Masukan untuk RUU PBJ Mendesain Peradila

Richo Andi Wibowo, 2015.DzMasukan Untuk RUU PBJ: Mendesain Peradilan
yang Efektif Untuk Melayani Sengketa Pengadaan (Suggestions for Public
Procurement Bill: Designing Effective Judicial Mechanism to Handle the
Procurement Dispute)dz, Jurnal Pengadaan, Vol 4, No 1, hlm. 82-95. Tersedia
di: http://www.lkpp.go.id/v3/#/read/4132, terakhir diakses 19 April
2016.

DAFTAR ISI

1-19

Pemetaan Jenis dan Risiko Kecurangan
dalam Audit Pengadaan Barang dan Jasa
Alfian
Aturan Pengadaan Barang/Jasa di Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH)

24-33

Anwar Syam
Eisiensi Pengadaan Barang/Jasa

dengan E-Catalogue

38-50

Nurlisa Arfani

55-76

Urgensi Perda Pembiayaan Tahun Jamak
dalam Proyek Infrastruktur: Studi terhadap
Pembangunan GMSC Kota Mojokerto
Ria Casmi Arrsa

82-95

Masukan untuk RUU PBJ:
Mendesain Peradilan yang Efektif
untuk Melayani Sengketa Pengadaan
Richo Andi Wibowo


103-125

Cyberbully pada Virtual Chat :
Analisis Teks pada Aanjwizing
Syafriza Bhima Wikyantasa

134-136

Para Penulis

138-141

Panduan untuk Penulis

142-153

Indeks

MASUKAN UNTUK RUU PBJ:
MENDESAIN PERADILAN YANG EFEKTIF

UNTUK MELAYANI SENGKETA PENGADAAN

Abstrak
Tulisan ini menawarkan solusi untuk mendesain
agar peradilan dapat melayani sengketa pengadaan
secara lebih efektif. Selama ini putusan peradilan di
bidang pengadaan kerap membingungkan karena
terdapat tiga lembaga yang mengklaim sebagai tempat untuk menguji keabsahan keputusan pemenang
tender. Prosedur beracara juga panjang, apalagi

Richo Andi Wibowo

jika pihak yang kalah melakukan banding dan/atau
kasasi. Tulisan ini menunjukkan bagaimana masalah
tersebut dihindari di Belanda dan menyarankan
agar Indonesia mempertimbangkan good practices
di sana. Desain solusi ini perlu diatur melalui UU
agar tidak melanggar asas independensi dan UU
Kekuasaan Kehakiman. Hal ini adalah argumentasi
yang sulit dibantahkan mengenai perlunya mengatur pengadaan barang/jasa dalam bentuk UU.

Kata kunci: prosedur di peradilan; UU PBJ;
good practices

Abstract
This paper aims at providing solution to design
the effectiveness of the judiciary on handling procurement disputes. To date, the judicial decisions
have created public confusion. Three institutions
have claimed having the competence to handle
the disputes. In addition, the litigation procedure
takes so long. It takes even longer whenever the
aggrieved bidders lodge the appeal and/or cassation. To respond those situations, this paper explains how the above problems are prevented in
the Netherlands, and recommends Indonesia to
take into account its good practices. This design
solution should be embodied in an Act to avoid the
infringement of the principle of judicial independence as well as the Judiciary Power Act. By this,
the urgency to regulate public procurement on
goods/services into an Act has become irrefutable.
Keywords: judicial procedure; Public Procurement Act; good practices

82


JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN

S

udah beberapa waktu terakhir, Lem- yang terjadi.” Kedua, pada sebuah seminar,
baga Kebijakan Pengadaan Barang/ salah seorang narasumber memberikan tiga

Jasa Pemerintah (LKPP) mempersiapkan argumentasi perlunya membentuk UU PBJ,
draf rancangan undang-undang pengadaan sbb.: (1) karena PBJ melibatkan kompobarang dan jasa (RUU PBJ). Kemudian, be- nen-komponen dasar dalam kegiatan pelum lama ini terdengar berita bahwa LKPP nyelenggaraan negara seperti: anggaran,
bertemu dengan Dewan Perwakilan Daerah personil, dan barang; (2) untuk memajukan
(DPD), dan setelah itu DPD menginisiasi kesejahteraan umum; (3) menindaklanjuti
RUU PBJ untuk masuk ke dalam Program amanat dalam pasal 9 United Nations ConLegislasi Nasional (Prolegnas) 2015-2019.

vention Against Corruption (UNCAC).

Mengingat bahwa RUU ini mendapat uru- Jika ditinjau dari perspektif lain, argumentasitan buncit dengan nomor urut 152 dari 160 argumentasi di atas berpotensi disanggah oleh
RUU di Prolegnas, patut diprediksi bahwa pihak-pihak yang kritis. Argumentasi pertaRUU ini tidak akan dibahas oleh eksekutif ma, misalnya, ada atau tidaknya penyimpandan legislatif dalam waktu dekat. Oleh se- gan bukan menjadi alasan untuk mengatur

bab itu, ruang untuk memberikan masukan sesuatu ke dalam UU. Pihak yang kritis dapat
atas draf RUU ini masih sangat terbuka. menyatakan bahwa ada banyak aturan yang
Salah satu masukan yang perlu dipertim- telah diformalkan dalam bentuk UU meskibangkan adalah argumentasi yuridis untuk pun hal itu tidak dapat menjamin penyimmengatur PBJ dalam bentuk UU.

pangan aturan akan hilang. Undang-undang
tindak pidana korupsi, misalnya, sudah jelas

