4.6 PENGAWASAN PENURAPAN DAN PENGAMBILA,N AIR TANAH PADA MATA AIR - 4.6. Pengawasan Penurapan (241-245).pdf
4.6 PENGAWASAN PENURAPAN DAN PENGAMBILA,NAIR TANAH PADA
MATA AIR
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatanair tanah sebagaisumber pasokan air baku dengan cara menurap mata air
memiliki nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkandenganberbagaicara budidaya air
tanah lainnya.
Penurapandan pengambilan air mata air di beberapatempat terbukti telah mengabaikan
aspek hidrogeologi hingga menimbulkan dampak negatif terhadapkelestarian lna:rair,
demikian pula ketidakpedulian pengguna yang memanfaatkanaii tanah pada mata air
terhadap aspek sosial telah menimbulkan konflik dengan penduduk di sekitar lokasi
pemunculanmata air tersebut.
Kecenderunganpemanfaatan air tanah pada mata air yang terus meningkat, seiring
denganpeningkatanpembangunandan pertambahanjumlah penduduk, maka diperlukan
adanyapengawasanterhadappenurapandan pengambilanair ianah pada air mataair serta
ketersediaan aimya untuk pasokan air bagi berbagai keperluan. Pengawasantersebut
meliputi pengawasanterhadapperencanaan,pelaksanaan,dan pemantauandari penurapan
dan pemanfaaranair mata air. Oleh sebabitu, dalam pelaksanaankegiatan ini diperlukan
adanya suatu panduan untuk melakukan pengawasanpenurapan dan pemanfaatanair
mata air.
2. KETERSEDIAN DATA DAN INFORMASI
Ketersedian data dan informasi mata air sangat menentukan dalam rencana pemanfaatan
air mata air- Oleh sebabiru pihak penggunawajib melakukankajian penurapanmata air
berdasarkanatas data dan informasi secara menyeluruh, baik
,vang berkaitan dengan
aspekteknis mata air maupun kondisi lingkungan sekitarnya.Data dan informasi ter.sebut
dapat diperoleh dengan melakukanpenyelidikan lapanganclantelaah data sekunderyang
berkaitan dengan kondisi geologi, hidrogeologi, dan aspek sosial. Data dan informasi
yang diperolehtersebutkemudian dianalisisuntuk mensetahui:
l. Kondisi Hidrogeologi
Kondisi hidrogeologi terutama sebaran/geometri,litologi, dan parameterakuifer dari
mata air, serta besar aliran air tanahnya.
2. Jenisdan GenesaMata Air
Pemahamanjenis dan genesa mata air ini akan menentukan dalam pelaksanaan dan
pemantauan penurapan dan pemanfaatan air mata air. Jika ditilik dari penyebab
pemunculannya, mata air dapatdigolongkan menjadi dua, yakni:
a. Mata air yang berhubungan dengan rekahan yang meluas sampai jauh ke dalam
kerak bumi, sebagai akibat dari kekuatan nongravitasi. Pada umurnnya mata air
tersebut dijumpai sebagai mata air panas.Mata air jenis itu umumnya dimanfaatkan
untuk keperluanpariwisata.
241
b. Mata air yang dihasilkan dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik, sebagai
akibat dari kekuatan gravitasi. Mata air tersebutterdiri dari beberapajenis, yakni
mata air depresi,mata air kontak, mata air artesis,dan mata air pipaan atau rekahan
(Lampiran l). Air dari mata air jenis itu umumnya dimanfaatkan sebagaisumber
pasokanair baku.
Informasi konfigurasi akuifer di lokasi pemunculan mata air dan sekitarnya akan
sangatmembantuunhrk mengetahuijenisdan genesamata air.
1
J.
Debit Mata Air
Debit mata air maksimum dan minimurn dari pengukuransekurang-kurangnyaselama
satu tahun, harus diketahui untuk pengaturanpemanfaatannya.
+.
Kualitas Air
Kualitas air mata air harusdiketahui agarjenis pemanfaatannyaoptimum.
5. DaerahImbuhan Mata Air
Prakiraan luas daerah imbuhan mata air dapat dilakukan dengan memperhitungkan
besarnya imbuhan air tanah rata-rata tahunan dan debit mata air (Lampiran 2),
sedangkansebarannyadidasarkanpada kondisi hidrogeologi yang berkaitan dengan
jenis/genesa
mataair.
