APLIKASI TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DA

See discussions, stats, and author profiles for this publication at:
https://www.researchgate.net/publication/276269515

APLIKASI TEKNIK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN
RANTAI PASOK
BOOK · JANUARY 2010

CITATIONS

READS

7

283

2 AUTHORS, INCLUDING:
Marimin Marimin

Bogor Agricultural University


84 PUBLICATIONS 209 CITATIONS
SEE PROFILE

Available from: Marimin Marimin
Retrieved on: 22 January 2016

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.,
Pemikiran sistem dapat dipandang sebagai dorongan terhadap
kepiawaian ilmu pengetahuan dalam menghadapi permasalahan yang
kompleks dan dinamis yang terjadi pada sistem kehidupan. Ilmu sistem
mengajarkan pendekatan holistik yang selalu berupaya mengurai persoalan
yang kompleks menjadi bagian-bagiannya agar dapat dipelajari dan
diinterpretasi.
Tujuan buku ini secara langsung berkaitan dengan aplikasi ilmu sistem dan
teknik pengambilan keputusan pada berbagai bidang termasuk dalam
manajemen rantai pasok sebagai suatu sumber dukungan dan bimbingan
praktis dari berbagai prespektif sistem manajemen.
Buku ini mendiskusikan secara ilustratif tahap demi tahap suatu cara
pandang dalam pengambilan keputusan dan aplikasinya dalam berbagai

bidang utamanya pada manajemen rantai pasok yang tergolong sulit dan
komplek yang diekspresikan secara sederhana. Aspek kajian diawali dengan
pembahasan tentang pendekatan kesisteman dan peran teknik pengambilan
keputusan dalam penyelesaian persoalan keputusan manajemen dan
keteknikan pada umumnya dan manajemen rantai pasok pada khususnya.
Secara iteratif kemudian dibahas prinsip manajemen rantai pasok dan
dukungan keputusan yang diperlukan yang dilanjutkan dengan pembahasan
tenik-teknik keputusan sederhana, sedang dan kompleks dengan dilengkapi
berbagai aplikasi penerapannya.
Perkembangan
dan
sistesa
teknik
pengambilan keputusan dan aplikasinya dalam penyelesaian manajemen
rantai pasok terkini juga disajikan dalam buku ini. Untuk memberikan
gambaran komprehensif,
tiga contoh kasus penerapan pengambilan
keputusan dalam kajian manajemen rantai pasok juga disertakan di bagian
akhir buku ini. Contoh kajian yang disajikan mencakup (1) Kajian Manajemen
Rantai Pasokan Pada Produk Dan Komoditas Kedelai Edamame (Marimin

dan Defni Feifi); (2) Model Evaluasi Risiko Pada Setiap Tingkatan Rantai Pasok
Produk Pertanian Tanaman Pangan (Suharjito dan Marimin), dan (3) Kajian
Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Bunga Krisan (Marimin dan
Faqih).
Buku ini sesuai untuk dibaca bagi kalangan staf pengajar perguruan
tinggi, mahasiswa program sarjana dan pascasarjana, peneliti, industri dan
pemerhati pendekatan sistem, teknik dan sistem pengambilan keputusan dan
manajemen rantai pasok.

Penulis mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak: LPPM-IPB
dan PD2M Dikti yang memfasilitasi penyusunan buku ajar ini melalui
Program Hibah Kompetensi tahun 2009, kolega dan mahasiswa bimbingan
penulis yang telah membantu mewujudkan konsep tulisan menjadi buku yang
terintegrasi ini. Penulis juga ucapkan terima kasih istriku Lisa Chandrasari,
anakku Sugoi Marsaputra dan semua keluarga atas motivasinya. Penulis
menyadari dalam tulisan ini masih dijumpai beberapa kekurangan, untuk itu
diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Bogor, Januari 2010


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................

iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .............................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xiv


BAB I.

BAB II

BAB III.

BAB IV

BAB V.

SISTEM DAN TEORI KEPUTUSAN
A. Sistem .......................................................................................
B. Teori Keputusan ......................................................................
C. Soal Latihan ..............................................................................