Dalam berbagai diskusi dan forum yang melarang PNS untuk menerima pemberian
telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa jika pemberian itu dianggap berkaitan dengan
argumentasi yang pernah terekam sebagai posisi dan/atau jabatannya. Namun, pelangjustifikasi untuk mengatur PBJ ke dalam garan tetap banyak terjadi.
UU. Pertama, langkah ini guna memperbaiki peraturan yang ada, “sehingga tidak Argumentasi yang disampaikan belakangan
ada

lagi

penyimpangan-penyimpangan pun demikian. Pihak yang kritis dapat me-

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1


83

nyatakan bahwa tidak ada teori yang me- peradilan agar memiliki prosedur yang
nyatakan atau sumber hukum yang menga- efektif dalam melayani sengketa di bidang
tur kegiatan penyelenggaraan negara yang pengadaan. Untuk membuktikan pernyatamelibatkan anggaran, personil dan barang, an ini, pada uraian pertama penulis akan
serta ikhtiar pemerintah untuk memajukan menunjukkan bahwa sistem peradilan di
kesejahteraan umum harus diatur dalam Indonesia tidak efektif dalam mengatur
bentuk UU. Sementara itu, argumentasi un- sengketa pengadaan. Selanjutnya, dilakutuk menindaklanjuti amanat UNCAC pun kan studi perbandingan hukum negara Bekurang meyakinkan karena sesungguhnya landa mengenai cara mengefektifkan peraUNCAC mendorong negara peratifikasi dilan mereka dalam sengketa pengadaan.
untuk senantiasa meningkatkan sistem PBJ Pembahasan kemudian akan dilanjutkan
dalam mencegah terjadinya korupsi, tanpa mengenai bagaimana good practices dapat
menyinggung apakah upaya tersebut harus diadopsi Indonesia sebagai suatu solusi.
diformalkan dalam bentuk UU atau tidak. Lalu, penulis pun akan menyampaikan arAdapun kutipan pasal 9 UNCAC berbunyi: gumentasi mengapa hanya UU yang dapat
mengatur hal ini. Pembahasan kemudian
“Each State Party shall, in accordance ditutup dengan simpulan dan rekomendasi.
with the fundamental principles of its legal Bukti Kebingungan dan Ketidakefektifan
system, take the necessary steps to establish Sistem Peradilan dalam Menangani Sengappropriate systems of procurement, based keta di Bidang Pengadaan.
on transparency, competition and objective
criteria in decision-making, that are effec- Berikut adalah beberapa bukti bahwa
tive, inter alia, in preventing corruption” banyak pihak, termasuk penegak hukum,

(UNCAC, 2003: 12)

mengalami kebingungan atas sistem peradilan yang menjadi kompetensi dalam ka-

Berkaitan dengan hal ini, perkenankan sus pengadaan. Pilihan kasus berikut ini
penulis untuk berbagi pandangan. Menu- difokuskan pada isu sanggah banding yang
rut hemat penulis, alasan yang paling kuat dilanjutkan di pengadilan.1
membuat peraturan pengadaan dalam bentuk UU adalah untuk mendesain lembaga Deskripsi kasus pertama mengenai penga-

84

JURNAL PENGADAAN

Alasan yang paling kuat terkait pentingnya menata masalah pengadaan dalam bentuk UU adalah
untuk mendesain agar lembaga peradilan memiliki
prosedur yang efektif dalam melayani sengketa di
bidang pengadaan.

daan lampu di Kabupaten Sampang, Jawa pang. Peserta tender yang merasa dirugikan
Timur. Terdapat peserta pengadaan yang dalam kompetisi tender mengajukan sangmengajukan sanggah hingga tahap sanggah gah sampai tahap sanggah banding karena

banding karena merasa dirugikan oleh pu- tidak puas dengan jawaban yang dikeluartusan penetapan pemenang tender. Peserta kan panitia tender. Merasa tidak puas dengyang merasa dirugikan itu pun memasuk- an materi jawaban, peserta tender itu pun
kan gugatan ke Pengadilan Negeri Sam- memasukkan gugatan pembatalan penetapang karena tidak mendapatkan jawaban pan pemenang tender ke Pengadilan TUN
dari pengguna anggaran/kuasa anggaran. Bengkulu. Setelah melalui proses persiNamun, hakim PN Sampang justru me- dangan, hakim beralasan bahwa kasus ini
nyatakan bahwa kasus tersebut bukan yuris- merupakan domain yurisdiksi peradilan
diksi peradilan umum. Hakim beralasan umum dan memutuskan untuk menolak
bahwa keputusan pemenang lelang adalah menangani gugatan peserta tender.
keputusan tata usaha negara (KTUN) yang
menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata Kebingungan bukan hanya terjadi di pengaUsaha Negara (PTUN). Oleh sebab itu, PN dilan level bawah, tetapi juga di level MahSampang mempersilakan kasus tersebut kamah Agung (MA). Pada kasus CV Mumuntuk disengketakan di PTUN.

taz versus BNPB, misalnya, MA menerima
gugatan CV Mumtaz untuk kemudian men-

Sementara itu, kasus pengadaan infra- gadili kasus ini pada 2013 di kamar TUN.
struktur kesehatan di Kabupaten Lebong, Sementara itu, pada kasus Ibrahim versus
Bengkulu justru bertolak belakang dengan Pemkot Sabang, MA menerima gugatan
kasus pengadaan lampu di Kabupaten Sam- Ibrahim dan mengadili kasus ini pada

