Agama dalam Pilkada Serentak

  Edisi 4/ Tahun II/ Oktober-Desember 2016

  ISSN : 2460 - 3813 media pemersatu umat

  Agama dalam Pilkada Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  1 Serentak

  Salam Redaksi Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT, semoga hidayah dan rahmat-Nya selalu terlipahkan kepada kita semua, Aamiin. Majalah Dinas Sejahtera Edisi Tri Wulan Ke-4 sebagai terbitan terakhir tahun 2016. Akhir-akhir ini agama kembali mendapat tantangan kembali secara fungsi sebagai pedoman hidup manusia. Sebab negara kita, saat ini dihadapkan problem berulang-ulang untuk menghadapi pola gerakan pan-Islamisme mengatasnamakan agama seperti muncul radikalisme dan fundamentalisme bahkan ekstrimisme di dalam masyarakat, bahkan lebih parah lagi agama sebagai alat kepentingan kelompok.

  Oleh karena itu, Kementerian Agama sebagai lembaga negara yang mempunyai tugas dan fungsi untuk mem- bawa visi dan misi membangun bidang agama tetap mengedepankan Islam yang rahmatan lil’alamiin supaya masyarakat tetap harmonis dan dinamis sesuai nilai ker- agaman dari berbagai kearifan lokal yang dapat menyatu dalam pengertian agama universal dalam masyarakat. 1 Melalui laporan khusus dan laporan utama dari reportase Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016 + kegiatan Hari Santri Nasional (HSN) dan fenomena gerakan masyarakat dengan dalih kekuasaan, politik, agama, dan sosial, daftar isi adanya Majalah Dinas Sejahtera akan memberikan keselarasan dan optimalisasi peran Kemenag dalam mengembalikan

  Salam Redaksi ...................................................... 2 peran dan fungsi agama melalui bahasa tulisan yang tetap

  Pembinaan ............................................................ 3 menjaga nilai-nilai ke-Indonesia-an dan Ke-Islaman sesuai

  Laporan Utama ..................................................... 5 nilai ideologi yang di pakai oleh sistem negara Indonesia.

  Maka Kementerian Agama memainkan peranan strategis Laporan Khusus .................................................... 8 dalam pembangunan nasional Indonesia untuk bidang agama, Bidang PENMAD ................................................. 10 sebab peran strategis agama adalah membentuk karakter

  Bidang PONTREN ................................................ 12 dan perilaku positf masyarakat, meningkatkan motivasi, serta

  Bidang PAIS .......................................................... 13 membatasi perilaku negatif masyarakat. Pada spektrum pem-

  Bidang PHU .......................................................... 14 bangunan yang lebih essensial, agama memiliki fungsi edukatif (mendidik), fungsi salvatif (penyelamatan), fungsi profetik Bidang URAIS ...................................................... 16 (kenabian), fungsi integratif (pemersatu), fungsi transformatif

  Bidang PENAIS .................................................... 17 (mengubah) dan fungsi solutif (pemecahan masalah). Bimas Kristen ....................................................... 19

  Fungsi-fungsi itulah yang saling bertukar peran sesuai Bimas Katolik ....................................................... 20 dengan situasi dan kondisi sosial yang dihadapi. Berpijak

  Bimas Hindu ......................................................... 21 dari pentingnya peranan agama dalam pembangunan bangsa Indonesia, maka pembangunan agama sesung- Bimas Budha ......................................................... 22 guhnya tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan

  Khonghucu ............................................................ 23 nasional lainnya untuk membuat peran dan fungsi lem-

  Dinamika Daerah ................................................. 24 baga negara bersama ormas, tokoh agama dan praktisi

  Artikel .................................................................... 30 apapun bersama-sama untuk menjaga keutuhan negara

  KUB ...................................................................... 36 dan bangsa sesuai peran masing-masing.

  Selamat membaca. (*) Karya Umat .......................................................... 38 Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Prestasi ................................................................. 40

  Terapan .................................................................. 42 Penanggung Jawab : Badrus Salam ; Redaktur : Ali Fakhrudin, Budiawan, Gentur Rachma In- driadi, Suripah, Martina Wulandari; Penyunting / Editor : Muhammad Saronji ; Design Grafis : Djati Prasetyo, Seno Kurniawan ; Sekretariat : Yudi Prasetyo, Penerbit: Subbag Informasi & Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Alamat Redaksi :

  Jalan Sisingamangaraja No 5 Semarang - 50232 Telp : 024-8412547, 8412548, id 8412552 Fax. 024-8315418, EMAIL : sejahtera_jateng@kemenag.go.

  Redaksi SEJAHTERA menerima sumbangan dalam bentuk tulisan, foto ilustrasi dan lainnya yang sesuai dengan Majalah Bulanan misi Majalah SEJAHTERA. Ketikan 1,5 spasi maks 2 hal kuarto, disertai identitas resmi penulis. Redaksi berhak

  SEJAHTERA merubah tulisan tanpa mengurangi substansinya. Demi perbaikan penerbitan, redaksi mengharapkan kritik dan

  Diterbitkan oleh : saran dari para pembaca. Subbag Informasi & Humas Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah

  Keterangan Cover Depan : Kakanwil Kemenag Jateng menjaga harmonisasi agama.

  2 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

Harmonisasi Umat Beragama dan Problematikanya Oleh Imam Tobroni (Kankemenag Kota Pekalongan)

  3 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Pembinaan

  asyarakat Indonesia adalah masyarakat sudah terbentuk sejak lahir dengan kondisi hetero- gen, dan termasuk masyarakat yang memiliki keseimbangan dalam relasi individu dan sosial, bahkan secara praktek kemasyarakatan hidup ber- dampingan antar individu sudah menjadi tujuan hidup untuk meraih harmonis. Sebab bangunan harmonisasi di Indonesia diatas, berasal dari perbedaan budaya, pendidikan, agama terbukti dari akar sejarah mampu membangun masyarakat secara harmonis. Akibat pergeseran waktu dan zaman sangat mempengaruhi potensi untuk disharmoni. Berikut pula, manu- sia dan sistem sosialnya belum mampu melakukan gerakan individu yang kuat atas pemahaman agama melalui ajaranya.

