Sejarah Militer Resume Buku Kepemimpinan

Nama

: Yulianto Wahyu Saputra

NIM

: 3101410094

Tugas

: Sejarah militer, ringkasan buku “Sejarah ABRI” halaman 246-297.

PENINGKATAN PERAN SOSPOL ABRI
Sejak permulaan Orde Baru terjadi peningkatan peran sosial-politik ABRI.
Penyebabnya karena sebelum G30S/PKI telah terjadi infiltrasi PKI ke hamper semua
organisasi di Indonesia. Dalam infiltrasi itu, PKI tidak hanya tidak hanya berhasil
memasukkan anggotanya ke dalam setiap organisasi, bahkan mampu untuk menjadi anggota
di beberapa organisasi yang dimasukinya. Dalam tubuh TNI sekalipun terjadi penginfiltrasian
tetapi dari pihak PKI tidak mampu untuk mempengaruhi pucuk kepemimpin TNI, kecuali di
beberapa satuan seperti Yon 530.
Pada saat G30S/PKI dapat dikalahkan, terjadi gerakan pembersihan terhadap unsur

yang masih ada kaitannya dengan PKI. Akibatnya terjadi banyak kekosongan di instansi
pemerintah. Kekosongan ini disebabkan oleh adanya gerakan teror mental PKI terhadap
banyak pihak sehingga banyak orang yang kehilangan daya kepemimpinannya. Oleh karena
itu, pada awal masa Orde Baru kekosongan juga terjadi dalam kepemimpinan organisasi juga
instansi pemerintahan. Solusi yang digunakan untuk menutupi kekosongan ini kemudian
banyak perwira ABRI ditugaskan sebagai karyawan dalam bayak instansi pemerintah dan
BUMN. Dapat dikatakan bahwa pada saat itu kekaryaan ABRI mengalami peledakan.
Berbeda dengan tahun 1950-an ketika pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan
Belanda, sehingga Presiden Soekarno minta kepada KSAD Nasution untuk mengisi pimpinan
perusahaan yang diambil alih dan itulah pertama kali TNI dikaryakan. Walaupun pada saat itu
jumlah yang dikaryakan relative terbatas dan hanya dalam bidang pengusahaan. Tetapi
setelah adanya G30S/PKI pengkaryaan TNI hampir semua aspek organisasi yang ada. Perlu
diketahui juga bahwa pelaksanaan fungsi sosial-politik ABRI relatif jarang dilakukan, dan
biasanya baru terasa ketika ada satu peristiwa yang penting bagi negara dan bangsa, seperti
contohnya pada saat agresi militer Belanda pertama dan kedua, dan urusan lainnya yang
terkait dengan hal pertahanan dan keamanan. Karena sebeleumnya fungsi sosial-politik dalam
dwifungsi ABRI adalah peran yang diberkan melalui kepemimpinannya berupa pemberian

pendapat dan saran kepada pemerintah mengenai persoalan dan saran mengenai persoalan
yang umumnya bersifat politik, berbeda pada tahun 1966 ketika ABRI juga masuk ke

oraganisasi-organisasi dan instansi pemerintah. Kehadiran karyawan ABRI semata-mata
hanyalah denga maksud kepemimpinan dan manajemen, buka sebagai pakar atau orang yang
ahli di bidang pekerjaan itu. Karena prinsip dari penugasa karyawan ABRI adalah atas dasar
permintaan organisasi yang bersangkutan, maka pada tahun 1966 terjadi cukup banyak
permintaan. Manfaat dari kebijakan ini yaitu diadakannya rehabilitasi ekonomi. Pembanguna
nasional yang dilakukan sejak 1 April 1969 telah menghasilkan kemajuan bagi bangsa.
Kemajuan itu bisa dlihat dari kemampuan pihak sipil untuk menjalankan organisasi di tempat
mereka bekerja. Selain itu juga sudah ada kemajuan dalam banyak jabatan Negara, seperti
menteri dan duta besar. Maka dari itu lambat laun peran ABRI sudah mulai berkurang.
Pada tahun 1970-an terjadi perubahan sikap pada mahasiswa yang awalnya
mendukung ABRI dan bersama-sama untuk “melawan” PKI, malahan pada masa Orde Baru
malah menentang ABRI. Menurut buku ini perubahan sikap mahasiswa ini dipengaruhi oleh
faktor psikologis, yaitu bahwa mahasiswa harus selalu memegang peran penting dalam
perkembangan bangsa. Kondisi psikologis yang mendesak mahasiswa untuk melakukan
peran yang menonjol yang direalisasikan dalam bentuk tindakan radikal juga dipicu oleh
persaingan antar universitas. Karena itu sejak tahun 1970-an mulai ada kritik keras
mahasiswa terhdapa sikap ABRI. Kritik ini mulai bermunculan ketika ada unsur-unsur ABRI
yang kurang menunjukkan sikap baik. Bahkan ada tindakan dari anggota ABRI yang
merugikan kepentingan umum (rakyat). Oleh sebab ini, perlu adanya pengurangan
keterlibatan ABRI dalam pengkaryaan. Namun mereka yang mengkritik kekaryaan ABRI

sering kali kurang menyadari bahwa untuk dapat menggantikan peran karyawan ABRI harus
ada kepemimpinan dari pihak sipil yang memadai. Kesimpulannya adalah bahwa kuncinya
terletak pada pembinaan personal sipil dan pengalaman yang dijalani antara ABRI dan
kalangan sipil. Sebetulnya para pemimpin ABRI dari generasi 1945 sudah mengatakan
adanya langkah pelaksanaan fungsi sosial-politik ABRI yang disesuaikan dengan
perkembangan Indonesia. Sebab dwifungsi ABRI mempunyai makna bahwa bahwa ABRI
dan anggotanya memiliki rasa tanggung jawab terhadap pencapaian masyarakat yang adil dan
makmur, bukanlah masyarakat yang didominasi oleh kaum militer.
Salah satu dari dampak menjauhnya mahasiswa dari ABRI adalah pengertian yang
kurang memadai pada para mahasiswa itu sendiri dan kaum cendikiawan tentang Dwi Fungsi
ABRI. Sedangkan dari pihak ABRI sendiri setidaknya ada usaha yang makin seksama agar

pelaksanaan fungsi sosial-politik ABRI benar-benar diabdikan untuk pencapaian masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

9 MENGHADAPI BERBAGAI PERSOALAN
STRATEGIS

Selama menjadi negara merdeka, bangsa Indonesia telah menghadapi berbagai
persoalan strategis yang membahayakan kelangsungan hidupnya. Abri senantiasa mempunyai