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1


85

2012 di kamar perdata umum. Oleh sebab usaha tidak sehat. Selain dapat melakukan
itu, dapat dikatakan bahwa MA sendiri investigasi, KPPU juga dapat menerima
telah inkonsisten atau bingung untuk me- pengaduan dan menjadi lembaga pengadil
nyepakati lembaga dan kamar mana yang untuk memutuskan indikasi kasus pelangberwenang untuk mengadili kasus sengketa garan yang dilakukan pelaku usaha.
pengadaan.
Sekalipun berperan sebagai lembaga penTerkait dengan hal di atas, menjadi relevan gadil, KPPU tidak tergolong sebagai lemuntuk mencermati pengakuan salah satu ha- baga peradilan. KPPU merupakan lembaga
kim PTUN yang menyatakan bahwa inkon- eksekutif independen yang memiliki karasistensi seperti kasus-kasus di atas kerap kter yudisial. Lembaga dengan karakter
terjadi. Hakim tersebut menyatakan bahwa tersebut bertujuan untuk mengurangi beban
ada hakim-hakim di PTUN yang memutus- perkara pada isu-isu spesifik di pengadilan.
kan untuk menerima kasus gugatan peneta- Meskipun demikian, putusan KPPU dapat
pan pemenang tender. Selain itu, ada pula dikoreksi oleh pengadilan. Putusan KPPU
hakim yang memutuskan untuk menolak juga dapat diajukan kepada Pengadilan
menyelesaikan suatu kasus pengadaan Negeri hingga tingkat kasasi di Mahkamah
karena meyakini hal itu sebagai bagian dari Agung untuk di-review.
yurisdiksi pengadilan negeri.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, KPPU
Keruwetan hal di atas menjadi bertambah telah menerima berbagai macam kasus

ketika komisioner dari Komisi Pengawas yang terkait dengan pengadaan barang/
Persaingan Usaha (KPPU) melakukan jasa, seperti persekongkolan tender atau
penafsiran ekstensif bahwa KPPU juga ber- manipulasi/rekayasa oleh aparatur sipil
wenang melakukan pengujian atas keab- negara yang terlibat dalam kegiatan pensahan keputusan pemenang lelang. KPPU gadaan. Bahkan, menurut laporan internal
adalah lembaga independen di bawah badan KPPU, sebanyak 75 persen dari total 90
eksekutif yang berwenang untuk menga- persen laporan masyarakat yang diterima
wasi dan dapat menghukum pelaku usaha KPPU pada rentang waktu 2006 hingga
agar tidak terjadi monopoli dan persaingan 2011 merupakan kasus yang terkait di bi-

86

JURNAL PENGADAAN

dang pengadaan.

pelaku usaha. Sebagaimana ketentuan pada
pasal di atas, unsur PNS dan badan usaha

Terkait dengan putusan-putusan mereka, digolongkan sebagai “pihak lain”.
komisioner KPPU melakukan penafsiran
bahwa KPPU memiliki kompetensi untuk Berikut ini adalah kasus relevan yang permenangani kasus-kasus pengadaan deng- lu dicermati. KPPU mendapatkan laporan
an beberapa tahapan. Pada tahap awal, tentang pengadaan infrastruktur irigasi di
KPPU akan merujuk Pasal 22 UU Nomor

Kabupaten Senggau, Kalimantan Barat

5 Tahun 1999 yang menyatakan, “Pelaku yang dilaksanakan pada 2010. Tidak dikusaha dilarang bersekongkol dengan pihak etahui siapa yang melaporkan kasus ini ke
lain untuk mengatur dan atau menentukan KPPU, tetapi biasanya laporan seperti ini
pemenang tender sehingga dapat mengaki- dilakukan oleh pihak yang kalah tender
batkan terjadinya persaingan usaha tidak karena menganggap dirinya diperlakukan
sehat.” Kemudian, KPPU juga menafsir- tidak adil. Setelah melakukan pemeriksaan,
kan bahwa pengklasifikasian pelaku usaha KPPU kemudian memetakan para pihak
bukan hanya merujuk pada peserta tender, sebagai berikut: panitia pengadaan (pihak
melainkan juga mencakup pegawai negeri pertama); konsorsium PT CBGA dan PT
sipil yang melekat dengan institusi yang BPB (pihak kedua); PT TM, PT GMP, dan
melakukan pengadaan. Penafsiran ini mem- PT SK (masing-masing secara berurutan
buat PNS dan badan publik yang melaku- sebagai pihak ketiga, keempat, dan kelikan pengadaan diklasifikasikan sebagai ma). KPPU menilai bahwa ada konspirasi

KPPU bersama dengan MA berkontribusi dalam
menambah kebingungan yang sudah terjadi ihwal
kewenangan untuk mereviw ketetapan pemenang
lelang. Tumpang tindih ini tentu mengganggu
karena dapat membuat peserta tender menjadi
bingung: siapakah yang sesungguhnya berwenang
untuk menjadi pengadil?