Fenomena Konflik

  Harmonisasi dapat dilakukan apabi- la dalam masyarakat berbangsa dan bernegara memiliki peran melakukan hidup rukun dan mampu memahami agama, melalui ajaran dan cara mengamalkan secara sempurna. Sebab agama tidak mengajarkan konflik atau perpecahan. Adapun permasalahan disharmonisasi dalam beragama akibat dari sebagaian orang yang memandang monopolistilk, yakni keinginan akan kebenaran agamanya tidak boleh terusik oleh agama lainya atau sebaliknya beranggapan bahwa pemahaman agamanya adalah yang paling benar sedangkan pemahaman yang lain atas agamanya.

  Berdasarkan kasus tersebut, akan dapat menjadi pemicu adanya disharmoni, karena adanya pemaksaan kehendak dengan dalil dalil teks agama yang menjadi dasar pandanganya. Ini sering terjadi dengan memakai pandangan leteralis dalam memahami teks-teks agama, yang sering kali meninggalkan kajian sosial-keagamaan dalam masyarakat. Dan itu akan menjadi pola gerakan ekstrim dan radikal.

  Kemudian yang lebih menarik, persoalan harmonisasi mendapat tantangan apabila situasi masyarakatnya da- lam melakukan perspektif agama bukan menggunakan inklusivitas akan tetapi eklusivitas dalam mempelajari, memahami agama. Apalagi disertai unsur pemaksaan bagi seseorang melakukan penyeragaman masuk da- lam konsep agama, maka saat terjadi penafsiran teks agama berbeda akan memunculkan semangat perla- wanan bahwa pemahaman tersebut keliru dan tidak sesuai dengan kebiasaan pemahaman dan perilaku keagaamaan yang sedang berjalan, inilah menjadi bibit disharmonisasi.

  Variasi konflik yang memakai alat agama semakin marak, baik disebabkan oleh personal, organisasi, komunitas sosial-masyarakat. Termasuk akibat sistem beragama yang harus melakukan ideoligisasi maka akan menjadi formalisasi agama. Selain faktor yang terkait dengan doktrin seperti disebutkan di atas, ada faktor-faktor kea- gamaan lain yang secara tidak langsung dapat menimbulkan konflik di antara umat beragama. Di antaranya: 1) Penyiaran agama, 2)Bantuan keagamaan dari luar negeri, 3) Perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda, 4) Pengangkatan anak, 5)Pendidikan agama, 6)Perayaan hari besar keagamaan, 7)Perawatan dan pemakaman jenazah, 8)Penodaan agama, 9)Kegiatan kelompok sempalan 10)Transparansi informasi keagamaan dan 11)Pendirian rumat ibadat. (Abdurrahman Wahid,:

  1985: hal. 31) Berikut ini penjelasan tentang sebagian dari faktor- faktor itu. Penyiaran agama merupakan perintah (paling tidak sebagian) agama. Kegiatan ini sering dilakukan tanpa disertai dengan kedewasaan dan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain, untuk memilih sendiri jalan hidupnya.

  Akibat terjadi kasus-kasus pembujukan yang ber- lebihan atau bahkan pemaksaan yang sifatnya terse- lubung, maupun terang-terangan. Kasus semacam itu, dapat merusak hubungan antar umat beragama. Untuk mengurangi kasus-kasus pembujukan yang berlebihan atau bahkan pemaksaan semacam itu, pemerintah mengeluarkan SKB Menag dan Mendagri No 1 tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.

  Perubahan sosial yang sangat cepat telah mempenga- ruhi cara pandang dan sikap masyarakat dalam praktek keagamaan, termasuk perubahan sosial membawa dampak yang menjadikan konflik yang cukup besar seperti semakin melemahnya moralitas, kekerabatan, solidaritas sosial dsn primordialitas dan sebaliknya semakin menguat individualisme,konsumerisme dan kapitalisme.

  Terjadi perbedaan masyarakat dalam mensikapi adanya perubahan tersebut, sebagian mengikuti arus perubahan tanpa melakukan perlawanan sedikitpun, seluruh kehidupanya merupakan replika kehidupan

  Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  4

  Acara pembinaan dalam membangun kerukunan umat beragama.

  Pembinaan

  moderen, termasuk di dalamnya sikap dan tata nilai baik yang bersifat individu seperti sikap acuh kepada orang lain, membantu karena ada keuntungan dan kepentingan yang sama melemahnya semangat tolong menolong,dsb.

  Sebagaimana dalam buku yang diterbitkan oleh pus- taka Percik dalam judulnya “peta potensi konflik dan kondisi kebebasan beragama” dinyatakan munculnya insiden yang menciderai kehidupan sosial keagamaan yang damai kebanyakan disebabkan karena berasal dari sekelompok kecil aktor dan organisasi intoleran,praktek intoleransi tersebut terjadi di dua ranah yaitu lingkup internal dan eksternal agama.

  Di sejumlah peristiwa disharmoni juga sebagian besar dipicu politisasi agama yang merupakan kombinasi faktor perbedaan pemahaman agama dan dinamika politik lokal yang antara lain bertujuan untuk memain- kan posisi tawar dalam konstelasi dinamika politik ter- sebut..Kalangan ini memanfaatkan sensitivitas warga masyaeakat yang cenderung mudah meletup ketika ada gangguan terhadap sesuatu yang dianggap sangat prinsip dalam kehidupanya di berbagai hal..

  Peran Kemenag Kementerian Agama memiliki peran dan tugas seba- gaimana arah kebijakan dan misi dalam pembangunan nasional bidang agama antara lain peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan agama serta peningkatan kualitas kerukunan umat beragama. Tentunya implemen- tasi dari misi tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan karena hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan individu umat beragama maupun masyarakat secara luas,dan kehidupan agama merupakan hak indidu seseorang yang tentunya perlu kearifan sendiri saat pe- merintah turut terlibat dalam memberikan pelayanan atas hak dan kebutuhan dasar tersebut.

