DAMPAK KEGIATAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHA

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

BAB 1
PENDAHULUAN
Bab 1 ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
dan sistematika pembahasan dalam kajian studi kasus di Kelurahan Cipaganti
dan Kelurahan Tamansari.

1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan

antara jumlah kesempatan kerja dengan penduduk angkatan kerja. Seperti diketahui,
bahwa lapangan pekerjaan di perkotaan sebagian besar bergerak di sektor formal,
yaitu bidang non agraris yang biasanya membutuhkan tenaga kerja dengan bekal
pendidikan yang cukup tinggi. Bandung merupakan salah satu wilayah yang


memiliki jumlah penduduk yang padat dibandingkan dengan wilayah lain di
Propinsi

Jawa

Barat.

Dalam

memenuhi

kebutuhan

sehari-hari

pastilah

masyarakat Bandung memerlukan penghasilan atau pendapatan yang dapat
diperoleh dari suatu pekerjaan untuk menunjang kebutuhan mereka, berikut

adalah ayat yang memerintahkan untuk mencari rezeki

Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”. (QS: Al Jumuah ayat 10)
Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk mencari rezeki dari Allah yang
telah Allah persiapkan kepada kita diseluruh permukaan bumi, dengan demikian
bekerja adalah jalan yang utama dalam mendapatkan rezeki tersebut. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah disediakan
Allah Swt, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat diproduksi
sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus bekerja sama
dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh suasana
yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan

Kelompok 5 / Shift Senin

1

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan

Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

di dalam masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam
masyarakat diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat.
Dengan adanya keterbatasan pendidikan dan ekonomi, maka banyak
sebagian masyarakat Bandung yang menjadi pedagang, baik pedagang yang
legal mau pun ilegal contohnya pedagang kaki lima yang sering kali menjadi
masalah penertiban di Kota Bandung dari dahulu Namun selama ini,
perencanaan ruang kota hanya dibatasi pada ruang-ruang formal saja yang
menampung kegiatan formal. Seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan
ruang-ruang fomal kota tersebut mendorong munculnya kegiatan informal kota
salah satunya di sektor perdagangan, yaitu Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai
kegiatan pendukung (activity support). Menurut McGee dan Yeung (1977: 25),
PKL mempunyai pengertian yang sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan
sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat
yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan

trotoar. Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL, maka PKL
menggunakan ruang publik, seperti badan jalan, trotoar, taman kota, di atas
saluran drainase, kawasan tepi sungai untuk melakukan aktivitasnya.
Penggunaan ruang publik tersebut biasanya terjadi di tempat-tempat
strategis seperti diantara aktivitas formal kota. Tidak tertampungnya kegiatan
PKL di ruang perkotaan, menyebabkan pola dan struktur kota moderen dan
tradisional berbaur menjadi satu sehingga menimbulkan suatu tampilan yang
kontras. Bangunan moderen yang megah berdampingan dengan bangunan
sederhana bahkan cenderung kumuh. Tampilan fisik dualistik tersebut terjadi di
seluruh ruang kota terutama di kawasan fungsional kota. Adapun yang dimaksud
sebagai ruang fungsional kota adalah ruang perkotaan dengan fungsi khusus
yang tercermin dari kegiatan utama yang berlangsung di kawasan tersebut,
seperti kawasan pendidikan, perkantoran, kesehatan, perdagangan dan jasa,
permukiman, maupun industri. Kehadiran ruang fungsional kota akan diikuti
dengan kehadiran PKL dengan karakteristik yang berbeda-beda. Setiap PKL
mempunyai alasan yang berbeda dalam menentukan lokasi maupun jenis
aktivitasnya.
Karakteristik PKL yang berada di kawasan perkantoran berbeda dengan
karakteristik PKL yang berada di kawasan permukiman. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan karakteristik aktivitasnya yang meliputi jenis dagangan, bentuk fisik


Kelompok 5 / Shift Senin

2

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

sarana dagang, waktu berdagang, sifat pelayanan, golongan pengguna jasa, dan
lain sebagainya. Selain itu, perbedaan karakteristik PKL dikaitkan juga dengan
kegiatan utama yang berlangsung di kawasan fungsional kota tersebut.
Masalah pedagang kaki lima bagi sebagian orang dan pemerintahan
adalah sebuah masalah bagi Kota Bandung, menurut mereka. Pedagang kaki
Lima merupakan suatu kelengkapan kota – kota di seluruh dunia dari dahulu.
Sebagai kelengkapan, pedagang kaki lima tidak mungkin dihindari atau
ditiadakan. Yang harus dilakukan dalam menyikapi keberadaan PKL tersebut
adalah melalui penataan, pembinaan, dan pengawasan. PKL memiliki fungsi

ekonomi, sosial, dan budaya yang membentuk suatu kawasan perkotaan.

1.2

Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah
1.

Untuk mendeskripsikan pengertian dari Pedagang Kaki Lima.

2.

