi lain yang menyertai dan mungkin mengakibatkan tata laksana lebih kompleks seperti: pasien bayi,

kehamilan, usia lanjut, obesitas, diabetes

mellitus, gagal ginjal, hipertensi, penyakit hemolitik kronik dll.

   Kondisi sosial seperti tinggal di rumah seorang diri atau tinggal jauh dari fasilitas

pelayanan kesehatan atau tidak tersedia Jika menolak mondok, kepada orangtua dianjurkan untuk: 

  Membujuk anak untuk minum lebih banyak Berikan parasetamol 10-15 mg/KgBB/dosis dapat diulang setiap 4-6 jam

   Kompres hangat jika perlu

   Hindarkan pemberian obat aspirin atau anti infamasi non steroid (Ibuprofen)

   Tanda tangan surat penolakan

   Mengamati tanda bahaya, jika ditemukan segera bawa ke RS terdekat Kelompok B: pasien yg harus dirujuk untuk rawat inap 

  

Kelompok pasien dg salah satu gambaran

berikut: Adanya tanda peringatan 1.

  2. Kondisi-kondisi lain yg menyertai: pasien bayi, kehamilan, usia lanjut, obesitas, DM, gagal ginjal, hipertensi, dll

  

3. Masalah sosial tinggal di rumah sendirian, tinggal jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, tidak ada sarana transportasi Tatalaksana 

  Cek Hct untuk perbandingan sebelum mulai terapi cairan 

  Infus cairan isotonik RL, NaCl 0,9% 

  Mulai dengan 3 cc/kg/jam 

  Dapat ditingkatkan sesuai dg respon klinis 

  Nilai kembali status klinis → Monitor Hct 

  Bila ada perburukan vital sign, Hct naik cepat → tambahkan

kecepatan cairan menjadi 5-10 cc/kg/jam selama 1-2 jam →

nilai kembali status klinis dan monitor Hct

   Kurangi cairan IV bertahap saat menuju akhir fase kritis ditandai:

   Urin output / asupan cairan oral cukup

   Hct stabil Pemantauan oleh tenaga kesehatan:

  1. Vital sign dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam) Urin output (setiap 4-6 jam)

  2.

  3. Hematokrit (setiap sebelum dan sesudah pemberian cairan kemudian setiap 6-12 jam) Kadar gula darah

  4.

  5. Fungsi organ lain (ginjal, hepar, koagulasi bila diperlukan) Kelompok C: pasien yg harus membutuhkan tatalaksana darurat Syok kompensata: 

  Resusitasi IV cairan kristaloid 10-15 cc/kg/jam selama 1 jam 

  Nilai ulang kondisi pasien 

  Bila kondisi membaik → cairan IV diturunkan bertahap 

  Bila tanda utama belum stabil (syok tetap ada) → periksa Hct 

  

Bila Hct meningkat atau masih tinggi → ulangi bolus kedua

dg kristaloid 10-20 cc/kg/jam selama 1 jam → bila ada perbaikan turunkan bertahap

   Bila Hct menurun (<40% pada pasien anak) → menunjukkan adanya perdarahan → berikan transfusi darah secepatnya

  

Mungkin diperlukan tambahan bolus kristaloid atau koloid

selama 24-48 jam berikutnya

  Syok hipotensif 

  Tatalaksana harus lebih agresif 

  Resusitasi IV dg kristaloid 20 cc/kg → bolus → diberikan

selama 15 menit /secepatnya → untuk mengeluarkan pasien

dari kondisi syok secepat mungkin

   Jika kondisi membaik → beri kristaloid atau koloid 10 cc/kg/jam selama 1 jam → kemudian dikurangi bertahap

   Bila tanda utama tidak stabil (masih terdapat syok) → cek Hct

  

Bila Hct meningkat dibanding sebelumnya → ganti cairan dg

koloid 10-20 cc/kg sebagai bolus kedua selama 0,5 – 1 jam.

  Setelah dosis ini kurangi kecepatan infus bertahap 

  Jka Hct menurun (<40% pada pasien anak) → indikasi adanya perdarahan berikan transfusi Penilaian hemodinamika Parameter Sirkulasi stabil Syok kompensata Syok hipotensif

  Tingkat kesadaran Sadar penuh Sadar penuh Syok dapat terlewatkan bila anda tidak menyentuh pasien

  Perubahan status mental, gelisah, melawan

  Waktu pengisian kapiler Cepat (<2 detik) Lambat (>2 detik) Sangat lambat, kutis marmorata

  Ekstremitas Ekstremitas hangat dan merah muda Perifer dingin Ekstremitas lembab dan dingin

  Volume nadi perifer Volume baik Lemah, cepat, dangkal Lemah atau tidak teraba

  Denyut jantung Denyut jantung menurut usia Takikardi Takikardi berat dg bradikardi pada syok lanjut

  Tekanan darah TD dan tekana nadi normal menurut usia

  Tekanan sistolik normal, tek diastolik meningkat Tekanan nadi menyempit Hipotensi postural

  Tekanan nadi menyempit (<20 mmHg) Hipotensi Tekanan darah tidak terukur

  Frekuensi pernapasan Frekuensi napas nomal menurut usia

  Takipnea Takipnea / pernapasan Kussmaul

Kriteria memulangkan pasien

   Bebas demam 24 jam tanpa obat antipiretik

   Nafsu makan membaik

   Tampak perbaikan klinis

   Hematokrit stabil

   Tiga hari setelah renjatan

   Jumlah trombosit >50.000

   Tidak dijumpai distres napas

  Terima kasih