1
12
20


SISTEM MANAJEMEN RANTAI PASOK PERTANIAN
A. Konsep Rantai Pasok...............................................................
B. Struktur Rantai Pasok .............................................................
C. Mekanisme Rantai Pasok........................................................
D. Kelembagaan Rantai Pasok ....................................................
E. Soal Latihan ..............................................................................

22
23
26
27
30

PENGUKURAN
A. Sifat Pengukuran .....................................................................
B. Objek Pengukuran ...................................................................
C. Skala Pengukuran ....................................................................
D. Ciri Pengukuran Yang Baik ...................................................
E. Soal Latihan ..............................................................................


32
33
34
40
45

PENANGANAN KETIDAKPASTIAN DAN DIAGRAM
KEPUTUSAN
A. Keputusan Dalam Ketidakpastian ........................................
B. Diagram Keputusan ................................................................
C. Penetapan Nilai........................................................................
D. Penetapan Nilai Kemungkinan .............................................
E. Rekomendasi Keputusan........................................................
F. Nilai Harapan Dengan Informasi Yang Sempurna
(Expected Value Of Perfect Information/Evpi) ..................
G. Soal Latihan ..............................................................................

47
50
52

54
56
57
58

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS INDEKS KINERJA
A. Metode Bayes ...........................................................................
62
B. Metode Perbandingan Eksponensial ....................................
67

C.
D.
E.
F.

Teknik Perbandingan Indeks Kinerja ...................................
Pemilihan Metode Bayes/MPE/CPI ....................................
Metode Delphi .........................................................................
Soal Latihan................................................................................


69
73
74
79

PROSES HIRARKI ANALITIK
A. Model Keputusan Dengan AHP............................................
B. Prinsip Kerja AHP ...................................................................
C. Contoh Aplikasi .......................................................................
D. Penyelesaian AHP dengan CD Plus .....................................
E. Penyelesaian AHP dengan Expert Choice ...........................
F. Latihan Soal ..............................................................................

82
84
87
99
104
114


BAB VII. PENILAIAN KINERJA RANTAI PASOK
A. Nilai Tambah ............................................................................
B. Analisis Resiko .........................................................................
C. Supply Chain Operations Reference (SCOR) ......................
D. Latihan Soal ..............................................................................

116
121
129
143

BAB VI.

BAB VIII. BUNGA RAMPAI PENERAPAN TEKNIK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN CERDAS DALAM MANAJEMEN RANTAI
PASOK
A. Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk Dan
Komoditas Kedelai Edamame
(Studi Kasus Di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor) ............. 145

B. Model Evaluasi Risiko Pada Setiap Tingkatan Rantai
Pasok Produk Pertanian Tanaman Pangan ......................... 173
C. Kajian Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasokan
Bunga Krisan ............................................................................ 195
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

226

LAMPIRAN 1 ....................................................................................................

228

LAMPIRAN 2 ....................................................................................................

231

DAFTAR ISTILAH PENTING .......................................................................

244

BIOGRAFI SINGKAT .....................................................................................

248

II. SISTEM MANAJEMEN RANTAI PASOK PERTANIAN

A.

KONSEP RANTAI PASOK

Konsep rantai pasok (supply chain) merupakan konsep baru dalam
menerapkan sistem logistik yang terintegrasi, yang merupakan mata rantai
penyediaan barang dari bahan baku sampai barang jadi. (Indrajit dan
Djokopranoto, 2002). Manajemen rantai pasok (supply chain management)
produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara
keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk
yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Jadi Sistem Manajemen Rantai
Pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu
yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku guna memberikan kepuasan
pada pelanggan.
Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen
rantai pasok produk manufaktur karena: (1) produk pertanian bersifat mudah
rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada
iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi,
(4) produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk
ditangani (Austin, 1992; Brown, 1994). Seluruh faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian
karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks daripada rantai
pasok pada umumnya. Selain lebih kompleks, manajemen rantai pasok
produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.
Berdasarkan konsep supply chain terdapat tiga tahapan dalam aliran
material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu
sistem physical supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi
didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical
distribution. Aliran material tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Arnold
dan Chapman, 2004).

