Analisis Makro dan Mikro ekonomi

Landasan Teori

Perkembangan studi linguistik di dalam penafsiran teks kitab suci memang masih lambat dan

dalam tahap perkembangan. 1 Tulisan ini adalah salah satu upaya untuk mengembangkan studi linguistik di dalam penafsiran teks kitab suci. Premis atau tesis yang dipakai oleh penulis adalah analisis wacana. Di dalam analsisi wacana, fokusnya adalah kepada meaning/arti dari suatu kata bukan kata itu sendiri dan meaning itu melampaui kata maupun kalimat. Meaning ada atau bergantung di dalam wacana/discourse.

Ada 2 langkah penting yang akan dilakukan yaitu pertama, menganalisis wacana untuk mendapatkan isi semantis wacana. Kedua, menganalisis meaning dari suatu kata.

Langkah 1: Analisis Macrostructure/Wacana/Paragraf dengan Metode Analisis Colon

Penulis memilih studi linguistik dengan pendekatan analisis wacana. Istilah macrostructure/ makro teks di sini adalah wacana seperti bab, paragrap, ataupun keseluruhan teks. Dan microstructure/mikro teks di sini adalah kata, frasa, dan klausa.

Model analisis wacana yang digunakan adalah analisis colon yang diperkenalkan oleh Johanes

P. Louw. 2 Mengapa penting membaca teks dengan analisis colon? Pertama, penafsiran teks dengan analisis colon adalah hal baru dalam wacana studi biblika khususnya penafsiran teks kitab suci di Indonesia. 3 Penulis hendak memperkenalkan pendekatan ini sebagai bagian khazanah kekayaan studi biblika di Indonesia.

Kedua, analisis colon menekankan semantik (yaitu menentukan arti ( meaning) sebuah bacaan

atau wacana). 4 Di dalam semantik, arti suatu bahasa melampaui arti kata, frasa, maupun kalimat. Arti/meaning/semantics is more than the meaning of words and sentences. Arti sebuah kata (microstructure) ada di dalam sebuah wacana keseluruhan sehingga sangat perlu dilakukan analisis wacana. Wacana dalam bentuk paragraf mencakup dan mengatur struktur mikro teks. Tujuan

i ii -linguistics into biblical studies has been slow and is still in a developmental stage. Although several of the major tenets of text-linguistics may be traced to ancient rhetoric, dating from ancient Greece and Rome through the Middle Ages up to the present, the modern discussion is a distinctly twentieth-century movement. Therefore, as fas as linguistic models are concerned, text-linguistics has a relatively brief history, especially in biblical studies where modern linguistic methods are usually adopted with some degree of caution. ”i

iMark Edward Taylor,

A Text-Linguistic Investigation Into the Discourse Structure of James (New York: T&T Clark International, 2006), 35-36. 2 Johanes P. Louw, Semantics of New Testament Greek (Atlanta: Scholar Press, 1982), 1-158. 3 David Alan Black menyatakan b

iii ii itself as an integral act of communication. This is a common emphasis among the majority of critics of English literature, but it is fairly new in biblical studies .”i

ck, Linguistics for Students of New Testament Greek (Grand Rapids: Baker Books, 1995), 172. 4 Louw, Semantics of New Testament Greek, 95.

analisis wacana seperti paragraf adalah untuk mendapatkan ide utama/semantic content/isi semantis dari paragraf tersebut. Hal yang paling penting ditulis oleh Louw,

When the pivot point of a paragraph has been determined it may then be seen how the author has built his sentences, phrases, and words around it. In determining the meaning of units such as words, one must not follow the popular traditional approach which uses etymology and a restricted sentence

context, but rather the meanings must be derived from a study of the whole paragraph. 5

Analisis colon menekankan arti struktur mikro ditentukan oleh isi semantis struktur makro sehingga fokus penafsiran adalah menemukan isi semantis struktur makro. Lebih lanjut, Mark Edward Taylor menjelaskan,

The fundamental starting point and the most distinguishing doctrine of text-linguistics is that meaning in language occurs in units of text beyond the word and sentence level, units designat ed as ‘

ii ii -structures such as phrases, clauses and sentences, the primary object of interpretive scrutiny for text-linguistics is the discourse as a whole. This does not diminish the importance of micro-structure since smaller units of text are the building blocks of macro-structure, but text-linguistics investigation operates under the premise that the macro-structure conveys the larger thematic ideas that in turn govern the micro-structures, and thus the whole text. These larger textual units stand in a hierarchical and sequential relationship to one another, and because macro-structure dominate the composition and structure of texts, discourse is analysed from the top down instead of bottom up. This presupposes

developed by conscious language choices. 6

David Alan Black juga menjelaskan bahwa salah satu ciri khas analisis wacana adalah, “ extlinguistics concentrates on larger units of language such as paragraphs, sections, and entire i“

iiii to each other. Moreover, because macrostructures dominate the compositions and structure of texts, discourse is analyzed from the top down. This approach is enormously helpful in showing how the

” .i

iii

.” 7 Banyak tafsiran cenderung menekankan struktur mikro teks dan mengabaikan struktur makro teks padahal arti kata, frasa, klausa, dan kalimat bergantung pada isi semantis makro teks seperti paragraf.

Ketiga, teks akan ditafsirkan dengan fokus pada sintaksis dan semantis. Black menyebutkan pendekatan analisis wacana diprioritaskan pada

dan coherence. Black menjelaskan, Cohesion is a syntactic category and refers to the means of linking sentences into larger syntactical

’i

units. Coherence, on the other hand, is a semantic dimension of meaning and refers to the various ways in which readers make sense of a text. All of us expect a discourse (a sermon, for example) to be “

ii ii i concern in that they stress the need to see language as a dynamic interaction between speaker and

listener or writer and reader. 8

5 Louw, Semantics of New Testament Greek, 158.

6 Taylor, A Text-Linguistic Investigation Into the Discourse Structure of James, 38-39.

8 Black, Black, Linguistics for Students of New Testament Greek, 171. Linguistics for Students of New Testament Greek, 171.

Keempat, teks akan ditafsirkan dengan memperhatikan konteks situasional seperti tempat

penulisan, keadaan pembaca waktu itu, konteks sosial, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. 9 Analisis Colon

Analisis colon akan diuraikan sebagai berikut. Analisis colon menekankan arti struktur mikro ditentukan oleh isi semantis struktur makro sehingga fokus penafsiran adalah menemukan isi semantis struktur makro dalam hal ini adalah paragraf. Wacana dianalisis mulai dari paragraf sampai frasa dan kata ( top down). Gabungan beberapa kalimat membentuk unit semantis yang disebut paragraf. Gabungan beberapa paragraf membentuk unit semantis yang lebih besar yang disebut wacana ( discourse). Analisis paragraf akan mendapatkan struktur wacana (discourse structure) surat Filemon.