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

87

horizontal antara pihak kedua dengan pi- terjadi pada kasus yang lain, yaitu kasus
hak ketiga hingga kelima dengan sangkaan Miller Marpaung dkk versus KPPU pada
bahwa mereka melakukan kompetisi semu tahun 2010 atau kasus pengadaan KTP
untuk memenangkan pihak kedua. Selan- elektronik. Pada kasus e-KTP, pihak yang
jutnya, KPPU juga menilai bahwa ada kon- kalah tender pun memasukkan laporan ke
spirasi vertikal yang dilakukan oleh pihak KPPU setelah tidak puas mengajukan sangpertama dan pihak kedua sehingga pihak gah dan sanggah banding.
kedua dapat memenangkan tender.
Mereka

memasukkan

laporan

dengan

KPPU kemudian menjatuhkan hukuman argumentasi awal bahwa telah terjadi
karena semua pihak bersalah; pihak kedua persekongkolan tender. Mengingat KPPU
dijatuhi hukuman denda 651 juta; pihak ke- menemukan bukti telah terjadi konspirasi
tiga-kelima dijatuhi sanksi blacklist untuk horizontal dan konspirasi vertikal, KPPU
dua tahun. Adapun MA menguatkan putu- menyatakan bahwa panitia pengadaan tersan KPPU setelah pihak yang dijatuhi hu- bukti tidak bersikap objektif dalam menenkuman mengajukan banding hingga tahap tukan pemenang lelang. Dengan demikian,
kasasi. Dengan demikian, putusan ini sudah putusan pemenang lelang tersebut akan
bersifat final dan mengikat.

batal secara otomatis berdasarkan perspektif hukum. Mungkin tanpa disadari,

Kejadian dan putusan serupa juga pernah KPPU telah menempatkan diri sebagai

Tim pembaruan pengadilan mengakui bahwa
sistem peradilan di Indonesia sangat birokratis dan menyita waktu. Untuk penyelesaian
sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
misalnya, pihak pengadilan membutuhkan
waktu lebih dari 400 hari dengan 40 tahapan.

88

JURNAL PENGADAAN

lembaga untuk menguji keabsahan peneta- pemenang lelang, lamanya proses beperkapan pemenang tender. Sayangnya, MA pun ra pun masih bermasalah. Tim pembaruan
mengamini penafsiran ekstensif ini.

pengadilan mengakui bahwa sistem peradilan di Indonesia sangat birokratis dan me-

KPPU bersama dengan MA berkontribusi nyita waktu. Untuk penyelesaian sengketa
dalam menambah kebingungan yang sudah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, misalterjadi ihwal kewenangan untuk me-review nya, pihak pengadilan membutuhkan waktu
ketetapan pemenang lelang. Ketumpangtin- lebih dari 400 hari dengan 40 tahapan. Tidihan ini tentu mengganggu karena dapat dak bisa dibayangkan, berapa waktu yang
membuat peserta tender menjadi bingung: diperlukan jika pihak yang beperkara juga
siapakah yang sesungguhnya berwenang melakukan banding, kasasi, atau bahkan
untuk menjadi pengadil? Akibatnya, bera- peninjauan kembali.
gam pertanyaan lainnya akan timbul, misalnya bagaimana jika peradilan umum dan Jika keabsahan putusan pemenang lelang
peradilan TUN sama-sama memutuskan tersebut sedang diuji di pengadilan, proses
untuk tidak menerima kasus penetapan pengadaan harus “suspend” atau berhenti
pemenang lelang? Haruskah kemudian pi- sampai pengadilan memberikan putusan
hak tersebut melapor ke KPPU? Bagaima- final. Lama waktu untuk memutus perkara
na jika pihak yang merasa dirugikan mema- tentu berkontras dengan tuntutan yang disukkan gugatan ke dua lembaga peradilan emban badan publik terkait dengan pelaksekaligus memasukkan laporan ke KPPU sanaan penyerapan anggaran secara efektif
karena merasa bingung? Jika ketiga lem- dan efisien.
baga tersebut sama-sama menerima dan
memberikan putusan kasus dengan sub- Cara Belanda Menghindari Perstansi yang berlainan, putusan yang harus masalahan
dipatuhi?

Di Belanda upaya terkait dengan gugatan
penetapan pemenang lelang selalu be-

Selain isu kebingungan semua pihak dalam rada dalam kompetensi peradilan umum.
menyepakati lembaga mana yang berperan UU Hukum Administrasi Umum Belanda
dalam me-review keabsahan keputusan dalam General Administrative Law Act

Masukan untuk RUU PBJ:....

Pasal 8 Ayat 2 memuat peraturan, “no ap-

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

89

ACM tetap berada di posisinya dan tidak me-

peal lies against decisions taken in prepa- nimbulkan kebingungan publik.
ration of a private-law juridical act.”
Pasal tersebut mengatur bahwa keputusan Seperti di Indonesia, ACM juga menangaTUN yang dibuat sebagai dasar kontrak ni kasus pengadaan apabila menemukan
pengadaan pemerintah dianggap sebagai indikasi perbuatan kolusi yang dilakukan
perjanjian perdata. Manunza dkk. (dalam oleh peserta tender.4 Namun, ACM tidak
Neergaard, Jacqueson, dan Olykke, 2014: memosisikan dirinya sebagai lembaga
610) menjelaskan upaya untuk me-review yang menerima bid protest. Peserta tender
keputusan bukan menjadi kompetensi pera- yang merasa dirugikan tidak dapat medilan administrasi (peradilan TUN), me- masukkan protes ke ACM untuk menggulainkan menjadi domain peradilan umum.3

gat putusan pemenang lelang. Hal inilah
yang menyebabkan ACM tidak memiliki

Adapun Autoriteit Consument en Markt riwayat penanganan kasus seperti yang
(ACM) lembaga Belanda—yang tugas pokok telah diputus oleh KPPU. ACM juga ti-

ACM tidak memosisikan dirinya sebagai lembaga yang
menerima bid protest. Peserta tender yang merasa
dirugikan tidak dapat memasukkan proteske ACM
untuk menggugat putusan pemenang lelang. Hal inilah
yang menyebabkan ACM tidak memiliki riwayat penanganan kasus seperti yang telah diputus oleh KPPU.