6. PemanfaatanMata Air
Pemanfaatanmata air yang telah dilaksanakansaatini, adalahsebagaisumberpasokan
air baku atau untuk kepentinganlain sepertipertaniandan peternakan.
1 . RencanaUmum Tata Ruang
Ketentuan penggunaan lahan di lokasi pemunculan mata air, ditetapkan oleh
pemerintahdaerahterkait. Kegiatan yang akan dilakukan oleh penggunaharus selaras
denganrencanatata ruang setempat.
8 . RencanaPemanfaatanMata Air
Pengguna yang akan menurap mata air harus membuat proposal yang memuat
penjelasan tentang peruntukan air, kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan, cara
pemanfaatan, dan gambar teknis bangunan penurap mata ak berikut penampang
hidrogeologi yang menjelaskanpemunculan mata air.
3. TATA CARA KEGIATAN
PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan penurapan dan pemanfaatan air mata air meliputi beberapa hal
sebagaiberikut.
3.1 Ketentuan Umum
1. Setiap kegiatan penurapandan pemanfaatan air mata air harus mematuhi ketentuan
yang tercantum dalam peraturan perundangan yang berlaku. Setiap pelanggaran
yang terjadi setelah peraturan perundang-undangan ditetapkan harus dikenakan
sanksi.
. A'J
2. Lingkup kegiatan pengawasanpenurapanmata air meliputi pengawasanterhadap
hal-hal berikut.
a. Perencanaanpenurapandan pemanfaatanair mata air meliputi : keterandalan
data dan informasi pendukung mengenai mata air, rancang bangun bangunan
penurap, jumlah dan waktu pemanfaatan air, kualitas air yang dikehendaki,
kegiatanfisik penurapan,dan pemantauanterhadappemanfaatanair mata air.
b. Pelaksanaan penurapan dan pemanfaatan air mata air ineliputi kegiatan fisik
pembangunanbangunan penurap, serta kegiatan pelaksanaanpemanfaatanair.
c. Pemantauan meliputi laporan berkala kuantitas dan kualitas pemanfaatan air
mata air maupun kemungkinan terjadinya dampak negatif atas kegiatan
penurapan dan pemanfaatanair.
3 . Setiap kegiatan penurapan dan pemanfaatanair mata air harus didasarkan atas data
dan informasi yang berkaitan dengan mata air yang bersangkutan,seperti diuraikan
pada butir III B, yakni jenis dan genesamata air, pencatatandebit sepanjangwaktu
tertentu, pemanfaatan mata air saat ini, luasan dan peruntukan lahan daerah
imbuhan mata air, kondisi air permukaan,rencanaumum tata ruang, kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakatyang terkait dengan keberadaanmata air yang
bersangkutan, serta kondisi geologi,ihidrogeologiyang berpengaruh terhadap
pemunculanmata air.
4 . Apabila dari telaahandata dan informasi menunjukkanbahwa pemunculanmata air
berasal dari akuifer lintas batas, pengawasan harus melibatkan daerah yang
tercakup dalam sebaran akuifer tersebut. Jika terjadi pertentangankepentingan
antar daerah tersebut dan tidak terselesaikan, daerah yang bersangkutan harus
melibatkan pemerintah provinsi danJatau pemerintah untuk menyelesaikan
pertentangantersebut.
5 . Pemerintah daerah untuk keperluan pengawasanperlu menetapkanpenataandaerah
imbuhan untuk perlindungan mata air berdasarkan atas data dan informasi
tersedia, serta sanksi atas pelanggaran terhadap penetapan tersebut dalam
peraturan daerah. Dalam hal akuifer lintas batas seperti tersebut pada butir 2,
penetapan peraturan daerah perlu dikoordinasikan dengan daerah otonom
terkait.
yang
suatu
maka
yang
6. Jumlah pemanfaatan air mata air harus tidak mengganggu pemanfaatanyang telah
ada.
7 . Pengawasan harus menjamin terselenggaranya pemanfaatan air yang saling
menunjang (conjunctive use) antara air dari mata air yang akan diturap dan air
permukaanyang tersedia.
8 . Pelaksanaanpenurapan harus melibatkan peran serta masyarakat di sekitar lokasi
pemunculanmata air.