Unit semantis dalam bentuk kata, frasa, dan klausa akan dianalisis dengan kategori semantis, pengelompokkan kata ( grouping of words atau immediate constituents), dan transformasi struktur luar ( surface structure) ke dalam struktur dalam (deep structure). 10 Meaning di dalam struktur mikro bergantung pada pengelompokkan kata (contoh: They are flying planes) dan hubungan semantis dengan kata lain yang mengikuti (contoh: Dia bisa melawan bisa ular), dan pemilihan struktur luar ketika ada lebih dari satu yang bisa digunakan (lihat contoh Efesus 1:7).

Unit semantis dalam bentuk paragraf akan dianalisis dengan metode analisis colon . 11 Analisis colon adalah semacam analisis wacana yang menekankan pada penggunaan colon. Louw memakai metode ini di dalam analisis wacana. Louw

ii i i ii colons is nothing more than a technique for mapping the form of a text in such a way that the i

,i‘

.’ 12 Di dalam analisis colon, ada beberapa langkah yang akan diuraikan yaitu pertama, membuat struktur colon (syntactic structure) dari setiap paragraf dan terjemahan literal. Pengelompokkan kata akan terlihat di dalam struktur colon. Kedua, mencari isi semantis dari setiap colon atau kelompok (cluster) dengan menganalisis kata, frasa, dan colon. Analisis kata, frasa, dan colon dapat dikerjakan dengan berinteraksi di dalam teks itu sendiri dan di luar teks (seperti pandangan dari para ahli). Hasil analisis isi semantis adalah terjemahan deep structure/ terjemahan dinamis. Ketiga, mencari hubungan semantis di antara colon atau kelompok di dalam satu paragraf yang sama. Keempat, menentukan tema atau ide utama (the pivot point) dari setiap paragraf.

ii i

ii

Penulis akan menjelaskan beberapa istilah dalam ranah semantis yang digunakan dalam tulisan ini. Kategori semantis berbeda dengan kategori tata bahasa umumnya 13 yang dibagi atas 4 yaitu objek ( object), peristiwa (event), abstrak (abstract), dan relasi (relation). 14 i

i‘ ’i seperti semua kelompok benda. Peristiwa adalah semua jenis tindakan atau kegiatan. Abstrak

9 Black, Linguistics for Students of New Testament Greek, 171. 10 Lihat Louw, Semantics of New Testament Greek, 65-89.

12 Lihat Louw, Semantics of New Testament Greek, 91-158. Louw, Semantics of New Testament Greek, 95-96. 13 Disebut juga grammatical categories atau parts of speech. 14 Louw, Semantics of New Testament Greek, 65-66.

merupakan penjelasan atau pendeskripsian kualitas atau kapasitas dari objek dan atau peristiwa i

,’i‘ ,’i‘ ,’i‘ ,’i ‘

’i i .i , relasi merupakan jenis khusus dari abstrak yang i

i‘ ,’i‘ ,’i

,’i‘ ,’i‘

’i

.ii

Pengelompokkan kata atau “immediate constitu ” merupakan pengelompokan unsur-unsur yang menjadi milik bersama. Sebagai cont i“ i

” adalah sebuah pengelompokkan kata yang i

i i“ ” untuk membentuk pengelompokkan kata lebih besar. Dengan cari

ini, kalimat dapat dibangun menjadi satu unit utuh seperti berikut 15 :

The children play in the garden

Selanjutnya, istilah struktur dalam ( deep structure) menunjuk pada “the basic syntactic pattern i i

ii ii ,” 16 dan struktur luar ( surface structure) menunjuk pada “the particular form in which a meaning is expressed in a text.” 17 Perubahan struktur luar ke struktur dalam akan disebut transformasi. Transformasi menunjuk pada different structures related to the same meaning. 18 Sebagai contoh di dalam kalimat Yunani dari Yohanes 13:20 dapat dibagi dalam tiga pengelompokkan kata: o` evme. lamba,nwn lamba,nei to.n pe,myanta, meÅ

Untuk menentukan pengelompokkan kata dari kalimat ini, kata-kata yang memiliki hubungan terdekat satu dengan yang lain dikelompokkan bersama. Frasa o` evme. lamba,nwn ‘i

i i ’i berkonstruksi partisip yang berfungsi sebagai subjek dari kalimat. Sebagai subjek, frasa itu didasarkan pada kalimat ( outoj ) lamba,nei eme ‘i

i i‘ i i i ’i i‘ i

i ’.i

at dibuat strukturnya : o` evme. lamba,nwn menjadi:

i ’i i

lamba,nei eme Jadi, dapat dikatakan bahwa o` evme. lamba,nwn merupakan struktur luar yang didasarkan struktur dalam ( outoj ) lamba,nei eme . Istilah lain yang tidak kalah penting adalah pengertian colon. Sebuah colon dapat i

outoj (mewakili o` )

15 Louw, Semantics of New Testament Greek, 70. 16 Louw, Semantics of New Testament Greek, 73. 17 Louw, Semantics of New Testament Greek, 73. 18 Louw, Semantics of New Testament Greek, 72.

l unit of a discourse having both form and meaning. Its form consists essentially in its syntactic patterning, while its meaning, consisting of the meanings of its lexical units and the structural relationships between the constituent parts, provides the fundamental data by which eventually the total semantic content of a discourse may be

.” 19 i ,i“

ii i

.” 20 Berdasarkan bentuk sintaksis,

ii ii expression having a matrix consisting of a nominal element and a verbal element along with such additions as are linked directly to either of the two elements of the matrix or additions which are in

i ii i .” 21 Sebagai contoh, Roma 6:4 suneta,fhmen ou=n auvtw/| dia. tou/ bapti,smatoj eivj to.n qa,naton( i[na w[sper hvge,rqh Cristo.j evk nekrw/n dia. th/j do,xhj tou/ patro,j(

ou[twj kai. h`mei/j evn kaino,thti zwh/j peripath,swmen adalah satu colon dengan suneta,fhmen yang memiliki matriks terdiri atas unsur verbal dan nominal (unsur nominalnya adalah di dalam akhiran – men), tetapi di dalam Roma 6:13, mhde. parista,nete ta. me,lh u`mw/n o[pla avdiki,aj th/| a`marti,a|( avlla. parasth,sate e`autou.j tw/| qew/| w`sei. evk nekrw/n zw/ntaj kai. ta. me,lh u`mw/n o[pla dikaiosu,nhj tw/| qew/| ada 2 colon karena ada dua matriks parista,nete dan parasth,sate.