  Maka langkah strategis Kemenag dalam upaya pem- binaan; pertama , pemberdayaan institusi dan lembaga keagamaan, mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun, mengembangkan wawasan multikultural bagi segenap lapisan dan unsur masyarakat. Kedua, menjadikan lembaga pendidikan sebagai media pengembangan islam rohmatan lil ala-

  mien. Ketiga, fungsionalisasi pranata lokal seperti adat

  istiadat, tradisi dan norma norma sosial yang dapat mendukung harmonisasi kehidupan umat beragama.

  Keempat, mendorong semua kelompok masyarakat

  agama untuk mewujudkan peran sertanya dalam ber- kontribusi bagi pembangunan sesuai potensinya. Kelima, Peningkatan sumberdaya manusia yang memberikan layanan lalu lintas kehidupan agama.

  Peran tersebut, memerlukan dukungan dari seluruh komponen, dan bahkan seluruh masyarakat tanpa ke- cuali, karena pemahaman dan pengamalan masyarakat terhadap agama tinggi, serta merta harmonisasi sosial dan kerukunan umat beragama akan dapat terwujud sekaligus juga kehidupan keagamaan akan semakin dinamis dan kompetitif.

  Keberadaan kementerian agama yang dalam menjalankan tugas pelayanan dalam berbagai bidang menjadikanya dekat dengan masyarakat. Yang darinya dapat melahirkan relasi sosial yang baik dan juga dapat dijadikan potensi bagi aparaturnya untuk membangun komunikasi di saat terjadi persoalan disharmoni hubungan baik in- tern maupun antar umat beragama. Disamping secara khusus kementerian agama mengalokasikan anggaran pembinaan FKUB dapat dimanfaatkan untuk melakukan kordinasi antar tokoh agama.Peningkatan kapasitas FKUB dirasa sangat penting mengingat strategisnya lembaga ini dan bahkan di beberapa tempat dijadikan rujukan bagi bangunan toleransi umat beragama.(a-li)

  Laporan UTAMA dalam

  Agama Serentak

  Pilkada pasangan calon, dan seterusnya.

  Sejumlah kabupaten/kota dan provinsi Beberapa pengamat menyatakan, Pilkada di Indonesia, pada Februari 2017 serentak dapat menghemat anggaran. Selain akan menyelenggarakan pemilihan itu, dapat meminimalisasi kemungkinan ter- kepala daerah (Pilkada) serentak. jadinya kejadian destruktif misalnya tawuran

  Kabupaten/kota di Jawa Tengah yang antarpendukung pasangan calon. Dengan akan menggelar kegiatan tersebut Pilkada serentak, kemungkinan kecil terjadi pengerahan massa dari daerah lain saat kam- antara lain Kabupaten Jepara, Pati, panye ataupun momentum-momentum pent-

  Banjarnegara, Batang, dan Kota ing lainnya dalam Pilkada.

  Salatiga.

  Terkait dengan Pilkada serentak dan ke- mungkinan terjadinya rusuh ataupun tawuran antarpendukung pasangan calon tersebut, erbagai persiapan telah dilakukan sebenarnya ada hal penting yang perlu di- oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) waspadai dan diantisipasi sejak dini, yakni dan para pasangan calon. Bahkan, eksistensi agama. Pengalaman telah mem- proses Pilkada pun telah dan sedang butikan bahwa jika agama dibawa-bawa da- berjalan. Di antaranya pendaft- lam Pilkada/Pemilu, sangat memungkinkan B aran masing-masing pasangan calon ke KPU menyulut konflik yang tidak perlu terjadi. Di Kabupaten/Kota, penetapan nomor urut Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  5

  Dengan kata lain, antara manfaat dan mdharatnya tidak sebanding. Lebih dari itu, dalam sejarah di Indonesia berpolitik secara parsial tidak pernah berhasil dengan baik. Dalam kaitan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan agar jangan sam- pai terjadi politisasi agama dalam Pilkada serentak 2017.

  Laporan UTAMA Kabupaten Jepara, misalnya, be- berapa tahun lalu pernah terjadi pembakaran dan mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia. Gara-garanya antara lain seman- gat keberagamaan dibawa-bawa dalam proses Pilkada. Salah satu pendukung partai, membawa- bawa semangat keberagamaan dalam masa kampanye. Sebab biasanya, se- mangat keberag- amaan jika sudah bercampur den- gan semangat politik, maka akan sulit untuk memi- sahkan mana domain agama dan mana do- main politik. Padahal, agama memiliki karak- teristik sangat funda- mental. Nilai keberagamaan seseorang akan mudah bangkit manakala merasa terusik dan tidak nyaman.

Identik Kemajemukan

  Dalam kaitan ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mewanti-wanti kepada seluruh elemen bangsa Indonesia agar berpikir jernih dalam menanggapi isu keamanan menjelang pelaksa- naan Pilkada serentak pada 2017.

  Kejadian seperti ini, misalnya juga dialami oleh gubernur non- aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ketika nilai-nilai agama dibawa-bawa atau dising- gung-singgung secara tidak tepat, maka eksesnya dapat men- imbulkan gelombang protes dan demo yang luar biasa.

  Sekitar 250.000 umat muslim berdemo damai pada Jumat

  Indonesia adalah identik dengan kamajemukan. Tanpa kebhinekaan bukanlah Indonesia. Karena itu, kalau ingin berpolitik secara san- tun, beradab dan menghormati kearifan lokal maka berpolitik yang menghargaai kebhinekaan. Hasilnya akan jauh lebih bagus dibanding dengan berpolitik se- cara parsial.

Salah satu yang paling menjadi perbincangan adalah aksi unjuk

  Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Almaidah ayat 51) dan/atau pimpi- nan agamat umat Islam (ulama) dihina.

  4 November 2016. Mereka bergerak untuk berdemo dalam satu alasan, yakni perasaan keberag- amaan umat Islam terusik/tersinggung karena Ahok diduga telah menistakan agama (Alquran, Surat

  Selain di Jepara, kejadian memilukan juga pernah men- impa Kabupaten Pekalongan. Penyebabnya sama, yakni seman- gat keberagamaan dibawa-bawa dalam proses pemilihan umum (Pemilu). Juru kampanye partai tertentu mengambil dalih Alquran untuk menarik massa sebesar- besarnya dalam upaya kemenan- gan Pemilu, sedangkan massa atau pendukung partai lainnya merasa

tidak terima dengan cara-cara

tersebut. Akhirnya, kerusuhan

Pemilu tidak dapat dielakkan.

  rasa antipenistaan agama yang melibatkan ratusan ribu orang di Jakarta pada Jumat 4 November 2016. “Jangan mencampurkan agama dan politik,” tandasnya di Jakarta, baru-baru ini.

