Makalah metode ilmiah analisa padi sawah
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah
digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat
yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah
diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap
orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka
setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat
makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin.
Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium,
magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
B.
TUJUAN
Mendeskripsikan budidaya padi sawah
Menghitung pendapatan dan keuntungan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,
tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan
Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua
Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya
yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan
Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan
didaerah tanah kering dengan sistim
ladang, akhirnya orang berusaha
memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah
Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
Klasifikasi Tanaman Padi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: (suku rumput-rumputan)
Spesies
: Oryza sativa L.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
sering kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus
benar-benar
mendapat perhatian,
agar harapan
untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Penggunaan benih
Benih unggul
Bersertifikat
Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
Persiapan lahan untuk persemaian
Tanah harus subur
Cahaya matahari
Pengairan
Pengawasan
Pengolahan tanah calon persemaian
Persemaian kering
Persemaian basah
Persemaian sistem dapog
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak
terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan
dengan baik yaitu :
Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar
tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada
persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam,
sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan
cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki
struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
Lebar bedengan 100 -150 cm
Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
Penaburan benih dan pencabutan bibit
Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
Penyiangan
Pengairan
Pemupukan
Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,
penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.
Persemaian Basah
Perbedaan
antara
persemaian
kering
dan
basah
terletak
pada
penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah
membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
Air akan melunakan tanah
Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak,
tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali.
Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih
dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang
digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem
tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan
benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian
yang baru atau tempat penanaman disawah
Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus
dibuang
Agar terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang
akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam
benih akan mempercepat proses tisiologis
-Lama perendaman benih
Direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya
ditiriskan atau dietus)
-Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih
berkecambah.
-Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah :
Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
Benih tersebar rata
Kerapatan benih harus sama
-Pemeliharaan persemaian
Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air
keselokan
yang
berada
diantara
bedengan,
agar
terjadi perembesan
sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering
kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan
menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang
dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bedengan digenangi air selama 24 jam
Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang
hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa
disebar
Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macakmacak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat
ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
Benih tidak busuk akibat genagan air
Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga proses perkecambahan lebih cepat
Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai
dengan keadaan, misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi
air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang
pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan
pencabutan.
Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah
unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll
diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur
tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih
disebar.
2.
PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan
alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
Pembersihan
Pencangkulan
Pembajakan
Penggaruan
3.
PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
Persiapan lahan
Umur bibit
Tahap penanaman
4.
PEMELIHARAAN
Meliputi :
Penyulaman dan penyiangan
Pengairan
Pemupukan
B.
KONSEP PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari
suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap
dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat
terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian,
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani
juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani
seperti berdagang, mengojek, dll.
1.
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan
harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan
biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga
kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi
berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima
petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan
biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani:
Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,
Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
Pilihan dan kombinasi,
Intensitas perusahaan pertanaman,
Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis
sebagai berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π
= Pendapatan (Rp)
Y
= Hasil produksi (Kg)
Py
= Harga hasil produksi (Rp)
Xi
= Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi
= Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT
= Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dengan biaya (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = PT / BT
Keterangan:
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan Total (Rp)
BT = Biaya Total (Rp)
Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih
kecil dari biaya.
Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama
dengan biaya.
2.
Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari
pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian
dan
non
pertanian
di
pedesaan
menjadi
sangat
kental
(Soekartawi,
1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa
orang
anggotanya. Kepala
rumah
tangga
adalah
orang
yang
paling
bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga
atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting
untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah
tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau
lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto
(1994), menyatakan bahwa
terdapat dua faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,
air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga
kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya
sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan
penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga
untuk
bekerja
atau
berusaha
lebih
giat
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan
besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani
cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang
rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai
maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah
dikurangi dengan bunga modal.
Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan
yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah
penghasilan rumah tangga.
Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber
lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu
sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian
dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian
dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh
dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong
bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan
bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam
berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,
Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi, dan pajak,
Pemeliharaan investasi, dan
Investasi dan tabungan.
III. METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi ini dilaksanakan
pada hari Kamis, 6 November 2014 pukul 17.00 sampai selesai. Praktikum ini
dilakukan di Kubu Dalam Marapalam Padang, Sumatera Barat.