Berdasarkan i

.” 22 Sebagai contoh, di dalam Roma 1:11 evpipoqw/ ga.r ivdei/n u`ma/j( i[na ti metadw/ ca,risma u`mi/n pneumatiko.n eivj to. sthricqh/nai u`ma/j( frasa i[na … pneumatiko.n secara sintaksis dihubungkan dengan evpipoqw … u`ma/j sebagai ungkapan tujuan. Si pengarang bisa merangkai struktur lain untuk mengungkapkan idenya : evpipoqw/ ga.r ivdei/n u`ma/j( ai.tia de, estin i[na metadw/ ca,risma u`mi/n pneumatiko.n . Dalam hal ini, ai.tia … pneumatiko.n juga menyatakan tujuan yang dihubungkan secara semantis dengan evpipoqw … u`ma/j tetapi tidak secara sintaktik. Di dalam struktur pertama terdiri atas satu colon, ungkapan tujuan dinyatakan secara sintaktik yang tidak bisa berdiri sendiri sedangkan di struktur kedua, maknanya sebetulnya tidak berbeda, tetapi ungkapan tujuan secara sintaktik tidak bergantung pada

ungkapan evpipoqw … u`ma/j , dan karena alasan itu, struktur ini terdiri atas dua colon. Setiap colon akan membentuk sebuah kelompok ( cluster) yang lebih besar, dan dari beberapa kelompok itu akan membentuk paragraf. Berikut penjelasan Louw,

Though colons constitute the basic units employed in the analysis of a text, the semantic content of a total discourse cannot be determined by merely adding up the semantic content of each colon. The reason for this is that colons themselves cluster together in larger units, which in turn have their own distinctive semantic content and unity. The total discourse always entails a hierarchy of units in which, for example, there may be a number of major sections or chapters which consists of a series of paragraphs. These paragraphs may regarded as colon clusters containing a series of individual colons,

and these in turn are made up clauses, phrases, and words. 23

19 Louw, Semantics of New Testament Greek, 106. 20 Louw, Semantics of New Testament Greek, 107. 21 Louw, Semantics of New Testament Greek, 113. 22 Louw, Semantics of New Testament Greek, 114. 23 Louw, Semantics of New Testament Greek, 98.

-semantic structure consisting normally of a series of colons employed by the author to build up a larger semantic .” 24 ,i“ he individual colons normally consist of coherent pieces of information (that is to say, propositions) which form semantic units in an of themselves, but which also contribute to i

Terakhir, y i

Selain analisis colon, ada langkah lain yang biasa dikerjakan oleh para ahli biblika yakni eksposisi atau eksegesis setiap ayat. Ada 3 langkah penting di dalam eksegesis teks:

1. Menjelaskan relasi sintaksis 2. Berinteraksi di dalam teks 3. Berinteraksi di luar teks

Langkah 2. Mencari Arti/Meaning dari Microstructure

Mengapa fokus kepada meaning dari sebuah kata bukan kata itu sendiri?

Fokus analisis semantis adalah pada arti sebuah kata bukan kata itu sendiri. Misalnya, kata

‘ ’i i

iau.lh dan tanpa pengecualian bahwa segala i

ii

i iau.lh. Selanjutnya, apakah kata au.lh

,”i“ i

, au.lh tidak pernah digunakan untuk mengindikasikan “ i

.i

iii .”iKetika hal ini dipertimbangkan, maka sebetulnya kamus lebih berfokus pada terjemahan ekuivalen ketimbang arti atau makna .i

ii ii i meaning rather than words, for words only partially overlap between languages." Louw juga ,i“W

i .i

,i“ i

i ,i i ii symbols for the same meaning, and in other contexts they stand apart. Words such these are only i

.” 26 Sebagai contoh kata-kata yang bersinonim, mereka saling melengkapi ( overlap) di dalam konteks tertentu.

Mengapa dalam analisis meaning fokus kepada konsep bukan kata? Mempelajari meaning sebaiknya dalam bentuk studi konsep daripada studi kata. Meaning tidak bergantung pada satu kata melainkan kata-kata lain yang berelasi. David Alan Black menyatakan, It is a central concern of semantics that a clear distinction be maintained between words as linguistics units and the concepts associated with them. Although words have been used by the biblical writers to express religious meanings, concepts involves the use of far more elaborate structures than individual words. All languages have several ways of expressing a concept, and rarely does a concept consist of only one word. For

i idikaioj, agaqoj, a;gioj, kaqaroj, kaloj, and o;sioj. A word study of dikaioj alone, therefore, would hardly be sufficient

24 Louw, Semantics of New Testament Greek, 117

26 Louw, Louw, Semantics of New Testament Greek, 117. Semantics of New Testament Greek, 45.

Arti di sini menjadi sebuah konsep yang disebut dengan konsep wacana. Berbeda dengan konsep leksikal. Ada dua macam konsep yaitu konsep leksikal dan konsep wacana.

Ada dua pendekatan dalam menjelaskan apa arti (meaning) suatu kata. Pertama, pendekatan tradisional (disebut juga concept orientated approaches to word sense) menguraikan arti sebuah kata ( lexical sense). Cotterell dan Turner menuliskan, "Roughly speaking, the descriptive sense of a word is taken to be the bundle of meaning we might otherwise call the concept denoted by the

.i ii i as the sense of the word cup." 28 Pendekatan tradisional ini menghasilkan arti leksikal sebagai tipe khusus dari konsep yang disebut konsep leksikal. Cotterell dan Turner menjelaskan bahwa, "Concept-orientated approaches to defining senses are clearly able to build on the fact that lexical senses are a special type of concept. Concept is a cognitive construct, a discrete bundle of meanings composing an independent unit of meaning with a central, or prominent element, further defined by

’i i

ii

other delimiting elements." 29 Misalnya, arti leksikal sepeda menjadi konsep sepeda (konsep leksikal) dengan memperhatikan komponen utamanya yaitu alat transportasi atau kendaraan dan dijelaskan oleh beberapa unsur pembatas seperti dua roda, untuk satu orang, memiliki pedal, dan stang untuk mengarahkan --> pendekatan tradisional ---> studi kata menghasilkan konsep leksikal. Kedua, pendekatan semantic domain --> studi konsep dengan cara substitutional.

Mengapa konsep itu disebut konsep wacana? Karena meaning dari microstructure terdapat di dalam macrostructure/wacana. Arti/Meaning/Semantics is more than the meaning of words and sentences. Arti sebuah kata (microstructure) ada di dalam sebuah wacana keseluruhan. Di dalam semantik, arti suatu bahasa melampaui arti kata, frasa, maupun kalimat. Wacana dalam bentuk paragraf mencakup dan mengatur struktur mikro teks. Konsep wacana paling tepat dianalisis dengan pendekatan rentangan semantis/ semantic domain approach.

,i“ i iii i as more than collocations of words. Transcending their lexical dimension, concept function as discourse concepts and must be studied in relation to the associations attached to them in their

Kesimpulan

Studi konsep berarti meaning ada di dalam wacana dan menggunakan relations of meaning (relations of meaning ada dua yaitu syntagmatic (the various meanings of the same lexical units) dan substitutional (the related meanings of different lexical units --> semantic domain approach).

27 28 Black, Linguistics for Students of New Testament Greek, 171. Peter Cotterell dan Max Turner, Linguistics & Biblical Interpretation (Downers Grove: InterVarsity Press, 1989), 146. 29

Peter Cotterell dan Max Turner, Linguistics & Biblical Interpretation, 151.

30 Andreas J. Kostenberger, The Mission of Jesus & the Disciples According to the Fourth Gospel (Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1998), 26.