S
U
P
P
L
I
E
R

MANUFACTUR

Physical
Supply

Manufacturing
Planning and
Control

DISTRIBUTION
SISTEM

Physical
Distribution

C
U
S
T
O
M
E
R

DOMINANT FLOW OF PRODUCTS AND SERVICES

DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION

Gambar 2.1. Pola Aliran Material.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa bahan mentah
didistribusikan kepada supplier dan manufactur melakukan pegolahan sehingga
menjadi barang jadi siap didistribusikan kepada customer melalui distributor.
Aliran produk terjadi mulai dari supplier hingga ke konsumen, sedangkan arus
balik aliran ini adalah aliran permintaan dan informasi. Dimana, permintaan
dari customer diterjemahkan oleh distributor, dan distributor menyampaikan
pada manufactur selanjutnya manufactur menyalurkan informasi tersebut pada
supplier.
B.

STRUKTUR RANTAI PASOK

Supply Chain Management merupakan serangkaian pendekatan yang
diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat
penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dapat
didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk
memperkecil biaya dan memuaskan pelanggan. SCM bertujuan untuk
membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari
transportasi dan distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses,
dan barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan
dalam SCM yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer), pendistribusi
(distributor), pengecer (retailer), dan pelanggan (customer) (David et.al., 2000
dalam Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), hubungan organisasi dalam
rantai pasok adalah sebagai berikut:
 Rantai 1 adalah supplier. Jaringan bermula dari sini, yang merupakan
sumber penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran
barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa berbentuk bahan baku,
bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang.
Jumlah supplier bisa banyak ataupun sedikit. Supplier rantai pasok
pertanian antara lain produsen dan tengkulak. Produsen adalah para
petani baik secara individu atau yang sudah bergabung dalam
kelompok-kelompok tani. Tengkulak adalah pedagang komoditas
pertanian yang mengumpulkan produk-produk pertanian dari
sebagian para petani untuk dijual lagi dengan harga yang tinggi.
Produsen bisa menjadi supplier untuk tengkulak atau langsung
supplier untuk manufaktur.
 Rantai 1-2 adalah supplier  manufacturer. Manufaktur yang
melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, meng-assembling,
merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang. Pada
rantai pasok pertanian, manufaktur adalah pengolah komoditas
produk pertanian yang membuat nilai tambah untuk komoditas
tersebut. Hubungan konsep supplier partnering antara manufaktur
dengan supplier mempunyai potensi yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Dengan konsep ini, manufaktur sudah memiliki
perjanjian atau kontrak dengan supplier sehingga terdapat kepastian
harga produk untuk petani sebagai supplier dan kepastian kuantitas
dan kualitas produk untuk pengolah sebagai manufaktur
 Rantai 1-2-3 adalah supplier manufacturer distributor. Barang yang
sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan.
Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada
pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh dengan supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar
dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar
menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer. Pada
umumnya manufaktur sudah memiliki bagian distribusi di dalam
perusahaannya sendiri, tapi ada juga manufaktur yang
menggunakan jasa distributor di luar perusahaannya.
 Rantai 1-2-3-4 adalah supplier  manufaktur  distributor  ritel.
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau
dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk
menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada
rantai ini bisa dilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan



biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola
pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko
pengecer. Dalam rantai pasok pertanian, pedagang besar selaku
distributor akan memasok produk pertanian kepada pengecer di
pasar tradisional ataupun di pasar swalayan.
Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier manufaktur distributor ritel
pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan
atau pembeli. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti ketika
barang tiba pada pemakai langsung.