9. Jika pelaksanaankegiatan penurapan dan pemanfaatan air mata air terjadi konflik
kepentingan dengan masyarakat, pengguna air lainnya atau pihak terkait, yang
tidak dapat terselesaikanoleh pengguna,pemerintah daerah wajib membantu dalam
penyelesaiankonfl ik tersebut.
243
10. Apabila telah dilakukan pemanfaatanmata air dengan tidak mengikuti prosedur
yang telah ditcntukan harus dilakukan penertiban dengan kewajiban bagi pengguna
untuk melakukan kajian hidrogeologi dan aspek lingkungan lainnya, sedangkan
perizinandisesuaikandenganhasil kajian tersebut.
3.2 Tahap Perencanaan
l. Pemerintah daerah harus melakukan telaahan bahwa perencanaanyang dilakukan
oleh pengguna telah sesuai dengan atau didasarkan pada data dan informasi yang
keterandalannyatidak diragukan.
2. Rencanapemanfaatanmata air tidak mengganggupemanfaatanair yang telah ada,
terutama kebutuhan akan air bersih bagi penduduk di sekitar lokasi pemunculan
mata air.
3. Rencana pemanfaatan mata air tidak mengabaikan atau bertentangan dengan adat
istiadatatau budayakeairanmasyarakatsetempatdalam pemanfaatanmata air.
4. Apabila dalan-rtelaahandata/informasimenyimpulkan bahwa rencanapemanfaatan
mata air adalah sebesar50 l/detik atau lebih, penggunawajib melaksanakanstudi
kelayakan lingkungan sesuai dengan ketentuan dalam perailran perundang'undanganyang berlaku.
5. Rancang bangun bangunan penurap mata air harus sesuai dengan standar teknik
suatubangunanyang berkaitandenganair.
6. Apabila hasil pengawasanpada butir I sampai dengan 5 menyimpulkan bahwa
perencanaanpenurapanmata air yang telah dilakukan oleh penggunatidak sesuai
dengan kondisi hidrogeologinya, serta ketentuan lain dari peraturan yang ada,
pemerintah daerah wajib menolak permohonanpenurapanmata air atau meminta
penggunamemperbaikiperencanaannya.
3.3 Tahap Pelaksanaan
l. Penurapanharus dilaksanakan dengan tidak merusak struktur akuifer dari mata air
yang bersangkutan.Pembangunanfisik bangunan penurap harus disesuaikan
denganjenis, genesa,dan besarandebit mata air.
2. Jika dalam pembangunan fisik tersebut ditengarai adanya penurunan debit yang
sangat berarti atau menghilangnya pemunculan mata air, maka pembangunan
tersebut harus dihentikan dan dilakukan kaji ulang atasrencanapenurapan.
3. Pemanfaatan air yang dilakukan dengan membuat sumur dan memompa langsung
dari akuifer harus menjamin tidak te{adinya kerusakan akuifer yang berarti dan
tidak mengganggupemanfaatanair tanah di sekitar lokasi mata air tersebut.
4. Dalam hal dilakukan pemanfaatan ak dari bak penurap, pengawasan harus
dilakukan terhadapjenis, kapasitasdan kedudukan pompa, serta debit pemompaan.
5. Debit pemanfaatan air harus dicatat dengan menggunakan meter air atau alat ukur
lainnya dan harus diperiksa jenis, kapasitas, lokasi pemasangan, dan sertifikasi
peneraan.
244
3.4 Tahap Pemantauan
I' Pihak pengguna menaati perahran untuk menyerahkan laporan tentang
pelaksanaanpembuatan bangunan penurap mata air, termasuk pemasangan meter
air, serta hasil analisis kualitas air sebelum dan sesudahdilakukan p".rur"pun.
2. Pihak pengguna wajib mentaati untuk menyerahkan laporan bulanan mengenai
jumlah pemanfaatanair mata air dan kualitas air.
3. Pemerintah daerah yang tercakup dalam daerah imbuhan dan lokasi pemunculan
mata air harus memperoleh salinan hasil kajian yang telah dilakukan pengguna,
serta tembusan izin penurapan dan izin pemanfaatan air mata air sehingga
masyarakat dapat berperan serta melalcukan pengawasan dan pemantauan
mengenai pengelolaan daerah imbuh ataupun pelaksanaan pemanfaatan air oleh
pengguna.