Contoh Analisis Colon

Studi Roma 13: 1-7: Ketaatan Kepada Pemerintah Sebagai Wujud Tanggung Jawab Moral

Hendi

Abstrak

Saat ini, demokrasi di Indonesia sedang dalam keadaan bahaya karena ada upaya dari para elite politik untuk memasung kedaulatan rakyat. Mereka mengabaikan tanggung jawab moral kepada rakyat. Demokrasi yang dikuasai para elite politik yang demikian akan melahirkan pemerintah yang hanya memikirkan kelompok tertentu bukan rakyat banyak . Studi Roma 13:1-7 dengan pendekatan analisis colon mengajarkan bahwa ketaatan merupakan suatu wujud tanggung jawab moral yang tinggi kepada Allah selain kesadaran akan adanya murka Allah. Dan ketaatan itu harus dimiliki oleh para elite politik sebagai bagian dari warga negara (dalam hal ini ketaatan kepada pemerintah). Ketaatan kepada pemerintah dari setiap elite politik menunjukkan tanggung jawab moral yang baik. Jika demokrasi dikuasai oleh orang demikian maka kehidupan demokrasi di Indonesia akan sehat dan mensejahterakan rakyat.

Kata kunci: ketaatan, pemerintah, colon, transformasi, tanggung jawab, kesadaran, moral

Pendahuluan

Akhir-akhir ini di Indonesia terjadi berbagai peristiwa politik yang menyita perhatian masyarakat luas. Mulai dari kontroversi UU MD3 (Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), sengketa pemilu presiden (pilpres) di Mahkamah Konstitusi (MK) sampai terkini tentang Rancangan Undang Undang Pemilu Kepala Daerah (RUU Pilkada) melalui DPRD. Banyak pihak menilai peristiwa-peristiwa politik itu terjadi karena kekalahan salah satu calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) pada Pilpres. Ikrar Nusa Bhakti di dalam eseinya, “Demokrasi di Ujung Tanduk,” menulis,

Tanda-tanda bahwa kita dapat menuju pada lingkaran setan yang baru dari demokrasi menuju sistem otoriter sudah mulai tampak. Contoh dari perubahan ini adalah tidak legawanya pemimpin dan para pengikutnya yang kalah dalam pemilu presiden langsung 2014. Dengan berbagai cara, mereka berupaya membatalkan

kemenangan pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla. 31

Sebagian elite politik ternyata belum dapat menerima kekalahan dan hal ini menurut Bhakti bahwa mereka juga tidak dapat menerima democratic bargaining yang ditentukan suara

rakyat. 32 Saat ini demokrasi sedang dalam keadaan bahaya karena ada upaya dari pihak parlemen untuk memasung kedaulatan rakyat dan menghambat program-program pemerintah yang terpilih melalui pembuatan sejumlah undang-undang. Kekuatan yang kalah ini berupaya menguasai semua posisi strategis di DPR melalui revisi UU Nomor 27 Tahun 2009 mengenai MD3. UU MD3 ini jelas sarat agenda politik yang hanya menguntungkan golongan atau pihak tertentu bukan rakyat sehingga tidak heran berbagai pihak langsung menggugat undang-

undang ini ke MK. 33 RUU Pilkada juga menjadi ajang arogansi elite politik (KMP) untuk menguasai sejumlah pemerintah di daerah pasca kekalahan di tingkat nasional dengan cara merampas daulat rakyat. Penolakan RUU ini telah datang dari berbagai pihak dan meluas di

32 Opini: Ikrar Nusa Bhakti, “Demokrasi Di ujung Tanduk,” Kompas, 10 September 2014, 6.

33 Bhakti, “Demokrasi Di ujung Tanduk,” 6. UU MD3 ini mengubah cara penentuan ketua DPR dari partai pemenang pemilu menjadi voting, meniadakan Badan Akuntablitas Keuangan Negara dan mengerdilkannya ke komisi-komisi, mengurangi peran DPD

di dalam DPR, memberikan imunitas kepada anggota dewan yang melakukan tindak pidana korupsi dengan cara mengharuskan aparat hukum untuk mendapatkan persetujuan dari Badan Kehormatan DPR sebelum menangkap koruptor di DPR tersebut .

berbagai daerah. Sri Palupi menyatakan bahwa keputusan KMP untuk mengembalikan pilkada kepada DPRD tak terlepas dari pertarungan pilpres. Mereka menyadari telah dikalahkan oleh

rakyat dan kini mereka hendak menghukum rakyat dengan mencabut kedaulatannya. 34

Bhakti mengajak kita bahwa kita tidak boleh tinggal diam atas praktik elite politik di parlemen yang semakin menjauh dari asas demokrasi. Jika ini kita diamkan, bukan hanya pilkada langsung yang mereka tiadakan, melainkan lebih buruk lagi, mereka dapat mengamendemen konstitusi negara dan mengembalikan presiden oleh MPR dan bukan langsung oleh rakyat. Tanpa perjuangan kita bersama, demokrasi kita benar-benar akan

dikuasai oleh kaum penjahat. 35 Demokrasi yang dikuasai elite politik yang tidak memiliki hati nurani akan tanggung jawab moral akan menghambat kemajuan bangsa ini karena pemerintah yang terbentuk hanya akan memikirkan kelompok atau golongan tertentu bukan rakyat bangsa

ini. 36 Penulis setuju dengan Bhakti bahwa kita tidak boleh tinggal diam terhadap nasib bangsa ini. Karena itu, penulis melalui artikel ini akan memberikan pandangan tentang masalah ini dari sudut pandang kekristenan khususnya pandangan Rasul Paulus di dalam Roma 13:1-7. Penulis akan membuktikan bahwa ketaatan merupakan suatu wujud tanggung jawab moral yang tinggi kepada Allah selain kesadaran akan adanya murka Allah. Dan ketaatan itu harus dimiliki oleh para elite politik sebagai bagian dari warga negara (dalam hal ini ketaatan kepada pemerintah). Ketaatan dari setiap elite politik menunjukkan tanggung jawab moral yang baik. Jika demokrasi dikuasai oleh orang-orang demikian maka pasti akan menciptakan kehidupan demokrasi yang sehat dan mensejahterakan rakyat.