Untuk mendeskripsikan alasan dipermasalahkannya Pedagang Kaki
Lima oleh pemerintah.

3.

Untuk mendeskripsikan kebijakan – kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk menangani masalah Pedagang Kaki Lima.


4.

Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap PKL

5.

Perlindungan hokum

6.

Harapan masyarakat kedepannya
Tujuannya adalah untuk bagaimana menciptakan ketertiban bagi

pedagang kaki lima yang semakin bertambah di daerah Kelurahan Cipaganti dan
Kelurahan Tamansari.

1.3

Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah studi ini meliputi ruang lingkup materi dan ruang


lingkup wilayah.
1.3.1

Ruang Lingkup Materi
PKL

merupakan

sekelompok

orang

yang

melakukan

kegiatan

perdagangan di pinggir jalan. Keberadaan PKL berlokasi di sekitar atau dekat

dengan kawasan fungsional, yang merupakan pusat kegiatan manusia.
1.3.2

Ruang Lingkup Wilayah Kajian

Kelompok 5 / Shift Senin

3

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Ruang lingkup wilayah studi yang akan dibahas yaitu ruang lingkup
wilayah makro dan mikro. Ruang lingkup wilayah makro adalah Kecamatan
Cipaganti dan Kecamatan Tamansari.
Sedangkan Ruang lingkup wilayah mikro adalah Kelurahan Coblong dan
Kelurahan Tamansari

Untuk lebih jelasnya mengenai letak geografis dan batas administrasi
Kecamatan Cipaganti dan Kecamatan Tamansari dapat dilihat pada Gambar 1.2
Peta orientasi wilayah Kabupaten Sukabumi, Gambar 1.3 Peta administrasi
Kelurahan Coblong dan Kelurahan Tamansari

1.4

Acuan/Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum yang dipakai dalam membuat laporan

ini, diantaranya:
1.

Undang-undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

2.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 41 Tahun 2012 rentang Pedoman
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima


3.

Undang-undang RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

4.

PP RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan

5.

PP RI Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Penyelenggaraan Penataan Ruang

6.

Kep Men LH No. 17 Tahun 2001 tentang jenis usaha dan atau Kegiatan
Yang wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup

7.

Per Men LH No.11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha atau
Kegiatan Yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan

8.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

9.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 tentang Warga Negara dan
Pendudukan

10. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28A tentang Hak Asasi Manusia

1.5

Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk menjelaskan di masing-

masing bab yang akan dibahas.

Kelompok 5 / Shift Senin

4

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang lingkup studi kasus dan juga
membahas tentang ruang lingkup, dasar hukum beserta sistematika
pembahasan.
BAB 2 KAJIAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori dan standar yang mendukung tentang
lingkup materi
BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN STUDI
Bab ini membahas tentang potensi serta masalah yang terdapat di
wilayah studi serta temuan studi di lapangan. Temuan Studi di lapangan
ini mencakup tujuh Aspek data yaitu Letak geografis dan batas
administrasi, biotik, Kependudukan, Ekonomi, Fisik Dasar, dan Sanitasi.
BAB 4 ANALISIS
Bab ini membahas tentang seluruh analisis yang dibutuhkan dalam
ketujuh aspek pada bab sebelumnya.
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kelompok 5 / Shift Senin

5

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab 2 ini akan menjelaskan berbagai teori yang akan dibahas di
dalam laporan yakni mengenai undang-undang yang menyangkut dalam kajian
pedagang kaki lima ini dan beberapa teori AMDAL, iklim kualitas udara dan
kebisingan, tanah, kualitas air. Yang pembahasannya adalah sebagai berikut:
2.1

Undang-undang RI No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
1.

Dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang.

2.

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tindakan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

3.

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

4.

Pengawasan
dimaksud

Pemerintah

pada

ayat

dan

(3)

pemerintah

dilakukan

daerah

dengan

sebagaimana

melibatkan

peran

masyarakat. Peran masyarakat sebagaimana dimaksud:
Dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan
kepada Pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam pemanfaatan ruang,
setiap orang wajib:
a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
b. Ruang dari pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
d. Persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
e. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
f. Ketentuan peraturan perundang-undangan
g. Dinyatakan sebagai milik umum.
5.

Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan
melibatkan peran masyarakat.

6.