B. PETANI
Petani yang di wawancari bernama Bapak Novri berumur 44 tahun, bapak
novri beralamat di Pisang sedangkan lahan yang di kelola di Kubu Dalam
Marapalam. Bapak Novri tidak hanya bertani tetapi ada kerjaan sampingan yaitu
tukang
C. KUISIONER WAWANCARA
Metoda yang digunakan untuk pengumpulan data dalam praktikum
ini adalah metoda wawancara langsung ke petani responden yang bersangkutan
dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertera di kusioner yang
sebelumnya telah disiapkan.
IV. HASIL
A.
IDENTITAS
Nama
: Bapak NOVRI
Umur
: 44 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Utama
: BERTANI
Pekerjaan Sampingan: Tukang
Alamat
: Kubu Dalam Marapalam
Komoditi
: Padi
Usahatani
: Satu Cabang
B.
TEKNIK BUDIDAYA
1.
Pengolahan lahan
Tanah diolah secara semi modern, karena pengolahannya dilakukan
dengan bantuan mesin bajak, yakni hand-tractor,namun tetap menggunakan tenaga
kerja upahan dengan biaya Rp1.000.000. Hal ini bertujuan juga untuk menghemat
tenaga kerja. Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan
tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian
dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata.Keuntungan
tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan
yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati
dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah
tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. (anonima:2008).
2.
Persemaian
Persemaian dilakukan sendiri oleh petani responden tanpa mengguanakan
bantuan tenaga kerja. Penyemaian dilakukan 1-2 hari setelah dibajak.Luas lahan
penyemaian hanya satu petak sawah.Persemaian dilakukan pada lahan yang sama
atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar
bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut
dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika
terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008). Dalam hal ini petani
melakukan penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga selama 2 hari oleh 1
orang. Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
3.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 20 hari penyemaian
oleh 8 orang tenaga kerja luar keluarga dengan upah Rp. 70.000. Jarak tanam padi
20 x 20 cm.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan
sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar
bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan
dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
4.
Pengairan
Pengairan yang dilakukan berupa saluran irigasi. Dimana sumber airnya di
diperoleh dari air sungai yang dialirkan ke beberapa area persawahan disekitar
Kubu Dalam, termasuk sawah petani responden tersebut.Pengairan dibagi
berdasarkan beberapa saluran-saluran ke masing-masing petakan sawah.
5.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 tahap.yaitu 15 hari setelah dibajak dan 15 hari
setelah tanam, dengan perbandingan pupuk 1:1:1. Tahap petama Pupuk yang
digunakan adalah pupuk urea sebanyak 50kgdibeli dengan harga Rp 2.000/kg,
pupuk Poska 50kg dengan harga Rp. 3.000/kg dan pupuk SP36 25kg dengan harga
Rp. 1.500/kg. tahap kedua pupuk urea 50kg, Poska 50 kg, dan pupuk SP36
25kg. Pemupukan ini dilakukan sendiri oleh petani responden. Pemupukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman padi agar dapat tumbuh
dengan baik.
6.
Penyiangan
Penyiangan yang dilakukan berupa pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-
vegetasi yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi dengan cara dibersihkan
langsung dengan cara mekanis yakni dicabut.
7.
Pengendalian HPT
Hama yamg menggangu tanaman padi petani responden adalah hama
wereng. Pengendalian dilakukan dengan cara memnyemprot dengan pestisida
Penyemprotan mengeluarkan dana sebesar Rp. 500.000
8.
Panen
Padi sudah bisa dipanen pada umur 3 ½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri
tanaman yang sudah layak untuk dipanen adalah padi sudah menguning secara
keseluruham, sudah berisi dan merunduk.Pemanenan masih dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sabit biasa.Pemanenan dilakukan oleh 10 orang
tenaga kerja dengan upah Rp 100.000 per hari.
9.
Pasca panen
Padi yang sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu kali panen
untuk lahan 0.5 Ha Bapak Novri menghasilkan 40 karung padi atau 2.000kg padi
untuk dijual. Padi dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya
banyak tengkulak yang datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.
FAKTOR PRODUKSI
Faktor produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja
luar keluarga (TKLK) yang dibayar dengan tarif tertentu untuk membajak tanah
(mengolah tanah), penanaman dan pemanenan.