Ketaatan kepada pemerintah merupakan kewajiban setiap warga negara. Pemerintah merupakan lembaga otoritas secara politik yang dibentuk oleh masyarakat melalui proses demokrasi untuk menjalankan fungsi berbangsa dan bernegara. 37 Undang-undang dan segala perangkat peraturan dibuat oleh pemerintah bersama parlemen (para elite politik) dan ini tentunya untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial. Berbagai peraturan itu bersifat mengikat setiap orang yang ada di masyarakat dan ketaatan menjadi sebuah keniscayaan

untuk mencapai tujuan baik dari peraturan-peraturan tersebut. 38 Ketaatan menjadi indikator dan subjek ketaatan adalah manusia sendiri. Namun, natur manusia itu sendiri bersifat bebas (kehendak bebas) yang bertolak belakang dengan ketaatan dan keterikatan. 39 Menurut John Locke, ketaatan menjadi sebuah konsekuensi logis terhadap kesepakatan atau persetujuan yang telah dibuat bersama oleh karena ada tujuan untuk

35 Opini: Sri Palupi, “Politik Malin Kundang,” Kompas, 20 September 2014, 6. 36 Bhakti, “Demokrasi Di ujung Tanduk,” 6. Bhakti menuliskan bahwa dalam sejarah Indonesia, ada perbedaan kepentingan politik antara elite politik

dan rakyat. Kaum elite lebih mendahulukan kepentingan diri dan kelompoknya, sementara rakyat lebih mendahulukan kepentingan bersama dan mendambakan seorang pemimpin yang benar-benar bekerja untuk kesejahteraan dan keadilan sosial. Elite politik dapat bergabung dengan elite politik yang lain yang berbeda id eologinya, tetapi memiliki kepentingan politik dan ekonomi sesaat yang sama. Lihat Bakti, “Demokrasi Di ujung Tanduk,” 6. 37

Di sini, penulis memakai asumsi bahwa pemerintah yang tercipta adalah melalui proses demokrasi yang sehat. Penulis tidak membahas tentang subjek yang memerintah seperti kezaliman atau diktator atau korupnya sebuah pemerintahan dan kaitannya dengan masalah ketaatan. 38 John Locke menjelaskan, “For, when any number of men have, by the consent of every individual, made a

community, they have thereby made that community one body, with a power to act as one body, which is only by the will and determination of the majority..., one community, which the consent of every individual that united into it agreed that it should; and so every one is bound by that consent to be concluded by the majority.” John Locke, Concerning Civil Government, Second Essay: An Essay Concerning the True Original Extent and End of Civil

Government, terj. William Popple (Pennsylvania: Pennsylvania State University, 1998), 54-55. 39 Locke dengan tepat menyatakan, “If man in the state of Nature be so free as has been said, if he be

absolute lord of his own person and possessions, equal to the greatest and subject to nobody, why will he part with his freedom, this empire, and subject himself to the dominion and control of any other power?” Locke, Concerning Civil Government, Second Essay: An Essay Concerning the True Original Extent and End of Civil Government, 70- 71.

mencapai kesejahteraan bersama. Locke berpendapat bahwa ketaatan pada pemerintah terjadi karena adanya dorongan untuk mencapai kesejahteraan bersama, “commonwealth.” 40 Lebih lanjut lagi, ketaatan pada pemerintah tercipta di dalam masyarakat karena adanya kebutuhan

untuk mendapat kenyamanan dan kebebasan dan ketaatan ini lahir dari aspek hubungan antar sesama manusia yang saling membutuhkan. 41 Pandangan Locke ini telah memberikan

pencerahan kepada banyak pemerintahan di dunia. 42

Bagaimana pandangan Rasul Paulus sendiri tentang ketaatan ini? Dan mengapa ketaatan menjadi langkah tepat untuk situasi yang sedang dihadapi bangsa ini? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab melalui studi Roma 13:1-7 dengan pendekatan analisis wacana. Hasil analisis ini adalah konsep teologis dan kaitannya dengan konteks permasalahan di atas yang akan disimpulkan pada bagian akhir artikel.

Landasan Teori: Analisis Colon

Penulis memilih studi linguistik dengan pendekatan analisis wacana. 43 Model analisis wacana yang digunakan adalah analisis colon , “colon analysis,” yang diperkenalkan oleh Johanes P. Louw. 44

Mengapa penting membaca teks dengan analisis colon? Analisis colon menekankan semantik. Di dalam semantik, arti suatu bahasa melampaui arti kata, frasa, maupun kalimat. Wacana dalam bentuk paragraf mencakup dan mengatur struktur mikro teks. Louw menulis,

When the pivot point of a paragraph has been determined it may then be seen how the author has built his sentences, phrases, and words around it. In determining the meaning of units such as words, one must not follow the popular traditional approach which uses etymology and a restricted sentence context, but rather

the meanings must be derived from a study of the whole paragraph. 45

Analisis colon menekankan arti struktur mikro ditentukan oleh isi semantis struktur makro sehingga fokus penafsiran adalah menemukan isi semantis struktur makro. Arti struktur mikro seperti ketaatan kepada pemerintah ditentukan oleh teks makro Roma 13:1-7. Mark Edward Taylor menjelaskan,

The fundamental starting point and the most distinguishing doctrine of text-linguistics is that meaning in language occurs in units of text beyond the word and sentence level, units designated as ‘discourses.’ This means that whereas traditional grammar has tended to focus on micro-structures such as phrases, clauses and sentences, the primary object of interpretive scrutiny for text-linguistics is the discourse as a whole ....

40 Locke menjelaskan, “And thus every man, by consenting with others to make one body politic under one government, puts himself under an obligation to every one of that society to submit to the determination of the

majority, and to be concluded by it.” Lihat Locke, Concerning Civil Government, Second Essay: An Essay Concerning the True Original Extent and End of Civil Government, 55. 41

Locke juga menjelaskan, “The great and chief end, therefore, of men uniting into commonwealths, and

putting themselves under government, is the preservation of their property; to which in the state of Nature there are many things wanting.” Lihat Locke, Concerning Civil Government, Second Essay: An Essay Concerning the True Original Extent and End of Civil Government, 71. 42

Misalnya pada pada pemerintahan Amerika Serikat . Ross J. Corbett menjelaskan bahwa, John Locke illuminates the problem of crisis government and can exorcise certain pernicious prejudices regarding government, authority, and legitimacy. ” Lihat penjelasan lebih lengkap Ross J. Corbett, “Locke and the Challenges of Crisis

Government 43 ” The Good Society 18, No. 2 (2009), 24. Tulisan ini adalah salah satu upaya untuk mengembangkan studi linguistik di dalam penafsiran teks kitab suci di Indonesia. Mark Edwar Taylor menulis di dalam revisi disertasinya (2001), “The entry of text-linguistics into biblical studies has been slow and is still in a developmental stage. Although several of the major tenets of text - linguistics may be traced to ancient rhetoric, dating from ancient Greece and Rome through the Middle Ages up to the present, the modern discussion is a distinctly twentieth- century movement.” Lihat Mark Edward Taylor, A Text- Linguistic Investigation into the Discourse Structure of James (New York: T&T Clark International, 2006), 35-36. 44

45 Lihat buku Johanes P. Louw, Semantics of New Testament Greek (Atlanta: Scholar Press, 1982). Louw, Semantics of New Testament Greek, 158.

