Perencanaan Strategis untuk Perpustakaan universitas

Perencanaan Strategis untuk Perpustakaan:
Telaah atas Hasil Penelusuran Dokumen Visi-Misi Perpustakaan


Oleh: Ahmad Subhan

Whatever the costs of our libraries, the price is cheap compared to
that of an ignorant nation. (Walter Cronkite)

Saat mengerjakan tugas penelusuran contoh-contoh visi-misi perpustakaan, pertanyaan
yang muncul setelah melakukan penelusuran melalui mesin pencari di Internet adalah:
Mengapa perpustakaan sebagai sebuah organisasi nirlaba juga membutuhkan perencanaan
strategis yang di dalamnya memuat pernyataan visi-misi?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penulis hendak terlebih dahulu memaparkan
proses, temuan, serta analisis sederhana atas hasil penelusuran penulis di Internet.
Penelusuran penulis lakukan menggunakan search engine Google dengan memasukkan
kata-kata kunci “visi misi perpustakaan”. Berdasarkan lima halaman awal hasil penelusuran
yang menampilkan 50 entri, hanya 37 temuan yang relevan dengan kriteria pencarian, yakni
situs-situs lembaga perpustakaan yang memuat pernyataan visi-misi.
Penulis mengelompokkan 37 temuan yang relevan tersebut berdasarkan lima jenis
perpustakaan, yakni:

1.
2.
3.
4.
5.

Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Umum/Daerah
Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan Khusus
Perpustakaan Nasional

: 26 lembaga.
: 4 lembaga.
: 4 lembaga.
: 2 lembaga.
: 1 lembaga.

Hasil penelusuran tersebut memberikan gambaran awal bahwa kebanyakan perpustakaan
yang telah memiliki dokumen visi-misi adalah jenis Perpustakaan Perguruan Tinggi, yang

disusul oleh Perpustakaan Umum/Daerah, lalu Perpustakaan Sekolah, dan terakhir adalah
Perpustakaan Khusus. Perpustakaan Nasional tidak dapat dinilai peringkatnya mengingat
perpustakaan jenis ini memang hanya ada satu di tiap negara.
Analisis lebih lanjut terhadap hasil temuan tersebut penulis bagi menjadi dua bagian.
Pertama, penulis membatasi pembahasan hasil temuan hanya pada jenis Perpustakaan
Perguruan Tinggi, Perpustakaan Umum/Daerah, dan Perpustakaan Khusus. Pada bagian
kedua penulis akan menguraikan perihal latar belakang penerapan perencanaan strategis di
perpustakaan sebagai salah satu jenis organisasi nirlaba, khususnya pada Perpustakaan
Perguruan Tinggi.

***
2

Perpustakaan Perguruan Tinggi (Pusat)
Kamus istilah perpustakaan dalam situs Perpustakaan Nasional memuat tiga entri terkait
istilah Perpustakaan Perguruan Tinggi, yakni “Perpustakaan Perguruan Tinggi”,
“Perpustakaan Universitas”, dan “Perpustakaan Akademik”, yang pengertian masing-masing
istilah tersebut adalah:
Perpustakaan Perguruan Tinggi1
Perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun

lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama
membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya (Tri Dharma Perguruan Tinggi).
Perpustakaan Universitas2
Suatu atau sekelompok perpustakaan yang didirikan, dibiayai, dan dikelola oleh
universitas untuk memenuhi keperluan para mahasiswa dan staf akademinya
(university library).
Perpustakaan Akademik3
Perpustakaan yang merupakan bagian dari universitas, akademi, atau lembaga
pendidikan tinggi; perpustakaan perguruan tinggi.
Berdasarkan tiga pengertian tersebut, secara hierarkis perpustakaan jenis ini dapat berada
di berbagai jenjang, mulai dari tingkat pusat hingga ke posisi-posisi subordinat seperti
fakultas, program studi, pusat studi/penelitian, hingga jurusan.
Dari 26 temuan pernyataan visi-misi perpustakaan jenis ini, hanya satu lembaga
perpustakaan yang statusnya berada di bawah jenjang perpustakaan pusat, yakni sebuah
perpustakaan Program Studi.4 Sedangkan 25 lainnya adalah perpustakaan pada tingkat
Universitas, Institut, Akademi, dan Sekolah Tinggi. Pembatasan temuan pada lima halaman
hasil penelusuran melalui Google tidak memuat satupun entri situs yang memuat pernyataan
visi-misi perpustakaan pada jenjang fakultas dan jurusan.
Perpustakaan Umum (Daerah)
Sulistyo-Basuki (1991) mengartikan Perpustakaan Umum sebagai perpustakaan yang

diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Sulistyo-Basuki membagi
perpustakaan umum menjadi sembilan jenis, yang mana enam di antaranya melekat pada
tatanan administratif/birokrasi pemerintahan, yakni: Perpustakaan wilayah, Perpustakaan
Propinsi, Perpustakan umum kotamadya, Perpustakaan umum kabupaten, Perpustakaan umum
kecamatan, Perpustakaan umum desa.

1

Pengertian ini merujuk ke buku “Pengantar Ilmu Perpustakaan” karya Sulistyo-Basuki (1991). Diunduh dari:
http://www.pnri.go.id/Lists/istilah%20perpustakaan/DispForm.aspx?ID=1119
2

Pengertian ini merujuk ke “Kamus Perpustakaan dan Dokumentasi” karya Nurhaidi Magetsari , dkk (1991).
Diunduh dari: http://www.pnri.go.id/Lists/istilah%20perpustakaan/DispForm.aspx?ID=1130

3

Nurhaidi Magetsari , dkk (1991). Diunduh dari:
http://www.pnri.go.id/Lists/istilah%20perpustakaan/DispForm.aspx?ID=1105
4


Perpustakaan Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD), Universitas Malikussaleh, Aceh Utara.
http://www.lib-unimal.net/perpustakaan_pspd.html

3

Tak jauh berbeda dengan pengertian di atas, Pasal 22 dalam Undang-Undang 43/2007
Tentang Perpustakaan memuat batasan bahwa perpustakaan umum diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta
dapat diselenggarakan oleh masyarakat.
Masih dari versi pemerintah, Badan Standardisasi Nasional (BSN) hanya mengeluarkan
satu dokumen standar nasional untuk perpustakaan jenis ini, yakni SNI 7495: 2009 perihal
Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota. Dokumen standardisasi ini memuat ketentuan bahwa
perpustakaan umum ini diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah kabupaten/kota
serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan
usia, ras, agama, status sosial ekonomi dan gender.
Pengertian-pengertian tersebut di atas paralel dengan hasil temuan visi-misi perpustakaan
umum melalui mesin pencari Google. Semua entri yang memuat pernyataan visi-misi
perpustakaan jenis ini mengarahkan penulis ke empat situs perpustakaan umum yang dikelola

oleh pemerintah daerah.5
Perpustakaan Khusus (Instansi Pemerintah)
Hampir serupa dengan temuan untuk jenis perpustakaan sebelum ini, dua temuan
pernyataan visi-misi perpustakaan khusus yang dijaring oleh Google juga terbatas pada
perpustakaan khusus yang menjadi bagian dari instansi pemerintah.6
Dokumen standardisasi yang dikeluarkan oleh BSN juga hanya mengatur jenis
Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, yang pengertiannya adalah salah satu jenis
perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga pemerintah yang menangani atau mempunyai misi
bidang tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan/informasi di
lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya.7

***
Raison D’etre Perencanaan Strategis bagi Perpustakaan
Penelusuran penulis mengenai sejarah penerapan perencanaan strategis di perpustakaan
serta asal-mula penyusunan pernyataan visi-misi perpustakaan-perpustakaan di Indonesia
menghasilkan nihil temuan. Lantas penulis menelusuri beberapa tulisan perihal penerapan
perencanaan strategis di berbagai organisasi nirlaba, termasuk perpustakaan. Pembacaan
penulis mengidentifikasi pokok-pokok pikiran yang selalu dimuat dalam tulisan-tulisan
tersebut, pokok-pokok pikiran yang selalu dijadikan sebagai alasan mengapa organisasi,
termasuk perpustakaan, perlu menerapkan perencanaan strategis. Landasan pemikiran

tersebut umumnya dirumuskan dalam kata kunci “perubahan” yang terkait erat dengan tiga

5

Empat perpustakaan umum tersebut adalah: 1) Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Ngawi; 2) Kantor
Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul; 3) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Blora; dan 4)
Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Malang.
6
Hasil penelusuran yang telah dibatasi memuat dua entri yang masing-masing menuju ke situs Perpustakaan
Kementerian Kesehatan dan Perpustakaan Badan Litbang Kehutanan.
7

SNI 7496: 2009 yang mengatur Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah.

