FENOMENA EKSPLOITASI SUMBER DAYA ARKEOLO

FENOMENA EKSPLOITASI SUMBER DAYA ARKEOLOGI
MELALUI PEMANFAATAN DI BIDANG ENTERTAINMENT
M. Arafah Saing
F611 10 260
Abstrak
Sumber daya arkeologi adalah identitas suatu bangsa, melalui
sumber daya arkeologi semua aktivitas masyakarat dapat
direkonstruksikan. Sumber daya arkeologi yang terbatas dan rapuh
sifatnya harus di manfaatkan sebaik-baiknya. Bentuk pemanfaat
sumber daya arkeologi dapat bersifat visual, maksud dari visual
adalah sumber daya arkeologi dipublikasikan ke masyarakat
berbentuk gambar dan entertainment (film). Penulisan karya ilmiah
ini bertujuan untuk melihat apakah pengeksploitasian sumber daya
arkeologi di bidang entertainment. Pengolahan data yang dilakukan
yakni klasifikasi film-film box movie yang bergenre arkeologi dari
tahun 1980an-2000an awal.
Kata
kunci:
Sumber
Daya
Arkeologi,

Pemanfaatan,
Entertainment.

I.

Pendahuluan
Berbicara soal arkeologi berarti tidak terlepas dari disiplin
ilmu budaya benda atau material. Secara pengertian arkeologi
adalah ilmu yang mempelajari masa lampau melalui benda
peninggalan manusianya. Objek arkeologi menurut undangundang nomer 11 tahun 2010 mengatakan ada lima objek
arkeologi diantaranya benda, bangunan, struktur, situs, dan
kawasan.
Dewasa ini objek-objek peninggalan arkeologi sangatlah
menarik untuk dikunjungi, entah itu oleh wisatawan lokal
ataukah

wisatawan

mancanegara.


Meningkatnya

objek

arkeologi sebagai tempat wisata mengundang berbagai pihak
untuk berbondong-bondong memanfaatkan momen-monen
tersebut.
Sebelum jauh membahas soal pemanfaatan objek-objek
arkeologi, penulis memberikan sedikit pengertian tentang
pemanfaatan objeok-objek arkeologi. Pemanfaatan objek

arkeologi

yang

sering

dikatakan

Cultural


Resource

Management (CRM), menurut Daud Aris Tanudirjo Cultural
Resource Management adalah bagaimana mengelola sebuah
situs

atau

kawasan

sumberdaya

arkeologi

untuk

mengakomodir beberapa kepentingan. (Tanudirjo, 1998.
dalam Yadi Mulyadi)
Berbagai pihak yang memiliki kepentingan memanfaatan

objek-objek arkeologi, bukan hanya dalam bidang wisata.
Pemanfaatan objek arkeologi bisa melalui bidang politik,
bidang entertainment, dan warisan budaya. (lihat Sumantri,
2001)
Pemanfaatan

objek

arkeologi

dalam

bidang

entertainment adalah salah satu bentuk pemanfaatan yang
secara visual untuk mempulikasikan objek-objek arkeologi
yang ada pada masyarakat. Pemanfaatan secara visual ini
dikemas dalam bentuk siaran televisi, film bioskop (box
movis), dan film-film dokumenter.
Melihat pemutaran film-film yang berbaur arkeologi

dewasa ini sangat membeludak dari segi bioskop maupun
penjualan dalam bentuk kepingan Compac Disk-Recordble
(CD-R)
Merujuk pada uraian di atas, maka artikel yang penulis
angkat pada kali ini adalah pemanfaatan objek arkeologi
dalam bidang entertainment. Permasalahan di atas dapat
dikerucutkan dalam sebuah pertanyaan.
 Apakah terjadi eksploitasi objek arkeologi dalam
dunia perfilman ?

II.

Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data
 Metode Pengumpulan Data

Metode
literatur

pengumpulan


internet,

dimana

data
setiap

menggunakan
film-film

yang

bergenre arkeologi dari tahun 1980an-2000an awal.
 Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang digunakan yaitu
klasifikasi data film per-tahunnya.
a. Pengumpulan Data
Berbagai data film yang dikumpulkan dari literatur internet
adalah sebagai berikut :
 Indiana Jones And The Raiders Of The Lost Ark

adalah film Amerika Serikat yang dirilis pada tahun
1981. Film ini mengisahkan Indiana Jones melawan
kawanan

Nazi

yang

sedang

mencari

Tabut

Perjanjian (Ark Of The Covenant) agar tentara
mereka tidak terkalahkan. Indiana dan kawanan
Nazi mencari sebuah medali yang dimiliki oleh
mantan pacar Indy. Medali tersebut mengungkap
rahasia Well of Soul di Mesir, tempat dimana Tabut
itu berada. (Anonim. http://id.wikipedia.org)