Peran masyarakat dalam penataan ruang antara lain, melalui:
a. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

Kelompok 5 / Shift Senin

6

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

2.2

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 41 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku

usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial,
fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang
bersifat sementara/tidak menetap.
Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan,
penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan
umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan
lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk
penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga
mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya.
Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang berada
di lahan dan/atau bangunan milik pemerintah daerah dan/atau swasta
Tujuan penataan dan pemberdayaan pedagang kali lima adalah:
a. Memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi
sesuai dengan peruntukannya;
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi
usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan
b. Untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan
sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan
lingkungan
PKL mempunyai kewajiban antara lain:
a. Mematuhi ketentuan perundang-undangan;
b. Mematuhi

waktu

kegiatan

usaha

yang

telah

ditetapkan

oleh

Bupati/Walikota;

Kelompok 5 / Shift Senin

7

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

c. Memelihara

keindahan,

ketertiban,

keamanan,

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

kebersihan

dan

kesehatan lingkungan tempat usaha;
d. Menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau jasa serta
peralatan dagangan dengan tertib dan teratur;
e. Tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum;
f. Menyerahkan tempat usaha atau lokasi usaha tanpa menuntut ganti rugi
dalam bentuk apapun, apabila lokasi usaha tidak ditempati selama 1
(satu) bulan atau sewaktu-waktu lokasi tersebut dibutuhkan oleh
pemerintah kabupaten/kota; dan
g. Menempati tempat atau lokasi usaha yang telah ditentukan oleh
pemerintah daerah sesuai TDU yang dimiliki PKL.
PKL dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan usahanya di ruang umum yang tidak ditetapkan
untuk lokasi PKL;
b. Merombak, menambah dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada di
tempat atau lokasi usaha PKL yang telah ditetapkan dan/ atau
ditentukan Bupati/Walikota;
c. Menempati lahan atau lokasi PKL untuk kegiatan tempat tinggal;
d. Berpindah tempat atau lokasi dan/atau memindahtangankan TDU PKL
tanpa sepengetahuan dan seizin Bupati/Walikota;
e. Menelantarkan dan/atau membiarkan kosong lokasi tempat usaha tanpa
kegiatan secara terus-menerus selama 1 (satu) bulan;
f. Mengganti bidang usaha dan/atau memperdagangkan barang ilegal;
b. Melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah
bentuk trotoar, fasilitas umum, dan/atau bangunan di sekitarnya;
c. Menggunakan badan jalan untuk tempat usaha, kecuali yang ditetapkan
untuk lokasi PKL terjadwal dan terkendali;
d. PKL yang kegiatan usahanya menggunakan kendaraan dilarang
berdagang di tempat-tempat larangan parkir, pemberhentian sementara,
atau trotoar; dan
e. Memperjualbelikan atau menyewakan tempat usaha PKL kepada
pedagang lainnya.

Kelompok 5 / Shift Senin

8

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

2.3

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

PP RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau

kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain :
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b. Luas wilayah persebaran dampak;
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f.

2.4

Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
PP RI Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan
Kawasan Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pengelolaan Kawasan Perkotaan adalah serangkaian kegiatan mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian
tujuan pembangunan Kawasan Perkotaan secara efisien dan efektif.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya.
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian, dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.

2.5

Per Men LH No.11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha atau
Kegiatan Yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
Khusus bagi pusat perdagangan/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi

dengan luas tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak penting:
a.

Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi dekat
pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi).

b.

Struktur bangunan bertingkat tinggi dan basement menyebabkan
masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer
sumber air sekitar.

Kelompok 5 / Shift Senin

9

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

c.

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Bangkitan pergerakan (traffic) dan kebutuhan permukiman dari tenaga
kerja yang besar.

d.

Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parkir pengunjung.

e.

Produksi sampah

2.6

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

2.6.1

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 tentang Warga Negara
dan Pendudukan
Dalam pasal 27 ayat 2 mengatakan, tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya, rakyat
memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan penghidupan yang layak
dengan melakukan pekerjaan guna kelangsungan hidupnya dalam tatanan
negara Indonesia
2.6.2

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28A tentang Hak Asasi Manusia
Pasal

28A

UUD

1945

Bab

XA

tentang

Hak

Asasi

Manusia

mengatakan,setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya. Hal ini jelas, bahwa setiap warga negara Indonesia
yang hidup di tanah Indonesia ini memiliki hak dan kesempatan yang sama,
kebebasan, hak hidup, hak memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan tanpa
di usik oleh pihak lain termasuk pemerintah sendiri, karena pemerintah adalah
penyelenggara negara atas daulat rakyat.

2.7

Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah hasil studi

mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
yang diperlukan bagi suatu proses pengambilan keputusan. Amdal merupakan
salah satu solusi atau pencegahan dari issue lingkungan di atas.
Jenis-jenis dokumen amdal diantaranya adalah sebanagi berikut:
 KA-ANDAL (Kerangka Acuan ANDAL)
Yaitu : ruang lingkup studi ANDAL hasil pelingkupan yang disepakati
oleh pemrakarsa/penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL.
 ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan)
Yaitu : telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting
suatu kegiatan yang direncanakan.

Kelompok 5 / Shift Senin

10

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

 UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan)
Yaitu : upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak
penting yang bersifat negatif sehingga tercipta kualitas lingkungan yang
baik
 UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan)
Yaitu : upaya pengulangan pengukuran komponen atau parameter
lingkungan pada waktu-waktu tertentu, seperti aspek fisik kimia, biotis,
sosial ekonomi dan sosial budaya.