Struktur rantai pasok produk pertanian memiliki keunikan, yang tidak
harus selalu mengikuti urutan rantai di atas. Petani dapat langsung menjual
hasil pertaniannnya langsung ke pasar selaku retail sehingga telah memutus
rantai pelaku tengkulak, manufaktur, dan distributor. Manufaktur juga tidak
harus memasok produknya lewat distributornya ke retail tapi bisa langsung ke
pelanggan. Pelanggan di sini biasanya adalah pelanggan besar seperti
restoran, rumah sakit, ataupun hotel. Manufaktur juga banyak menggunakan
jasa eksportir selaku distributor untuk memasarkan produknya ke pelanggan
internasional. Struktur rantai pasok pertanian ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Suplier

Manufaktur

Distributor

Retail

Pelanggan

Gambar 2.2. Struktur Rantai Pasok Pertanian

C.

MEKANISME RANTAI PASOK

Pada hakikatnya, mekanisme rantai pasok produk pertanian secara alami
dibentuk oleh para pelaku rantai pasok itu sendiri. Pada negara sedang
berkembang seperti Indonesia, mekanisme rantai pasok produk pertanian
dicirikan dengan lemahnya produk pertanian dan komposisi pasar. Kedua hal
tersebut akan menentukan mekanisme rantai pasok yang berlangsung.
Adanya kelemahan-kelemahan produk pertanian, misalnya mudah rusak,
musiman, jumlah yang banyak dengan nilai yang relatif kecil, tidak seragam
dan lain-lain akan mempengaruhi mekanisme pemasaran seringkali
menyebabkan fluktuasi harga yang tentu saja akan merugikan pihak petani
selaku produsen.
Mekanisme rantai pasok produk pertanian dapat bersifat tradisional
ataupun modern. Mekanisme tradisional adalah petani menjual produknya
langsung ke pasar atau lewat tengkulak, dan tengkulak yang akan menjualnya
ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Keberadaan tengkulak sebagai
perantara bisa dipandang sebagai sebuah kemudahan ataupun sebuah
kerugian untuk petani. Para tengkulak akan mendatangi petani dan membeli
hasil panennya, dengan begitu petani tidak perlu susah-susah memasarkan
produknya. Hal ini biasa terjadi bagi para petani kecil yang hasil panennya
tidak terlalu besar. Namun para tengkulak sering menetapkan harga sendiri
sesuai keinginan mereka yang biasanya jauh dibawah harga standar.
Mekanisme rantai pasok seperti ini membuat petani berada dalam posisi yang
lemah karena tengkulak akan mengambil margin yang besar sehingga untung
yang diterima petani kecil, apalagi jika dilihat karakteristik produk pertanian
mudah rusak dan bersifat musiman.
Mekanisme rantai pasok modern terbentuk oleh beberapa hal antara lain
dalam rangka mengatasi kelemahan karakteristik dari produk pertanian,
meningkatkan kesejahteraan petani dari sisi ekonomi dan sosial,
meningkatnya permintaan kebutuhan pelanggan akan produk yang
berkualitas dan mempeluas pangsa pasar yang ada. Hal Ini menyebabkan
bertambahnya para pelaku rantai pasok seperti adanya manufaktur yang
mengolah produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah, pasar swalayan
yang memiliki kelengkapan cool storage sehingga produk yang dijual lebih
tahan lama dan terjamin kualitasnya, jasa distributor atau pedagang besar
yang tidak hanya mendistribusikan produk di pasar lokal tapi juga pasar
internasional, dan terbentuknya kelompok-kelompok tani yang memiliki
kemitraan dengan para pelaku rantai pasok yang lain.
Pada rantai pasok modern, petani sebagai produsen dan pemasok
pertama produk pertanian membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian atau
kontak dengan manufaktur, eksportir, atau langsung dengan pasar sebagai

retail sehingga petani memiliki posisi tawar yang baik. Perjanjian atau kontrak
antara petani dan mitra berdampak baik untuk keduanya. Petani
mendapatkan kepastian pembelian hasil panennya dengan harga yang telah
disepakati, dan mitra mendapatkan produk pertanian yang memiliki
spesifikasi mutu yang telah disepakati juga. Mekanisme ini tidak hanya
memacu petani untuk terus meningkatkan mutu hasil pertaniannya, tapi juga
memacu para pelaku rantai pasok yang lain seperti manufaktur, distributor
dan retail untuk menjamin kualitas produk yang diinginkan oleh pasar,
sehingga produk diterima konsumen dari lokal maupun manca negara.
D.