  Menurut Ryamizard, agama ada- lah hal yang benar secara mutlak karena berasal dari Tuhan. Adapun politik, berupa persepsi, asumsi, dan kepentingan-kepentingan tertentu. “Politik ada benar, ada tak benar, dan banyak yang tidak benarnya,” katanya.

  Pihaknya berharap ulama dan para penceramah agama yang muncul di media massa ikut mengimbau masyarakat agar men- yaring informasi terkait dengan isu politik dan agama, terutama men- jelang Pilkada serentak 2017.

  Sementara itu Mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, mengatakan negara harus bersikap Kampanye simpatik menolak politik uang dalam Pilkada.

  6

  Banyak pakar politik keagamaan

mengingatkan, dalam berkam-

panye politik sebaiknya tidak

menggunakan simbul-simbul

agama. Sebab, bila salah dalam

penggunaan dan pemanfaatan

simbul-simbul agama, eksesnya

sangat membahayakan. Sebab,

garis demarkasi penggunaan

simbul-simbul agama dalam ber- politik dengan SARA sangat tipis.

Kampanye Promotif

  7 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Laporan UTAMA Lukman Hakim Saifuddin Menag RI

  Tokoh-tokoh agama mengampanyekan Indonesia damai dalam kebhinekaan terkait Pilkada Serentak 2017 proporsional dalam meredam situ- asi yang memicu unjuk rasa besar- besaran yang sudah terjadi hingga dua kali terkait dengan dugaan penistaan agama. Apalagi, jika hal itu terkait juga dengan suasana Pilkada. “Itu memang masalah lokal, tetapi kalau tak hati-hati, bisa jadi masalah nasional, bahkan lebih,” tuturnya.

  Kiai Hasyim Muzaki, yang kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), menyebutkan penyelesaian harus terlaksana tanpa adanya keberpihakan. Kalau negara terasa berpihak, posisi kekuasaan bisa terbelah, baik yang terang-terangan, terselubung, maupun yang di dalam hati. Dalam masa-masa Pilkada serentak sep- erti sekarang ini, semua pihak harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk keru- kunan antarumat beragama.

  Saifuddin. Pihaknya mendesak ke- pada calon pemimpin yang bertar- ung pada Pilkada serempak 2017 bersaing secara beradab. Dia me- minta para calon mengedepankan kampanye promotif ketimbang konfrontatif atau menyerang. Menurutnya, kampanye promotif menunjukkan tingginya kualitas berdemokrasi. Kampanye ini mem- bantu rakyat lebih jernih menilai visi-misi yang ditawarkan setiap pasangan calon. “Kita manusia Indonesia yang beradab. Sehingga dalam pesta demokrasi seperti Pilkada pun, kita hendaknya senan- tiasa menjaga sikap toleransi dan tenggang rasa atau tepo seliro,” kata Menag, belum lama ini.

  Ia menambahkan, dalam masyarakat Indonesia yang maje- muk, isu suku, agama, ras, antar- golongan (SARA) memang sulit dihindari. Tetapi, hendaknya isu SARA dapat dikemas secara lebih beradab agar tak merusak kehar- monisan, sesama anak bangsa. “Saya meminta para pasangan calon dan tim suksesnya agar tidak mencederai keagungan agama dengan tindakan memanipulasi, menista, melecehkan, apalagi menjelek-jelekkan ajaran agama. Jangan melakukan kampanye ko- tor,” tandasnya.

  Menag juga mengingatkan agar Badan Pengawas Pemilu Daerah (Bawaslu Daerah) dan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) agar lebih peka terhadap penggu- naan isu agama. “Jika ada pelang- garan terkait soal ini, sebaiknya segera ditangani. Gejala yang da- pat menurunkan kualitas Pilkada karena konflik agama juga harus segera diantisipasi,” ujar dia.

  Pihaknya berharap Pilkada ser- empak 2017 dapat diikuti rakyat sebagai proses kompetisi mencari pemimpin warga, bukan perang memperebutkan kekuasaan be- laka. Sebabproses yang berkualitas akan membuat pemimpin terpilih lebih amanah dalam membawa kemajuan daerah.

  Mohammad Saronji

  dengan Kyai Kanjeng dan tarian sufinya berhasil memikat ribuan santri yang me- madati alun-alun kota Rembang yang rela begadang hingga acara usai sekitar pukul

  Spirit Ulama Pejuang Kemerdekaan Harus Dilanjutkan

  Laporan KHUSUS Berbincang Santri Ala Gus Mus dan Cak Nun

  “Kyai ndeso sebenarnya itu tidak tahu

  Sebagian besar para santri ini berjuang memperebutkan kemerdekaan dengan tulus. Dan rata-rata dari mereka adalah orang ‘ndeso’, namun mempunyai kecin- taan yang luar biasa terhadap tanah air. Kecintaan tersebut adalah dengan menya- dari sepenuhnya bahwa tanah ini adalah rumah mereka.

  Istilah santri memang hanya ada di Indonesia. Sebagaimana yang diutarakan oleh Gus Mus kepada ribuan para santri pada malam itu. Dalam tausiyahnya, Gus Mus memaparkan tentang arti santri. Menurut beliau, Santri itu milik Indonesia. “Santri adalah orang Indonesia yang beragama

  Dari dialog kebangsaan yang berlangsung Gayeng tersebut, didapatkan banyak tentang definisi santri, dan bagaimana santri masa dahulu dan masa kini, hingga bagaimana perjuangan santri dalam memperebutkan kemerdekaan.

