Nur Auliyah F, S.ST

  IMUNISASI Nur Auliyah F, S.ST

Tujuan

  Mengetahui pentingnya imunisasi Immunisasi PPI dan Non PPI: jadwal, cara, dosis, kontraindikasi, efek samping Pendahuluan Kematian dan kesakitan anak: Penyakit infeksi yang dapat dicegah dng imunisasi Tujuan :

  Individu : mencegah suatu penyakit tertentu/ mengurangi beratnya penyakit pada seseorang Global/ komunitas: Eliminasi : tetanus neonatorum

Reduksi : campak Eradikasi: cacar, polio

   herd immunity:

Cakupan yang tinggi  mengurangi transmisi Eradikasi: cakupan yang tinggi pada saat bersamaan 

memutus transmisi; host nya hanya manusia Aspek imunologi vaksinasi Kekebalan:

  Non spesifik: Kulit, air mata, asam lambung, urin, bersin dll Sel : makrofag, lekosit dll

Spesifik:

  Pasif : tubuh tidak membentuk imunoglobolin, tidak berlangsung lama.

  Aktif : dibuat oleh tubuh setelah terpajan antigen, berlangsung lama karena ada sel memori Alamiah : sakit vaksinasi Respon imun

  Vaksinasi Respon imun dan memori mirip dengan infeksi alamiah, tetapi tanpa menimbulkan penyakit (tinggi imunogenitas, rendah reaktogenitas) Klasifikasi:

  Program: Pengembangan Program Imunisasi ( PPI ): Hep B, BCG, Anti Polio, DPT, Campak Non PPI: Hib, Hepatis A, MMR, Varicella

Kandungan Antigen:

  Vaksin hidup yang dilemahkan ( BCG, OPV, Campak, MMR, Varicela, Typhoid oral) Vaksin inactive: Toksoid, rekombinan, konjugasi, sel utuh, sebagian sel ( Hepatitis A, B, DPT, DPaT, Tipus inj, IPV, HiB)

  

Vaksin Hidup yang dilemahkan

Harus replikasi

Reaksi berat  penyakit alamiah Kontraindikasi : imunodefisiensi, kehamilan

  Respon imun serupa dengan infeksi alamiah Biasanya efektif dengan satu dosis Berinterferensi dengan antibodi Tidak stabil: rantai dingin, penanganan yang hati-hati

  Vaksin inaktif

Tidak dapat replikasi: aman pada pasien

imunodefisiensi Tidak seefektif vaksin hidup

  Titer menurun : perlu boster Membutuhkan 3 –5 dosis Berinterferensi minimal dengan antibodi yang beredar

Aturan pemberian vaksin

  Penjelasan : tujuan, kemungkinan efek samping Cari kontraindikasi : meminimalkan efek samping : Cek list, antisipasi dan siapkan alat resusitasi Lihat jadwal, catch-up vaccination.

  

Tehnik yang benar: dosis, tempat suntikan, tindakan aseptik, rantai dingin Pencatatan dan pelaporan : termasuk KIPI Cek list/ quesioner

  Bagaimana kondisi anak hari ini Riwayat alergi ? Apakah ada efek samping berat pada imunisasi sebelumnya Apakah ada masalah dengan respon imun? , anggota keluarga ? Menerima transfusi darah, imunoglobulin Apakah vaksinasi virus hidup dalam 4 mgg Hamil / akan hamil Pernah kejang, problem / penyakit syaraf?