4

kondisi: globalisasi, turbulensi, dan kompetisi (Sullivan & Calhoun, 1995; Lorenzen, 2004;
Stueart, 2007; Association of Research Libraries, 2010).
Stueart (2007: 6) mencatat bahwa saat ini pustakawan menghadapi tantangan yang lebih
besar ketimbang sebelumnya, akibat dari tingginya tingkat kompetisi, globalisasi,

perkembangan teknologi, dan laju perubahan yang semakin cepat. Terkait iklim kompetisi,
Stueart menyatakan bahwa jika perpustakaan dan pusat informasi ingin dapat bertahan, maka
mereka harus dapat bersaing dalam industri informasi yang melaju cepat dan agresif.
Dalam artikel yang memuat hasil telaah mengenai penyebaran penerapan perencanaan
strategis pada organisasi-organisasi nirlaba di Amerika Serikat pada dasawarsa 1980an1990an, Mulhare (1999) menyatakan bahwa semenjak meluasnya keyakinan tentang “kejutan
masa depan”, teknik perencanaan strategis mulai digunakan tidak hanya di perusahaan swasta
besar, namun juga hingga ke lembaga-lembaga pemerintah serta organisasi-organisasi nirlaba
dengan tujuan meningkatkan keuntungan, efisiensi anggaran, kepuasan pelanggan,
memotivasi karyawan, dan memperoleh dukungan publik. Kepercayaan pada situasi yang
bergejolak, kompetisi yang semakin ketat, perubahan yang melaju kencang, serta masa depan
yang tak menentu telah mendorong organisasi-organisasi nirlaba mengadopsi teknik
manajemen yang sebelumnya dipakai oleh organisasi berorientasi profit. Berbarengan dengan
itulah istilah-istilah yang sebelumnya dipakai dalam dunia bisnis mulai menjadi akrab bagi
kalangan organisasi nirlaba, seperti meningkatnya popularitas istilah entrepreneurship yang
berakar pada kata enterprise yang berarti perusahaan atau lembaga bisnis yang mengejar
keuntungan, istilah Total Quality Management, ISO, dll.
Di dunia kepustakawanan, berbagai turunan dari mantera-mantera dunia bisnis tersebut
dapat dilacak pada berbagai artikel dalam media-media komunikasi ilmiah antarpustakawan
yang bertabur istilah seperti pelayanan prima, motto senyum-sapa-salam, dan berbagai
kriteria artifisial yang hendak mencitrakan pustakawan sebagai pelayan “supermarket

informasi”
yang
ramah
dan
profesional.
Keyakinan
pada
pentingnya
pustakawan/perpustakaan mengadopsi perilaku pelaku pasar semkain diperkuat oleh
perkembangan wacana perihal kemunculan masyarakat informasi yang mana informasi
dinilai sebagai komoditi. Informasi dipercaya sebagai sesuatu yang perlu dikemas ulang
sehingga memiliki nilai tambah untuk kemudian dijadikan sebagai produk yang ditawarkan
kepada “pelanggan” perpustakaan.
Konteks Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jika dikaitkan dengan perpustakaan perguruan tinggi, globalisasi dan iklim yang
kompetitif dapat dilacak pada penghujung milenium lalu, yakni dimulainya era otonomi
kampus yang menuntut beberapa perguruan tinggi untuk mandiri dalam membiayai kegiatan
operasional lembaganya.
Diao Ai Lien (2002) berpendapat bahwa saat ini perguruan tinggi menghadapi tantangan
yang lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya. Arus globalisasi yang mengalami

percepatan seiring perkembangan pesat teknologi informasi merupakan dua faktor eksternal
yang bagi Diao Ai Lien menimbulkan persoalan dan isu yang makin kompleks. Dua faktor
yang menjadi akselerator proses globalisasi sistem pasar bebas, berikut pahamnya yang

