6.1 STRUKTUR SINTAKSIS - TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS.pdf

Nama : Khoirudin A. Fauzi
NIM

: 1402408313

BAB VI
TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang
tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Kedua
bidang tataran itu memang berbeda namun seringkali batas keduanya menjadi kabur,
karena pembicaraan bidang yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Oleh
karena itulah muncul istilah morfosintaksis yang merupakan gabungan dari dari
morfologi dan sintaksis. Meskipun demikian orang biasa membedakan kedua tataran
itu dengan pengertian : Morfologi membicarakan struktur internal kata sedangkan
sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur
lain sebagai suatu satuan ujaran.
Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah
1. struktur sintaskis : mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis,
serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu.
2. satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat dan wacana

3. hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan
sebagainya.
Berikut ini hal-hal tersebut akan dibicarakan secara singkat

6.1 STRUKTUR SINTAKSIS
Dalam pembicaraan struktur sintaksis pertama harus dibicarakan masalah
sitakasis, kategori sintasis, dan peran sintaksis.
Anda tentu telah mendengar istilah subjek, predikat, objek, dan
keterangan; juga istilah nomina, verba, ajektiva, dan numeralia; begitu juga dengan
istilah pelaku, penderita dan penerima. Kelompok istilah pertama yaitu subjek,
predikat, objek, dan keterangan adalah peristilahan yang berkenaan dengan fungsi
sintaksis. Kelompok ke-dua yaitu istilah nomina, verba, ajektiva, dan numeralia
adalah peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis sedangkan kelompok
ketiga yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah peristilahan yang

berkenaan dengan peran sintaksis. Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan
subjek, predikat, objek, dan keterangan.

6.2 KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam tataran morflogi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya

adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang
secara hirarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu
frase. Maka di sini, kata hanya dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis.
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperanan sebagai fungsi pengisi
sintaksis , sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan
satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.

6.3 FRASE
Dalam sejarah studi linguistic istilah frase banyak digunakan dengan
pengertian yang berbeda-beda. Di sini istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis
yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas
satuan kata
6.3.1 Pengertian frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat non predikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
6.3.2 Jenis Frase
Dalam pembicaraan tentang frase biasanya dibedakan adanya frase (1)
eksosentrik, (2) endosentrik (disebut juga frase subordinatif atau frase modifikatif) (3)
frase koordinatif dan (4) frase apositif

6.3.2.1 Frase Eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
6.3.2.2 Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya artinya salah satu
komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.
6.3.2.3 Frase Koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari 2
komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan
oleh konjungsi koordinatif baik yang tunggal maupun konjungsi terbagi.

6.3.2.4 Frase Apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling
merujuk sesamanya dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
6.3.3 Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah frase itu dapat diperluas. Maksudnya frase itu
dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang
akan ditampilkan.

6.4 KLAUSA
Merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di
bawah tataran kalimat.
6.4.1 Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase yang
berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai objek dan sebagai
keterangan
6.4.2 Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat.
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsusr-unsur lengkap, sekurangkurangnya mempunyai subjek dan predikat dan karena itu mempunyai potensi untuk
itu menjadi kalimat mayor. Berbeda dengan klausa bebas yang strukturnya lengkap
maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap unsure yang ada dalam
klausa ini mungkin subjek, objek, atau keterangan saja.

6.5 KALIMAT
Kalimat merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan sebagai satuan
ajaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia.
6.5.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap
merupakan definisi umum yang biasa kita jumpai.
6.5.2 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandang :
6.5.2.1 Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti


Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa
inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti
dapat diubah menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi.
6.5.2.2 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya
klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka disebut
kalimat tunggal, kalau klausa dalam sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut
kalimat majemuk
6.5.2.3 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan
lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu kalau
klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat maka
kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap entah terdiri dari
subjek, predikat, objek, atau keterangan saja maka kalimat tersebut disebut kalimat
minor
6.5.2.4 Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat
yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal sedangkan kalimat
non verbal adalah kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa

nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
6.5.2.5 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi
ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan
kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah
kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka
paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.
6.5.3 Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah
klausa, sebab bisa dikatakan : kalimat minus intonasi sama dengan klausa; atau kalau
dibalik : klausa plus intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalau intonasi dari sebuah
kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.
6.5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis
Keenam istilah tersebut biasa muncul dalam pembicaraan mengenai sintaksis.