peran penting dalam menghadapi dan mengatasi persoalan strategis tersebut.
KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA
Konfrontasi terjadi mulai pada tahun 1963 dan timbul karena beberapa sebab yaitu:
Pertama, konfrontasi itu terjadi karena Indonesia curiga terhadap maksud Inggris
mengubah persekutuan Tanah Melayu menjadi Negara Malaysia yang meliputi Malaya,
Singapore, Serawak, dan Kalimantan Utara. Sebab yang kedua adalah desakan pihak PKI
yang didukung oleh Beijing dan Moskow untuk melawan konsep Malaysia. Padahal
sebelumnya sedang ada usaha untuk membentuk persatuan antara Indonesia, Filipina dan
Malaya (Maphilindo). Pada waktu itu TNI mendukung penuh dibentuknya Maphilindo
sebagai usaha mempersatukan rumpun Melayu. Tetapi karena adanya usaha Presiden
Soekarno untuk membentuk kekuatan baru atau the New Emerging Forces dengan GANEFO
(the Games of the New Emerging Forces) yang hendak menyaingi Olympic Games sebagai
pertemuan olahraga sedunia serta CONEFO (the Conferences of the New Emerging Forces)
yang dibentuk untuk menggantikan peran PBB. Pembentukan ini diprakarsai karena tidak
setujunya Presiden Soekarno terhadap konsep Malaysia yang menurutnya sebagai sebuah
kolonialisme dari Inggris di Asia Tenggara. Ketika sampai pada pembentukan kekuatan baru
itulah TNI sudah mulai tidak setuju karena dikhawatirkan akan menguras ekonomi dan
keuangan Indonesia yang masih jauh dari memadai. Apalagi dengan memanasnya hubungan
antara Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Tengku Abdul Rachman maka pembentukan
persatuan tersebut mengalami kegagalan. Walaupun


dari pihak Filipina yaitu Presiden

Macapagal telah berusaha untuk mempersatukan kedua pemimpin kembali, antara lain

dengan diadakannya perundingan di Tokyo, tetapi semuanya gagal.

Dengan adanya

perseteruan antara Indonesia dengan Malaysia, maka hubungan kedua negara ini mengalami
kerusakan dan berujung pada terputusnya segala macam hubungan antara kedua negara ini.
Pada tanggal 21 September 1963 Indonesia memutuskan hubungan dagang dengan Malaysia
dan Singapore, sedangkan dari pihak Malaysia memutuskan segala bentuk hubungan dengan
Indonesia dan Filipina. Bahkan antara Indonesia dengan Malaysia malah sama-sama
memperkuat daerah perbatasannya dengan kekuatan militer, pihak Malaysia sendiri dibantu
oleh Inggris. Kemudian karena ini terbentuklah sebuah persetujuan pertahanan antara Inggris,
Australia, Selandia Baru, Malaysia dan Singapore, yaitu Five Power Defence Arrangement
(FPAD), yang hingga pada tahun 1995 masih tetap ada dan berfungsi. Sekalipun ASEAN
sudah berdiri sejak tahun 1967 dan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia sudah
diakhiri sejak tahun 1966. Sebenarnya persoalan dalam masalah konfrontasi terhadap

Malaysia sendiri adalah perlawanan terhadap Inggris yang dibantu Amerika Serikat, karena
menunjukkan sikap perlawanan terhadap pembentukan Maphilindo.
KONSEP KETAHANAN NASIONAL
Pada tahun 1974 dibentuklah sebuah konsep yang dinamakan Ketahanan Nasional
oleh Lembaga Pertahanan Nasional yang namanya kemudian berubah menjadi Lembaga
Ketahanan Nasional, konsep ini diambil sebagai sebuah upaya untuk mengusahakan hal yang
terbaik bagi bangsa Indonesia. Konsep ini perlu dibuat dan dikembangkan karena alasan,
yaitu:

a.

Menghadapi berbagai persoalan yang berbentuk hambatan dan gangguan bagi
perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya, dan ancaman bagi
kelangsungan hidup ber-Bangsa dan Negara yang mencakup masyarakat dan

rakyatnya secara keseluruhannya.
b. Pembangunan nasional yang bertitik berat pada sektor ekonomi industri domestik,
agar kemajuan ekonomi pengusaha kecil dan tradisional tidak hancur begitu oleh
adanya modernisasi.
Pengertian dari Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri

atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang
mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara

serta pencapaian tujuan nasionalnya. Intinya dalam Ketahanan Nasional adalah keharusan
kondisi dinamis bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang menghasilkan kekuatan
nasional. Titik berat dari konsep ini bukan hanya kekuatan fiksi atau kekuatan mental semata,
melainkan kekuatan secara seluruhnya meliputi berbagai aspek. Prinsip dasar dari Ketahanan
Nasional terdiri dari dua aspek yaitu kesejahteraan dan keamanan. Terciptanya harmoni
antara kesejahteraan dan keamanan nasional. Merupakan tingkat Ketahanan Nasional yang
tinggi pada sebuah bangsa dan negara.
Pengertian keuletan dan ketangguhan serta kondisi dinamis bangsa harus selalu
menjadi perhatian untuk menciptakan Ketahanan Nasional. Keuletan mengandung implikasi
keuletan lahir dan batin, sedangkan ketangguhan mengandung kemantapan, kemampuan, dan
kecerdasan. Dari situ harusnya mendatangkan kondisi dinamis bangsa. Sebab hanya bangsa
yang cukup dinamis yag dapat melahirkan kekuatan nasional yang memada untuk
menghadapi serta mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan masa
kini.
MASALAH TIMOR TIMUR

Masalah yang terjadi di Timor Timur disebabkan adanya perebutan kekuasaan antara
partai yang terbentuk di Timor Timur yaitu antara Fretilin, Apodeti, dan UDT. Tindakan
Indonesia terhadap Timor Timur dimulai saat ada pendekatan antara pemerintah Portugal dan
pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang ada di Timor Timur. Republik
Indonesia melibatkan diri dengan Timor Timur karena prinsip untuk melawan segala macam
bentuk penjajahan yang ada di muka bumi. Penjajahan Portugal atas Timor Timur merupakan
sebab terlibatnya Indonesia, agar penjajahan yang terjadi di dekatnya segera berakhir. Tetapi
terjadi kesalahan ketika Indonesia menggunakan satu serangan militer yang berdampak buruk
bagi Indonesia sendiri. Ini disebabkan oleh tidak tuntasnya masalah yang terjadi di Timor
Timur dan mengakibatkan konflik terjadi terus-menerus.
Dalam operasi yang dijalankan pihak Indonesia mengalami berbagai kesalahan ketika
menggunakan kekuatan angkatan bersenjata ketika ditujukan untuk mengakhiri masalah
Timor Timur. Masalah Timor Timur telah dihadapi oleh TNI dengan pendekatan yang serba
salah. Pertama adalah pendekatan strategis yang salah ketika instruksi untuk Operasi Intelijen
diimplementasikan dengan satu Serangan Konvensional Terbuka, satu Operasi Gabungan
Antar-Angkatan yang spektakuler tapi tak berhasil mencapai tujuan operasi secara tuntas.
Kedua, ketika menghadapi perlawanan gerilya Fretilin dan pendukungnya bukannya

dilakukan Operasi Lawan Gerilya (counter-insurgency operations) secara luas dan sistematis,
tapi titik berat diletakkan pada pelaksanaan Operasi Konvensional yang tentu pendekatan

yang sukar mencapai hasil luas.
PEMBERIAN DESENTRALISASI TERHADAP DAERAH
Masalah

strategis

yang

dihadapi

Indonesia

selanjutnya

adalah

pemberian

desentraliasasi terhadap daerah yang belum terwujud yang disebabkan oleh beberapa kendala
yang dihadapi, salah satunya adanya sentralisasi setelah kemerdekaan. Tahun 1950