dan fungsinya mengawasi persaingan usaha dak pernah memberikan perintah/hukuyang tidak sehat—tidak melakukan penaf- man kepada institusi yang melaksanakan
siran ekstensif sebagaimana yang dilakukan pengadaan, melainkan hanya memutusoleh KPPU di Indonesia. Dengan demikian, kan hukuman peserta tender.5

90

JURNAL PENGADAAN

Lalu, bagaimana Belanda mengatasi tuntu- kan di pengadilan.
tan agar penyelesaian perkara pengadaan
dapat berjalan efektif dan tidak berlang- Putusan ini memang terbuka untuk diuji
sung lama? Belanda tidak pernah mengatur ulang dengan mekanisme banding dan
prosedur peradilan agar perkara pengadaan kasasi yang membutuhkan waktu tambadapat berjalan singkat. Namun, aturan hu- han sekitar 3-4 bulan. Namun, putusan kort
kum dan sistem peradilan mereka memang geding pada tahap pertama biasanya sangat
didesain agar proses peradilan berjalan dihormati para pihak sehingga pihak yang
cepat jika suatu kasus perlu diputuskan kalah kerap memilih untuk menerima putusegera. Hal ini disebut kort geding atau san persidangan tahap pertama dan mengdalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah anggap itu sebagai putusan final sekalipun
summary proceeding. Jika waktu dianggap tersedia hak untuk banding dan kasasi.
bukan masalah, misalnya gugatan terkait
dengan implementasi kontrak, mekanisme Selain budaya hukum masyarakat Belanda
yang digunakan adalah mekanisme normal yang menghormati putusan peradilan, konyang dalam bahasa belanda disebut bodem sistensi dalam penerapan hukum pun sangat
procedure atau dalam bahasa inggris dise- mendukung terciptanya kondisi ini. Kualibut normal proceeding.

tas hakim yang merata menyebabkan penetapan putusan antara hakim tingkat pertama

Prosedur kort geding harus memberikan dan hakim tingkat selanjutnya berkecendeputusan sesegera mungkin karena keterba- rungan sama. Oleh karena itu, pihak yang
tasan waktu dianggap sebagai pertimbang- beperkara menganggap tidak perlu untuk
an utama. Prosedur ini tentu cocok untuk membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya
kasus pengadaan yang memiliki tenggat untuk banding atau kasasi, kecuali pihak itu
yang beragam. Menurut penelitian, sejak merasa yakin telah terjadi kekeliruan dalam
2004 hingga 2009 lebih kurang 92 persen putusan hakim sebelumnya.
kasus pengadaan di Belanda ditempuh
dengan prosedur ini. Waktu yang biasa Desain Solusi untuk Mengatasi
dibutuhkan untuk mendapatkan putusan Permasalahan di Indonesia
adalah 4-9 minggu setelah gugatan diaju- Berkaca dari good practices di atas, ada

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

91

dua desain solusi untuk membuat agar petensi untuk mengevaluasi keputusan
peradilan dapat efektif dan sesuai dengan pemenang tender adalah pengadilan umum.
kebutuhan pengadaan. Pertama, pemerintah dapat mengatur secara eksplisit kasus- Sayangnya, beberapa hakim tidak menginkasus penetapan pemenang lelang dalam dahkan atau tidak menyadari keberadaan
domain kompetensi peradilan perdata (per- teori dan ketentuan ini. Merujuk pada
adilan umum), bukan peradilan TUN. Se- kekurang-cermatan dan kebingungan habenarnya, konsep ini bukanlah konsep yang kim, tim perumus RUU PBJ perlu menasing bagi sistem hukum kita.

egaskan agar draft RUU PBJ secara
eksplisit mengatur kewenangan peneta-

Masalah

tumpang-tindih lembaga yang pan pemenang lelang sebagai kompetensi

berperan menangani kasus pengadaan tidak peradilan umum. Sementara itu, KPPU
perlu terjadi. Menurut teori opplosing (In- hendaknya kembali pada tugas pokok dan
droharto, 1996: 117) , suatu putusan yang fungsinya saja, yaitu menangani masalahdibuat pemerintah untuk membuat perjanji- masalah kolusi horisontal (persekongkolan
an perdata (kontrak) akan dianggap sebagai tender antara sesama penyedia barang/jasa)
perbuatan hukum perdata. Padahal, Pasal 2 tanpa masuk ke wilayah kolusi vertikal.
(a) UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan TUN mengatur bahwa, “tidak terma- Adapun tim perumus RUU pengadaan juga
suk dalam pengertian Keputusan Tata Usa- perlu mempertimbangkan pengaturan meha Negara menurut Undang-undang ini: (a) kanisme peradilan cepat pada sengketa kasus
Keputusan Tata Usaha Negara yang meru- pengadaan untuk mengakomodasi
pakan perbuatan hukum perdata”.

waktu

penyelenggaraan pengadaan yang terbatas.
Sebab, saat ini proses peradilan di Indonesia

Hal ini berarti PTUN tidak berwenang membutuhkan waktu yang panjang.
memeriksa penetapan pemenang lelang
karena keputusan penetapan pemenang Jika merujuk pada dokumen Cetak Biru
pengadaan bertujuan untuk membuat kon- Pembaruan Peradilan 2010-2035, metrak perdata untuk pengadaan. Dengan kanisme peradilan cepat memang akan
demikian, lembaga yang memiliki kom- diatur di Indonesia. Tolok ukur kasus yang