  01.00 WIB dini hari.

  Ngaji kebangsaan tersebut. Emha bersama

  Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  (Gus Ghofur) juga didaulat untuk mengisi

  Dan malam harinya, yaitu Minggu (23//10) merupakan puncak rangkaian peringatan hari Santri. Panitia dari Komunitas Obrolan Santri ini berhasil menghadirkan penceramah utama, yaitu KH Musthofa Bisri dan Emha Ainun Najib. Habib Anis Sholeh Ba’asyin (Pati) dan Abdul Ghofur Maemun Zubair

  Adalah komunitas Obrolan Santri, sebuah komunitas para santri di Rembang yang berinisiatif menggelar Gebyar Hari santri selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, 22 Oktober digelar apel hari Santri di alun-alun kota Rembang. Apel ini diikuti oleh ribuan santri dari seluruh kecamatan se-Kabupaten Rembang. Hari berikutnya , Ahad (23/10) digelar kirab 1000 bend- era merah putih yang dimeriahkan pula oleh ribuan para santri. Tak hanya para santri, generasi pemuda lintas agama, yaitu Generasi Muda Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) juga turut memeriahkan gelaran kirab yang terpusat di alun-alun kota Rembang ini.

  ingatan hari Santri, 22 Oktober 2016 lalu. Di Rembang, digelar perhelatan hari Santri yang tak hanya mengadakan upacara dan kirab merah putih. Namun juga dialog kebangsaan yang berhasil terlaksana dengan sukses.

  DA yang berbeda dengan per-

A

Islam. Bukan Islam yang kebetulan ada di Indonesia, “ujarnya

  Emha Ainun Najib dalam acara ‘Dialog Kebangsaan’ peringatan Hari Santri yang digelar di alun-Rembang beberapa waktu lalu? Berikut laporannya.

  Semenjak ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, santri kini menjadi istilah yang populer. Santri kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Karena semenjak 2015 kemarin, Presiden Joko Widodo secara tegas menetapkan peringatan Hari Santri yang tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015. Lantas bagaimana yang seharusnya dilakukan para santri dalam melanjutkan perjuangan kemerdekaan sebagaimana yang dikemukakan oleh KH Musthofa Bisri dan

  8

  Dan memang terbukti bahwa pesantren melahirkan generasi-generasi unggul se- bagaimana yang dijadikan sebagai misi lulusan boarding school.

  Shofatus Shodiqoh Para santri yang setia mengikuti acara hingga larut malam.

  Menurutnya, orang sepintar apa pun jika tidak mempunyai spririt gurunya, maka tidak akan bermanfaat bagi masyarakat. Inilah yang menjadi problematika saat ini. Banyak santri yang hanya berilmu, tapi tidak mempunyai ‘ruh’ gurunya. Akibatnya, lahirlah para koruptor. “Jika demikian, maka label santrinya sudah terkikis. Kami doakan semoga santri-santri sekarang mempunyai semangat guru-nya agar bisa mencetak pemimpin-pemimpin yang luar biasa.

  Gus Ghofur menandaskan, santri harus mempunyai spirit / ruh guru. Diceritakannya, semua murid KH hasyim Asy’ari tidak semua pintar. Namun semuanya mempunyai se- mangat seperti Mbah Hasyim. Sebagaimana para sahabat nabi. “Mereka itu tidak se- muanya pintar, tapi mempunyai semangat luar biasa dari Nabi Muhammad Saw,” tukasnya.

  Selanjutnya Gus Ghofur memaparkan sejarah santri yang tak terlepas dari masjid/ musholla. Tempat ibadah ini dulunya adalah pusat belajar santri, bahkan sebelum punya bangunan pesantren. Sebagaimana pada zaman Nabi, masjid ini digunakan sebagai pusat kegiatan agama, masyarakat, hingga kenegaraan.

  Alloh,” papar Cak Nun menjelaskan.

  Sementara secara kuantitas, Cak Nun ber- harap jumlah santri tidak akan berkurang. Karena santri sejatinya adalah kekasih Alloh. Cak Nun berpendapat, kalau santri berkurang, maka berkuranglah kekasih Alloh. “Sementara yang bisa memengaruhi Alloh adalah orang-orang yang mencintai Alloh dan rasul-Nya. Kita bisa lihat bagaimana adzab yang diturunkan kepada kaum Nabi

  Akhlak yang baik adalah akhlaknya santri. Perilaku santri tersebut hendaknya tetaplah melekat. Karena jika akhlaq seseorang jelek, maka tidak bisa lagi disebut santri. Cak Nun memaparkan ada perbedaan antara santri dan pelajar. Pelajar akan mendapatkan gelar setelah lulus pendidikan formal, dan gelar itu akan terus disandangnya. “Berbeda dengan santri, jika akhlak mereka jelek, maka hilanglah sebutan ‘santri’nya,” sam- bungnya.

  Dalam mengisi kemerdekaan ini, santri diwanti-wanti untuk tetap menjadi pribadi yang tangguh, rajin, dan disiplin. Terlepas dari perkembangan zaman yang sudah sangat modern ini, Cak Nun berpesan ke- pada santri untuk tidak mengurangi makna santri. Antara lain tetap berada di jalan Alloh, selalu menaati Alloh dengan menaruh hor- mat pada guru. Menurut Cak Nun, hormat dan taat kepada guru adalah manifestasi dari ketaatan kita kepada Alloh. “Jadi kita tawadhu kepada kyai hakikatnya adalah taat kepada Alloh,” terang Cak Nun.

  yang mereka maksud itu ya pesantren, di mana sehari-hari santri belajar, mengaji, dan sekolah, serta melakukan aktivitas sehari- hari. Jadi sebenarnya, boarding school ini lah yang mengadopsi dan meniru sistem pembelajaran pesantren,” urai Cak Nun.

  boarding school ini. Asrama

  “Sekarang ini kita biasa mendengar is- tilah boarding school. Mereka tidak tahu bahwa Islam sudah sejak lama menerapkan model belajar

  

boarding school (sekolah berasrama).

  9 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Dengan kedatangan Islam itulah lahir santri- santri Indonesia. Sedangkan gurunya para santri disebut dengan kyai/ulama. Santri menjalani proses belajar di pesantren, yang menurut Cak Nun, pesantren ini merupa- kan model pembelajaran yang akhirnya ditiru oleh model pendidikan modern, yaitu sistem

  

Boarding school adopsi pesantren

  Dari itulah santri sebenarnya adalah pihak yang beruntung. Karena para pendahulu kita sudah berusaha mencari Tuhan. “Beruntung kita dikasih Alloh yaitu Nabi Muhammad, Nabi yang akan menyelamatkan kita kelak di hari kiamat,” sambungnya.

  narnya adalah sifat-sifat Alloh yang disebut dalam Asmaul Husna. “Nama-nama itu adalah usaha leluhur masyarakat Jawa untuk mencari konsep Tuhan. Dan ketika Islam datang, maka pencarian itu berakhir,” ungkap Cak Nun.