5

secara perlahan tapi tak jarang gagal mengkondisikan berbagai lembaga-lembaga publik nonprofit, semacam perguruan tinggi negeri, untuk mau tak mau harus mengikuti arus perubahan.
Yogyakarta merupakan sampel yang representatif untuk menunjukkan persaingan yang
ketat antarperguruan tinggi. Persaingan itu berujung pada berita tentang beberapa kampus di
kota ini yang gulung tikar.8 Berbagai perguruan tinggi pasang kuda-kuda agar tak turut
bangkrut kemudian tergusur dari arena kompetisi. Ada banyak jalan yang ditempuh, mulai
dengan cara merger, mendirikan berbagai lembaga bisnis yang diharapkan menjadi sumber
pendapatan alternatif, hingga cara yang paling gampang dengan menaikkan biaya pendidikan
beserta beragam pungutan.
Sebagai perbandingan, penulis juga memuat sebuah contoh kasus penerapan perencanaan
strategis pada sebuah perpustakaan perguruan tinggi yang dimerger dengan dua unit
penunjang teknis lainnya. Proses tersebut tertulis dalam dokumen berjudul Strategic Planning
for A Library, Computing and Media Support Organization yang diterapkan oleh University
of South Carolina. Dokumen tersebut dibuka dengan pernyataan yang mencerminkan perihal
kerasnya tekanan hingga membuat mereka harus berubah. Berikut ini pernyataan pada bagian

pembukaan dokumen tersebut:
Under severe constraints of a public budget in a poor state, the University of
South Carolina has examined every phase of services and operations. Central
computing, libraries, distance education and media production had been
combined for a year when their formal planning process began – the method,
classic strategic planning with broad staff participation. The goal of the process
is an ongoing, vital planning process. The panel will look at the method used in
planning and the process as well as local roles and issues. The panel will touch
on issues of differing professional cultures and of the tensions of change.
Di sini dapat diketengahkan pula mengenai antisipasi terhadap laju perubahan yang tak
terhindarkan bagi perpustakan-perpustakaan riset di Amerika Serikat yang dalam dokumen
rencana strategisnya memuat pernyataan berikut ini:
Confronting uncertainty in a rapidly changing environment is essential if
research libraries are to continue to be valued and valuable contributors to the
advancement of new research and the creation of new knowledge. The temptation
to “wait and see” is appealing but exposes libraries to the risks of irrelevance
and replacement. By delaying decision-making we may magnify the risks to our
organization’s future instead of reducing them. While research libraries think a
lot about change and constantly change themselves, relatively little library
planning actively engages with uncertainty.

***
8

Pada tahun 2009, sebanyak 14 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogyakarta terancam gulung tikar, yang
mana tujuh di antaranya dipastikan tutup; tiga PTS dialihkan ke provinsi lain; dan empat sisanya dalam
pengawasan karena keterbatasan jumlah mahasiswa. Tahun 2010, empat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di
Yogyakarta dinyatakan tutup. Sedangkan di Jawa Barat, khususnya di Banten, pada tahun 2009 terdapat 30
perguruan tinggi dinyatakan pailit.

6

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyusun butir-butir kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Mayoritas perpustakaan yang telah memiliki dokumen visi-misi adalah jenis
Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Kedua, secara khusus, jenis perpustakaan umum di Indonesia yang telah memiliki
dokumen visi-misi adalah Perpustakaan Umum yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Ketiga, pada umumnya, jenis perpustakaan khusus yang telah memiliki dokumen visimisi adalah Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah.
Keempat, perpustakaan sebagai salah satu organisasi nirlaba turut mengadopsi teknik
perencanaan strategis berdasarkan keyakinan bahwa laju perubahan lingkungan yang dipicu
oleh globalisasi telah menciptakan iklim kompetitif, sehingga perpustakaan perlu menerapkan
perencanaan strategis agar dapat mengantisipasi masa depan yang tak menentu serta bertahan
di tengah kancah persaingan yang ketat.