  

Kontraindikasi/ precautions (umum)

Permanent :

  

Reaksi berat setelah vaksinasi sebelumnya

DPT : ensefalopati, syok, menangis terus menerus >3 jam, suhu > 40,5 C dalam 48 jam, kejang dalam 3 hari, SGB dalam 6 minggu

Temporary:

  Vaksin hidup: kehamilan, penderita imunodefisiensi, setelah transfusi/ terapi imunoglobulin Menderita penyakit berat/ sedang

  

Bukan Kontraindikasi

Penyakit ringan dengan/ tanpa demam ringan

Reaksi ringan/ demam ringan setelah vaksinasi sebelumnya Dalam terapi antibiotika Terpapar penyakit, masa penyembuhan Kehamilan dalam keluarga Menyusui, malnutrisi, prematur Alergi terhadap bukan komponen vaksin  missed opportunity

Efek samping ( umum )

  Bervariasi : ringan – berat, lokal – sistemik, segera

  • – tertunda Lokal:

  Nyeri, bengkak, kemerahan tempat suntik Biasanya vaksin dgn adjuvant ( DPT< TT< DT ) Biasanya ringan , sembuh sendiri

  Sistemik:

  Demam, lesu, sakit kepala

  Vaksin hidup: gejala seperi infeksi alamiah, ringan, setelah inkubasi Apakah alergi terhadap komponen vaksin ? Lainnya ? Jarang, dapat diminimalkan dengan screening

Vaksinasi PPI (Program Pengembangan Imunisasi)

  Tuberkulosis (BCG) Hepatitis B DPT Polio Campak

  Tuberkulosis (BCG)

  Vaksin hidup yg dilemahkan dari Mycobacterium bovis Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari langsung, disimpan pada suhu 2-8 C Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 3 jam Tidak diberikan pada pasien imunokompromise Tidak mencegah infeksi TBC → mengurangi risiko TBC berat (meningitis TB, TB milier)

  BCG lanjutan...

  Diberikan pada usia < 2 bln

Bila diberikan pada usia >3 bln →lakukan uji tuberkulin dahulu

  Pemberian: m. deltoideus kanan, intrakutan Dosis bayi: 0,05ml; anak: 0,1ml Dosis ulangan tidak dianjurkan

BCG lanjutan..

  KIPI: Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher BCG-itis

  Kontraindikasi: Reaksi uji tuberkulin >5mm Imunokompromise, infeksi HIV, sedang mendapat tx imunosupresif Gizi buruk Kehamilan

Hepatitis B

  Penyebab: virus Hepatitis B Pemberian: intramuskuler di paha anterolateral (bukan di bokong) Vaksin yang beredar di Indonesia: Uniject, Engerix Reaksi KIPI: demam, nyeri & bengkak di tempat penyuntikan Kontraindikasi absolut: - Diberikan sebanyak 3 dosis Diberikan segera setelah lahir. Jarak dosis 1 dan ke-2 adalah 1-2 bln, dosis ke-3: 6 bulan setelah dosis 1 (misal: usia 0, 1, 6 bln)

  

Imunoprofilaksi Hepatitis B pada bayi

prematur dan BBLR

Status ibu HBsAg positif

BBL >2000 g BBL < 2000 g

  • Vaksin HepB + HBIg Vaksin HepB + HBIg (dalam usia 12 jam) (dalam usia 12 jam) Imunisasi 3 dosis pada Imunisasi 4 dosis vaksin

  0, 1, 6 bl usia kronologis pada 0,1,2-3, dan 6 bl Periksa anti-HBs dan usia kronologis

  • HBsAg pada usia 9-15 Periksa anti-HBs dan
  • bln

  HBsAg pada usia 9-15 bln

  

Imunoprofilaksi Hepatitis B pada bayi

prematur dan BBLR

Status ibu HBsAg tidak diketahui

BBL >2000 g BBL < 2000 g

  • Vaksin HepB (dalam 12 Vaksin HepB +HBIg jam) + HBIg (dalam (dalam 12 jam) usia 7 hari)
  • Catatan:

  Catatan:

  Periksa HBsAg ibu Periksa HBsAg ibu

segera , bila positif HBIg segera , bila tidak dapat

  segera diberikan dilakukan dalam 12 jam, berikan HBIg

  