  Hyang Tunggal, dan Sang Hyang Widi sebe-

  Cak Nun melihat bahwa Jawa itu sudah sejak lama mencari konsep tentang Tuhan. Konsep seperti Sang Hyang Wenang, Sang

  Keterkaitan santri dan Indonesia versi Gus Mus tersebut dilengkapi oleh pernyataan Cak Nun yang menyebutkan bahwa tanah Jawa sangat semakin lengkap dengan datangnya Islam. “Jawa dan Islam diibaratkan tumbu oleh Tutup. Islam sangat menyempurnakan tanah Jawa,” kata Cak Nun.

  Di luar itu, lanjut Gus Mus, santri harus memahami makna santri yang sebenarnya. Gus Mus mengingatkan kepada santri bahwa mereka harus mewarisi dan meneladani sifat kyai-kyai terdahulu. Karena keadaan santri sekarang ini memang tak lagi sama dengan santri terdahulu. “Santri harus tawadlu, tidak kemliti, mandiri, dan gemar tirakat. Tapi jangankan tirakat, ada itu yang makan sehari empat kali,” kelakarnya.

  Sayyid Muhammad Asad Syihab seorang jurnalis asing dari Timur Tengah berpendapat bahwa KH Hasyim Asy’ari adalah peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia. Pernyataan tersebut tertuang dalam buku ha- sil karyanya berjudul: “Allamah Muhammad Hasyim Asya’ari wadhiu Libinati Istiqlali Indonesi” (Maha guru Muhammad Hasyim Asy’ari Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia), sebuah buku berbahasa Arab yang di terbitkan di luar negeri oleh Percetakan Beirut Libanon,” urai Gus Mus.

  Rais Am PBNU 2014-2015 itu pun menye- butkan makna santri sebenarnya. Menurut beliau, santri jangan hanya berbangga dengan identitas santrinya. Santri tidak perlu menonjol-nonjolkan dan mengungkit- ngungkit jasa-jasa santri terdahulu dalam perjuangan kemerdekaan. Sebagaimana dikisahkan beliau tentang perjuangan KH Hasyim Asy’ari. “Mbah Hasyim ini tidak pernah menunjukkan dan memperlihat- kan perannya terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Walaupun wartawan asing asal Timur Tengah, yaitu Al-Habib

  apa itu nasionalisme. Apalagi kalau diajak dialog kebangsaan seperti saat ini, ya tidak akan faham. Kyai ndeso itu memperjuang- kan dan mempertahankan kemerdekaan hanya karena mempunyai pola pikir yang sangat sederhana,’Indonesia ini rumahku’, “ ungkap Gus Mus.

  Laporan KHUSUS

Nuh dan Nabi Hud. Ini karena mereka telah menyakiti orang-orang yang mencintai

  Kemenag, BOS dan Madrasah

  Bidang PENMAD

  Bidang PENMAD Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi lembaga pendidikan formal (SD/ MI, SMP/MTs dan SLTA/

Oleh Ahmad Suaidi

Negeri dan Swasta

  ntuk membelanjakan dana yang

  bersumber dari APBN ini rupanya tidak bisa semaunya sendiri oleh kepala madrasah/sekolah penerima. Serupiah demi serupiah dalam meng- gunakan dana BOS harus sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan dana BOS yang diterbitkan Pusat. Sejalan dengan perubahan kebijakan pemerintah dalam pembiayaan program Rencana Kerjanya, juknis BOS juga terus mengalami pe- rubahan atau penyempurnaan. Untuk itulah setiap lembaga penerima dana BOS harus terus menerus update dan mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah.

  Kenapa harus selalu update Juknis? Karena uraian dalam juknis merupakan pintu masuk auditor saat memeriksa tiap lembaga dalam mengelola (merencana- kan, membelanjakan dan melaporkan/ mempertanggungjawabkan). Maksudnya, pemeriksa/auditor dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada aturan yang tertuang dalam juknis BOS.

  Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Mengingat Kepala Madrasah posisi dalam penggunaan dana pemerintah ini selalu penanggungjawab formal dan material, tidak boleh mempertaruhkan kepada bendahara atau staf yang ditunjuk, tetapi harus benar-benar memahami kebijakan yang tertuang dalam juknis BOS agar pada akhirnya tidak mem- persulit diri.

  Bagi madrasah negeri dalam sistem pengelolaan dana BOS sedikit berbe- da dengan madrasah swasta, karena Madrasah Negeri mencairkan secara langsung dari kas negara sehingga setiap penggunaannya harus sesuai standar akun yang ditetapkan Kementerian Keuangan. Contohnya untuk belanja bahan harus sesuai akun 521211, mem- berikan honor kegiatan gunakan akun 521213, membiayai perjalanan dinas pakai akun 524111, belanja ATK akun 521811, memberi jasa profesi (pelatih, narasumber dari luar) gunakan akun 522151, jika mau sewa peralatan meng- gunakan akun 522141 atau belanja sewa dan masih banyak lagi.

U

  Sedangkan bagi madrasah swasta menerima dana BOS dari Kankemenag

  MA) merupakan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang harus tersedia setiap untuk lembaga Pendidikan untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar (KBM). Alokasinya sudah ditetapkan, yang dihitung sesuai dengan jumlah siswa pada masing- masing lembaga, sehingga dana BOS semakin banyak manakala siswanya banyak dan sebaliknya.

  10

  Bagi madrasah yang memahami secara benar juknis yang berlaku dalam men- gelola dana BOS tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk membelan- jakan sekaligus mempertanggung jawab- kannya. Tentunya jika dimulai dengan menyusun perencanaan yang akuntabel dan komprehensif sesuai dengan alokasi anggaran yang ada, dalam pelaksanaan- nya pasti lancar. Sebaliknya, manakala dalam menyusun perencanaan kurang akuntabel dipastikan akan mempersulit dalam membelanjakan dan memper- tanggungjawabkannya. Seperti terjadi salah akun ataupun dobel akun, salah peruntukannya yang pada akhirnya menjadi “temuan” saat dilaksanakan pemeriksaan oleh auditor.