sentralisasi pemerintahan semakin kuat dengan adanya penggunaan sistem demokrasi
terpimpin dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Pada permulaannya desentralisasi ke daerah-daerah akan mengalami kesulitan, karena
dari beberapa pihak mengatakan bahwa desentralisasi bias menimbulkan terjadinya perluasan
penyalahgunaan wewenang dan korupsi. Bahkan tidak mustahil bagi mereka yang menolak
desentralisasi, bahwa akan terjadi rasa kedaerahan yang terlalu kuat sehingga menimbulkan
gerakan separatisme di daerahnya. Tetapi dipihak lain, mereka yang setuju akan adanya
desentralisasi menganggap bahwa pemberian program ini di setiap daerah justru dapat
merupakan jalan untuk mengurangi dan menghilangkan penyalahgunaan wewenang. Hal
yang menentukan dalam pengaturan desentralisasi sendiri adalah pembagian keuangan antara
pusat dan daerah, dimana bisa kita ambil contohnya yaitu di Republik Rakyat Cina yang
berani memberikan wewenang luas kepada daerah-daerahnya dan itu mampu merangsang
kemajuan di daerah selatan dan pedalaman untuk bisa berkembang.
Oleh karena itu, kalau pemerintahan Indonesia berhasil melakukan desentralisasi
sengan baik, maka itu akan mengurangi tekanan yang sekarang secara gencar dilakukan
terhadap ideologi Pancasila atas Amerika Serikat yang menghendaki tertanamnya sistem
liberalisme-individualisme di Indonesia. Selain itu para pendiri bangsa telah menyatakan
bahwa Republik Indonesia adalah Negara kesatuan, tetapi tetap memberikan otonomi luas
kepada daerah-derahnya, agar kelak dapat terwujudnya keamanan dan kesejahteraan di
seluruh rakyat Indonesia.

MASALAH CINA
Dalam menghadapi masalah ini hendaknya tidak diperkenankan sikap dan cara
berpikir yang rasial, karena memang bukan masalah ras, politik ataupun budaya. Tetapi ketika
timbul masalah ras, budaya, dan politik maka itu hanya sebagai ujung dari permasalahan

ekonomi. Ini disebabkan oleh adanya kesenjangan sosial antara pribumi lokal dan warga
keturunan tionghoa yang mengalami tingkat kesejahteraan yang berbeda. Apalagi kalau
dilihat dari warga negara keturunan Cina menunujukkan kekuatan ekonomi yang begitu kuat
sehingga dengan jumlah yang hanya sekitar 5 juta di Indonesia, mereka mampu mendominasi
perekonomian nasional. Kekuatan ekonomi ini ditunjukkan bukan lain karena ada beberapa
faktor, yaitu salah satunya adalah hubungan saudara dan sanak keluarga, dan adanya sifat
tolong menolong diantara para orang-orang Cina yang tersebar di Asia Tenggara sampai ke
Hongkong. Hal inilah yang menimbulkan kekuatan usaha melalui sistem jaringan yang
teramat efektif dalam bidang perdagangan. Karena ada sistem jaringan ini maka usaha
keturunan Cina tidak terlalu tergantung pada sistem perbankan di Indonesia. Sebab inilah
yang seharusnya menjadi pemicu semangat para penduduk pribumi Indonesia untuk memiliki
daya saing nasional yang tinggi, dalam ekonomi dan khususnya investasi.
Perlunya segera dikembangkan usaha kecil dan menengah yang luas dan bermutu di
Indonesia sehingga menciptakan lapisan usahawan kecil dan menengah yang banyak, ulet,
dan tangguh. Hasil dari inilah yang nantinya akan memperkuat daya ekonomi pribumi dan
sekaligus memperteguh ekonomi nasional. Maka yang diperlukan pemerintah Indonesia
adalah memperkuat kondisi para kaum pribumi dalam kemampuan berusaha serta
meningkatkan mutu birokrasi pemerintah sehingga malakukan pekerjaannya dengan penuh
daya saing nasional.

10 PERBEDAAN PENDAPAT DALAM ABRI
Sejak berdirinya pada tahun 1945 ABRI tidak pernah bebas dari berbagai pendapat
yang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat dilihat karena ABRI atau TNI berdiri atas dasar
kebangkitan rakyat dan sejak semula berdiri tidak hanya sebagai satu organisasi angkatan
bersenjata seperti di negara lainnya. Karena TNI berdiri atas dasar kebangkitan rakyat, maka
dalam TNI ini berkembang berbagai pendapat yang ada dalam masyarakat. Tetapi karena
adanya tujuan perjuangan yang sama dan satu, maka persatuan dan kesatuan TNI bisa tetap
dijaga.
Dalam negera Indonesia TNI memegang posisi yang yang cukup penting dalam
kehidupan bangsa, maka tidak jarang organisasi di luar TNI dan khususnya organisasi politik,
selau berusaha untuk mempengaruhi TNI agar berpihak pendapat dengan organisasi tersebut,
contohnya adalah peristiwa G30S/PKI, Pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Sebab ini

persatuan dan kesatuan harus selalu menjadi perhatian kepemimpinan ABRI. Karena
perbedaan pendapat di kalangan TNI atau ABRI cukup besar pengaruhnya terhadap TNI dan
ABRI sendiri, maka harus dilakukan idenifikasi perbedaan-perbedaan itu sebagai pelajaran
dan pengalaman agar tidak terulang kembali.
PERBEDAAN ANTARA BEKAS PETA DAN BEKAS KNIL
Perbedaan penting pertama yang dialami TNI adalah perbedaan pendapat antara para
perwira yang bekas Peta dan bekas KNIL. Penyebab dari perbedaan ini yang utama adalah
perbedaan umur yang relatif muda dari mayoritas kedua kategori perwira antara bekas Peta
dan bekas KNIL. Umur muda yang disertai ambisi memegang kekuasaan sehingga
menimbulkan emosi yang kuat. Sebab mayoritas bekas Peta yang merupakan komandan
peleton, yang umurnya masih berada di sekitar 25 tahunan. Demikian pula mayoritas bekas
KNIL yang juga tidak lebih dari umur 30 tahunan. Bahkan timbul rasa tidak puas ketika
seorang bekas Peta ditempatkan dibawah seorang bekas KNIL, ini terjadi akibat pada umur
yang masih muda seseorang itu memiliki ambisi yang kuat, apalagi dalam organisasi militer
faktor kekuasaan sangatlah besar pengaruhnya. Dalam ketidakpuasan itu acapkali yang
berbicara adalah emosi, bisa dilihat ketika bekas Peta mengatakan bahwa bekas KNIL kurang
semangat dan nasionalisme dan hanya mengenal teori belaka dan itu terbukti ketika tentara
KNIL bertekuk lutut terhadap tentara jepang dengan sangat cepat. Sebaliknya bekas KNIL
tidak jarang mengatakanbahwa perwira Peta hanya memiliki semangat saja tanpa ada
pengetahuan memadahi untuk memimpn tentara. Disini jelas sekali bahwa pendapat dari
kedua pihak itu bersumber hanya pada hal-hal yang subyektif belaka. Karena sebenarnya
semua pihak, bekas Peta maupun bekas KNIL sama-sama belum berpengalaman menjalankan
perang yang luas lingkupnya.
Pertentangan yang terjadi cukup memberikan dampak yang cukup merugikan berupa
berbagai rasa curiga dan prasangka antara perseorangan dan satuan TNI. Tetapi pertentangan
ini baru hilang setelah TNI-AD mulai tahun 1952 secara serius dan sistematis mengadakan
sistem pendidikan perwira. Dalam pendidikan ini seseorang itu membuktikan kecakapannya,
tidak peduli apakah dia bekas Peta, bekas KNIL ataupun bekas lainnya. Kemudian setelah
pendidikan ia membuktikan bagaimana kecakapannya di lapangan atau di staf. Sehingga
seorang perwira dinilai sesuai dengan kecakapannya dan tidak lagi timbul pertentangan
antara bekas Peta dan bekas KNIL.