4. Pengguna wajib membuat sumur pantau atau sarana pemantau apabila peraturan
perundang-undanganmewajibkannya. Hasil pemantauan wajib dilaporkan kepada
pemerintahdaerah.
245
MATA AIR
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatanair tanah sebagaisumber pasokan air baku dengan cara menurap mata air
memiliki nilai ekonomis yang lebih baik dibandingkandenganberbagaicara budidaya air
tanah lainnya.
Penurapandan pengambilan air mata air di beberapatempat terbukti telah mengabaikan
aspek hidrogeologi hingga menimbulkan dampak negatif terhadapkelestarian lna:rair,
demikian pula ketidakpedulian pengguna yang memanfaatkanaii tanah pada mata air
terhadap aspek sosial telah menimbulkan konflik dengan penduduk di sekitar lokasi
pemunculanmata air tersebut.
Kecenderunganpemanfaatan air tanah pada mata air yang terus meningkat, seiring
denganpeningkatanpembangunandan pertambahanjumlah penduduk, maka diperlukan
adanyapengawasanterhadappenurapandan pengambilanair ianah pada air mataair serta
ketersediaan aimya untuk pasokan air bagi berbagai keperluan. Pengawasantersebut
meliputi pengawasanterhadapperencanaan,pelaksanaan,dan pemantauandari penurapan
dan pemanfaaranair mata air. Oleh sebabitu, dalam pelaksanaankegiatan ini diperlukan
adanya suatu panduan untuk melakukan pengawasanpenurapan dan pemanfaatanair
mata air.
2. KETERSEDIAN DATA DAN INFORMASI
Ketersedian data dan informasi mata air sangat menentukan dalam rencana pemanfaatan
air mata air- Oleh sebabiru pihak penggunawajib melakukankajian penurapanmata air
berdasarkanatas data dan informasi secara menyeluruh, baik
,vang berkaitan dengan
aspekteknis mata air maupun kondisi lingkungan sekitarnya.Data dan informasi ter.sebut
dapat diperoleh dengan melakukanpenyelidikan lapanganclantelaah data sekunderyang
berkaitan dengan kondisi geologi, hidrogeologi, dan aspek sosial. Data dan informasi
yang diperolehtersebutkemudian dianalisisuntuk mensetahui:
l. Kondisi Hidrogeologi
Kondisi hidrogeologi terutama sebaran/geometri,litologi, dan parameterakuifer dari
mata air, serta besar aliran air tanahnya.
2. Jenisdan GenesaMata Air
Pemahamanjenis dan genesa mata air ini akan menentukan dalam pelaksanaan dan
pemantauan penurapan dan pemanfaatan air mata air. Jika ditilik dari penyebab
pemunculannya, mata air dapatdigolongkan menjadi dua, yakni:
a. Mata air yang berhubungan dengan rekahan yang meluas sampai jauh ke dalam
kerak bumi, sebagai akibat dari kekuatan nongravitasi. Pada umurnnya mata air
tersebut dijumpai sebagai mata air panas.Mata air jenis itu umumnya dimanfaatkan
untuk keperluanpariwisata.
241
b. Mata air yang dihasilkan dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik, sebagai
akibat dari kekuatan gravitasi. Mata air tersebutterdiri dari beberapajenis, yakni
mata air depresi,mata air kontak, mata air artesis,dan mata air pipaan atau rekahan
(Lampiran l). Air dari mata air jenis itu umumnya dimanfaatkan sebagaisumber
pasokanair baku.
Informasi konfigurasi akuifer di lokasi pemunculan mata air dan sekitarnya akan
sangatmembantuunhrk mengetahuijenisdan genesamata air.
1
J.
Debit Mata Air
Debit mata air maksimum dan minimurn dari pengukuransekurang-kurangnyaselama
satu tahun, harus diketahui untuk pengaturanpemanfaatannya.
+.
Kualitas Air
Kualitas air mata air harusdiketahui agarjenis pemanfaatannyaoptimum.
5. DaerahImbuhan Mata Air
Prakiraan luas daerah imbuhan mata air dapat dilakukan dengan memperhitungkan
besarnya imbuhan air tanah rata-rata tahunan dan debit mata air (Lampiran 2),
sedangkansebarannyadidasarkanpada kondisi hidrogeologi yang berkaitan dengan
jenis/genesa
mataair.