2.8

Iklim, Kualitas Udara, dan Kebisingan

2.8.1

Iklim
Iklim didefinisikan sebagai rata-rata dari cuaca dalam periode yang

panjang (bulan, tahun). Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di
bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa
klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum
kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. Karena klimatologi
meliputi koleksi dan interpretasi data yang diobservasi, maka teknik statistik
dangat penting, dalam klimatologi terbagi dalam 3 bagian :
a)

Klimatologi fisik (physical climatology) yaitu bagian dari klimatologi yang
mempelajari penyebaran iklim di berbagai daerah di permukaan bumi
atau klimatologi yang membahas perilaku dan geala-gejala cuaca yang
terjadi di atmosfer dengan menggunakan dasar-dasar ilmu fisika dan
matematika.

b)

Klimatologi dinamik (physicakl climatology) atau klimatologi kedaerahan
yaitu bagian dari klimatologi yang mempelajari peyebaran iklim di
berbagai daerah di permukaan bumi atau klimatologi yang membahas
pergerakan atmosfer dalam berbagai skala terutama tentang peredaran
atmosfer umum di berbagai wilayah di seluruh dunia.

c)

Klimatologi terapan klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim
untuk

memecahkan

berbagai

masalah

praktis

yang

dihadapi

masyarakat.
Berikut adalah beberapa contoh klimatologi terapan yaitu:
Kelompok 5 / Shift Senin

11

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

1)

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Klimatologi pertanian atau agroklimatologi (agricultural klimatology)
klimatologi yang menekankan pembahasan tentang permasalahan iklim
di bidang pertanian.

2)

Klimatologi perkotaan (urban climatology) klimatologi yang membahas
berbagai iklim dalam perencanaan maupun penataan kota. Tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh tingkat kenyamanan udara sebaikbaiknya.

3)

Klimatologi kelautan (marine kilmatology) klimatologi yang menekankan
penjelasan tentang pengaruh timbal balik iklim dan lautan.

4)

Klimatologi

bangunan

(building

climatology)

klimatologi

yang

mempelajari hubungan timbal balik antara bentuk dan ukuran bangunan,
dengan cuaca dan iklim di dalam maupun di luar bangunan.
5)

Bio klimatologi (bioclimatology) klimatologi yang membahas pengaruh
ilkim terhadap makhluk hayati atau mempelajari hubungan antara iklim
dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Teori mengenai pembagian iklim dibagi menjadi beberapa pandangan

dari berbagai ahli, yakni sebagai berikut:
Klasifikasi Iklim Menurut Bergeron dan Spatial Synoptic yang paling
umum klasifikasi adalah yang melibatkan konsep massa udara. Klasifikasi
Bergeron adalah bentuk yang paling banyak diterima klasifikasi massa udara.
Klasifikasi massa udara melibatkan tiga huruf. Huruf pertama menggambarkan
sifat kelembaban, dengan c digunakan untuk massa udara kontinental (kering)
dan m untuk massa udara maritim (lembab). Surat kedua menjelaskan
karakteristik termal dari wilayah sumbernya: T untuk tropis, P untuk kutub, A
untuk Arktik atau Antartika, M untuk musim, E untuk khatulistiwa, dan S untuk
udara superior (udara kering yang dibentuk oleh gerakan ke bawah yang
signifikan di atmosfer ). Surat ketiga digunakan untuk menunjukkan stabilitas
atmosfer. Jika massa udara dingin dari tanah di bawahnya, diberi label k. Jika
massa udara lebih hangat dibandingkan dengan tanah di bawahnya, diberi label
w. Sementara identifikasi massa udara pada awalnya digunakan dalam
meramalkan cuaca selama tahun 1950, iklim mulai membangun climatologies
sinoptik berdasarkan ide ini pada tahun 1973.
Klasifikasi Iklim Menurut Köppen. Klasifikasi iklim Köppen adalah salah
satu Sistem Klasifikasi Iklim yang paling banyak digunakan secara luas. Sistem

Kelompok 5 / Shift Senin

12

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

ini dikembangkan oleh Vladimir Köppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun
1884 (dengan beberapa perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan 1936).
Kemudian, seorang ahli iklim Jerman yang bernama Rudolf Geiger bekerjasama
dengan Köppen untuk merubah sistem klasifikasi, sehingga sistem ini kadangkadang disebut sebagai sistem klasifikasi Köppen–Geiger.
Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite Dibuat oleh klimatologi dan
geografer Amerika CW Thornthwaite, metode klasifikasi iklim memantau
anggaran air tanah dengan menggunakan konsep evapotranspirasi. untuk
memantau porsi total curah hujan digunakan untuk memelihara vegetasi di
daerah tertentu. Ia menggunakan indeks seperti indeks kelembaban dan indeks
kekeringan untuk menentukan rejim kelembaban daerah didasarkan pada suhu
rata-rata, curah hujan rata-rata, dan jenis vegetasi rata-rata. Semakin rendah
nilai indeks dalam daerah tertentu, pengering kawasan ini.
2.8.2