Nama

: Ahmad Fajrin

NIM

: 3101411085

Tugas

: Sejarah militer, ringkasan buku “Sejarah ABRI” halaman 297-361.

ANIMOSITAS ANTAR ABRI
Dalam ABRI pernah terjadi animositas dan bahkan juga pertentangan satuan-satuan
tertentu. Hal ini sempat menimbulkan ancaman bagi Abri dan keselamatan negara dan
bangsa. Selain ada pertentangan antara satuan di dalam tubu TNI-AD, juga terdapat
animositas antara angkatan satu dengan antara yang lainnya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh
politik. Sebab utama pertentangan atau persaingan adalah tidak lepas dari keinginan untuk di
nilai siapa yang paling penting di negara kita, sehingga mendapat penilaian tinggi dari
masyarakat dan mendapat anggaran yang lebih dari negara. Yang pertama terasa kuat adalah
Brimob. Brimob mendapatkan fasilitas persenjataan yang lebih lengkap ketimbang TNI-AD
karena Brimob di bawah perdana mentri. Akan tetapi yang benar benar gawat adalah
animositas antar angkatan yang terjadi antara tahun 1960 dan 1966 sebagai akibat politik
Presiden Soekarno yang di pengaruhi oleh PKI. Presiden soekarno di adu domba dengan
TNI-AD karena pada saat itu TNI-AD menjadi penghalang bagi PKI untuk mencapai puncak
kekuasaan di Indonesia.oleh sebab itu Sukarno langsung mengambil keputusan untuk
memberikan semua angkatan atau departemen. Semua itu di bawah pimpinan panglima
tertinggi ABRI, yaitu Presiden RI. Itulah cara PKI untuk mempersiapkan pemberontakannya
pada tahun 1965.
Di tahun 1945 indo nesi seakan aka nada empat angkatan bersenjata. Sebab dalm
tubuh tiap tiap angkatan memiliki unsur-unsur, tempur daratnya, tempur lautnya, dan tempur
udaranya, tiap tiap angkata memiliki unsur-unsur tersebut tak terkecuali polri. Keempat
tersebut di adu domba oleh kaum politik, khususnya PKI. Persaingan atau pertentangan atau
pertentanganantar angkatan tersebut baru dapat di kurangi dan dia atasi setelah di adakan
integrasi ABRI pada tahun 1969. Komando pengendalian oprasi ada di tangan ABRI. Setatus
kementrian atau departemen di hapus dan sebutan pemimpin angkatan tidak lagi panglima
melainka kepala staf angkatan.

Kelemahan dari integrasi ABRI adalah keberadaan Polri dalam ABRI. Polri menjadi
kurang berfungsi sebagaimana fungsinya. Hal ini di akibatkan karena politik tahun 19601965. Semestinya Polri bisa melepaskan diri dari ABRI. Namun polri harus di jamin memiliki
kewibawaan dalm masyarakat. Polri dapat melakukan itu apabila di dukung dari segi material
dan personalia, tetapi itu semua belum ada di dalm polri.
PERISTIWA 17 OKTOBER 1952
Peristiwa 17 oktober adalah peristiwa yang berada di tubuh TNI-AD. Itu di akibatkan
oleh dampak pertentangan bekas Peta dan bekas KNIL serta peran partai politik yang terlalu
mencampuri dalm tubuh ABRI. Adanya politikus yang sebelum tahun 1950 ikut Belanda dan
tahun 1950 berhasil masuk ke DPR dan turut mengkritik TNI-AD karena sebagai
pelampiasan tidak sukanya TNI-AD berhasil menjadikan Repulik Indonesia Serikat berubh
menjadi RI.
Dalam tubuh TNI-AD ada beberapa perwira di jabatan tingi yang selain kurang puas
dengan perkembangan TNI-AD,juga kurang puas dengan kedudukan yang di perolehnya.
Adanya ketidak puasan ini mengakibatkan pertentangan di kubu perwira TNI-AD kususnya
di wilayah Jawa. DPR mengetahui pertentangan yag terjadi di dalam TNI-AD, karena di
dalam anggota DPR terdapat anggota muda yang pernah ikut Belanda dan mereka tidak
senang atas berhasilnya TNI-AD mengajak masyarakat meninggalkan eksistensi negara RIS
maka hal ini menjadi kesempatan bagi DPR untuk mengritik habis-habisan dan pembalasan.
Hal ini tidak di terima oleh AP dan TNI-AD. Al hasil di putuskanya TNI-AD untuk
menghadap Presiden Sukarno untuk membubarkan DPR dan mengambil alih pimpinan
negara. Disinilah pimpinan TNI AD membuat kesalahan besar. Presiden Sukarno menolak
permintaan tersebut. TNI-AD mulai menerima pukulan dan serangan dari berbagai pihak dan
retaklah TNI-AD. Perpecahan TNI-AD meluas ke seluruh korps perwira, termasuk keluar
jawa.
Lambat laun di peroleh kesimpulan bahwa harus ada penyelesain perpecahan itu.
Maka diadakanlah rapat di Yogyakarta pada tahun 1955 yang di hadiri oleh perwira untuk
mengadakan rekonsiliasi antara semua pihak yang berselisih. Rekonsiliasi dapat dicjapai di
sertai janji semua yang hadir dan di ucapkan di depan makam panglima besar sudirman.
Meskipun secara formal sudah tercapai rekonsiliasi, namun dalam kenyataaanya belum
sepenuhnya pulih, itu yang nanti menjadi sebab timbulnya keretakan lagi ketika colonel
Nasution yang sebenarnya telahmenjadi seorang politikus sipil sebagai pimpinan partai IPKI,

oleh pimpinan kembali di angkat

sebagai KSAD dalam pangkat brigadier jendral. Ini

menimbulkan ketidakpuasan perwira di luar Jawa, dan menyababkan terjadinya
pemberontakan PRRI/permesta. Pengangkatan itu hanya di setujui oleh colonel sudirman.
Pengangkatan di lakukan kembali yaitu mengangkan colonel Bambang Utoyo .
pengangkatan ini mendapan tantangan keras dari mayoritas perwira TNI AD, karena di angga
tidak menghormati hasil rapat yang di adakan di Yogyakarta.
Terjadinya peristiwa 17 Oktober tidak lepas dari kegiatan dan pengaruh partai politik.
Para perwira TNI yang masih muda masih dapat di pengaruhi oleh para politikus untuk
menjadi sasaran empuk untuk memperoleh kemenangan.
PERISTIWA DALAM TNI-AU DAN TNI-AL
Adanya pemimpin bukan penerbang masuk ke dalam TNI-AU menjadikan para
perwira penerbang tidak puas. Memang tidak ada angkatan udara yang mempunyai pemimpin
bukan penerbang di tahun 1950-an. Maka para perwira penerbang itu mengajukan berbagai
ucapan ketidak puasan terhadap pimpinan KSU. Beberapa perwira penerbang mengundurkan
diri. Mereka pada umumnya adalah penerbang hasil didikan di India. Prgerakan KMU
Suyono yang memihak KSAU telah melanggar aturan ketikamenulis surat kepada DPR.
Dalam proses selanjutnya Suyono dan kawan-kawan di keluarkan dari TNI AU. Di siteu
sudah tampak bahwa sebenarnya baik peristiwa 17 Oktober maupun peristiwa AU tahun 1953
adalah akibat dari ulah partai politik.
Inilah pelajaran yang harus di tarik yang sudah di singgung sebelumnya. Partai politik
berusaha menyebarkan dan melebarkan serta memperkuat posisinya mellui kekuatan ABRI.
Biasanya partai politik memanfaatkan beberapa factor yang hidup di lingkungan perwira
ABRI. Factor lainya adalah adanya ambisi pribadi pada perwira. Biasanya para perwira muda
yang ingin cepat menduduki jabatan yang tinggi.
Dalam TNI-AL juga terdapat masalah antara KSAL, laksamana Subiyakto danpara
perwira seniornya pada tahun 1959. Terjadi suatugerakan yang dipimpin oleh Letkol Yos
Sudarso dan Letkol Alisadikin yang menuntut penggantian KSAL. Para perwira mengatakan
bahwa KSAL terlalu otoriter dan tidak member kesempatan kepada para perwiranya
mengembangkan prakarsa mereka.dalam hal ini tidak ada pengaruh dari politik yang
mungkin bias mempengaruhi peristiwa ini.