6.5.4.1 Modus
Adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan
menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara atentang apa yang
diucapkannya. Ada beberapa macam modus antara lain : Modus Indikatif atau Modus
Deklaratif, Modus Optatif, Modus Imperatif, Modus Interogatif, Modus Obligatif,

Modus Desideratif, Modus Kondisional.
6.5.4.2 Aspek
Adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam
suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dari berbagai macam bahasa di kenal
adanya berbagai macam aspek antara lain aspek kontinuatif, aspek inseptif, aspek
progresif, aspek repetitive, aspek perfektif, aspek imperfektif, aspek sesatif.
6.5.4.3 Kala atau Tense
Adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya
perbuatan, kejadian, tindakan, pengalaman, yang disebutkan dalam predikat. Kala
lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah lampau dan akan dating.
6.5.4.4 Modalitas
Adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara
terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa, atau
juga sikap terhadap lawan bicaranya.
6.5.4.5 Fokus
Adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat kalimat sehingga perhatian
pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
6.5.4.6 Diatesis
Adalah gambaran hubungan pelaku atau peserta dalam kalimat dengan
perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Ada beberapa macam diatesis antara

lain diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis resiprokal, diatesis kausatif.

6.6 WACANA
6.6.1 Pengetian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahas
yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang
utuh. Yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam
wacana lisan), tanpa keraguan apapun.

6.6.2 Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi
kohesif, antara lain adalah :
1. Konjungsi : alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau
menghubungkan paragraf dengan paragraf
2. Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, itu sebagai rujukan anaforis
3. Menggunakan elepsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang
terdapat kalimat yang lain.
6.6.3 Jenis Wacana
Pertama-tama dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis berkenaan

dengan sarananya yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. Kemudian ada pembagian
wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk
uraian atau dalam bentuk puitik. Selanjutnya wacana prosa ini dilihat dari
penyampaian isinya dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana
persuasi, dan wacana argumentasi. Wacana narasi bersifat menceritakan suatu topik
atau hal; wacana eksposisi bersifat memaparkan topik atau fakta, wacana persuasi
bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang, dan wacana argumentasi bersifat
memberi argument atau alasan terhadap suatu hal.
6.6.4 Subsatuan Wacana
Dari pembicaraan di atas dapat dikatakan wacana adalah satuan bahasa yang
utuh dan lengkap. Maksudnya, dalam wacana ini satuan ide atau pesan yang
disampaikan akan dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan atau tanpa
merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana
itu.

6.7 CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Sebuah kata atau frase dengan persyaratan tertentu dapat menjadi sebuah
kalimat. Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih
besar. Jadi, fonem membentuk morfem; lalu morfem akan membentuk kata; kemudian
kata akan membentuk frase; selanjutnya frase akan membentuk klausa; sesudah itu

klausa akan membentuk kalimat; dan akhirnya kalimat akan membentuk wacana.

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN STRUKTUR PADA TRIBUN BARAT STADION GAJAYANA MALANG

22 175 2

PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP STRUKTUR Na2O DARI Na2CO3 YANG DIHASILKAN DARI PEMBAKARAN TEMPURUNG KELAPA

9 88 114

¬ PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP STRUKTUR Na¬2O DARI Na2CO3 YANG DIHASILKAN DARI PEMBAKARAN TEMPURUNG KELAPA

6 85 114

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA SEISMIK 2D UNTUK PERHITUNGAN MANUAL GROSS ROCK VOLUME RESERVOAR PADA LAPANGA YTS

14 189 75

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

PENGARUH PROFITABILITAS, UMUR, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL

0 1 10