Udara
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan

Bumi. Udara Bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21% oksigen, dan
1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Kandungan (elemen senyawa gas
dan partikel) dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan
tanah.Demikian juga massa nya, akan berkurang seiring ketinggian, semakin
dekat dengn lapisan troposfir, maka udara semakin tipis, sehingga melewati
batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mengalami perubahan atau penurunan kualitas.
Udara juga merupakan atmosfir yang berada disekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kelangsungan hidup mahluk hidup. Udara juga
merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.
Susunan udara bersih dan kering, kira-kira tersusun oleh :
 Nitrogen (N2)

= 78,09% volume

 Oksigen (O2)

= 21,94% volume

 Argon (Ar)

= 0,93% volume

 Karbondioksida (CO2)

= 0,032% volume

Kelompok 5 / Shift Senin

13

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk
fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Tabel II.1. Baku Mutu Udara Ambien
Waktu Pengukuran
No Parameter
Baku Mutu
(Periode Pengukuran rerata)
1. TSP (Debu)
24 Jam
230 g/m3
2.
SO2
24 Jam
365 g/m3
3.
NO2
\1 Jam
150 g/m3
4.
CO
8 Jam
10000g/m3
5.
O3
1 Jam
235 g/m3
Sumber: PP RI No.41 Tahun 1999

2.8.3

Baku Mutu
(mg/m3)
0,23
0,365
0,15
10
0,235

Kebisingan
Kebisingan merupakan suatu sumber suara yang telah melampaui

ambang batas, bagi manusia sudah dapat mempengaruhi seluruh proses
metabolisme yang terdapat dalam tubuh, oleh sebab itu pada kawasan
perkotaan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap upaya
penempatan bangunan dan jalur kendaraan, di mana suara yang dihasilkan dari
kendaraan setidaknya dapat diminimalisir agar menjadi tidak mengganggu pada
saat aktivitas sedang berjalan.
Tabel II.2 Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/
Lingkungan Kegiatan
a.

b.

Tingkat
kebisingan
DB (A)

Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus:
- Bandar udara *)
- Stasiun Kereta Api *)
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. tempat ibadah atau sejenisnya

55
70
65
50
70
60
70
70
60

55
55
55

Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Sumber

:Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

No.

KEP-

48/MNLH/11/1996 tanggal 25 Nopember 1996

Kelompok 5 / Shift Senin

14

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

2.9

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Tanah
Proses terbentuknya tanah terjadi dari batuan-batuan induk terpecah

menjadi menjadi bagian-bagian kecil akibat perubahan cuaca. Di pecahanpecahan mineral ini tumbuh lumut sehingga air dapat meresap ke bebatuan
sehingga lambat laun akan terbentuk tanah muda.
Lumut dan tanah pun tumbuh membentuk lapisan serasah organik. Dan
akhirnya tanah matang pun terbentuk dari campuran berbagai bahan organik dan
bahan-bahan mineral.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu
dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil
dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu
dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir.
2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat
dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Pasir Berlempung.
3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola
tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Lempung Berpasir.
4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu.
6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.

Kelompok 5 / Shift Senin

15

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

7. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat
Berpasir.
9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir.
11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu.
12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola
dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Liat
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan
jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam atau jenisjenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
a. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan
daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
b. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir
kasar dan berkerikil.
c. Tanah Alluvial / Tanah Endapan

Kelompok 5 / Shift Senin

16

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang
mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan
cocok untuk lahan pertanian.
d. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di
pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah /
dingin.
e. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan
gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis
tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
f. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan
unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh
air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
g. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
h. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok
tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Adapun bahan penyusun tanah adalah terdiri dari bahan mineral, bahan
organik, air dan udara, dengan penjelasan sebagai berikut:
a.

Bahan Mineral
Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan. Susunan mineral
dalam tanah berbeda-beda sesuai susunan mineral batuan. Induknya
(beku, malihan dan endapan) Ukuran mineral:






Kerikil, kerakal, batuan : > 2 mm
Pasir : 2 mm – 50 u
Debu : 50 u – 2 u
Liat : < 2 u

Mineral dapat dibedakan menjadi : mineral primer dan mineral
sekunder.

Kelompok 5 / Shift Senin

17

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang
dilapuk, umumnya dalam fraksi-fraksi pasir dan debu.Mineral sekunder
baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung,
umumnya dalam fraksi liat.
b.

Bahan Organik
Hasil penimbunan sisa-sisa tumbuhan dan binatang, sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali menjadi mangsa
jasad mikro, sehingga sifatnya selalu berubah atau tidak mantap.
Kadar bahan organik pada tanah mineral umumnya < 3%. Berfungsi
sebagai perekat butiran tanah, sumber utama unsur N, P dan S,
meningkatkan kemampuan tanah dan menahan air dan hara serta
sebagai sumber energi bagi jasad mikro.
Komposisi :
 Jaringan asli (bagian akar dan atas tanaman) dan bagian baru yang
telah mengalami pelapukan.
 Humus : telah diubah dari sifat aslinya secara menyeluruh, berwarna
hitam, bersifat kolodial, kemampuan menahan air dan ion lebih besar
dari liat.

c.