Akan tetapi pada permulaan tahun 1965 ada peristiwa yang terjadi pada TNI-AL yang
di pengaruhi oleh partai politik. PKI dapat mempengaruhi perwira perwira muda untuk
melakukan tindakan perlawanan terhadap pimpinan TNI-AL. pimpinan TNI-AL memiliki
kedisiplinan tinggi dan tidak ada perasaan untuk menindas. Ketidak pahaman para perwira
muda serta adanya intrik dari PKI terhadap keduabelah pihak ahirnya TNI-AL kehilangan
banyak perwira-perwira muda. Hanya factor factor tertentu mereka di pengaruhi oleh partai
politik.
PENGARUH DARI PERANG DINGIN
Sejak sejak tahun 1948 dunia di liputi oleh perang dingin antara blok Barat dan blok
komunis, meskipun mereka bersekutu dalam perang dunia kedua menghadapi jerman, Italia,
dan Jepang. Pokok persoalan aada pada idiologi. Unisoviet ingin menjadikan umat manusia
menerima komunis menjadi pedoman hidupnya. Sedangkan blok barat yang di pimpin oleh
Amerika ingin menjadikan umat manusia menggunakan paham Barat. Dari sudut itu dapat di
katakana bahwa blok Barat adalah kekuatan setatus quo, sedangkan blok Komunis kekuatan
pembaharuan.
Kekuatan pembaharuan yang di lakukan komunis yang memang pada saat itu umat
manusia menggunakan paham barat sangat sulit di lakukan. Banyak umat manusia yang tidak
bisa menerima pembaharuan yang dilakukan oleh komunis karena di angga pembaharuan
yang di lakukan jauh dari keadilan. Sebab pembaharuan komunis hanya perbaikan bagi orang
yang sepaham dengan komunis saja. Maka dari itu bangsa yang tidak mau mengikuti paham
dari komunis maka pembaharuan dari komunis jauh yang di harapkan.
Dinamakan perang dingin karena antara blok barat dan blok komunis terjadi
konfrontasi tingkat tinggi dalam segala aspek kehidupan serta tidak sampai perang
emnggunakan senjata. Sebenarnya Indonesia tidak memihan dari kedua kubu yang sedang
bertentangan tetapi kedua kubu tersebut ingin Indonesia memihak salah satu dari kedua kubu
tersebut. Perebutan antara kedua kubu tersebut hingga mempengaruhi ABRI. Itu sudah
terlihat pada tahun 1948 ketika komunis berusaha merebut kekuasaan atas Republik
Indonesia dan menggunakan genjatan senjata sebagai sarana utama. Pada waktu itu terjadi
pertentangan antara ABRI yang berpihak Komunis dan yang berpihak RI. Hanya saja pada
waktu itu mayoritas yang berpihak komunis adalah ABRI. Pertentangan timbul kembali pada
pertengahan 1950-an. Akan tetapi yang memegang peran adalah pihak Barat yang
mengakibatkan terjadinya pemberontakan PRRI/permesta. Para perwira ABRI di luar Jawa di

pengaruhi oleh pihak AS, khususnya melalui badan intelejen yang bernama CIA, bahwa
Jakarta sudah di kuasai komunis. Sebenarnya perwira yang ada di luar Jawa cukup mengenal
rekan-rekanya di Jawa. Mereka tahu perwira-perwira di Jawa yang terkena pengaruh
komunis.
Pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965 sebaliknya menunjukan keberhasilan
kaum komunis untuk mempengaruhi perwira ABRI untuk mendukung usaha mereka. Akan
tetapi para perwira dan anggota ABRI, khususnya TNI-AD yang masih berpedoman pada
Pancasila masih cukup kuat dan mampu untuk mengatasi pemberontakan itu. Sekalipun
pemberontakan mendapat setngah restu dari presiden Sukarno. Tetapi kehendak Tuhan masih
lebih kuat. Dalam waktu 6 bulan pemberontakan tersebut dapat di hentikan dan di atasi.
Selama terjadi perang dingin antara kedua blok masih ada pengaruh terhadap
Indonesia, karena ABRI memiliki pengaruh kuat dalam jalanya politik di Indonesia. Maka
masuk akal jika ABRI masih mendapat pengaruh dari kedua blok yang berselisih tersebut.
Setelah selesainya pemberontakan G30S/PKI ABRI sudah mulai aman dari pengaruh
perselisihan dari kedua blok tersebut. Dengan tidak lagi terasa bahaya perpecahan dalm
ABRI. Namun masih ada orang orang yang ingin mengadu domba di dalam ABRI. Di dalam
ABRI yang sudah di pegang oleh generasi muda terjadi pertentangan pendapat yang cukup
tajam. Akan tetapi dapat di cegah sebelum timbulnya perpecahan setelah Suharto mengambil
langkah yang tepat menangani masalah ini. Tidak mustahi pertentangan itu akibat pengaruh
dari negara besar yang mempunyai kepentingan tertentu di Indonesia.
Hal itu menunjukan bahwa sekalipin perang dingin sudah tidak ada , bahaya pengaruh
dari luar terhadap ABRI masih tetap ada.kususnya kalau negara lain memiliki kepentingan
besar dalam perubahan politik dan ekonomi negara Indonesia.
PERDEBATAN PENDAPAT YANG DI TIMBULKAN OPSUS
Ketika Indonesia mengadakan konfrontasi dengan Malaysia di dalm organisasi
kostrad di bentuk organisasi intelijen yang di namakan oprasi kasus, di singkat opsus.
Kegiatan itu di Pimpin oleh Ali murtopo yang jabatan setrukturalnya pada waktu itu wakil
asisten intelijen kostrad.
Setelah konfontasi dengan Malaysiadi akhiri ketika Indonesia memasuki Orde Baru, kegiatan
Opsus dilanjutkan, dan malah membuat pembentukan sendiri di dalm lingkungan intelijen, di
luar organisasi intelijen yang sudah ada. Kegiatan Opsus di gunakan oleh Suharto untuk