92

JURNAL PENGADAAN

“Peradilan Acara Cepat akan memeriksa perkara
small claim yaitu: gugatan yang diajukan oleh personal
dengan jumlah minimal kerugian tertentu yang tidak
terlalu besar; berbagai permasalahan (dengan memperhatikan batasan jumlah kerugian) berkaitan dengan:
perjanjian perburuhan; perjanjian kontrak; perjanjian
sewa-beli; masalah sewa-menyewa rumah atau tanah.”

akan ditangani dalam prosedur peradilan gan nilai sengketa 200 juta ke bawah akan
cepat ini bukanlah keterbatasan waktu, me- ditangani dengan penyelesaian gugatan
lainkan besar-kecil tingkat kerugian:

sederhana yang mana akan ditangani secara
cepat dan tidak dimungkinkan banding ke

“Peradilan Acara Cepat akan memeriksa PT dan kasasi ke MA.
perkara small claim yaitu: gugatan yang
diajukan oleh personal dengan jumlah Terobosan ini belum tentu sesuai dengan
minimal kerugian tertentu yang tidak terla- kebutuhan sistem pengadaan karena tolu besar; berbagai permasalahan (dengan lak ukur yang digunakan semata-mata hamemperhatikan batasan jumlah kerugian) nya jumlah besaran uang. Padahal, tolak
berkaitan dengan: perjanjian perburuhan; ukur yang mungkin ideal adalah dengan
perjanjian kontrak; perjanjian sewa-beli; mengombinasikan antara besar kecilnya
masalah sewa-menyewa rumah atau ta- kerugian dan
nah.” (Mahkamah Agung, 2010: 32)

tingkat kegentingan wak-

tu. Berdasarkan tolak ukur di atas, kasus
pengadaan terancam tidak dapat ditangani

Terkait dengan hal di atas, MA mengeluar- melalui prosedur peradilan cepat. Hal ini
kan Peraturan MA (Perma) Nomor 2 Tahun merupakan alasan kuat untuk memuat se2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gu- cara eksplisit mekanisme pelaksanaan pergatan Sederhana. Pada intinya kasus den- adilan acara cepat dalam RUU PBJ.

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

93

Gagasan ini memang tidak sepenuhnya
mengadopsi good practices dari Belanda,
tetapi inspirasi dari sana tetaplah bermanfaat. Penyesuaian dalam proses transplantasi
hukum adalah hal yang lazim terjadi.
Berkaitan dengan mekanisme peradilan Setidak-tidaknya

gagasan

pembatasan

acara cepat, tim perumus RUU PBJ juga tersebut bukanlah ide yang asing karena
perlu mempertimbangkan budaya hukum di Perma di atas sudah memperkenalkan pemIndonesia. Berdasarkan pengamatan penu- batasan banding dan kasasi. Selain itu, tim
lis serta komunikasi penulis dengan praktisi perumus RUU PBJ juga dapat mempertimpengadaan, banyak pihak beperkara yang bangkan agar kasus pengadaan yang mememutuskan untuk banding atau kasasi merlukan putusan segera, seperti sengketa
setelah kalah pada tingkat pengadilan. penetapan pemenang lelang, dapat diseKeputusan ini dilakukan tanpa pertimban- lesaikan dengan prosedur peradilan acara
gan mendalam mengenai kekuatan posisi cepat.
kasusnya. Budaya hukum yang demikian
tentu tidak favourable untuk sistem pen- Desain Solusi dalam Bentuk Ungadaan di Indonesia. Oleh karena itu, tim dang-undang
perumus RUU PBJ juga perlu mempertim- Ada lima alasan suatu materi perlu diatur
bangkan pembatasan peradilan sengketa dalam bentuk UU, yaitu jika berisi6 (1)
penetapan pemenang lelang hingga tingkat pengaturan lebih lanjut mengenai ketentupengadilan tinggi saja.

an UUD 45; (2) perintah UU untuk diatur
dengan UU; (3) pengesahan perjanjian in-

Gagasan ini memang tidak sepenuhnya ternasional; (4) tindak lanjut putusan Mahmengadopsi good practices dari Belanda, kamah Konstitusi; dan/atau (5) pemenuhan
tetapi inspirasi dari sana tetaplah berman- kebutuhan hukum dalam masyarakat.
faat. Penyesuaian dalam proses transplantasi hukum adalah hal yang lazim terjadi. Jika mengacu pada poin-poin alasan di atas,

94

JURNAL PENGADAAN

materi PBJ tidak memiliki keterkaitan deng- Penjelasan Umum atas UU Kekuasaan Kean persyaratan poin (1) sampai (4). Satu-sa- hakiman yang intinya menyatakan bahwa
tunya alasan agar PBJ diatur dalam bentuk “salah satu prinsip penting negara hukum
UU adalah dengan mengacu pada poin (5). adalah adanya jaminan penyelenggaraan
Akan tetapi, orang bisa bersilang pendapat kekuasaan kehakiman yang merdeka, bemengenai pernyataan “pemenuhan kebutu- bas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
han hukum masyarakat” karena ketiadaan menyelenggarakan peradilan.”
parameter yang jelas. Hal ini dapat menjadi
hambatan bagi tim perumus RUU untuk Kesimpulan
meyakinkan para DPR dan presiden untuk Sistem peradilan di Indonesia belum ideal
mengatur PBJ ke dalam bentuk UU.7