Air
Air terdapat dalam tanah terdapat dalam ruang pori tanah, Kuat atau
tidaknya

air

ditahan

oleh

tanah

yang

mempengaruhi

tingkat

ketersediaan air tanah bagi tanaman. Air dalam pori besar umumnya
tidak tersedia bagi tanaman karena segera hilang merembves ke
bawah. Air dalam pori sedang: mudah diserap oleh tanah.
Air dalam pori halus : sulit diambil oleh tanaman. Jadi, tidak semua air
dalam tanah tersedia bagi tanaman, sebagian tetap tinggal dalam
tanah.
Larutan tanah mengandung garam-garam larut, sebagian besar berupa
hara tanaman : N, P ,K Ca, Mg dan S (hara makro), Fe,Mn, B, Mo,Cu,
Zn dan Cl (hara mikro)
Terjadi dinamika hara dengan adanya pertukaran antara hara dalam
larutan dengan yang terdapat di permukaan tanah.
d.

Udara

Kelompok 5 / Shift Senin

18

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Udara memiliki unsur menempati pori tanah (terutama sedang dan
besar), Jumlahnya berubah-ubah tergantung kondisi air tanah.,
Susunannya tergantung dari reaksi yang terjadi dalam tanah :
 Uap air > atmosfer
 CO2 > atmosfer
 O2 < atmosfer (bervariasi dipengaruhi kandungan CO2 dalam tanah)

2.10

Air
Air menjadi salah satu komponen llingkungan yang harus diperhatikan,

karena perannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah
standar Baku mutu Air.
Tabel II.3 Air Minum
N
o

Parameter

1.
2
3.
4.

Bau
Rasa
Warna
Total Padatan Terlarut

5.
6.

(TDS)
Kekeruhan
Suhu

Satuan

Persyaratan

Fisika
tidak berbau
normal
TCU
maks.15
mg/l
maks. 1000

NTU
maks. 5
o
C
Suhu udara 3oC
Kimia
pH
6.5 - 8.5
Sumber: KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002

No

Parameter

Tabel II.4 Air Sumur
Satuan
Standar

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Teknik
Pengujian
Organoleptik
Organoleptik
Spektrofotometri
Gravimetri
Spektrofotometri
Termometer
pH meter

Teknik
Pengujian

Bau
Jumlah Zat Padat Terlarut
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna

Fisika
mg/l
NTU
o
C
TCU
Kimia

Kimia Anorganik
pH
Sumber: Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990

1.
2.

Kelompok 5 / Shift Senin

1.500
25
Suhu

Organoleptik
Gravimetri
Spektrofotometri
Organoleptik
Temometer

udara 1-30C
50

Spektrofotometri

6.5-9.0

pH meter

19

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

No

Parameter

Tabel II.5 Badan Air
Baku Mutu Badan
Satuan
Air Kelas I *)

FISIKA
o
Temperatur
C
Zat padat terlarut
mg/l
Zat padat
mg/l
Tersuspensi
KIMIA ANORGANIK
4
pH
Sumber: Peraturan Pemerintah No. 82 Th. 2001
1
2
3

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Teknik Pengujian

1000
50

Temperatur
Gravimetri
Gravimetri

6-9

pH meter

Tabel II.6 Air Buangan
No
.
1
2

Parameter

3
4

Suhu
Zat terapung (yang tertahan
oleh saringan dengan lobang
ukuran 1 mm)
Zat terendap
Warna

5

Bau

1.

A.Kimia Anorganik

2.

pH

Satuan
Fisika
0
C
mg/1
mg/1
TCU
Kimia
-

Standar
30
Nihil
1.0
Jernih
-

6.0 - 8.5

Teknik
Pengujian
Termometer
Gravimetri
Gravimetri
Spektrofotomete
r
Organoleptik

pH meter

Sumber: Permen. Kes. RI No. 173/Men. Kes./ Per/VIII/1977

2.11

Norma Sosial
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku

dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan
berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya,
sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilakuperilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan
norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat
berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau
tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu,
akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak
boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh
meneruskan ulangan.