kegiatan kusus di luar TNI-AD. Kelincahan Mustopo menjadikan anggota Opsus lebih
banyak. Orang –orang itu dari ABRI maupun dari kalangan sipil dan swaata. Orang tertarik
dengan opsus karena ada berbagai alas an salah satunya karena ingin memperoleh kemajuan
dan mendapat jaminan keamanan.
Dalam konfrontasi dengan Malaysia tidak ada perbedaan pendapat antara Opsus
dengan TNI-AD. Akan tetapi pada masa orde baru ada keretakan dalam kekuatan itu. Sebab
adanya keretakan karena Ali Murtopo seorang yang ambisius tidak segan segan
menggunakan organisasinya di unakan untuk kepentingan diri sendiri terkadang juga
mengabaikan kehendak dari Suharto yang menimbulkan perbedaan pendapat antara TNI-AD
dengan Opsus.
Setatusnya sebagai asisten Pak Harto Ali murtopo begitu mudah untuk bergerak
dalam urusan politik ketimbang para perwira TNI-AD. Dalam kegiatannya itu tidak jarang
Ali murtopo menjalankanya berbeda dengan para perwira TNI-AD.
Ali dan Sudjono membentuk badan yang resminya untuk penelitian engembangan
yaitu CSIS (Centre for Strategic and International Studies. Dalm CSIS itu kumpul orang
orang pandai, kususnya dari kalangan non pribumi dan agama minoritas. Kegiatan ini di
gunakan untuk mendekatkan dengan negara-negara lain. Tujuanya untuk mendekatkan diri
pengusaha non pribumi dengan orang asing sehingga dengan sendirinya para pengusaha non
pribumi memberikan sumbangan ke CSIS karena merasa sudah di permudah. CSIS dapat di
jadikan think-tank utama bagi pemerintah. Karena itu mempunyai pengaruh kuat terhadap
segala kebijaksanaan yang di lakukan pemerintah, baik dalam bidang ekonomi, politik
maupun keamanan.
Pertentangan antara klompok Opsus dan Jendral Sumitro yang menjabat
pangkokamtib meledak pada peristiwa malaria pada 15 februari 1974. Pada waktu itu terjadi
demo besar-besaran yang di sertai perusakan oleh kalangan pemuda dan mahasiswa, ketika
perdana mentri Jepang Kakuei Tanaka dating ke Indonesia. Demontrasi ini menyuarakan
ketidaksukaanya dengan perusahaan Jepang. Peristiwa malaria menjadi pukulan keras bagi
Opsus dan CSIS yang membina pengusaha Jepang dan non pribumi karena dampak
negatifnya cukup besar bagi negara Indonesia.
Setelah peristiwa malari pengaruh dan kekuasaan Opsus dan CSIS makin besar.
Dengan di cabutnya jendral Sumitro dari jabatanya, juga semua pejabat dalam ABRI dan

khususnya TNI-AD yang di nilai dekat dengan dia di cabut dari jabatnya. Opsus memperoleh
dominasi dari intelijen di Indonesia. Kiprah Alimurtopo semakin melejit dan tidak bias di
imbangi oleh jendral yang bukan dari opsus. Dalam hal politik Ali murtopo di angkat menjadi
mentri penerangan. Demikian pula dengan Beny Murdani yang di angkat menjadi intelijen
yang lebih tinggi. Malah kemudian menjadi panglima intelijennya.Dengan pengangkatan
Beni Murdani Pangab sudah banrang tentu klompok Opsus dan CSIS mendapat angin yang
kuat. Jelas sekali bahwa ABRI dan TNI-AD ketika itu sudah lain keadaanya dengan TNI-AD
pada generasi 1945.
Akan tetapi tampaknya terjadi perubahan dalam tingkat kepercayaan Presiden Suharto
mulai 1988. Mungkin perubahan kembali sikap pak Harto kepada Alimurtopo pada tahun
1982, yaitu di sebabkan masalah politik. Akibatnya ubungan dengan Beny menjadi longgar.
Keuangan CSIS menjadi besar dan hubungan Internasionalnya tetap kuat, jadi belum ada
indikasi Opsus dan tantangan tantangannya sudah berahir sejarahnya. ABRI dan TNI-AD
dapat berkembang kembali sesuai dengan tradisi ABRI yaitu dekat dengan masyarakat.
Kasus Opsus adalah unik, karena dalam pertentanganya dengan garis umum pimpinan
TNI-AD Opsus bukan di pengaruhi oleh partai politik. Tujuan politik yang diperjuangkan
bersumber pada pimpinan Opsus sendiri dan bukan bersumber dari luar.

11 PEMBANGUNAN NASIONAL DI INDONESIA
PERAN ABRI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Mulai 1 April 1969 bangsa Indonesia secara resmi mulai dengan pembangunan
nasionalnya. Daaml seminar TNI-AD pertama lebih banyak di bincangkan mengenai politik
dan juga keyakinan presiden Sukarno bahwa TNI-AD sepenuhnya di belakang beliau.
Seminar yang ke 2 perlu merumuskan kembali hal hal yang tercantum dalam Tri Ubaya Cakti
hasil seminar ke 1 harus benar-benar sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia. Tidak
mengherankan kalo hasil seminar ke 2 itu kemudian mempunyai aspek keamanan, politik
maupun ekonomi yang luas. Dalam bidang keamanan di tegaskan apa yang di maksudkan
doktrin pertertahanan rakyat semesta, yaitu itu bukan satu doktrin perang gerilya semata.
Melainkan satu usaha pembelaan negara yang mengikutsertakan masyarakat. Dengan begitu
TNI-AD hendak memberikan tanda kepada TNI-AL dan TNI-AU bahwa doktrin perang
semesta bukan hanya perang di darat melainka ada peran penting bagi TNI-AL dan TNI-AU
untuk mengamankan negeri sebagai pertahanan semesta. Dalam seminar TNI-AD ke 2 ada

tuntutan TNI-AD untuk perbaikan seluruh rakyat. Walaupun pada saat itu emnjadi anggota
TNI-AD sangat kekurangan dalam kehidupanya dalm bidang politik TNI-AD melihat
pentingnya pembangunan politik agar komitmen Orde Baru untuk menjalankan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dapat terlaksana.
Jadi tidak dapat diingkari oleh sejarah bahwa pembangunan nasional yang kemudian
di mulai pada tanggal 1 April 1969 berpangkal pada seminar TNI-AD ke 2 tahun 1966.sebab
pada waktu itu yang memegang politik utama adalah TNI-AD yang di pimpin oleh Jendral
Soeharto yange memegang Supersemar.
Mengenai hasil di bidang ekonomi dalam seminar TNI-AD ke 2 boleh dikatakan
bahwa itu semua dapat menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi kemudian. Hasil
seminar ke-2 di bidang Hankam yang di namakan Tri Ubaya Cakti kemudian di bawa oleh
para perwira TNI-AD untuk di usulkan sebagai bagian dari doktrin pertahanan keamanan.
Itulah yang kemudian menghasilkan doktrin ABRI Catur Dharma Eka Karma. Pemikiran
yang di peroleh dari seminar menjadi kerangka bagi perumusan doktrin ABRI.
Pembangunan nasional di lakukan menggunakan setrategi dasar trilogy pembangunan,
yaitu setabilitas pembangunan pemerataan. ABRI melakukan pekerjaan yang mendukung
pembangunan di daerah. Dengan apa yang di namakan operasi karya atau Civic Mission,
ABRI membangun berbagai fasilitas seperti jalan, jembatan irigasi dan lainya. Stelah
pembangunan meningkat oprasi karya ini berhenti. Pada tahun 1980-an terdapat kritik
terhadap peran ABRI dalam pembangunan nasional. Abri di anggap menjalankan pendekatan
sekuirti dalam menjalankan keamanaan setabilitas. Abri di anggap selalu mengambil alih dari
karyawan sipil. Abri tidak boleh merugikan penyedia kesempatan kerja. Namun, dengan
segala kekurangan yang di lakukan ABRI, peran yang telah dan sedang di berikan kepada
pembangunan nasional adalah positif sekali. Kenyataanta ABRI tidak pernah menuntut
anggaran Hankam yang melebihi 2persen dari GNP Indonesia.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN DALAM HASIL PEMBANGUNAN
Kemajuan kemajuan dalam pembangunan nasional sangat terlihat dari segi ekonomi,
pendidikan, sarana prasarana, pertanian, industry dan lain lain sudah mengalami peningkatan
yang pesat. Akan tetapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional ini juga mengalami
kekurangan atau kelemahan. Hal itu juga perlu kita sadari dan identifikasi untuk perbaikan
perjalanan bangsa selanjutnya.