6. PemanfaatanMata Air
Pemanfaatanmata air yang telah dilaksanakansaatini, adalahsebagaisumberpasokan
air baku atau untuk kepentinganlain sepertipertaniandan peternakan.
1 . RencanaUmum Tata Ruang
Ketentuan penggunaan lahan di lokasi pemunculan mata air, ditetapkan oleh
pemerintahdaerahterkait. Kegiatan yang akan dilakukan oleh penggunaharus selaras
denganrencanatata ruang setempat.
8 . RencanaPemanfaatanMata Air
Pengguna yang akan menurap mata air harus membuat proposal yang memuat
penjelasan tentang peruntukan air, kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan, cara
pemanfaatan, dan gambar teknis bangunan penurap mata ak berikut penampang
hidrogeologi yang menjelaskanpemunculan mata air.
3. TATA CARA KEGIATAN
PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan penurapan dan pemanfaatan air mata air meliputi beberapa hal
sebagaiberikut.
3.1 Ketentuan Umum
1. Setiap kegiatan penurapandan pemanfaatan air mata air harus mematuhi ketentuan
yang tercantum dalam peraturan perundangan yang berlaku. Setiap pelanggaran
yang terjadi setelah peraturan perundang-undangan ditetapkan harus dikenakan
sanksi.
. A'J
2. Lingkup kegiatan pengawasanpenurapanmata air meliputi pengawasanterhadap
hal-hal berikut.
a. Perencanaanpenurapandan pemanfaatanair mata air meliputi : keterandalan
data dan informasi pendukung mengenai mata air, rancang bangun bangunan
penurap, jumlah dan waktu pemanfaatan air, kualitas air yang dikehendaki,
kegiatanfisik penurapan,dan pemantauanterhadappemanfaatanair mata air.
b. Pelaksanaan penurapan dan pemanfaatan air mata air ineliputi kegiatan fisik
pembangunanbangunan penurap, serta kegiatan pelaksanaanpemanfaatanair.
c. Pemantauan meliputi laporan berkala kuantitas dan kualitas pemanfaatan air
mata air maupun kemungkinan terjadinya dampak negatif atas kegiatan
penurapan dan pemanfaatanair.
3 . Setiap kegiatan penurapan dan pemanfaatanair mata air harus didasarkan atas data
dan informasi yang berkaitan dengan mata air yang bersangkutan,seperti diuraikan
pada butir III B, yakni jenis dan genesamata air, pencatatandebit sepanjangwaktu
tertentu, pemanfaatan mata air saat ini, luasan dan peruntukan lahan daerah
imbuhan mata air, kondisi air permukaan,rencanaumum tata ruang, kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakatyang terkait dengan keberadaanmata air yang
bersangkutan, serta kondisi geologi,ihidrogeologiyang berpengaruh terhadap
pemunculanmata air.
4 . Apabila dari telaahandata dan informasi menunjukkanbahwa pemunculanmata air
berasal dari akuifer lintas batas, pengawasan harus melibatkan daerah yang
tercakup dalam sebaran akuifer tersebut. Jika terjadi pertentangankepentingan
antar daerah tersebut dan tidak terselesaikan, daerah yang bersangkutan harus
melibatkan pemerintah provinsi danJatau pemerintah untuk menyelesaikan
pertentangantersebut.
5 . Pemerintah daerah untuk keperluan pengawasanperlu menetapkanpenataandaerah
imbuhan untuk perlindungan mata air berdasarkan atas data dan informasi
tersedia, serta sanksi atas pelanggaran terhadap penetapan tersebut dalam
peraturan daerah. Dalam hal akuifer lintas batas seperti tersebut pada butir 2,
penetapan peraturan daerah perlu dikoordinasikan dengan daerah otonom
terkait.
yang
suatu
maka
yang
6. Jumlah pemanfaatan air mata air harus tidak mengganggu pemanfaatanyang telah
ada.
7 . Pengawasan harus menjamin terselenggaranya pemanfaatan air yang saling
menunjang (conjunctive use) antara air dari mata air yang akan diturap dan air
permukaanyang tersedia.
8 . Pelaksanaanpenurapan harus melibatkan peran serta masyarakat di sekitar lokasi
pemunculanmata air.
9. Jika pelaksanaankegiatan penurapan dan pemanfaatan air mata air terjadi konflik
kepentingan dengan masyarakat, pengguna air lainnya atau pihak terkait, yang
tidak dapat terselesaikanoleh pengguna,pemerintah daerah wajib membantu dalam
penyelesaiankonfl ik tersebut.