Imunoprofilaksi Hepatitis B pada bayi

prematur dan BBLR

Status ibu HBsAg negatif

BBL >2000 g BBL < 2000 g

  • Berikan vaksin HepB Vaksin HepB-1 dlm 30 saat lahir: 3 dosis pada hari usia kronologis , bila umur 0-2, 1-4, dan 6-18 klinis stabil atau pada

  bl usia kronologis saat keluar dai RS sebelum 30 hari usia

  kronologis Imunisasi HepB dalam 3

  • dosis pada umur 0-2, 1-

  4, dan 6-18 bl usia

  kronologis

  

Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)

DIFTERIA

  Penyebab: toksin dari Corynebacterium diphteria Infeksi di nasofaring → toksin destruksi jaringan, terbentuk membran/selaput→ diabsorbsi aliran darah → seluruh tubuh Komplikasi: miokarditis, neuritis, kematian

  

Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)

PERTUSIS

  Batuk rejan / batuk 100 hari Penyebab: bakteri

  Bordatella pertussis

Kuman menghasilkan toksin →gangguan aliran sekret saluran napas →pneumonia

  Gejala timbul akibat penumpukan lendir di saluran napas: batuk paroksismal tanpa inspirasi, diakhiri bunyi ‘ whoop’, muntah, sianosis Komplikasi: pneumonia, kejang, ensefalopati, dehidrasi, perdarahan konjungtiva

  

Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)

TETANUS

  Penyebab: Clostridium tetani Kuman tidak bisa hidup di lingkungan beroksigen Terdapat pada: kotoran dan debu jalanan, usus dan tinja kuda, domba, anjing, kucing, tikus

Luka→ kuman masuk → suasana anaerob → penyebaran lewat darah → menempel pada reseptor

  saraf Gejala: kejang-kejang, gangguan sistem saraf otonom Komplikasi: laringospasme, pneumonia, kematian

DTaP atau DTwP

  DTaP (vaksin DTP dengan komponen acelluler pertusis) DTwP (vaksin DTP dengan komponen whole cell pertusis) Mulai diberikan sejak umur 2 bln (tidak boleh diberikan sebelum umur 6 mgg), interval 4-6 mgg DTP dasar diberikan 3 kali: usia 2, 3, 4 bln DTP ulangan (DTP4) diberikan 1 th setelah DTP1: yaitu usia 18-24 bln DTP5 diberikan saat umur 5 th (saat masuk SD) DTP6 diberikan saat umur 12 th

  DTaP atau DTwP

  Dosis 0,5 ml, intramuskuler KIPI:

  

Reaksi lokal kemerahan, bengkak, nyeri pd lokasi injeksi

Demam, ringan – hiperpireksi

Iritabel, menangis terus menerus selama beberapa jam

pasca suntikan Kejang Hypotonic-hyporesponsive Ensefalopati, reaksi anafilaksis →reaksi ikutan paling serius

  Kontraindikasi:

  Riwayat anafilaksis Ensefalopati pd pemberian sebelumnya KIPI lain pada pemberian sebelumnya Disebabkan: virus polio termasuk famili

Picornaviridae

  Infeksi terjadi diseluruh dunia Gejala: 95% subklinis (asimptomatis), iritabel, kaku kuduk, kaku punggung dan kaki, paralisis (lumpuh layu) Program eradikasi polio (ERAPO) global, di Indonesia:

  Meningkatkan cakupan imunisasi OPV Melaksanakan PIN Surveilans AFP ( acute flaccid paralysis)

  OPV ( ) oral polio vaccine

  Vaksin dari virus polio hidup yang sudah dilemahkan, oral OPV-1 diberikan sejak lahir Dosis: 2 tetes oral Diberikan di RS/RB pada saat sebelum pulang 3 dosis berikutnya diberikan dengan jarak interval 1- 2 bulan KIPI: pusing, diare ringan, nyeri otot, VAPP, VDPV

  VAPP= vaccine associated polio paralytic

  VDPV= vaccine derived polio virus

IPV ( inactivated poliomyelytis vaccine )

  Vaksin polio inactivated Dosis: 0,5 ml, sub kutan Diberikan 3 kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan

  

OPV

Keuntungan

Kerugian

  Mendapat imunitas humoral dan lokal Imunitas mukosa usus Pemberian mudah Murah Herd immunity Contact immunity