Kekurangan yang paling mencolok setelah pembangunan nasional yang berjalan
selama 25 tahun adalah lebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan tidak kaya. Juga
kesenjangan kemajuan yang di capai di pulau jawa serta Indonesia bagian Barat pada
umumnya dan bagian timur hal ini di pengaruhi oleh pemerintah yang menganut politik
sentralistis dan tidak memberikan desentralisasi kepada daerah. orang keturunan cina melaju
pesat dalam hal kekayaan. Hal ini membawa persoalan etnis. Tidak hanya di Indonesia saja
melainkan etnis cina yang ada di Asia Tenggara. Pemerintah di tuduhkan bahwa pemerintah
memberikan monopoli dan oligopoly swasta. Pengusaha kecil di Indonesia tidak diperhatikan
sehingga jarak menjadi lebih terlihat antara golongan kaya dan golongan tidak kaya.
Salah satu yang juga di anggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai kelemahan
dalam pembangunan adalah meningkatnya hutang luar negri. Yang pada tahun 1995
mendekati angka AS$ 100 miliar. Adanya korupsi jugamenjadikan kelemahan karena pada
saat itu pembangunan nasional adalah sikap yang mengagungkan benda dan uang. Keritik
lain yang sering di kemukakan ialah kurangnya pembangunan di bidang politik, sehingga
kurangnya partisipasi masyarakat luas dalam pembangunan nasional. Bahwa pada
pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun tidak tergantikan oleh pemimpin baru. Salah satu
kendala bagi kita adalah kelemahan yang bersifat menetap bagi bangsa kita, jadi tidak di
akibatkan oleh pembangunan nasional. Kelemahan itu adalah sikap yang tidak terlalu
memperhatikan perlunya persamaan antara kata dan perbuatan, antara teori dan praktik,
antara konsep dan implementasi.
Betapapun kita semua harus dapat mengatasi beberapa permasalahan yang timbul
dalm pembangunan nasional. Dan dalam perjalanan kita mencegah agar tidak timbul
kelemahan baru. Dari kekurangan yang telah timbul maka kita bias mempelajari agar tidak
terulang kembali dan bias memberikan sesuatu yang lebih sehingga Indonesia menjadi negara
yang lebih maju.
ALIH GENERASI DALAM KEPEMIMPINAN ABRI
Terjadi peralihan dalam kepemimpinan ABRI pada masa pembangunan nasional pada
tahap pertama dari generasi 1945 ke generasi yang masuk ke jajaran ABRI setelah tahun
1955. Di dalam TNI-AL, TNI-AU, dan Polri ali generasi tidak terlalu kea rah kusus. Namun
di TNI-AD alih generasi tidak hanya di pengaruhi oleh sifat umum yang berbeda antara
generasi 1945 dan generasi penerus tetapi persoalan kusus yang membentuk kepemimpinan.

Akibat tidak adanya pembentukan perwira TNI-AD melalui akademi militer antara
tahun 1950 dan 1957 maka terjadi suatu keadaan yang kurang baik dalam piramida perwira.
Ada perwira generasi 1945 dalam jumlah besar dalam semua jenjang kepangkatan perwira,
sedangkanperwira hasil pembentukan setelah tahun 1950 hanya berada pada pangkat perwira
pertama dalam jumlah terbatas, dan pangkat perwira menengah malah lebih sedikit lagi. Pada
tahun 1982 generasi penerus baru ada beberapa orang saja yang sudah mecapai perwira
tinggi, itu pun kalo penggunaan pendidikan dengan cara yang normal sesuai aturan yang
berlaku. Tahun 1982 akan kesulitan menggantikan perwira jika tidak ada tindakan khusus
untuk memdidik calon perwira.
Dalam TNI-AL dan TNI-AU tidak terlalu sulit untuk mencari generasi karena jumlah
perwira sendiri tidak sebanyak dalam TNI-AD. Maka untuk alih generasi tidak terlalu banyak
masalah. Dalam TNI-AD harus di buat kebijakan khusus yang memungkinkan para generasi
di angkat jabatanya secara cepat agar alih generasi berjalan lancer. Oleh karena itu generasi
1945 membentuk akademi militer yang satu untuk pembentukan perwira generasi penerus.
Dengan harapan agar satu sumber keperwiraan menjamin persatuan yang kokoh dalam korps
perwira.
Meskipun ini semua bukan hal yang mudah atau ringan, namun kita yakin bahwa
bangsa Indonesia akan selalu menghasilkan kepemimpinan ABRI yang cukup memadai
kemampuannya untuk melaksanakan kewajibanya itu dengan semestinya.

Nama

: Akbar Hakim MeiNanda

NIM

: 3101411140

Tugas

: Sejarah militer, ringkasan buku “Sejarah ABRI” halaman 361-444.

12. Masalah Logistik
Pengertian logistik kalau kita bicara tentang kepemimpinan ABRI kita tidak dapat
mengabaikan masalah logistik. Sebagaimana telah dikatakan sejak permulaan ,salah satu
fungsi kepemimpinnan adalah memperhatikan kesejahteraan dari mereka yang dipimpin.
Pengurusan kesejahteraan termasuk fungsi logistik. Akan tetapi fungsi logistik jauh lebih luas
dari pengurusan kesejahteraan. Kepemimpinan tidak dapat dilaksannakan dengan baik tanpa
ada dukungan logistik.
Indonesia baru mengenal pengertian logistik sejak tahun 1950 an,seperti diuraikan
dalam bab pertama ,penngertian kepemimpinan baru kita kenal sejak para perwira TNI
engikuti penndidikan militer di AS pada tahun 1951. Demikian pula pengertian logistik baru
kita peroleh sejak masa itu.Tentara Belanda di masa sebelum perang dunia kedua belum
menggunakannn pengertian logistik. Baru dalam perang dunia kedua ketika tentara Belanda
harus bergerak bersama tenntara Inggris di Eropa dan tentara AS di wilayah Pasifik, mereka
menggunakan pengertian itu. Oleh karena itu ,tentara Belanda yanng menjadi Misi Militer
Belanda di ndonesia sejak 1950 sudah mennggunakann pengertian logistik.
Ternyata juga din lingkungan militer AS penngertian logistik relatif baru. Menurut
Richard M Leighton dalam Encyclopedia Americana ,baru pada tahun 1944 pengertian
logistik masuk dalam kamus militer AS secara resmi, meskipun pengertian itu sudah
digunakan sebelum Peranng Dunia Kedua oleh para perwira staf untuk perencannaan militer.
Pada mulanya pengertiann logistik di gunakan dalam arti perbekalan dan angkutan
militer. Akann tetapi sejak tahun 1949 pengertian meluas dan meliputi segala kegiatan yanng
bersanngkutan dengan penanganan perlengkapan militern (termasuk produksinya dan
pengadaan nya) maupun seluruh kegiatan yang nbersangkutann dengan personnil militer.
(termasuk latihan) serta konntruksi dan penyelenggaraan fasilitas militer. Dengan begitu
logistik sama dengan penngertiann administrasi , semua kegiatan tidak termasuk strategi atau
taktik.
Diadakan perbedaan antara logistik konsumen ,yaitu pembekalan pasukan di
lapangan dengan logistik produksi, yaitu produksi dan pengadaan perlengkapan perang .Juga
ada pengertian logistik garis komunikasi , yaitu pengangkutan dari pangkalan nasional ke
kawasan perang. Sedangkan logistik pertempuran mennyangkut perbekalan di medan
pertenmpuran. Pada umumnnya orang menggunakan pengertiann logistik lebih banyak dalam
arti sempit ,yaitu logistik yang sama dengan administrasi militer secara keseluruhan. Dalam
hal itu logistik yang sama denngan administrasi militer secara keseluruhan. Dalam hal itu