Kelompok 5 / Shift Senin

20

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada
awalnya, aturan ini dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma
itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata
tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar. Terdapat
tingkatan norma diantaranya
1. Cara (usage)
Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu
dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus.
Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan
suara seperti hewan.
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan
bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuantujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam
suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu
pesta.
3. Tata kelakuan (Mores)
Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifatsifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna
melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap
anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa
atau melarang suatu perbuatan.
Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara
kandung.
4. Adat istiadat (Custom)
Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat
terhadap masyarakat yang memilikinya.
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu
tetapi saling berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya.
Pembagian itu adalah sebagai berikut.
 Norma Agama
Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana
penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya
Kelompok 5 / Shift Senin

21

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

karena berasal dari Tuhan. Contoh: Melakukan sembahyang kepada
Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain sebagainya.
 Norma kesusilaan
 Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani
yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa
yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran
terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara,
diusir) ataupun batin (dijauhi). Contoh: Orang yang berhubungan intim

di tempat umum akan dicap tidak susila,melecehkan wanita atau
laki-laki di depan orang
 Norma kesopanan
Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal
yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku
yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di
sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan
kanan, tidak kencing di sembarang tempat.
 Norma kebiasaan
Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi
petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang
perilaku

yang

diulang-ulang

sehingga

perilaku

tersebut

menjadi

kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan,
kritik, sampai pengucilan secara batin.
Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat,
bersalaman ketika bertemu.
 Kode etik
Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu.
Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode
etik yang memiliki sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori
norma hukum.

Kelompok 5 / Shift Senin

22

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Studi kasus tentang pedagang kaki lima pada praktikum aplikasi
lingkungan berada di Kelurahan Cipaganti dan Kelurahan Tamansari. Penjelasan
batas administrasi secara makro adalah sebagai berikut
Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong merupakan salah satu bagian
wilayah pengembangan cibeunying kota bandung dengan memiliki luas lahan
sebesar 34 Ha. Secara administratif kelurahan cipaganti di batasi oleh
Utara

Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap

Timur

Kelurahan Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong

Selatan

Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan

Barat

Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi
Secara geografis Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong memiliki

bentuk wilayah berombak sebesar 100% dari total keseluruhan luas wilayah.
Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kelurahan Cipaganti berada pada ketinggian
765 m diatas permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum di Kelurahan
Cipaganti berkisar 24-28 C, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 1.135
mm/tahun dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari.
Kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan merupakan salah
satu bagian wilayah pemerintahan kota bandung dengan memiliki luas lahan
sebesar 102 Ha. Secara administratif Kelurahan Tamansari dibatasi oleh :
Utara
: Kelurahan Babakan Siliwangi, Kecamatan Coblong
Timur
: Kelurahan Citarum, Kecamatan Bandung Wetan
Selatan
: Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung
Barat
: Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong
Untuk lebih jelasnya peta wilayah makro lingkup studi praktikum aplikasi
lingkungan ini dapat dilihat pada Peta 3.1 Wilayah Makro Wilayah Studi
Kelurahan Tamansari dan Kelurahan Cipaganti

3.1

Letak Geografis dan Batas Administrasi
Dalam

perkembangannya

seringkali

menemukan

berbagai

permasalahan, salah satunya ialah masalah keberadaan Pedagang Kaki Lima
Kelompok 5 / Shift Senin

23

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

yang berada di sepanjang jalan Cihampelas dan wastukencana. Hal ini
diakibatkan karena pertumbuhan penduduk kota yang sangat cepat di Kota
Bandung lebih banyak disebabkan adanya arus urbanisasi. Keadaan semacam
ini menyebabkan kebutuhan lapangan pekerjaan di perkotaan semakin tinggi.
Kegiatan yang beraktivitas tinggi serta keterbatasan lahan yang tersedia menjadi
faktor adanya pedagang Kaki Lima ini. Seiring dengan hal tersebut sektor formal
tidak mampu menyerap seluruh pertambahan angkatan kerja. Akibatnya terjadi
kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung, salah satunya perdaganagan
informal pedagang kaki lima ini. Dampak yang ditimbulkan utamanya adalah
menganggu aktivitasnya baik di jalan raya maupun di pedestrian
Lingkup studi kasus praktikum aplikasi lingkungan berada di sepanjang
jalan Cihampelas dan Wastukencana yang secara administratif dibatasi oleh:
Utara
: STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing)
Timur
: Kelurahan Cipaganti
Selatan
: Jalan Cikapayang
Barat
: Sungai Cikapundung
Untuk lebih jelasnya peta kerja wilayah lingkup studi praktikum aplikasi
lingkungan ini dapat dilihat pada Gambra 3.2 Peta Wilayah Studi

3.2

Fisik Dasar
Kondisi fisik dasar Jalan Cihampelas ini akan dibahas dalam dalam 4

pembahasan antara lain letak topografi, kemiringan, iklim, tanah, hidrologi,
geologi . Berikut ini adalah pembahasan kondisi fisik dasar
3.2.1

Topografi

Kondisi topografi merupakan gambaran permukaan kulit bumi pada suatu
wilayah perencanaan. Hal ini dibutuhkan dalam proses perencanaan khusunya
pada tahap analisis data agar penempataan kawasan hasil analisis dapat lebih
efektif diaplikasikan pada wilayah perencanaan yaitu jalan Cihampelas di
Bandung . Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi penggunaan lahan dapat
dilihat pada Gambar 3.2 Peta Topografi
3.2.2

Kemiringan
Kondisi kemiringan dalam suatu wilayah merupakan salah satu faktor

penting

dalam

merencanakan

suatu

wilayah

perencanaan.