KELEMBAGAAN RANTAI PASOK

Kelembagaan rantai pasok adalah hubungan manajemen atau sistem
kerja yang sistematis dan saling mendukung diantara beberapa lembaga
kemitraan rantai pasok suatu komoditas dalam rangka mencapai satu atau
lebih tujuan yang menguntungkan semua pihak yang ada di dalam
kelembagaan rantai pasok itu sendiri dan keuntungan bagi pihak-pihak di luar
kelembagaan tersebut. Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok
mencakup pelaku dari seluruh rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola
interaksi antar pelaku, dan dampaknya bagi pengembangan usaha suatu
komoditas maupun bagi peningkatan kesejahteraan pelaku pada rantai pasok
tersebut.
Bentuk-bentuk kelembagaan rantai pasok makin mengalami keragaman
dengan keberadaan pasar tradisional dan modern seperti mini market, super
market, hyper market, dan departemen store juga keberadaan konsumen
institusional seperti hotel, restoran, rumah sakit serta keberadaan industri
pengolahan. Kedinamikaan bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian ini
akan menimbulkan persaingan, namun persaingan tidak selalu dipandang
negatif. Persaingan dapat membawa hasil yang positif selama persaingan
tersebut dipandang sebagai tantangan pelaku rantai pasok yang tergabung
dalam lembaga dalam memasarkan produknya sehingga meningkatkan
kinerja dan prestasi lembaga tersebut.
Dalam perkembangannya bentuk kelembagaan rantai pasok pertanian
terdiri dari dua pola yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan. Pola
perdagangan umum melibatkan berbagai pelaku tataniaga yang umum
ditemukan di banyak lokasi, antara lain petani baik secara individu atau
kelompok dan pedagang baik yang berada di sentra produksi atau pedagang
besar yang berada di pusat kota. Misalnya, petani menjual hasil pertaniannya
kepada pedagang pengepul yang berada di sentra produksi dan pedagang
pengepul bisa menjual lagi ke pedagang besar atau langsung memasok ke
pasar-pasar tujuan. Ikatan antara petani dan pedagang umumnya ikatan

langganan baik tanpa adanya kontrak perjanjian yang mengikat antar
keduanya sehingga hanya mengandalkan kepercayaan. Petani dan pedagang
pada pola ini juga sering melakukan ikatan pinjaman modal, petani
melakukan peminjaman kepada pedagang pengumpul untuk kebutuhan
pembiayaan usaha taninya dengan penggunaan bunga. Namun petani
berkewajiban menjual hasil panennya kepada pedagang tersebut. Pedagang
memasok produk yang kualitasnya bagus ke pasar-pasar induk dan supplier
swalayan, untuk produk yang kualitasnya kurang bagus dijual di pasar-pasar
tradisional.
Pola kelembagaan kemitraan rantai pasok adalah hubungan kerja
diantara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan mekanisme
perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Dalam kontrak
tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan
kewajiban pihak-pihak yang terlibat.
Pola kemitraan rantai pasok pertanian yang umum dilakukan oleh petani
antara lain kemitraan petani dengan KUD atau asosiasi tani dan petani dengan
manufaktur atau pengolah. Gambaran kesepakatan kemitraan rantai pasok
yang umum terjadi antara petani secara individu dengan KUD atau asosiasi
tani adalah sebagai berikut, dari pihak KUD/Asosiasi Tani berkewajiban (1)
bersedia meminjamkan modal kerja untuk petani mitra (2) meyediakan input
petanian sesuai kebutuhan petani mitra, (3) menampung dan memasarkan
hasil panen petani mitra. Sementara itu, petani berkewajiban (1) melakukan
budidaya secara baik, (2) melaporkan jadwal kegiatan saat tanam dan panen
dilakukan dan (3) menyerahkan seluruh hasil produksinya ke KUD atau
asosiasi tani. Dalam kerjasama ini tidak dilakukan kontrak harga, namun
harga mengikuti permintaan pasar.
Pola kemitraan antara petani dengan manufaktur tidak jauh berbeda
dengan kemitraan antara petani dengan KUD/Asosiasi Tani namun terdapat
beberapa tambahan kesepakatan antara lain terdapat kesepakatan dalam
penentuan luas area penanaman komoditas atau produk pada masing-masing
petani, terdapat kesepakatan tentang jenis atau varietas komoditas yang akan
ditanam, terdapat pengaturan tentang jadwal tanam dan jadwal panen antar
petani dan antar area, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan)
tapi tidak semua manufaktur melakukan ini, terdapat kesepakatan harga
antara petani dengan manufaktur. Harga ditentukan secara kontrak melalui
proses negosiasi sebelum tanam. Petani menentukan harga didasarkan atas
biaya pokok usaha tani dan ekspektasi keuntungan yang diinginkan.
Sementara itu perusahaan mendasarkan atas perhitungan biaya pokok
pengolahan dan melakukan perbandingan dengan harga impor. Biasanya
harga yang didapat petani lebih besar dari harga pasar, dan harga yang
didapat perusahaan lebih rendah dibanding harga impor sehingga terjadilah