logistik diartikann sebagai usaha untuk membawa atau menngangkut barangn yang tepat ,
dalam jumlah yang tepat ,pada saat yang teapat, unntuk orang atau pihak yang tepat atau yang
memerlukannya.
Ketika organnisasi militer masih sederhana ,yaitu sebelum abad ke 19 , logistik belum
mempunyai makna penting .Waktu itu pertempuran dilakukan terutama dengan menggunakan
senjata perorangan. Kalaupun sudah digunakan dengan meriam maka itu masih terbatas
senhingga angkutan mesin sepenuhnya menjadi perhatian kesatuan arteleri itu senndiri.
Makanan bagi pasukann sering kali diperoleh dengan merampas makanan penduduk daerah
yang baru direbut .Jadi pasukan bergerak dengann relatif ringan tannpa membawa perbekalan
.Brau setelah pengaruh teknologi makin terasa dalam pelaksanaan perang dan pertempuran.
Logistik menjadi satu kebutuhan yang nyata dan bahkan mendesak, Senjata perorangan
bukan lag senjata yanng mesinnnya harus dimasukkan dari muka laras, melainnkan sudah ada
teknologi yang memungkinkan membuat peluru. Terdiri dari proyektil dan alat peledak dalam
satu keutuhan yanng diikat oleh kelongsong. Dan peluru dapat ditembkan dari bagian
belakang dengan memasukan peluru dalam kamar. Sejak itu dikenal senaan repetir sennapan
yang dapat ditembakan jauh lebih cepat dan serinng ketimbang sebelumnya .Itu dengan
senndirinya amat memperbesar daya tembak pasukan. Akhirnya,penggunaan mesiu untuk
prajurit perorangann sanngat menninngkat dan itu tidak dapat lagi dipennuhi hanya denngan
mesiu yang dibawa oleh prajurit perorangan belaka.
SISTEM DALAM PELAKSANAAN LOGISTIK
Untuk dapat menjalankan logistik secara memuasknn harus digunakan pelaksanaan
yang sistematis dan teratur. Terutama buat satu tentara yang negaranya kurang mampu
melaksanakan produksi sehingga dalam banyak hal tergantung dari produksi nnegara lain,
timbul banyak persoalan yang semuanya nharus dapat dipecahkan secara sistematis.
Tidak banyak negara yang mempunyai kemampuan produksi bahan makanan dan
peralatan, termasuk sistem senjata yang lengkap.Karena pentinngnya produksi dihunbungkan
denngan logistik maka kaum NAZI dibawah pemimpin Adolf Hitler berusaha menciptakan
autarki ,yaitu suatu sistem ekonomi yang sepenuhnnya mandiri tanpa tergantung dari luar
negeri.
Karena produksi tiap – tiap negara mempunyai keterbatasan,ada yanng besar dan ada
pula yang kecil, maka pelaksanaan logistik selalu mengalami kesulitan. Pada mulanya
kesatuan kesatuan diperbekali dengan mmberikan perbekalan makan dan mesiu kepada tiap
tiap orang dibawa sndiri – senndiri. Karena jumlah yang dibawa terbatas,maka setelah habis
harus ditambah.Niasanya tambahan itu diperoleh dari daerah tentara itu berada. Ketika
kemampuan anngku menningkat dengan adanya kendaraan tersendiri disamping perbekalan
juga dbawa oleh kesatuan itu dalam kenndaraan tersenndiri.Mulai ada pembenntukannn
satuan Meskipun sudah jauh bertambah perbekalan yang dibawa,namun tetap ada batasnya
Maka juga masihnperlu untuk menambah perbekalan ini dengan mengambil dari tentara
daerah itu beroprasi, apabila perbekalan yang mula mula dibawa habis . Cara ini dinamakan
logistik mandiri.

Tentara yang palinng aktif menjalankann logistik manndiri denngan menghasilkan
daya tempur tinnggi adalah tentara Genghins Khan dalam anbad ke 13.Apabila tidak ada
keperluan untuk untuk bertempur dengann berkuda atau kaveleri Genghins Khann
menggiring ternak untuk makannya bersama dengan kelompok kereta berkuda yang
mennganngkut pernbekalan dan peralatan. Rute perjalanan dan tempat berkemah
direncanakan jauh sebelumnya agar ada kemungkinnan memberikan makan pada ternak
yanng dibawa serta untuk mennambah makan unntuk pasukan. Akan tetapi kalau ada
keperluan bertempour kolonnne pernbekalan itun ditinggalkan dan pasukan berkuda dengan
cepat menggempur musuh dari berbagai arah Pasukan mongl itu dapat menempuh sekitar 290
kilometer dalam waktu kurang dari tiga hari , satu kemampuan mobilitas yang amat tinggi
untuk masa itu.
Akan tetapi sejak abad ke 17 kemandirian pasukann tentara sudah semakin bekurang.
Itu disebabkan karena ukuran tentara mennjadi makin besar. Sehinngga sukar untuk
menambah pernbekalan yanng habis dengan mengambil drai daerah operasi. Itu tampak
sekali dalam operasi Napoleon di Rusia dan Spanyol. Mulai abad ke 19 dapat diakatakn
bahwa logistik harus diatur mulai dari belakang hingga pasukan terdepan.
Dalam sistem logistik itu dikenal daerah belakang, daerah komunikasi dan daerah
tempur . Dalam daerah belakanng terdapat tempat tempat produksi yang mennghasilkann
berbagai macam barang makanan dan minuman yang selalu,dinamakan baranng kelas I. Juga
barang barnang seperti senjata dan peralatan yang menjadi setiap anggota tentara serta
diperlukan setiap kesatuan menurut tabel organnnisasi,dinakan barang kelas II. Kemudian
juga bensin dan minyak pelumas yang harus ada setelah kenndaraan bermotor mennjadi
bagian pennting dalam tentara,dinamakan baranng kelas III. Disamping itu juga ada yang
sangat penting ragam peluru dan mesiu dinamakan barang kelas IV.

LOGISTIK ABRI
Logistik menjadi persoalan bagi ABRI sejak berdirinya, meskipun pada tahun 1945
kita belum menngenal kata logistik. Sejak berdirinnya setiap organisasi BKR hars
mengusahakann sekurang kurang ny