Faktor

ini

berpengaruh untuk menentukan pola penggunaan lahan yang efektif dalam suatu
wilayah dan sebagai bahan pertimbangan untuk segala aktivitas yang ada di
wilayah perencanaan. Pada lingkup kajian jalan Cihampelas ini merupakan

Kelompok 5 / Shift Senin

24

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

daerah dataran dengan rata-rata kemiringan 0-8% yang artinya boleh didirikan
sebagai bangunan. Untuk lebih jelas mengenai kemiringan lahan yang ada di
jalan Cihampelas dapat dilihat pada Gambar 3.3 Peta Kemiringan lahan
3.2.3

Iklim, Udara dan Kebisingan
Iklim di jalan Cihampelas umumnya kering dan memiliki tingkat

kelembapan yang baik. Oleh karena itu banyak pohon yang ditanam di pinggir
jalan untuk menghindari panas matahari di siang hari. Selain itu pada wilayah
studi lingkup jalan Cihampelas membahas tentang kebisingan. Kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Di jalan
Cihampelas banyak aktivitas yang terjadi, sehingga seringkali menimbulkan
kebisingan baik yang berasal dari lalu lintas maupun dari kegiatan berjualan di
sekitar pinggir jalan Cihampelas. Denganmenggunakan alat sound meter level
maka dapat diketahui tingkat kebisingan pada suatu tempat.
Tabel III. 1 Kualitas Iklim, udara dan Kebisingan
Keterangan
Titik 1
Titik 2
Kering
28
30
Basah
19
23
Kelembapan
44
57
dB
74
75
Sumber: Observasi Lapangan, 2014

Titik 3
32
22
41
76

Titik 4
31
21
40
78

Rata-rata
30,25
21,25
45,5
75,7

Selain membahas tentang iklim, udara dan kebisingan salah satu faktor
penyebab kebisingan yaitu pergerakan kendaraan yang melewati jalan
Cihampelas. Pada observasi tersebut dilakukan traffic counting pada titik
pengamatan pertama yaitu di depan Kampus STBA (Sekolah Tinggi Bahasa
Asing) pukul 11.00 WIB dikarenakan terdapat 2 arah jalan yang masuk ke jalan
Cihampelas sebagai masuknya kendaraan ke jalan Cihampelas. Untuk
mendapatkan besaran volume kendaraan yang melintas pada koridor jalan
Cihampelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4 Peta Lokasi
Survey Hasil traffic counting tersebut yaitu sebagai berikut:
Tabel III.2 Hasil Traffic Counting di Jalan Cihampelas
Jenis Kendaraan
Jumlah
Motor
785
Mobil
406
Total
1191
Sumber: Observasi Lapangan, 2014

Kelompok 5 / Shift Senin

25

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Kelompok 5 / Shift Senin

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

26

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Kelompok 5 / Shift Senin

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

27

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Tabel III. 3 Penafsiran dampak yang terdapat di jalan
Cihampelas
Parameter

Pra Kontruksi
Survai

Suhu (°C)
Curah Hujan

Kontruksi

Pengukuran
Lahan

Tafisiran
Dampak

Pasca Kontruksi

-

-

Perat.
Penimb
Transp
Pemb
Lahan
Lahan
ortasi
Fisik
a. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
-

Operasio
nal

Pemeliharaan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

(mm)
Kelembaban
(%)
Kec. Angin
(km/hujan)
Jumlah Bulan
Kering
Jumlah Bulan
Basah

Tipe Curah
Hujan
Partikel Debu
(mg/m3)
Bau
Tingkat
Kebisingan

-

4

4

4

4

4

4

4

4

Penentuan Dampak Kegiatan Pedagang Kaki Lima terhadap Kerusakan
Lingkungan di Koridor Jalan Cihampelas

Pra Kontruksi
Parameter
Survai

Praktikum Aplikasi
Lingkungan 2014

Kontruksi

Pengukuran
Lahan

Perat.
Lahan

Penimb
Lahan

Pasca Kontruksi

Transp
ortasi

Pemb
Fisik

Operasio
nal

Tafisiran
Dampak

Pemeliharaan

(dBA)
Periode
Kejadian
Tekstur
Konsistensi
pH
Kelembaban

-

Kasar

b.
Tanah
Kasar

Kasar

Berpasir

Berpasir

Berpasir

-

1
(%)
Sumber Observasi Lapangan, 2014

1

1

1

Kasar Berpasir

1

1

1

Tafsiran dampak yang dapat disimpulkan sementara terhadap komponen lingkungan di Jalan Cihampelas adalah Dari hasil
penelitian, tingkat kebisingan yang mempunyai dampak besar yang mana mempunyai nilai berkisar