243
10. Apabila telah dilakukan pemanfaatanmata air dengan tidak mengikuti prosedur
yang telah ditcntukan harus dilakukan penertiban dengan kewajiban bagi pengguna
untuk melakukan kajian hidrogeologi dan aspek lingkungan lainnya, sedangkan
perizinandisesuaikandenganhasil kajian tersebut.
3.2 Tahap Perencanaan
l. Pemerintah daerah harus melakukan telaahan bahwa perencanaanyang dilakukan
oleh pengguna telah sesuai dengan atau didasarkan pada data dan informasi yang
keterandalannyatidak diragukan.
2. Rencanapemanfaatanmata air tidak mengganggupemanfaatanair yang telah ada,
terutama kebutuhan akan air bersih bagi penduduk di sekitar lokasi pemunculan
mata air.
3. Rencana pemanfaatan mata air tidak mengabaikan atau bertentangan dengan adat
istiadatatau budayakeairanmasyarakatsetempatdalam pemanfaatanmata air.
4. Apabila dalan-rtelaahandata/informasimenyimpulkan bahwa rencanapemanfaatan
mata air adalah sebesar50 l/detik atau lebih, penggunawajib melaksanakanstudi
kelayakan lingkungan sesuai dengan ketentuan dalam perailran perundang'undanganyang berlaku.
5. Rancang bangun bangunan penurap mata air harus sesuai dengan standar teknik
suatubangunanyang berkaitandenganair.
6. Apabila hasil pengawasanpada butir I sampai dengan 5 menyimpulkan bahwa
perencanaanpenurapanmata air yang telah dilakukan oleh penggunatidak sesuai
dengan kondisi hidrogeologinya, serta ketentuan lain dari peraturan yang ada,
pemerintah daerah wajib menolak permohonanpenurapanmata air atau meminta
penggunamemperbaikiperencanaannya.
3.3 Tahap Pelaksanaan
l. Penurapanharus dilaksanakan dengan tidak merusak struktur akuifer dari mata air
yang bersangkutan.Pembangunanfisik bangunan penurap harus disesuaikan
denganjenis, genesa,dan besarandebit mata air.
2. Jika dalam pembangunan fisik tersebut ditengarai adanya penurunan debit yang
sangat berarti atau menghilangnya pemunculan mata air, maka pembangunan
tersebut harus dihentikan dan dilakukan kaji ulang atasrencanapenurapan.
3. Pemanfaatan air yang dilakukan dengan membuat sumur dan memompa langsung
dari akuifer harus menjamin tidak te{adinya kerusakan akuifer yang berarti dan
tidak mengganggupemanfaatanair tanah di sekitar lokasi mata air tersebut.
4. Dalam hal dilakukan pemanfaatan ak dari bak penurap, pengawasan harus
dilakukan terhadapjenis, kapasitasdan kedudukan pompa, serta debit pemompaan.
5. Debit pemanfaatan air harus dicatat dengan menggunakan meter air atau alat ukur
lainnya dan harus diperiksa jenis, kapasitas, lokasi pemasangan, dan sertifikasi
peneraan.
244
3.4 Tahap Pemantauan
I' Pihak pengguna menaati perahran untuk menyerahkan laporan tentang
pelaksanaanpembuatan bangunan penurap mata air, termasuk pemasangan meter
air, serta hasil analisis kualitas air sebelum dan sesudahdilakukan p".rur"pun.
2. Pihak pengguna wajib mentaati untuk menyerahkan laporan bulanan mengenai
jumlah pemanfaatanair mata air dan kualitas air.
3. Pemerintah daerah yang tercakup dalam daerah imbuhan dan lokasi pemunculan
mata air harus memperoleh salinan hasil kajian yang telah dilakukan pengguna,
serta tembusan izin penurapan dan izin pemanfaatan air mata air sehingga
masyarakat dapat berperan serta melalcukan pengawasan dan pemantauan
mengenai pengelolaan daerah imbuh ataupun pelaksanaan pemanfaatan air oleh
pengguna.
4. Pengguna wajib membuat sumur pantau atau sarana pemantau apabila peraturan
perundang-undanganmewajibkannya. Hasil pemantauan wajib dilaporkan kepada
pemerintahdaerah.
245