This presupposes that a w ritten text begins with an author’s formulation of an idea which is then expressed

and developed by conscious language choices. 46

David Alan Black juga menjelaskan bahwa salah satu ciri khas analisis wacana adalah,

Textlinguistics concentrates on larger units of language such as paragraphs, sections, and entire texts (“macrostructures”). These larger textual units stand in a hierarchical and sequential relation to each other. Moreover, because macrostructures dominate the compositions and structure of texts, discourse is analyzed from the top down. This approach is enormously helpful in showing how the individual parts of a biblical book

are related to the whole. 47 Studi ini juga fokus pada sintaksis. Black menyebutkan pendekatan analisis wacana

diprioritaskan pada text’s cohesion dan coherence. Black menjelaskan,

Cohesion is a syntactic category and refers to the means of linking sentences into larger syntactical units. Coherence, on the other hand, is a semantic dimension of meaning and refers to the various ways in which readers make sense of a text. All of us expect a discourse (a sermon, for example) to be “coherent” in the sense of being relevant and clear. Both cohesion and coherence have a common concern in that they stress

the need to see language as a dynamic interaction between speaker and listener or writer and reader. 48

Analisis colon adalah semacam analisis wacana yang menekankan pada penggunaan colon. Louw menyatakan, “Discourse analysis based upon the use of colon is nothing more than

a technique for mapping the form of a text in such a way that the syntactic relationships of the

contituent parts can be most readily recognized.” 49 Sebuah colon dapat didefinisikan sebagai, “A structural unit having a particular syntactic form and a related semantic content.” 50

Di dalam analisis colon, ada beberapa langkah yang akan diuraikan yaitu pertama, membuat struktur colon (syntactic structure) dari setiap paragraf dan terjemahan literal. Pengelompokkan kata akan terlihat di dalam struktur colon. Kedua, mencari isi semantis dari

setiap colon atau kelompok (cluster) colon dengan menganalisis kata, frasa, dan colon. 51 Hasil analisis isi semantis ini adalah terjemahan dinamis atau deep structure. Ketiga, mencari hubungan semantis di antara colon atau kelompok colon di dalam satu paragraf yang sama. Keempat, menentukan tema atau ide utama (the pivot point) dari setiap paragraf.

Analisis Colon Roma 13: 1-7

Teks Roma 13: 1-7 dimulai tanpa ada satu konjungsi (relasi) dengan teks sebelumnya (Rom 12: 9-21) dan ini mengindikasikan Rasul Paulus sedang membahas sebuah topik baru. Topik yang dibahas merupakan topik yang lebih spesifik dibandingkan topik pada teks

sebelumnya. 52 Namun, apakah topik baru ini berdiri sendiri atau masih berkaitan dengan topik pada teks sebelumnya? Uraian analisis colon berikut akan memberikan jawaban bahwa topik ini

berkaitan dengan topik pada teks sebelumnya. 53

47 Taylor, A Text-Linguistic Investigation Into the Discourse Structure of James, 38-39. 48 Black, Linguistics for Students of New Testament Greek, 171. 49 Black, Linguistics for Students of New Testament Greek, 171. 50 Louw, Semantics of New Testament Greek, 95-96. Louw, Semantics of New Testament Greek, 106. Lihat juga Louw, Semantics of New Testament Greek,

107,113. 51 Unit semantis dalam bentuk kata, frasa, dan klausa akan dianalisis dengan kategori semantis, pengelompokkan kata (grouping of words atau immediate constituents), dan transformasi struktur luar (surface structure) ke struktur dalam (deep structure). Lihat penjelasan Louw, Semantics of New Testament Greek, 65-89 tentang berbagai istilah ini. 52

Konsep kasih di dalam kehidupan orang percaya menjadi topik atau ide utama di dalam teks sebelumnya (Roma 12:9-21). Lihat juga penjelasan Moo, The Epistle to the Romans, 769-90. 53 Begitu juga Douglas J. Moo, James D. G. Dunn, dan Joseph A. Fitzmyer melihat bahwa tidak ada situasi khusus dan ini merupakan topik yang berkesinambungan dengan teologi Paulus tentang kehidupan orang percaya di pasal sebelumnya dan sejalan dengan pengajaran Perjanjian Lama (PL). Lihat juga Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 790-94; James D. G. Dunn, Romans 9-16, Word Biblical Commentary 38B (Dallas : Word, Incorporated,

Struktur Colon

1 yᾶσαiψυχb ὑποτασσέσθωiKξουσίαιςi A = Perintah utama

2 γὰρiοὐ KξουσίαiLστινi εἰ μb ὑπὸ θεοῦ, B = Alasan pertama 3 δὲ αἱ οὖσαιiεἰσίνiτεταγμέναιi ὑπὸ θεοῦ· 4 ὥστεiὁ ἀντιτασσόμενοςiτῇ Kξουσίᾳ ἀνθέστηκενiτῇ διαταγῇ

C = Konsekuensi logis/ τοῦ θεοῦ, Penekanan perintah

5 δὲ οἱ ἀνθεστηκότεςiλaμψονταιiκρίμα Nαυτοῖς. 6 γὰρiοἱ ἄρχοντεςiεἰσὶνiφόβοςi

οὐκiτῷ ἀγαθῷ Lργῳ ἀλλὰ τῷ κακῷ.

7 δὲ θέλειςiμb φοβεῖσθαιiτbνiKξουσίαν·i 8 ποίει τὸ ἀγαθὸν,i 9 καὶ OξειςiLπαινονi

Kξiαὐτcς· γὰρiKστινiδιάκονόςi

σοὶ θεοῦ εἰςiτὸ ἀγαθόν.i

10 δὲ φοβοῦ D = Alasan kedua Kὰνiποιῇςiτὸ κακὸν·i γὰρiφορεῖ τbνiμάχαιραν

οὐ εἰκῇ· γὰρiKστινiδιάκονόςi

θεοῦ Lκδικοςi

εἰςiὀργbνi τῷ πράσσοντι τὸ κακὸν.

11 διὸ (Kστιν) ἀνάγκηiὑποτάσσεσθαι,i E = Konsekuensi logis/ οὐ μόνονiδιὰ τbνiὀργbνi Penekanan perintah

ἀλλὰ καὶ διὰ τbνiσυνείδησιν.

2002), 758; Joseph A. Fitzmyer, Romans, The Anchor Yale Bible Commentary (London: Yale University Press, 2008), 662-65; Bandingkan Thomas R. Schreiner melihat ada situasi khusus. Hal ini menyebabkan terjadinya keraguan atas keaslian teks. Lihat Thomas R. Schreiner, Romans, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids: Baker Books, 1998), 677.