Faktor produksi Modal
Adapun modal yang digunakan petani selama berusahatani adalah modal
sendiri. Sarana produksi seperti bibi, pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand
tractor disewa petani sekaligus dengan tenaga kerjanya.
Faktor produksi Manajemen
Dari aspek manajemen, disini petani responden merangkap menjadi petani
penyakap dan manajer sekaligus. Beberapa kegiatan budidaya dilakukan sendiri
oleh petani, yakni penyemaian, pemupukan dan penyiangan. Sedangkan aktivitas
petani sebagai mananjer adalah petani responden langsung lah yang menentukan
apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin, menentukan apa saja dan berapa input yang dibutuhkan selama dalam
berusahatani, membayar upah tenaga kerja, dan menetukan pemasaran hasil.
D.
PERHITUNGAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Tabel 1 Analisa Pendapatan dan Keuntungan Pada Uahatani Padi per 0.5 Hektar
di Kubu Dalam Marapalam
NO Uraian
Padi
1.
40 karung @ 50 kg= 2.000 kg/ 0,5
Produksi rata-rata (kg)
ha
2.
Harga (Rp)
Rp 5000/kg
3.
Penerimaan (Rp)
Rp
5000
x
2.000
kg
=
Rp
10.000.000
4.
Biaya yang dibayarkan
Sarana produksi:
Benih/bibit
Pupuk anorganik
15 kg/0,5 ha x Rp 5.000 = Rp
75.000
Urea
Poska
SP36
Pestisida
Pupuk kandang
Biaya Tenaga Kerja Luar
100 kg x Rp 2.000= Rp 200.000
100 kg x Rp 3.000 = Rp 300.000
50 kg x Rp 1.500 = Rp 75.000
Rp 500.000
Rp 0
Keluarga (TKLK)
Penanaman
Pajak
Sewa traktor
Sewa gudang
8 orang x Rp 70.000 = Rp 560.000
Rp 56.000/tahun : 3 = Rp 14.000
Rp 1.000.000
Rp 0
Rp 0
Biaya angkut
Biaya angkat
Biaya beli karung
Total biaya yang dibayarkan
5.
Rp 0
Rp 5.000/karung x 40 karung = Rp
200.000
Rp 2.924.000
Biaya yang diperhitungkan
Biaya TKDK
Penyemaian
Pemupukan
Penyiangan
pengendalian HPT
1 Lk x Rp 100.000= Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
1 Lk x Rp 100.000 = Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
10 Lk x Rp 100.000 = Rp 1.000.000
panen
Rp 190.000
bunga modal 4%
Rp 1.500.000
Rp 0
sewa lahan
Rp 0
penyusutan alat
biaya pasca panen
Total biaya yang diperhitungkan Rp 4.265.000
6.
Total biaya (Rp)
Rp 7.189.000
7.
Pendapatan (Rp)
Rp 7.076.000
8.
Keuntungan (Rp)
Rp 2.811.000
Pendapatan
= total penerimaan – total biaya dibayarkan
= Rp. 10.000.000 – Rp. 2.924.000
= Rp 7.076.000
Keuntungan
= total penerimaan – total biaya
= Rp. 10.000.000 – Rp.7.189.000
= Rp 2.811.000
Dari analis biaya di atas, dapat diketahui bahwasanya usahatani Bapak
Novri mendapatkan untung, karena Penerimaan > total biaya untung.
Tabel 2 Kriteria
Kriteria
Penerimaan > biaya
Penerimaan = biaya
Penerimaan < biaya
Analisis R/C
Nilai
Beruntung
Pulang pokok
rugi
= PT / BT
= Rp 10.000.000 / Rp. 7.189.000
= 1,39
Tabel 3 Kriteria R/C
Kriteria R/C
Nilai
> 1
=1
1 untung
V. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan oleh petani responden telah
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan petani yang
tamat SMA dan pengalaman berusahatani juga sudah lebih dari 15 tahun. Sesuai
teori, Bertambah tinggi pendidikan petani maka akan bertambah cepat majunya
usahataninya, dimana semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah
menerima dan mencari dan mempelajari pembaruan dan teknologi yang lebih baik
sehingga usahatani akan lebih cepat berkembang. Dan juga maka tinggi
pengalaman berusahatani maka akan lebih cepat majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan bahwa pendapatan dan keuntungan
yang
didapat
jugabesar.