  MadR aNGGaRaN ReaLisasi % MIS 426.940.000.000 317.809.750.000 74% MTsS 350.368.000.000 239.133.900.000 68% MAS 118.473.400.000 86.192.100.000 73% JML 895.781.400.000 643.135.750.000 72%

  Dari laporan madrasah, dalam meng- gunakan anggaran yang bersumber dari BOS masih jauh dari ketercukupan apabila untuk mencapai mutu pen- didikan yang optimal. Apalagi dalam era teknologi dan sistem informasi yang sangat maju sekarang ini, ma- drasah tidak boleh ketinggalan untuk mengejar pesatnya perkembangan jaman. Padahal, untuk meningkat- kan mutu pendidikan yang optimal membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit, sementara pada sisi yang lain madrasah negeri tidak boleh melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada masyarakat.

  Berbeda dengan madrasah negeri yang dalam pencairannya dilaksanakan sesuai kebutuhan, karena mencairkan sendiri dari kas negara untuk langsung dibelanjakan. Mekanisme pencairannya menggunakan UP (Uang Persediaan) atau TUP (Tambahan Uang Persediaan) oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) kepada KPKN setempat. Hal ini berdampak pada laporan serapan anggaran BOS yang tidak serempak sebagaimana pada madrasah swasta.

  Dengan demikian serapan dana BOS madrasah swasta pada setiap kabupaten langsung dapat diketahui karena disa- lurkan secara kolektif oleh Kankemenag. Hingga tahap ketiga pada awal Oktober 2016 anggaran BOS madrasah swasta di Jawa Tengah telah terserap sebagai berikut :

  Meskipun demikian, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan, karena dalam pembiayaan operasional pendidi- kan tidak setiap bulan membutuhkan dana yang sama. Mengingat dana BOS merupakan dana pemerintah yang di- belanjakan pihak madrasah, maka jika terjadi sisa pada akhir tahun anggaran, madrasah wajib mengembalikan ke kas negara.

  Dalam pencairan dana BOS bagi ma- drasah swasta dilaksanakan oleh Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota melalui proses LS atau pencairan dari Kas Negara langsung disalurkan dalam rekening masing-masing madrasah penerima. Penyalurannya dilaksanakan empat tahap, yaitu tahap 1 untuk pembiayaan bulan Januari-Maret, tahap 2 bulan April-Juni, tahap 3 bulan Juli-September dan Tahap 4 bulan Oktober – Desember.

  Serapan BOS

  dan dosen, pada Pasal 20 menyebutkan : Dalam melaksanakan tugas keprofesion- alan, guru berkewajiban: (a) merencana- kan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkem- bangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai- nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

  Sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang no. 14 tahun 2005 tentang guru

  11 Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Khusus bagi madrasah negeri, pemer- intah melarang keras penggunaan dana BOS untuk memberikan honorarium kepada Guru PNS yang masih terkait dengan tusi guru, karena tusi guru yang bersangkutan sudah dibayar dalam kom- ponen gaji dan tunjangan profesi.

  Kenapa kegiatan perpisahan tidak diper- bolehkan, tapi kegiatan pembentukan karakter melalui Pentas Seni diperbo- lehkan? Jika kegiatan perpisahan tidak ada kejelasan dengan capaian delapan standar pendidikan, lain halnya jika pem- bentukan karakter memiliki kepastian tujuan dari kegiatan tersebut.

  Meskipun demikian, sebagian madrasah negeri masih mengalami kesulitan dalam memahami juknis sehingga dalam peng- gunakan dana BOS terjadi salah akun atau salah peruntukan, jika madrasah swasta terjadi salah peruntukannya. Yang dimaksud salah peruntukannya, apabila membelanjakan dana BOS yang tidak disebutkan dalam juknis. Misalnya kegiatan perpisahan yang tidak disebutkan dalam juknis, tapi banyak yang meng- gunakannya dengan alasan kegiatan tersebut merupakan bagian dari proses pembelajaran. Lain halnya jika kegiatan Pembentukan karakter melalui Pentas Seni dapat menggunakan dana BOS.

  Sebagaimana tertuang dalam Juknis BOS 2016, penggunaan dana BOS su- dah terinci dalam 13 komponen yang bermuara pada pencapaian 8 standar pendidikan. Rambu-rambu bagi madrasah dalam penggunaannya agar tidak hanya pada salah satu komponen, maka pe- merintah memberikan batasan-batasan, seperti untuk belanja pegawai tidak boleh melampaui 20 persen dari jumlah anggaran yang diterima, belanja buku 5 persen, perawatan madrasah tidak boleh melebihi Rp. 10 juta dan lainya.

  Meskipun demikian, madrasah tetap saja tidak bisa membelanjakan secara sembarangan karena dana BOS pada hakekatnya bukan uang milik madrasah tetapi uang negara yang dibelanjakan pihak ketiga yaitu madrasah. Untuk itu- lah pemerintah menerbitkan peraturan penggunaannya yang tertuang dalam petunjuk teknis.

  Kabupaten/Kota yang pencairannya dari Kas Negara cukup menggunakan satu akun yaitu 521219 atau belanja opera- sional lainya, sehingga tidak begitu ribet sebagaimana pada madrasah negeri.

  Bidang PENMAD

  Dari sinilah peran masyarakat men- jadi sangat penting untuk mendor- ong peningkatkan mutu pendidikan yang optimal. Adapun wadah peran serta masyarakat sesuai perundang- undangan yang berlaku adalah Komite Madrasah, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor 2913 tahun 2015 tentang petunjuk teknis struk- tur organisasi dan pengelolaan dana komite madrasah. Dengan keterliba- tan dalam pendidikan melalui unsur pemerintah, lembaga pendidikan dan masyarakat, dipastikan kualitas pendidikan pada madrasah selalu menjadi yang terbaik. a-li

  Merenungi Keragaman

  Keragaman harus dimaknai untuk melakukan se- cara riil dalam semangat menyatukan menjadi satu, untuk Indonesia. Sebab bahwa dalam keragaman bangsa Indonesia dari suku, agama, budaya, melekat nilai-nilai untuk saling menghargai, menjaga toleransi dan saling menguatkan tali persaudaraan antar anak bangsa. Terpenting lagi, nilai-nilai adanya Hari Santri Nasional (HSN) termasuk memaknai jihad sebagai bukti memperjuangkan Islam, harus semangat jihad ke-Indonesiaan, kebangsaan, untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia yang hidup di dalam keragaman.

