Penjelasan aplikasi tersebut terkait den

PENJELASAN APLIKASI TERSEBUT TERKAIT DENGAN DIMANA KEGIATAN
TERSEBUT DILAKUKAN, PADA SISTEM PERTANIAN YANG BAGAIMANA
PENERAPKAN GIS TERSEBUT DILAKUKAN, MACAM DATA SPATIAL APA SAJA YANG
DIBUTUHKAN DALAM MENYUSUN CONTOH TERSEBUT, BAGAIMANA MANFAAT
PENERAPAN GIS TERSEBUT DALAM MENJALANKAN SISTEM PERTANIAN

Pengaplikasian GIS berada di daerah Kandui, Kabupaten Barito utara, Kalimantan
tengah. Areal ini mencapai 42,885 ha. Hasil dari analisis nantinya akan menjadi peta tanah, peta
pewilayahan, peta komoditas, peta bentuk wilayah, dan peta ketersediaan lahan. Hash analisis
GIS menunjukkan bahwa sistem pertanian yang mendominasi di daerah ini adalah lahan kering
untuk perkebunan yang mencakup area! seluas 28.822 ha atau 67,20% dan total luas wf/ayah,
sedangkan luas areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian adalah 38.069 ha (88,78%). Hasil
analisis terrain berdasarkan peta bentuk wilayah menunjukkan bahwa wilayah ml banyak
didominasi kelas kelas kelerengan 8-15%, 15-40%, dan >40% dengan bentuk wilayah berombak,
bergelombang, dan berbukit. Informasi pewilayahan komoditas dengan pola geografis wilayah
berikut luas areal dan gambaran umum bentuk wllayah selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan bentuk-bentuk intervensi dalam konteks pengembangan wilayah pertanian. Data
dan informasi sumber daya lahan merupakan unsur penting dalam penyusunan perencanaan
penggunaan lahan (landuse) untuk tujuan pertanian. Dalam rangka mendukung kegiatan
pembangunan pertanian, data dan informasi yang jelas dan akurat sangat diperlukan. Kegagalan
dalam pembangunan pertanian sering diakibatkan oleh tidak Iengkapnya data dan informasi

sumber daya lahan (Puslitbangtanak, 2002).
Informasi biofisik Iingkungan di wilayah Kalimantan Tengah khususnya di daerah Kandu
cukup tersedia, namun data tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk tujuan pertanian dan
pengembangan wilayah. Kebutuhan dan pengelolaan serta pengembangan informasi berupa
database menjadi suatu keharusan dalam proses perencanaan (planning) baik di tingkat nasional
maupun regional. Database yang tersedia dapat dikelola dan disusun menjadi suatu sistem
database yang dapat menyajikan informasi, jadi penggunaan aplikasi GIS digunakan sebagai
konsep pewilayahan komoditas untuk dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam proses
pengambilan keputusan (decision making) dalam perencanaan pengembangan wilayah .
Data dan informasi sumber daya lahan sebagian telah tersedia untuk lokasi penelitian
baik dalam format tabular maupun spasial. Informasi dasar tersebut merupakan data sekunder,
sedangkan data primer diperoleh melalui survei lapangan untuk melengkapi data yang hilang
(blank data) dan tidak konsisten (inconsistent data). Data tabular terdiri atas site and horizon
(SH), soil sample analysis (SSA), dan land unit (LU), sedang data spasial berupa peta-peta dasar
dan peta pendukung terdiri atas peta tanah semi detil WPP III SKP A Teweh Timur; peta tanah
semi detil WPP III SKP E Teweh Timur, peta rupa bumi skala 1:50.000 (lembar Kandui; Muara
Maiunga dan Tabakanilan), dan peta administrasi.

Seluruh data dan informasi sumber daya lahan diinventarisasi dan dikompilasi untuk
diproses Iebih lanjut melalui tahapan interpretasi data, dimana pada tahapan ini, data lahan

berupa karakteristik lahan (land characteristic) dan kualitas lahan (land quality) diproses
menggunakan program ALES 465d dan MPK 1.0 untuk menentukan kiasifikasi kesesuaian lahan
dan penentuan pewilayahan komoditas. Sebagian data lahan yaitu titik tinggi tempat dan kontur
diproses dan diinterpretasi menggunakan program Surfer 7.0 untuk menyusun deskripsi bentuk
wilayah.
Hasil dan proses interpretasi kemudian disusun untuk membangun system data base yang
selanjutnya disimpan sebagai format dBase (DBF). Sistem database sebagai data set kemudian
juga disimpan dalam software Arc-View 3.1 sebagai media penyimpanan dan untuk keperluan
transfer data, sehingga hasil pengolahan data tabular dapat ditransfer menjadi data spasial untuk
menampilkan gambar (graphic). Tahap terakhir adalah pemetaan, dimana pada proses
penyusunan peta, data-data spasial berupa peta-peta dasar di-overlay untuk menentukan batas batas delineasi poligon berikut legenda secara manual. Hasil proses pemetaan secara manual
divalidasi melalui kegiatan verifikasi lapangan untuk memperbaiki batas-batas poligon yang
belum jelas. Hasil perbaikan dilanjutkan dengan proses digitasi menggunakan digitizer (plotter).
Sistem database yang telah disusun kemudian disimpan ke dalam software Arc-View 3.1 dan
Surfer untuk divisualisasikan dalam bentuk peta-peta digital.

Gambar 1. Sistem Database dalam Format Spasial

Gambar 2. Peta tanah semidetI skaa 1:50.000 untuk daerah Kandul dan sekitarnya


Gambar3. Peta pewilayahan komoditas 1:50.000 untuk daerah Kandui dan sekitarnya

Gambar 4. Peta bentuk wilayah daerah Kandui dan sekitarnya

Gambar 5. Peta ketersediaan lahan untuk pertanian di Kandui dan sekitarnya

Penerapan GIS dalam menjalankan system pertanian ini digunakan sebagai dasar acuan
dan referensi untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, sistem database dan inforrnasi
peta dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan bentuk-bentuk intervensi dalam
penggunaan lahan dan pengembangan wilayah. Pengaplikasian GIS yang dilakukan di daerah
Kandui, Kabupaten Barito utara, Kalimantan tengah.dapat membantu dalam pengambilan
keputusan yang tepat dalam perencanaan penggunaan lahan dan pemilihan lokasi yang Iebih
terarah dan terencana. Berdasarkan hasil analisis geografis wilayah berdasarkan pewilayahan
komoditas menunjukkan bahwa daerah Kandui dan sekitarnya memiliki lahan-lahan yang sesuai
untuk pengembangan kawasan pertanian dengan system pertanian lahan kering untuk
perkebunan dengan luas 28.821,79 ha (67,20%) dan tanaman pangan seluas 17.681,65 ha
(41,23%). Untuk pola penyebaran geografis, lahan yang terdapat di daerah Kandui dan
sekitarnya sesuai untuk dikembangkan sebagai sentra agribisnis dan agroindustri untuk
perkebunan.


Referensi
Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya.
Berry, J.K. and J.K. Berry. 1988. Assessing spatial impact of landuse plans. In Journal of
Environmental Management 27 (1): 1— 9.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. MSP. Jakarta.
Puslitbangttanak. 2002. Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona
Agroekologi (ZAE) skala 1:50.000 (Model 1). Petunjuk Teknis. Badan Litbang Pertanian.
Departemen Pertanian.