-----oo0oo----Daftar Bacaan
Association of Research Libraries. 2010. The ARL 2030 Scenarios: A User’s Guide for
Research Libraries. Washington: Association of Research Libraries. Diunduh dari
http://www.arl.org/bm~doc/arl-2030-scenarios-users-guide.pdf
Day, Mark Tyler. 1998. Transformational Discourse: Ideologies of organizational change in
the academic library and information science literature - Qualitative Research.
Dalam Library Trends, Vol. 46, No. 4, Spring 1998. hal. 635-667. Diunduh dari
https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/8187/librarytrendsv46i4e_opt.p
df?sequence=1
Dees, J. Gregory. 1998. Enterprising Nonprofits. Dalam Harvard Business Review. JanuaryFebruary. hal. 55-67. Diunduh dari http://www.uic.edu/sph/phtpg/Content/Reading
Room/Articles/Dees_Enterprising_Nonprofits.pdf
Diao Ai Lien. 2002. Peranan Perpustakaan dalam Meningkatkan Daya Saing Perguruan
Tinggi. Jurnal Media Pustakawan. 9(4) hal : 5 – 8.
Lorenzen, Michael. Strategic Planning for Academic Library Instructional Programming: An
Overview. Diunduh dari http://www.libraryinstruction.com/strategic-planning.html
Stueart, Robert D. & Barbara B. Moran. 2007. Library and Information Center Management.
London: Libraries Unlimited.
Subhan, Ahmad. 2009. Perpustakaan Riset, Perpustakaan Masa Depan bagi Perguruan
Tinggi. Diunduh dari http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid=84
Sullivan, Maureen & Patrick Calhoun. 1995. Strategic Planning for A Library, Computing
and
Media
Support
Organization.
CAUSE.
Diunduh
dari
http://net.educause.edu/ir/library/pdf/CNC9506.pdf
7

Kliping berita internet
Kekurangan Peminat, 30 Perguruan Tinggi Banten Bangkrut
http://www.tempo.co/hg/pendidikan/2009/05/25/brk,20090525-177991,id.html
Lagi, Empat PTS di Yogyakarta Gulung Tikar
http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1366:lagi-empat-pts-diyogyakarta-gulung-tikar&catid=69:berita-terkait&Itemid=196
Merger agar Bisa Bersaing
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/21/68894/Merger-agar-BisaBersaing
Puluhan PTS Gulung Tikar
http://campusmagz.com/puluhan-pts-gulung-tikar/

8

LAMPIRAN I
Daftar halaman beserta hyperlink hasil penelusuran melalui mesin pencari Google dengan
menggunakan kata kunci “visi misi perpustakaan”.
Halaman 1
Halaman 2
Halaman 3
Halaman 4
Halaman 5

9

LAMPIRAN II
Daftar nama perpustakaan beserta hyperlink hasil penelusuran melalui mesin pencari Google
dengan menggunakan kata kunci “visi misi perpustakaan”.
Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta
2. Perpustakaan Universitas Negeri Malang
3. Perpustakaan Universitas Riau
4. Perpustakaan Universitas Bangka Belitung
5. Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana
6. Perpustakaan Universitas Airlangga
7. Universitas Muhammadiyah Semarang
8. Perpustakaan STAIN Manado
9. Perpustakaan Universitas Islam Riau
10. Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
11. Perpustakaan Politeknik Negeri Ujung Pandang
12. Perpustakaan Universitas Tarumanagara
13. Perpustakaan Universitas Muria Kudus
14. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada
15. Perpustakaan Universitas Negeri Medan
16. Perpustakaan IPDN
17. Perpustakaan STID DI Al-Hikmah
18. Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha
19. Perpustakaan Universitas Udayana
20. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD)
Malikussaleh
21. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta
22. Perpustakaan Institut Teknologi Telkom
23. Perpustakaan Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah IAILM
24. Universitas Negeri Surabaya
25. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
26. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Perpustakaan Sekolah
1. Perpustakaan Sekolah An-Nisaa & SMA Izada Bintaro
2. Perpustakaan SD Panembahan Yogyakarta
3. Perpustakaan SMP Negeri 2 Madiun
4. Perpustakaan SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Perpustakaan Umum/Daerah
1. Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Ngawi
2. Kantor Perpustakaan Umum Pemkab Bantul
3. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Blora
4. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Malang
Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah
1. Perpustakaan Kementerian Kesehatan RI
2. Perpustakaan R.I. Ardi Koesoema Badan Litbang Kehutanan
1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

10

Universitas