  Bidang PD PONTREN Meneladani Melalui Hari

  Santri Pelaksanaan tradisi hari besar seperti Kemer- dekaan, sumpah pemuda, dan pahlawan yang ditentukan oleh negara, termasuk hari santri per-22 Oktober merupakan momentum yang mampu memberikan spirit untuk meningkatkan nasionalisme bagi warga negaranya.

  erbentuknya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak awal tokoh-tokoh santri sangat banyak memberikan kontribusi terhadap Kemerdekaan negara Indonesia. Kebhinekaan, keragamaan bangsa Indonesia yang telah di bangun merupakan sunatullah dan ini selaras adanya piagam madinah dan piagam jakarta waktu itu sebagai bentuk heterogenitas sosial yang tidak dapat dihindari.

  Maka dengan HSN akan membangun sikap optimis dalam menghadapi segala hambatan dan tantangan, termasuk implementasi nilai keragaman akan dapat terwujud berarti seorang santri mampu menghilan- gkan sekat-sekat sosial ataupun memicu polarisasi antara santri dan non-santri. Namun justru yang ter- jadi akan memperkuat semangat kebangsaan, mem- pertebal rasa cinta tanah air, memperkokoh integrasi bangsa serta memperkuat tali persaudaraan.

  Santri dalam konteks apapun merupakan subjek yang sejak awal berkontribusi terhadap negara, seba- liknya identitas itu agar santri lebih dapat mampu me- warnai dalam kontek perjuangan berarti selalu mam- pu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan bangsa dan Negara. Persoalan terse- but, akan dapat terwujud pula santri juga harus mam- pu menjaga kebhinnekaan demi Persatuan Indonesia.

T

  Situasi perubahan waktu dan tempat memang sangat mempengaruhi, akan tetapi sistem lingkungan kelem- bagaan pesantren, agar tetap eksis dalam masyarakat dan mampu menyumbangkan kemajuan bangsa dan negara dalam bidang pendidikan terutama bidang pendidikan agama bagi santri mampu mempertah- ankan kemampuan, keahlian dan menjadi santri yang berakhlakul karimah harus tetap mampu mempertah- ankan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

  Edisi 4/Tahun II/Oktober-Desember 2016

  Merenungi, memikirkan sejenak adanya Hari Santri Nasional (HSN) sesuai dengan Inpres No. 22 Tahun 2015, adalah mengenang pula adanya resolusi ji- had yang telah dilakukan oleh para tokoh ormas- ormas besar antara lain; NU (KH.Hasyim Ays’ari), Muhammadiyah (KH Ahmad Dahlan), Persis (A.

  Walaupun pergolakan masyarakat itu terjadi dan tetap dapat disatukan dengan bahasa piagam, ini tidak bisa terlepas dengan santri dulu sampai sekarang tetap mengedepankan moderasi bahkan bangunan kebersamaan dan kekompakan baik kyai/tokoh agama menjadikan bangsa Indonesia berhasil merebut ke- merdekaan melalui proklamasi. Inipun dengan bukti para ulama/Kyai dengan mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan Kemerdekaan bersama masyarakat.

  12

  Oleh karena itu, keragaman yang sudah terban- gun dengan baik akan menjadi jelek apabila muncul radikalisasi agama. Alasannya, Indonesia itu sangat komplek kultur masyarakat, pandangan masyarakat, dan sosial masyarakat, itu semua tidak bisa diatur den- gan bahasa tunggal sistem ke dalam sistem apapun, termasuk santri sendiri dari sisi kurikulum dan bekal dengan ilmu moderasi yang sudah di bangun oleh dunia pesantren ini sangat berkontribusi terhadap NKRI. Akan tetapi dalam praktek, mengalami kendala yang sangat besar apabila berhadapan dengan poli- tisasi agama dalam sosial masyarakat. Maka reputasi agama secara doktrin mampu meresap ke dalam mas- ing-masing pemeluknya dan sekaligus mampu mem- bangun jiwa santri yang berbekal akhlaqul karimah dan maslakhah untuk pengembangan secara otomatis akan harmonis.

  Maka Kemenag termasuk Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren mampu membawa pendidikan nasional dengan muatan Islam rahmatan lil’alamiin ke dalam sistem pendidikan pondok pesantren, agar tidak terjadi radikalisasi agama.(ali)

  Hasan), dan Al Irsyad (A. Soorhati) untuk menolak dan mencegah kembali tentara kolonial Belanda ke Indonesia. Realitas itu tetap tidak bisa dilupakan, maka dengan adanya Kementerian Agama mampu membantu ke depan untuk aspek regulasi kelem- bagaan sistem pendidikan pesantren harus mampu merenungi kembali jasa-jasa yang telah dilakukan oleh para pejuang tokoh-tokoh, ulama, kyai melalui penguatan kurikulum pesantren salaf.

  13 Tahun 2008 tentang penyeleng- garaan ibadah haji harus diarahkan pada peningkatan mutu.

  VIP; dan ditambah dengan adanya Rumah Sakit Rujukan di Kabupaten/ Kota.(ali)

  Rujukan untuk jemaah haji diting- katkan dari kelas II ke kelas I atau

  Kelima, Hendaknya Rawat Inap RS.

  usunan Qur’ah Kloter agar kloter utuh dapat dibuat lebih awal dan berurutan Satu Kabupaten/kota.

  Keempat, perlu perubahan peny-

  nasik lebih awal (bersamaan dengan Pelunasan BPIH). Jamaah dapat me- makai rujukan buku manasik secara optimal.

  Ketiga, Perlunya distribusi buku ma-