Hal
ini
dapat
dilihat dari
analisis R/C
yang
bernilai 1,39 yang menyatakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani
tersebut menguntungkan. Karena batas R/C yang menguntungkan adalah >1.
B.
SARAN
Semoga laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta dapat dijadikan referensi untuk pembaca. Diharapkan laporan praktikum ini
yang merupakan salah satu tugas dalam kuliah Manajemen Usahatani nantinya
dapat diberikan masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan laporan praktikum ini mengenai petani responden di Kubu
Dalam, makausahatani padi cocok untuk diterapkan dan dilanjutkan karena dari
analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat memberi pendapatan dan
keuntungan yang besar bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA
Atman (2007) EKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH VARIETAS
UNGGUL BARU BATANG PIAMAN. Jurnal Ilmiah Tambua, VI, 58.
Edward Saleh, A. F. N., Lismaria Butarbuta (2012) BUDIDAYA PAD1 Dl
DALAM POLIBEG DENGAN IRlGASl BERTEKANAN UNTLIK ANTISIPASI
PESATNYA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH Jurnal Teknotan, 6, 692.
Mariati., Y. L. A. d. R. (2010) PERBANDINGAN PENDAPATAN
USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) SAWAH SISTEM TANAM PINDAH DAN
TANAM BENIH LANGSUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN
ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. EPP, 7.
Wayan Wangiyana, Z. L., Sanisah (2009) PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN PADI VAR. CIHERANG DENGAN TEKNIK BUDIDAYA “SRI
(SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)” PADA BERBAGAI UMUR DAN
JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM. Crop Agro, 2, 70.
A. LATAR BELAKANG
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai
tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah
digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat
yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah
diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap
orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka
setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat
makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin.
Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium,
magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
B.
TUJUAN
Mendeskripsikan budidaya padi sawah
Menghitung pendapatan dan keuntungan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,
tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan
Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua
Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya
yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan
Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan
didaerah tanah kering dengan sistim
ladang, akhirnya orang berusaha
memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah
Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
Klasifikasi Tanaman Padi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: (suku rumput-rumputan)
Spesies
: Oryza sativa L.
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
sering kali menurunkan produksi.
1. PERSEMAIAN
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus
benar-benar
mendapat perhatian,
agar harapan
untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Penggunaan benih
Benih unggul
Bersertifikat
Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
Persiapan lahan untuk persemaian
Tanah harus subur
Cahaya matahari
Pengairan
Pengawasan
Pengolahan tanah calon persemaian
Persemaian kering
Persemaian basah
Persemaian sistem dapog
Persemaian Kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak
terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan
dengan baik yaitu :
Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih tertinggal, agar
tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan pada
persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih dalam,
sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan
cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki
struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
Lebar bedengan 100 -150 cm
Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
Penaburan benih dan pencabutan bibit
Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
Penyiangan
Pengairan
Pemupukan
Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,
penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.
Persemaian Basah
Perbedaan
antara
persemaian
kering
dan
basah
terletak
pada
penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah
membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
Air akan melunakan tanah
Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak,
tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali.
Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih
dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang
digunakan 1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Sistem Dapog
Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem
tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan
benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian
yang baru atau tempat penanaman disawah
Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan
Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus
dibuang
Agar terjadi proses tisiologis
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang
akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam
benih akan mempercepat proses tisiologis
-Lama perendaman benih
Direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya
ditiriskan atau dietus)
-Lamanya pemeraman
Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih
berkecambah.
-Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah :
Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
Benih tersebar rata
Kerapatan benih harus sama
-Pemeliharaan persemaian
Pengairan
Pada pesemaian secara kering
Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air
keselokan
yang
berada
diantara
bedengan,
agar
terjadi perembesan
sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering
kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan
menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu /
rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang
dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bedengan digenangi air selama 24 jam
Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang
hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa
disebar
Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macakmacak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat
ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.
Benih tidak busuk akibat genagan air
Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga proses perkecambahan lebih cepat
Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai
dengan keadaan, misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi
air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang
pemindahan bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan
pencabutan.
Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah
unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll
diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur
tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih
disebar.
2.
PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan
alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
Pembersihan
Pencangkulan
Pembajakan
Penggaruan
3.
PENANAMAN
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
Persiapan lahan
Umur bibit
Tahap penanaman
4.
PEMELIHARAAN
Meliputi :
Penyulaman dan penyiangan
Pengairan
Pemupukan
B.
KONSEP PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari
suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap
dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat
terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian,
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani
juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan
yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam
per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah
pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani
seperti berdagang, mengojek, dll.
1.
Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua
pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan
harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan
biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga
kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi
berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima
petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan
biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani:
Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata,
Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
Pilihan dan kombinasi,
Intensitas perusahaan pertanaman,
Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis
sebagai berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π
= Pendapatan (Rp)
Y
= Hasil produksi (Kg)
Py
= Harga hasil produksi (Rp)
Xi
= Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi
= Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT
= Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dengan biaya (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = PT / BT
Keterangan:
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan Total (Rp)
BT = Biaya Total (Rp)
Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih
kecil dari biaya.
Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan sama
dengan biaya.
2.
Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari
pendapatan di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian
dan
non
pertanian
di
pedesaan
menjadi
sangat
kental
(Soekartawi,
1994). Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa
orang
anggotanya. Kepala
rumah
tangga
adalah
orang
yang
paling
bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga
atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting
untuk mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah
tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau
lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto
(1994), menyatakan bahwa
terdapat dua faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,
air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga
kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya
sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan
penyuluhan.
Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga
untuk
bekerja
atau
berusaha
lebih
giat
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan
besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani
cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang
rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan
kenaikan investasi yang kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai
maupun bunga modal dan investasi nilai kerja keluarga.
Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah
dikurangi dengan bunga modal.
Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan
yang dilakukan petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah
penghasilan rumah tangga.
Pendapatan Keluarga
Angka ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber
lain yang diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.
Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu
sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian
dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian
dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).
Menurut Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk
tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh
dari bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan terdorong
bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan
bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah penyumbang dalam
berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun mencari nafkah.
Menurut Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,
Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi, dan pajak,
Pemeliharaan investasi, dan
Investasi dan tabungan.
III. METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi ini dilaksanakan
pada hari Kamis, 6 November 2014 pukul 17.00 sampai selesai. Praktikum ini
dilakukan di Kubu Dalam Marapalam Padang, Sumatera Barat.
B. PETANI
Petani yang di wawancari bernama Bapak Novri berumur 44 tahun, bapak
novri beralamat di Pisang sedangkan lahan yang di kelola di Kubu Dalam
Marapalam. Bapak Novri tidak hanya bertani tetapi ada kerjaan sampingan yaitu
tukang
C. KUISIONER WAWANCARA
Metoda yang digunakan untuk pengumpulan data dalam praktikum
ini adalah metoda wawancara langsung ke petani responden yang bersangkutan
dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertera di kusioner yang
sebelumnya telah disiapkan.
IV. HASIL
A.
IDENTITAS
Nama
: Bapak NOVRI
Umur
: 44 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Utama
: BERTANI
Pekerjaan Sampingan: Tukang
Alamat
: Kubu Dalam Marapalam
Komoditi
: Padi
Usahatani
: Satu Cabang
B.
TEKNIK BUDIDAYA
1.
Pengolahan lahan
Tanah diolah secara semi modern, karena pengolahannya dilakukan
dengan bantuan mesin bajak, yakni hand-tractor,namun tetap menggunakan tenaga
kerja upahan dengan biaya Rp1.000.000. Hal ini bertujuan juga untuk menghemat
tenaga kerja. Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan
tanah terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian
dihancurkan dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata.Keuntungan
tanah yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan
yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati
dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah
tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. (anonima:2008).
2.
Persemaian
Persemaian dilakukan sendiri oleh petani responden tanpa mengguanakan
bantuan tenaga kerja. Penyemaian dilakukan 1-2 hari setelah dibajak.Luas lahan
penyemaian hanya satu petak sawah.Persemaian dilakukan pada lahan yang sama
atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar
bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut
dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika
terlalu lama menunggu akan mati (Anonima, 2008). Dalam hal ini petani
melakukan penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga selama 2 hari oleh 1
orang. Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
3.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 20 hari penyemaian
oleh 8 orang tenaga kerja luar keluarga dengan upah Rp. 70.000. Jarak tanam padi
20 x 20 cm.
Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan
sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar
bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan
dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
4.
Pengairan
Pengairan yang dilakukan berupa saluran irigasi. Dimana sumber airnya di
diperoleh dari air sungai yang dialirkan ke beberapa area persawahan disekitar
Kubu Dalam, termasuk sawah petani responden tersebut.Pengairan dibagi
berdasarkan beberapa saluran-saluran ke masing-masing petakan sawah.
5.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 tahap.yaitu 15 hari setelah dibajak dan 15 hari
setelah tanam, dengan perbandingan pupuk 1:1:1. Tahap petama Pupuk yang
digunakan adalah pupuk urea sebanyak 50kgdibeli dengan harga Rp 2.000/kg,
pupuk Poska 50kg dengan harga Rp. 3.000/kg dan pupuk SP36 25kg dengan harga
Rp. 1.500/kg. tahap kedua pupuk urea 50kg, Poska 50 kg, dan pupuk SP36
25kg. Pemupukan ini dilakukan sendiri oleh petani responden. Pemupukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman padi agar dapat tumbuh
dengan baik.
6.
Penyiangan
Penyiangan yang dilakukan berupa pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-
vegetasi yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi dengan cara dibersihkan
langsung dengan cara mekanis yakni dicabut.
7.
Pengendalian HPT
Hama yamg menggangu tanaman padi petani responden adalah hama
wereng. Pengendalian dilakukan dengan cara memnyemprot dengan pestisida
Penyemprotan mengeluarkan dana sebesar Rp. 500.000
8.
Panen
Padi sudah bisa dipanen pada umur 3 ½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri
tanaman yang sudah layak untuk dipanen adalah padi sudah menguning secara
keseluruham, sudah berisi dan merunduk.Pemanenan masih dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sabit biasa.Pemanenan dilakukan oleh 10 orang
tenaga kerja dengan upah Rp 100.000 per hari.
9.
Pasca panen
Padi yang sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu kali panen
untuk lahan 0.5 Ha Bapak Novri menghasilkan 40 karung padi atau 2.000kg padi
untuk dijual. Padi dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya
banyak tengkulak yang datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.
FAKTOR PRODUKSI
Faktor produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja
luar keluarga (TKLK) yang dibayar dengan tarif tertentu untuk membajak tanah
(mengolah tanah), penanaman dan pemanenan.
Faktor produksi Modal
Adapun modal yang digunakan petani selama berusahatani adalah modal
sendiri. Sarana produksi seperti bibi, pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand
tractor disewa petani sekaligus dengan tenaga kerjanya.
Faktor produksi Manajemen
Dari aspek manajemen, disini petani responden merangkap menjadi petani
penyakap dan manajer sekaligus. Beberapa kegiatan budidaya dilakukan sendiri
oleh petani, yakni penyemaian, pemupukan dan penyiangan. Sedangkan aktivitas
petani sebagai mananjer adalah petani responden langsung lah yang menentukan
apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin, menentukan apa saja dan berapa input yang dibutuhkan selama dalam
berusahatani, membayar upah tenaga kerja, dan menetukan pemasaran hasil.
D.
PERHITUNGAN PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Tabel 1 Analisa Pendapatan dan Keuntungan Pada Uahatani Padi per 0.5 Hektar
di Kubu Dalam Marapalam
NO Uraian
Padi
1.
40 karung @ 50 kg= 2.000 kg/ 0,5
Produksi rata-rata (kg)
ha
2.
Harga (Rp)
Rp 5000/kg
3.
Penerimaan (Rp)
Rp
5000
x
2.000
kg
=
Rp
10.000.000
4.
Biaya yang dibayarkan
Sarana produksi:
Benih/bibit
Pupuk anorganik
15 kg/0,5 ha x Rp 5.000 = Rp
75.000
Urea
Poska
SP36
Pestisida
Pupuk kandang
Biaya Tenaga Kerja Luar
100 kg x Rp 2.000= Rp 200.000
100 kg x Rp 3.000 = Rp 300.000
50 kg x Rp 1.500 = Rp 75.000
Rp 500.000
Rp 0
Keluarga (TKLK)
Penanaman
Pajak
Sewa traktor
Sewa gudang
8 orang x Rp 70.000 = Rp 560.000
Rp 56.000/tahun : 3 = Rp 14.000
Rp 1.000.000
Rp 0
Rp 0
Biaya angkut
Biaya angkat
Biaya beli karung
Total biaya yang dibayarkan
5.