untuk melayani sengketa di bidang pengadaan barang dan jasa. Sistem yang ada ma-

Atas dasar hal itu, tim perumus RUU dapat sih membingungkan dan tidak efektif. Seberargumentasi bahwa salah satu isu yang lain ada tumpang tindih dan/atau rivalitas
ingin diatur dalam reformasi peraturan pen- berkaitan dengan pemisahan kewenangan
gadaan adalah isu tentang kompetensi pera- lembaga yang menangani sengketa peserta
dilan dan prosedur beracara dalam peradi- tender, penetapan putusan kasus pengadaan
lan. Isu ini harus diatur melalui UU karena juga menyita waktu yang lama.
tidak mungkin diatur di dalam turunan peraturan perundang-undangan. Hal ini kare- Dengan mencermati good practices di
na semua peraturan di bawah UU, seperti Belanda, desain solusi terhadap masalahPP atau Perpres, dibuat dan dikeluarkan masalah diatas dapat dilakukan melalui
sendiri oleh eksekutif. Jika aturan dibuat pengaturan secara eksplisit dalam RUU
hanya oleh lembaga eksekutif dengan tu- PBJ, bahwasanya lembaga yang kompeten
juan mengatur lembaga yudikatif, hal ini untuk menangani kasus ini adalah peradiakan dianggap sebagai intervensi lembaga lan umum. Sementara itu, RUU juga perlu
eksekutif terhadap lembaga yudikatif. Tin- mengenalkan prosedur beracara singkat
dakan ini tidak dapat dibenarkan jika ditin- sehingga ada penyederhanaan proses perajau dari konsep independensi lembaga yu- dilan, berupa penetapan tenggat pemberian
dikatif. Argumentasi ini juga diperkuat oleh putusan dan pembatasan kasasi.

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

Berbagai macam solusi ini harus didesain
melalui undang-undang karena hal ini menyangkut lembaga peradilan. Jika hal ini
diatur di dalam peraturan di bawah undangundang, eksekutif bisa dituduh telah melanggar asas independensi peradilan dan
melanggar UU Kekuasaan Kehakiman.
Menurut hemat penulis, alasan-alasan inilah yang sulit dibantah terkait dengan urgensi mengatur PBJ dalam bentuk undangundang.

Sistem peradilan di Indonesia belum
ideal untuk melayani sengketa di bidang
pengadaan barang dan jasa. Sistem yang
ada masih membingungkan dan tidak
efektif.

95

96

JURNAL PENGADAAN

CATATAN

1

Sebagian ulasan pada bagian ke (2) ini mereka memang eksplisit menyatakan

adalah perbaikan dan penyesuaian dari tu- pengecualian. Lihat: Broerse, D., Peelen,
lisan penulis dalam paper berjudul “Im-

J.J., Vis, B. 2013. “Public Procurement

proving the Effectiveness of Bid Protest in the Netherlands: the Overview”, terseMechanisms: Learning from the Problems dia

di:

“http://uk.practicallaw.com/3-

of Indonesia’s Public Procurement System” 522-7902?q=&qp=&qo=&qe=%20”
yang pernah dipresentasikan di the 6th Inter- h t t p : / / u k . p r a c t i c a l l a w. c o m / 3 - 5 2 2 national Public Procurement Conference, 14-

7902?q=&qp=&qo=&qe= (diakses tang-

16 Agustus 2014 di Dublin City University, gal 12 Juli 2015).
Dublin, Irlandia.
4
2

Menurut Pasal 6 dari UU Anti Larangan

Pasal 8:3 dari General Administrative Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Se-

Law Act

hat Belanda, ketika bid rigging terjadi di
sektor pengadaan barang/jasa, maka ACM

3

Van de Meent, G.W. dan Manunza, E.R. berwenang untuk menginvestigasi dan

et all. ”The Netherlands”, pada Neergaard, memberikan hukuman.
U., Jacqueson, C. Olykke, G.S. 2014. Public Procurement Law: Limitations, Oppor-

5

tunities and Paradoxes. DJOF Publish-

berikut. the Academic Medical Centre

Misalnya dapat dilihat pada dua kasus

ing, Copenhagen, hlm. 610. Sekalipun, (AMC) milik University of Amsterdam
hal ini ada pengecualian minor dalam hal pernah mengadakan tender untuk renovakontrak pemerintah di bidang konsesi di si atap. ACM menghukum peserta tender
bidang transportasi (misalnya menentu- karena ada dugaan bahwa mereka melakukan perusahaan bus mana yang menjadi kan kolusi tender. Hal yang serupa juga
operator pelayanan), peradilan adminis- terjadi di Kota Gouda. Pemkot Gouda intrasi-lah yang dianggap berwenang un- gin melakukan renovasi sport hall “De
tuk mengadili hal ini. Hal ini karena UU Springers”; tetapi peserta tender berkolusi

Masukan untuk RUU PBJ:....

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

97

dan menaikkan harga penawaran. Begitu Undangan (UU P3)
diketahui, ACM

kemudian menghukum

mereka. Kedua kasus ini dapat ditemu-

7

Perlu dikhawatirkan bahwa DPD bukan

kan di:“https://www.acm.nl/nl/publicaties/ institusi yang tepat untuk menyokong RUU
publicatie/1133/AMC/”https://www.acm. PBJ. Sekalipun DPD ikut dalam pembanl/nl/publicaties/publicatie/1133/AMC/, hasan, DPD tidak berwenang untuk meand“https://www.acm.nl/nl/publicaties/ nyetujui atau menolak RUU menjadi UU.
publicatie/935/Aanbesteding-herprofile- Lalu, menurut Pasal 45 (2) UU P3, RUU
ring-Aambeeldsstraat-en-Mokerstraat-te- yang dapat diajukan oleh DPD adalah yang
Amsterdam-Noord/”https://www.acm.nl/nl/ berkaitan dengan: (a) otonomi daerah; (b)
publicaties/publicatie/935/Aanbesteding- hubungan pusat dan daerah; (c) pembenherprofilering-Aambeeldsstraat-en-Moker-

tukan dan pemekaran serta penggabungan

straat-te-Amsterdam-Noord/ (terakhir di- daerah; (d) pengelolaan sumber daya alam
kunjungi 13 Juli 2015)

dan sumber daya ekonomi lainnya; dan (e)
perimbangan keuangan pusat dan daerah.