  Risiko VAPP, VDPV Kontraindikasi pada imunokompromise Gagal imunisasi (pada diare, muntah) Perlu cold chain

  

IPV

Keuntungan Kerugian

  

Tidak ada risiko terjadi VAPP Imunitas intestinal sedang

dan VDPV Tidak ada contact immunity

  Imunitas konstan, tinggi, Mahal menetap Direkomendasikan untuk pasien imunokompromise Termostabil Menimbulkan herd immunity

CAMPAK

  Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan Diberikan umur 9 bln Dosis: 0,5 ml; subkutan dalam Dosis ulangan pada umur 5-6 th (program BIAS) KIPI:

  Demam tidak tinggi Ruam Gangguan sistem saraf pusat: ensefalitis atau ensefalopati

  Kontraindikasi: Demam tinggi Pengobatan imunosupresi Ibu hamil Riwayat alergi

Vaksinasi non-PPI

  MMR HiB Varicella Typhoid

MMR

  Measles, Mumps, Rubela Vaksin dari virus hidup Dosis: 0,5 ml, subkutan dalam, intramuskuler Jarak: 6 bln dari campak (usia 15 bln), diulang usia 10-12 tahun Kontraindikasi: pada anak imunokompromise, wanita hamil KIPI: demam, rash

  Haemophyllus influenza tipe B (HiB)

  Mencegah meningitis, pneumonia Merupakan vaksin konjugasi:

  PRP-OMP: konjugasi dg protein Neisseria meningitidis PRP-T : konjugasi dg toksoid tetanus

  Vaksin HiB diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan 3 kali dg jarak 2 bulan Diberikan pada usia: 2, 4, 6 bln, ulangan pada usia 18 bln Bila suntikan awal: usia 6-1 th →diberikan 2x Bila suntikan awal >1 th →diberikan 1x

VARISELA

  Untuk mencegah varisela (cacar air) Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan Diberikan mulai usia 5 tahun, atau atas permintaan orang tua Dosis: 0,5 ml subkutan

  TYPHOID

  Ada 2 jenis vaksin tifoid:

  vaksin tifoid oral: vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan Vaksin polisakarida: polisakarida

  Vaksin tifoid oral:

  Kemasan bentuk kapsul Untuk anak usia >6 tahun Diulang setiap 5 tahun

  Vaksin tifoid polisakarida:

  Dosis: 0,5 ml, subkutan dalam, intramuskuler Diulang setiap 3 tahun Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

  Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam kurun waktu 1 bln setelah imunisasi Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi Klasifikasi lapangan (WHO, 1999):

  Reaksi vaksin Kesalahan program / teknik pelaksanaan imunisasi Reaksi suntikan Kebetulan Tidak diketahui

  

KIPI yang perlu dilaporkan

Dalam 24 jam Anafilaktoid Teriak-teriak > 3 jam

  Sindrom syok toksik Anafilaksis Hipotonik-hiporesponsif Dalam 5 hari Reaksi lokal hebat Abses di daerah suntikan Sepsis

  Dalam 15 hari Kejang Ensefalopati Dalam 1-3 bulan Lumpuh layu Trombositopenia 1-12 bln pasca BCG Limfadenitis Osteomielitis

  Infeksi BCG disseminata

Tidak terbatas waktu Kematian, rawat inap, kejadian yang langka dan berat, yang diperkirakan berkaitan dengan imunisasi Pencegahan terjadinya KIPI

  Mencegah KIPI akibat reaksi vaksin:

  Memperhatikan indikasi kontra Orangtua diajarkan menangani reaksi vaksin yang ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada reaksi yg mencemaskan Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi atau harus dirujuk ke RS dg fasilitas lengkap

  Pencegahan terjadinya KIPI

  Mencegah KIPI akibat program error:

  Gunakan alat suntik disposibel Gunakan pelarut vaksin yang sudah disediakan oleh produsen vaksin Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang

Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain

vaksin Program error dilacak, agar tidak terulang kesalahan yang sama