Rp 0
Rp 5.000/karung x 40 karung = Rp
200.000
Rp 2.924.000
Biaya yang diperhitungkan
Biaya TKDK
Penyemaian
Pemupukan
Penyiangan
pengendalian HPT
1 Lk x Rp 100.000= Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
1 Lk x Rp 100.000 = Rp 100.000
½ hari x 100.000 = Rp 50.000
10 Lk x Rp 100.000 = Rp 1.000.000
panen
Rp 190.000
bunga modal 4%
Rp 1.500.000
Rp 0
sewa lahan
Rp 0
penyusutan alat
biaya pasca panen
Total biaya yang diperhitungkan Rp 4.265.000
6.
Total biaya (Rp)
Rp 7.189.000
7.
Pendapatan (Rp)
Rp 7.076.000
8.
Keuntungan (Rp)
Rp 2.811.000
Pendapatan
= total penerimaan – total biaya dibayarkan
= Rp. 10.000.000 – Rp. 2.924.000
= Rp 7.076.000
Keuntungan
= total penerimaan – total biaya
= Rp. 10.000.000 – Rp.7.189.000
= Rp 2.811.000
Dari analis biaya di atas, dapat diketahui bahwasanya usahatani Bapak
Novri mendapatkan untung, karena Penerimaan > total biaya untung.
Tabel 2 Kriteria
Kriteria
Penerimaan > biaya
Penerimaan = biaya
Penerimaan < biaya
Analisis R/C
Nilai
Beruntung
Pulang pokok
rugi
= PT / BT
= Rp 10.000.000 / Rp. 7.189.000
= 1,39
Tabel 3 Kriteria R/C
Kriteria R/C
Nilai
> 1
=1
1 untung
V. PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan oleh petani responden telah
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan petani yang
tamat SMA dan pengalaman berusahatani juga sudah lebih dari 15 tahun. Sesuai
teori, Bertambah tinggi pendidikan petani maka akan bertambah cepat majunya
usahataninya, dimana semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah
menerima dan mencari dan mempelajari pembaruan dan teknologi yang lebih baik
sehingga usahatani akan lebih cepat berkembang. Dan juga maka tinggi
pengalaman berusahatani maka akan lebih cepat majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan bahwa pendapatan dan keuntungan
yang
didapat
jugabesar.
Hal
ini
dapat
dilihat dari
analisis R/C
yang
bernilai 1,39 yang menyatakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh petani
tersebut menguntungkan. Karena batas R/C yang menguntungkan adalah >1.
B.
SARAN
Semoga laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta dapat dijadikan referensi untuk pembaca. Diharapkan laporan praktikum ini
yang merupakan salah satu tugas dalam kuliah Manajemen Usahatani nantinya
dapat diberikan masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan laporan praktikum ini mengenai petani responden di Kubu
Dalam, makausahatani padi cocok untuk diterapkan dan dilanjutkan karena dari
analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat memberi pendapatan dan
keuntungan yang besar bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA
Atman (2007) EKNOLOGI BUDIDAYA PADI SAWAH VARIETAS
UNGGUL BARU BATANG PIAMAN. Jurnal Ilmiah Tambua, VI, 58.
Edward Saleh, A. F. N., Lismaria Butarbuta (2012) BUDIDAYA PAD1 Dl
DALAM POLIBEG DENGAN IRlGASl BERTEKANAN UNTLIK ANTISIPASI
PESATNYA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH Jurnal Teknotan, 6, 692.
Mariati., Y. L. A. d. R. (2010) PERBANDINGAN PENDAPATAN
USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) SAWAH SISTEM TANAM PINDAH DAN
TANAM BENIH LANGSUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN
ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. EPP, 7.
Wayan Wangiyana, Z. L., Sanisah (2009) PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN PADI VAR. CIHERANG DENGAN TEKNIK BUDIDAYA “SRI
(SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)” PADA BERBAGAI UMUR DAN
JUMLAH BIBIT PER LUBANG TANAM. Crop Agro, 2, 70.