54 Teks ini oleh United Bible Societies (UBS) edisi ke-4 dikategorikan {A} sehingga teks itu secara yakin

dikatakan asli. Teks ini didukung oleh beberapa kodeks seperti Sinaiticus, Alexandrinus, Vaticanus, Cambridge, dan Athos. Selain itu, banyak minuskul dan digunakan luas oleh Bapa-bapa Gereja seperti Origen, Acacius, Basil, Didymus, Chrysostom, Jerome, Pelagius, Agustinus, dan Speculum. Teks ini secara usia lebih tua dan distribusi lebih

luas dibandingkan dengan varian lain seperti πάσαις Kξουσίαιςiὑπερεχούσαιςiὑποτασσέσθε (P 46 D* F G it ar,b,d*,f,g,t vg mss (eth) Iranaeus, Hippolytus; (Tertulian) Ambrosiaster; Speculum; Cassiodorus; Seulius-Scotus). Lihat juga pendapat Bruce

M. Metzger, A Textual Commentary On The Greek New Testament (Stuttgart: German Bible Societies, 1994), 467 .

12 γὰρiτελεῖτε φόρουςi

διὰ τοῦτοi

γὰρiεἰσινiλειτουργοὶ

θεοῦ προσκαρτεροῦντεςiεἰςiαὐτὸ

13 ἀπόδοτεiτὰςiὀφειλάς

πᾶσιν,i F = Praktik konkret

14 ( ἀπόδοτε) τὸνiφόρον

τῷ (ὀφειλome,nw) τὸνiφόρον,ii

15 ( ἀπόδοτε) τὸ τέλοςi

τῷ (ὀφειλome,nw) τὸ τέλος,i

16 ( ἀπόδοτε) τὸνiφόβονi τῷ (ὀφειλome,nw) τὸνiφόβον,i 17 ( ἀπόδοτε) τbνiτιμaνi τῷ (ὀφειλome,nw) τbνiτιμbν.

Terjemahan Literal

Ayat 1

1. Setiap jiwa tunduklah kepada pemerintah-pemerintah yang mengontrol. 2. Sebab tidak ada pemerintah kecuali dari Allah, 3. dan pemerintah-pemerintah itu telah ditetapkan oleh Allah.

Ayat 2

4. Sehingga, siapa pun yang menentang pemerintah menentang ketetapan Allah, 5. dan siapa pun yang melakukannya akan mendapat hukuman atas dirinya sendiri. Ayat 3

6. Sebab

pemerintah-pemerintah itu bukan teror bagi dia yang berbuat baik melainkan yang berbuat jahat. 7. Inginkah kamu tidak takut terhadap pemerintah? 8. Lakukanlah perbuatan baik, 9. dan kamu akan mendapatkan pujian darinya; Ayat 4 karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. 10. Tetapi takutlah jika kamu berbuat jahat karena bukan tanpa alasan pemerintah mengemban pedang karena pemerintah adalah hamba Allah yang membawa murka kepada dia

yang berbuat jahat. Ayat 5 11. Sebab itu suatu keharusan untuk tunduk bukan hanya karena

Commented [HW1]:

διὸ menurut saya lebih tepat

murka itu tetapi juga karena hati nurani. Ayat 6

12. Dengan alasan yang sama kamu juga

menyatakan konsekuensi logis atau kesimpulan dari

membayar pajak karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang mengabdikan hidupnya

penyataan sebelumnya ketimbang menyatakan alasan,

untuk mengurusi terjemahan ke bahasa Indonesia memang lebih tepat hal itu . Ayat 7 13. Bayarlah hutangmu kepada setiap orang, 14. (bayarlah) pajak

kepada orang yang berhak menerimanya,15. (bayarlah) cukai kepada orang yang berhak

Louw & Nida, 89.47.

menerimanya, 16. (bayarlah) rasa takut kepada orang yang berhak menerimanya, 17. (bayarlah) hormat kepada orang yang berhak menerimanya.

Isi Semantis

Pada bagian ini penulis akan mencari isi semantis dari setiap colon atau kelompok (cluster) colon dengan menganalisis kata, frasa, dan colon. Hasil analisis isi semantis ini adalah terjemahan dinamis atau deep structure.

Colon 1

Objek ψυχb dijelaskan oleh abstrak πᾶσα membentuk sebuah frasa nomina sebagai pelaku dari peristiwa ὑπερεχούσαις. Frasa ini referen pada setiap orang baik orang percaya maupun Objek ψυχb dijelaskan oleh abstrak πᾶσα membentuk sebuah frasa nomina sebagai pelaku dari peristiwa ὑπερεχούσαις. Frasa ini referen pada setiap orang baik orang percaya maupun

atas. 56 Objek Kξουσίαις 57 di sini lebih tepat referen pada pemerintah-pemerintah sekular (sekelompok orang atau lembaga 58 yang memiliki otoritas untuk memerintah) karena berelasi secara sintaksis dengan peristiwa ὑποτασσέσθω dan ὑπερεχούσαις. Peristiwa ὑπερεχούσαις 59 menjelaskan objek Kξουσίαις. Peristiwa ini semakin mempertegas objek Kξουσίαις sebagai penguasa yang memiliki otoritas dan superioritas yang harus ditaati oleh setiap orang. 60

Colon 2

Relasi γὰρ menunjukkan hubungan sebab dengan colon 1. Objek Kξουσία memiliki referen yang sama dengan objek di colon 1 namun lebih menekankan pada unsur individu bukan

lembaga. 61 Abstrak οὐ mengindikasikan negatif terhadap objek Kξουσία. Peristiwa Lστιν menunjukkan eksistensi dari objek Kξουσία. Relasi εἰ μb dan ὑπὸ menghubungkan objek Kξουσία dengan objek θεοῦ. Tidak ada keberadaan pemerintah yang tidak berasal dari Allah. Ini berarti setiap individu yang memiliki otoritas dan harus ditaati bersumber dari Allah. Relasi ὑπὸ menunjukkan sumber bahwa Allah menunjuk dan memberikan otoritas tersebut pada

seseorang. 62 Rasul Paulus menghubungkan antara otoritas pemerintah dan otoritas Allah. Allah berotoritas memberikan izin atau kuasa kepada seseorang untuk berkuasa dan memerintah. Menaati pemerintah sesungguhnya menaati otoritas Allah karena pemerintah dengan segala otoritasnya berasal dari Dia.

Colon 3

Relasi δὲ menunjukkan alasan kedua selain colon 2. Peristiwa εἰσίν kembali menegaskan eksistensi dari objek οὖσαι yang referen pada para pemerintah yang disebutkan pada colon 1 (abstrak αἱ menegaskan hal tersebut). Peristiwa τεταγμέναι 63 menjelaskan frasa nomina αἱ οὖσαι dan menyempurnakan arti eksistensi tersebut. Objek θεοῦ menjadi pelaku dari peristiwa τεταγμέναι dan relasi ὑπὸ menghubungkan antara objek θεοῦ dan peristiwa τεταγμέναι. Relasi ini menunjukkan sumber seperti colon 2 bahwa Allah menetapkan para pemerintah yang eksis. Ini melengkapi colon 2 bahwa selain Allah memberikan izin atau otoritas kepada setiap

55 Paulus juga menggunakannya di dalam Roma 2:9. Ini merupakan ungkapan Semitic yang menunjuk pada keutuhan seseorang bukan hanya tubuh atau roh. Bandingkan juga dengan Dunn, Romans 9-16, 760 dan Schreiner,

Romans, 682. Mereka menyatakan frasa ini hanya khusus ditujukan untuk orang percaya. 56

57 Lihat juga Fitzmyer, Romans, 665. J. P. Louw dan Eugene A. Nida mencatat beberapa arti yang muncul seperti a) authority to rule; (b) jurisdiction. Lihat J. P. Louw dan Eugene A. Nida, Greek-English Lexicon of the New Testament : Based on Semantic