kesepakatan. Disamping itu juga terdapat kesepakatan spesifikasi mutu
produk yang dihasilkan petani yang akan diserahkan ke manufaktur.
Kemitraan juga terjadi antara manufaktur dengan distributor atau
asosiasi tani dengan distributor. Distributor di sini selaku supplier untuk retail
modern seperti super market, supplier untuk konsumen institusional seperi
hotel, restoran, rumah sakit, supplier untuk konsumen luar negri atau supplier
untuk industri pengolahan. Dengan begitu, distributor juga melakukan
kemitraan dengan retail dan pelanggan di atas. Produk pertanian yang
dipasok oleh distributor adalah produk yang sudah mengalami tahap
penanganan pasca panen seperti penyortiran, grading, pengemasan dan
pelabelan. Tahap penanganan pasca panen ini bisa dilakukan oleh manufaktur
atau distributor. Hal ini untuk menjamin mutu produk tetap dalam kondisi
prima sampai ke tangan konsumen dan meningkatkan daya saing produk.
Kemitraan antara asosiasi tani atau manufaktur dengan distributor melakukan
kesepakatan dalam hal jumlah pasokan, jadwal pasokan, sistem pembayaran
(cash atau kredit) dan sistem pemberian komisi. Begitu juga kesepakatan
kemitraan yang dilakukan oleh distributor dengan pelanggannya.
Keberhasilan kelembagaan rantai pasok komoditas pertanian tergantung
dari sejauh mana pihak-pihak yang terlibat di dalamnya mampu menerapkan
kunci sukses (key success factor) yang melandasi setiap aktivitas di dalam
kelembagaan tersebut. Kunci sukses ini teridentifikasi melalui penelusuran
yang detail dari setiap aktivitas di dalam rantai pasokan. Kunci sukses tersebut
adalah :
Trust Building
Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasokan mampu
mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan, seperti kelancaran pada
transaksi penjualan, distribusi produk, dan distribusi informasi pasar. Untuk
membangun kepercayaan diantara pihak-pihak yang bekerjasama, dapat
dilakukan dengan membuat kesepakatan. Apabila kesepakatan tersebut
dijalankan dengan sebaik-baiknya dengan membangun manajemen yang
bersifat transparan terutama menyangkut pembagian hak dan kewajiban,
harga dan pembagian keuntungan serta membangun komitmen yang tinggi
antara pihak yang bermitra, maka kepercayaan dapat meningkat sehingga
pihak-pihak yang bekerjasama tersebut dapat fokus menjalankan tanggung
jawabnya masing-masing sesuai dengan spesialisasi/perannya. Dengan
demikian, trust building yang terbangun di dalam rantai pasokan dapat
menciptakan rantai pasokan yang kuat.

1.

2.