6

Pasal 10 UU Nomor 12 Tahun 2011 ten- Tidak terlihat di sini ada persinggungan

tang Pembentukan Peraturan Perundang- langsung antara PBJ dengan poin di atas.

98

JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

Broerse, D., Peelen, J.J., Vis, B. 2013.

gara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

“Pub lic Procurement in the Netherlands:
the Overview”. http://uk.practicallaw.com/ KPPU. 2012. Jejak KPPU 2006-2012.
3-522-7902?q=&qp=&qo=&qe=

Kompetisi , 8

(diakses tanggal 12 Juli 2015).
Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Chorus, J., Gerver, P.H., Hondius, E. (eds.).
2006. Introduction to Dutch Law. Alphen

2010. Cetak Biru Pembaruan Peradilan
2010-2035, Jakarta: Mahkamah Agung

aan den Rijn: Kluwer International
Mahkamah Agung. Putusan Nomor 3102
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Un
dang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

K/PDT/2012. Jakarta: Mahkamah
Agung, 2012.

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat. Jakarta: DPR RI, 1999. Mahkamah Agung. Putusan Nomor 542
K/TUN/2013. Jakarta: Mahkamah
Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-Undang

Agung, 2013.

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pemben
tukan Peraturan Perundang-Undangan.
Jakarta: DPR, 2012

Neergaard, U., Jacqueson, C., Olykke, G.S. 2014.
Public Procurement Law: Limitations,
Opportunities and Paradoxes. DJOF Pub

Dewan Perwakilan Rakyat. Program Legislasi

lishing: Copenhagen.

Nasional 2015-2019. Jakarta: DPR, 2015.
(diunduh di http://www.dpr.go.id/uu/pro
legnas-long-list pada 25 Juni 2015)

Pengadilan Negeri Sampang. Putusan
Nomor 12/Pdt.G/2012/PN.SPG.
Sampang: Pengadilan Negeri, 2012.

Indroharto. 1996. Usaha Memahami Undang Undang Peradilan Tata Usaha Ne- Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu.

Masukan untuk RUU PBJ:....

Putusan Nomor 15/G.PLW/2011/PTUN-

OKTOBER 2015/VOLUME 4, NOMOR 1

99

pdf (diakses tanggal 11 Juli 2015)

BKL. Bengkulu: Pengadilan Tata Usaha
Negara, 2011

Tim Pembaruan Peradilan. “MA Upayakan
Inisiasi Penyelesaian Gugatan Perdata

Permana, T.C.I. 2013. “Pengujian Keputusan

Sederhana”. http://www.pembaruanpera

Diskresi oleh Pengadilan Tata Usaha Neg

dilan.net/v2/2014/04/ma-upayakan-inisiasi-

ara”. Semarang: Universitas Diponegoro

penyelesaian-gugatan-perdata-sederhana/
(diakses tanggal 12 Juli 2015).

Permana, T.C.I. 2013. “Contoh-contoh Ka
sus di PTUN” http://ptun-surabaya. go.id Wibowo, R. Andi. 2014. “Improving the
/index.php?view=article&catid=34

Effectiveness of Bid Protest Mechanisms:

%3Aberita-terbaru&id=123%3Acon

Learning from the Problems of Indone

tohkasus&format=pdf&option=com_

sia’s Public Procurement System”. Maka

content&Itemid=97

lah pada seminar The 6th International

(diakses terakhir tanggal 13 Juli 2015)

Public Procurement Conference, 14-16
Agustus 2014 di Dublin City University,

Ridho, Hizbul. “Komite II DPD akan ajukan

Dublin, Irlandia.

RUU Pengadaan Barang dan Jasa”.
Berita Satu. http://www.beritasatu.com/

https://www.acm.nl/nl/publicaties/publicatie

nasional/278031-komite-ii-dpd-akan-aju

/1133/AMC/ (terakhir dikunjungi 13 Juli

kan-ruu-pengadaan-barang-dan-jasa.html

2015)

(diakses tanggal 25 Juni 2015)
https://www.acm.nl/nl/publicaties/publicatie/
Suparman, Eman. (2014) .Aspek Hukum

935/Aanbesteding-herprofilering-Aam

Perdata dalam Pelaksanaan Pengadaan

beeldsstraat-en-Mokerstraat-te-Amster

Barang/Jasa Pemerintah pada Rancangan

dam-Noord/ (terakhir dikunjungi 13 Juli

Undang-Undang tentang Pengadaan Ba

2015)

rang/Jasa”. Diunduh dari http://www.
lkpp.go.id/v3/files/attachments/5_LaWZ
GOERamXJbauxbQLMcCetTgzDkUvR.

Gedung LKPP
Kompleks Rasuna Epicentrum
Jl. Epicentrum Tengah Lot. 11 B
Kuningan, Jakarta Selatan, 12940
humas@lkpp.go.id
www.lkpp.go.id

ISSN

2089 - 2861

9 772089 286132