The Mummy adalah film produksi Universal Picture
yang dirilis pada tahun 1999. Film ini mengkisahkan
seorang pendet Yunani, bernama Imphotep dikutuk
hidup-hidup menjadi mummy sebagai hukuman
karena

telah

membunuh

Pharaoh

Seti

dan

berhubungn dengan istri sang Pharaoh tersebut,

kemudian secara tidak sengaja para bemburu harta
karun yang diperanka oleh Brendan Fraser, Rachel
Weisz, dan Jonathan Hannah membongkar makam
mummy

tersebut,

sehingga

mummy

tersebut

bangkit kembali. (Anonim. Sinopsis Box Offioce)



Lara Croft: Tomb Raider dirilis pada tahun 2001.
Film tersebut Lara Croft


berpetualang untuk

menemukan artefak-artefak arkeologi yang langka

dan bernilai tinggi di berbagai pelosok dunia.
Petualangan itu, Lara sering disebut “tomb raider”
(pembongkar makam) padahal sebenarnya ia
melakukannya bukan karena ingin mendapatkan
materi melainkan kesukaan pada petualangan dan
bahaya. Pekerjaan sehari-hari Lara Croft dalam film
tersebut adalah berpetualang menjelajahi kerajaan,
menemukan harta-harta yang tak ternilai, dan
menghukum penjahat dalam pertempuran mati.
Sebuah rahasia dari masa lalu ayahnya adalah
untuk memimpin Lara dan tantangan terbesar
untuknya adalah Segitiga of Light, sebuah artefak
legendaris dengan kekuatan untuk mengubah
ruang dan waktu. Lara harus menemukan Segitiga
itu sebelum jatuh ke dalam cengkeraman Illuminati,
sebuah rahasia masyarakat


yang mendominasi

dunia. Untuk menghentikan Illuminati, Lara harus
bertahan mengejar lintas-benua penuh dengan



bahaya yang tak terbayangkan. (Putri, Diah)
Nigth at the museum dirilis pada tahun 2006. Film
tersebut

mengisahkan

petualangan

seorang

penjaga museum di malam hari, bermula pada
harta karun Firaun menyebabkan seluruh koleksi
museum bergerek menjadi nyata. (Anonim. Nigt At
The Museum)

b. Pengolahan data
N
o

Judul
Film

Tahun
Rilis

Pemberi
an

Entertainm
ent (%)

Keteranga
n

Informas
i
Arkeolog
i (%)

1
2

3

4

Indian
a Jones
And
The
Raider
s Of
The
Lost
Ark
The
Mumm
y
Lara
Croft:
Tomb
Raider
Nigth
at the
museu
m

1981

40

60

1999

40

60

2001

40

60

2006

25

75

Tabel Data Film yang Dikumpulkan
Diagram yang Dihasilkan dari Tabel Data
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Indiana Jones And The Raiders Of The Lost Ark

Pemberian Informasi
Arkeologi (%)
Entertainment (%)

III.

Kesimpulan
Merujuk dari analisis di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sumber daya arkeologi hanya dieksploitasi
demi keuntungan berbagai pihak yang berkepentingan di
bidang entertainment.

Daftar Pustaka
Anonim. http://id.wikipedia.org. Diakses pada Tanggal 19 September
2014
Anonim.

Sinopsis
Box
Offioce.
http://sinopsis-boxoffice.blogspot.com/2010/08/sinopsis-mummyreturns.html. Diakses pada Tanggal 19 September 2014

Anonim.

Nigt

At

The

Museum.

http://asiarddiyahputridaniati.wordpress.com/the-analysisvideo/. Diakses pada Tanggal 19 September 2014
Putri,

Diah.

2010.

The

analisis

video.

http://asiarddiyahputridaniati.wordpress.com/the-analysisvideo/. Diakses Tanggal 19 September 2014.
Sumantri, Iwan. 2001. “Pengantar Arkeologi Umum”. Brian M.Fagan
dalam terjemahan “IN THE BEGINNING : An Introduction
To Archaeology. Makassar. Jurusan Arkeologi Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
Tanudirjo, Daud Aris. 1998. Cultural Resource Management sebagai
Manajemen Konflik, dalam Yadi Mulyadi. Keaslian dan
Keterpaduan dalam Pengelolaan Warisan Budaya Bawah
Air.
http://www.academia.edu/1474381/Keaslian_dan_Keterpa
duan_dalam_Pengelolaan_Warisan_Budaya_Bawah_Air.
Diakses pada Tanggal 12 September 2014