Koordinasi dan Kerjasama
Koordinasi diantara anggota rantai pasokan adalah sangat penting
guna mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan bunga
mulai dari produsen hingga ke ritel, dan tercapainya tujuan rantai pasokan.
Koordinasi yang ada saat ini umumnya hanya sebatas hubungan transaksi
mengenai jenis dan kuantitas pesanan, dan bukan koordinasi dalam bentuk
perencanaan. Koordinasi dalam bentuk perencanaan memungkinkan
terjadinya transparansi informasi pasar mulai dari ritel hingga ke produsen,
yang penting guna mengurangi resiko kesalahan pasokan atau resiko lainnya
seperti bullwhip effect. Untuk itu, agar koordinasi diantara anggota rantai
pasokan dapat berjalan dengan baik dan lancar maka perlu diwujudkan
hubungan kerjasama diantara anggota rantai pasokan tersebut. Selain
memudahkan koordinasi, keuntungan yang lain adalah dapat meningkatkan
channel suplai dan channel pasar bagi anggota rantai pasokan sehingga
menyebabkan rantai pasokan menjadi lebih fleksibel dan dinamis.
3.

Kemudahan Akses Pembiayaan
Akses pembiayaan yang mudah, disertai dengan bentuk administratif
yang tidak berbelit memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam
mengembangkan usahanya. Dengan mapannya akses pembiayaan tersebut
maka diharapkan pengembangan usaha di bidang agribisnis ini dapat
berkembang dengan baik, baik itu peningkatan secara kualitas maupun secara
kuantitas sehingga mampu mengimbangi permintaan pasar yang terus
meningkat dari tahun ke tahun.
4.

Dukungan Pemerintah
Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat
penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai
pasokan yang mapan. Distribusi informasi pasar yang disediakan oleh
pemerintah, kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai pasok komoditas
pertanian, penyediaan infrastruktur yang memadai, pendampingan dan
pembinaan oleh PPL Ahli di bidang komoditas pertanian serta pengadaan
pameran/ekshibisi produk pertanian dapat meningkatkan daya saing rantai
pasokannya.
E. SOAL LATIHAN
E.1.
1.

Pilih Jawaban Yang Paling Tepat !
Manajemen rantai pasok pertanian memiliki karakteristik sebagai
berikut, kecuali :

A.
B.
C.
D.

2.

3.

4.

5.

E.2.
1.

Stokastik
Dinamis
Statis
Probabilistik
Pembentukan mekanisme rantai pasok dipengaruhi oleh :
A.
Kualitas produk, harga produk, kuantitas produk
B.
Harga produk, karakteristik produk, permintaan
produk
C.
Permintaan produk, karakteristik produk, kebutuhan
pelaku rantai pasok
D.
Penawaran produk, pola hubungan antar pelaku
rantai pasok, harga produk
Ciri mekanisme rantai pasok modern antara lain :
A.
Pengolahan produk pertanian sehingga memiliki nilai
tambah
B.
Pembentukan kemitraan antar pelaku rantai pasok
C.
A dan B benar
D.
A dan B salah
Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup
A.
Pelaku rantai pasok, struktur rantai pasok
B.
Mekanisme rantai pasok, dampak kemitraan rantai
pasok
C.
A dan B benar
D.
A dan B salah
Bagaimana peran pemerintah dalam menentukan keberhasilan
kelembagaan rantai pasok?
A.
Membangun kepercayaan diantara pihak-pihak yang
bekerjasama
B.
Memberikan kemudahan koordinasi antar pelaku
rantai pasok
C.
Memberikan akses pembiayaan yang mudah
D.
Menyusun kebijakan-kebijakan yang mengatur rantai
pasok komoditas pertanian
Jawablah dengan singkat!

Sebutkan pertimbangan apa yang menyebabkan rantai pasok produk
pertanian berbeda dengan produk manufaktur ?
2.
Gambarkan struktur rantai pasok dari sebuah produk agroindustri
3.
Apa perbedaan mekanisme rantai pasok tradisional dan modern?
4.
Apakah yang dimaksud kelembagaan rantai pasok pertanian?

5.

Sebutkan dan jelaskan beberapa bentuk kelembagaan rantai pasok
pada sebuah produk agroindustri.