Domains (New York : United Bible societies, 1996), 146, 364, 472, 475, 680. 58

Diskusi tentang objek ini juga menyebut unsur spiritual seperti para malaikat termasuk di dalamnya. Beberapa pakar telah menolaknya. Lihat penjelasan Dunn, Romans 9-16, 760; Fitzmyer, Romans, 665-67; Moo, The Epistle to the Romans, 795-96; Schreiner, Romans, 681-82. 59

Lihat William Arndt, Frederick W. Danker, Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, BDAG Third Edition (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 1033. 60 Pengertian superlative lebih tepat daripada komparatif – penguasa yang lebih tinggi atau di atasnya. Lihat Moo, The Epistle to the Romans, 796-97. 61

62 Lihat juga Moo, The Epistle to the Romans, 798. Alasan ini tidak unik bagi Rasul Paulus karena bersumber dari pengajaran Perjanjian Lama. Lihat juga Dunn, Romans 9-16, 761; Fitzmyer, Romans, 667. 63

Kata ini berarti “to appoint, to designate, to assign, to give a task to.” Lihat L & N, 482. Kata ini hanya muncul sekali di dalam surat Roma.

pemerintah, Allah juga mengesahkan otoritas tersebut. Ini menegaskan bahwa setiap pemerintah di dunia dengan segala otoritasnya diberikan dan disahkan oleh Allah. 64

Colon 4

Relasi ὥστε menghubungkan colon 4-5 dengan colon 2-3 sebagai hubungan konsekuensi logis “sehingga, sebagai hasilnya.” 65 Peristiwa ἀντιτασσόμενος dan ἀνθέστηκεν adalah kontras dengan peristiwa ὑποτασσέσθω. 66 Objek ὁ merupakan pelaku dari peristiwa ἀντιτασσόμενος. Objek Kξουσίᾳ memiliki referen yang sama dengan colon 2. Peristiwa διαταγῇ dengan penjelasan abstrak τῇ merupakan peristiwa yang sama dengan τεταγμένα di colon 3. 67 Jika pada colon 1 merupakan perintah utama yang positif, colon 4-5 merupakan perintah yang negatif dan menegaskan perintah utama tersebut.

Colon 5

Relasi δὲ merupakan kelanjutan ide dari colon 4. Peristiwa ἀνθεστηκότες diulang kembali

dan menunjuk peristiwa yang sama di colon 4. 68 Peristiwa λaμψονται dan κρίμα menjelaskan bahwa mereka akan menerima hukuman yang Allah berikan pada saat eskatologis atau masa penghakiman nantinya. 69 Objek Nαυτοῖς merupakan penekanan pada objek οἱ. Colon 4-5 merupakan konsekuensi logis dari colon 2-3 dan sekaligus penekanan kembali pada perintah utama di colon 1 yakni menaati sepenuhnya setiap pemerintah di dunia.

Colon 6

Relasi γὰρ menghubungkan colon 6-10 dengan colon 1 di atas. Colon 6-10 menjelaskan sebab atau alasan dari perintah utama di colon 1. Pemerintah dengan segala otoritasnya ditetapkan oleh Allah sehingga pemerintah berotoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat secara tertib dan damai. Ini menjadi alasan kedua dari ketaatan kepada pemerintah. Objek ἄρχοντες memiliki referen yang sama dengan objek Kξουσίαις dan lebih spesifik menunjuk pada

pemerintah sekuler di dunia. 70 Peristiwa εἰσὶν dijelaskan oleh 2 abstrak οὐκ dan φόβος. Abstrak οὐκimem berikan unsur negatif. Abstrak φόβος lebih tepat dalam pengertian kausatif terhadap objek ἄρχοντες. 71 Peristiwa Lργῳ dijelaskan oleh dua abstrak yang saling kontras yaitu ἀγαθῷ dan κακῷ. Kedua abstrak ini berkaitan dengan pemerintah sehingga menunjukkan perbuatan- perbuatan moral (baik dan jahat) yang sesuai atau bertentangan dengan hukum atau peraturan

pemerintah. 72 Para pemerintah yang ada bukanlah penyebab ketakutan bagi mereka yang menaati hukum pemerintah melainkan mereka yang melanggar hukum tersebut.

Colon 7

64 Dengan kata lain Allah menunjuk dan menetapkan otoritas dan lembaga pemerintah tersebut. Lihat juga Moo, The Epistle to the Romans, 798. 65

Fitzmyer dengan baik menjelaskan, “Submission to civil authorities is a form of obedience to God himself, for the relationship of humans to God is not limited to the religious or cultic sphere of life. Hence even Christians, “freed” by Christ Jesus from the powers of this world, cannot resist the political authority that comes ultimately from God, even if that authority is at the time in the hands of heathens.” Fitzmyer, Romans, 667. 66

Kedua kata peristiwa ini berarti tindakan resistensi atau menentang otoritas atau kekuasaan yang ada. Lihat juga Roma 9: 19 dan BDAG, 80, 90. 67 68 Lihat Moo, The Epistle to the Romans, 799. 69 λaμψονταιiκρίμα merupakan ungkapan semitism yang besifat eskatologis. Lihat Dunn, Romans 9-16, 762; Lihat Moo, The Epistle to the Romans, 799.

Moo, The Epistle to the Romans, 799; Fitzmyer, Romans, 667. 70 71 Lihat juga Fitzmyer, Romans, 667. Lihat BDAG, 1062. Penulis setuju dengan pendapat Schreiner bahwa ini adalah ketakutan pada hukuman yang diberikan oleh pemerintah. Lihat Schreiner, Romans, 683. Lihat juga Moo, The Epistle to the Romans, 800. 72

Walaupun di dalam surat ini Rasul Paulus banyak menggunakan istilah “baik” dan “jahat” yang menunjukkan perbuatan moral yang sesuai dengan hukum atau kebenaran Allah (Rom 1:30, 2:7,9,10 7:12,13,18,19,21, 8:28, 9:11, 12:2,9,17,21, 16:19). Lihat juga Fitzmyer, Romans, 667. Bandingkan Dunn, Romans 9-

Relasi δὲ menghubungkan ide yang sama dengan colon 6. Peristiwa θέλεις menanyakan keinginan yang dijelaskan lebih lanjut oleh peristiwa φοβεῖσθαι. Peristiwa φοβεῖσθαι dengan keterangan negatif dari abstrak μb merupakan peristiwa yang sama dengan peristiwa φόβος di colon 6. Objek Kξουσίαν dengan keterangan abstrak τbν memiliki referen yang sama dengan objek Kξουσίᾳ di atas.

Colon 8

ποίει τὸ ἀγαθὸν “Lakukanlah p erbuatan baik” dengan abstrak ἀγαθὸν yang menjelaskan peristiwa ποίει. Abstrak ini memiliki referen yang sama dengan abstrak di colon 6.

Colon 9

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65