Apa itu evolusi apa filsafat

1.
Apa itu filsafat
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan
pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu
pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran
(Al-Kindi, 801 – 873 M).
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag
bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang
pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.

Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan
muridnya Aristoteles berpendapat
kalau filsafat
adalah ilmu
( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut

beberapa para ahli:
Plato (428 -348 SM): Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala
yang ada.
1. Filsafat menurut bahasa
Kata-kata filsafat diucapkan ‘falsafah’ dalam bahasa Arab, dan berasal dari
bahasa Yunani Philosophia yang berarti ‘cinta kepada pengetahuan’, dan
terdiri dari dua kata, yaitu Philos yang berarti cinta (loving)
dan Sophia yang berarti pengetahuan (wisdom, hikmah). Orang yang cinta
kepada pengetahuan disebut “Philosophos” atau “Failasuf” dalam ucapan
Arabnya. Mencintai pengetahuan adalah orang yang menjadikan
pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan perkataan
lain orang yang mengabdikan kepada pengetahuan.
2. Arti Filsafat
a) Arti secara Etimologi
• Filsafat = Indonesia
• Falsafah = Arab
• Philosophy = Inggris
• Philosophia= Latin
• Philosophie= Jerman, Belanda, Perancis
Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah

Yunani philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Istilah
sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”.
Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali memakai
kata philosophia. Ia menyebut dirinya philosophos, yaitu pecinta
kebijaksanaan (lover of wisdom).
b) Filsafat Sebagai Suatu Sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.
Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis,

terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari sudut
pandang yang mendalam.
c) Filsafat Sebagai Suatu Metode
Filsafat sebagai cara berpikir secara reflektif (mendalam),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.
Metode berpikir semacam ini bersifat inclusvie (mencakup secara luas) dan
synoptic (secara garis besar).
d)

Filsafat Sebagai Kelompok Persoalan
Banyak persoalan abadi (perennial problems) yang dihadapi manusia

dan para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya.
e) Filsafat Sebagai Sekelompok Teori atau Sistem Pemikiran
Teori atau sistem filsafati itu dimunculkan oleh masing-masing filsuf
untuk menjawab masalah-masalah.
f) Filsafat Sebagai Analisis Logis tentang Bahasa dan Penjelasan Makna
Istilah
Kebanyakan para filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan
arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan
bahwa analisis tenteng arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan
tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Mereka
berpendirian bahwa bahasa merupakan laboraorium para filsuf, yaitu
tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
g)

Filsafat Merupakan Usaha untuk Memperoleh Pandangan yang
Menyeluruh
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari
berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia
yang konsisten.


3. Timbulnya Filsafat
a) Keheranan (dalam bahasa Yunani thaumasia)
Manusia adalah makhluk yang dapat heran terhadaphal-hal yang
dijumpainya. Ia heran terhadap lingkungan hidupnya bahkan dapat heran
terhadap dirinya sendiri sehingga ia akan mengajukan pertanyaan yang
bercorak kefilsafatan untuk mengetahui hakikat atau esensi yang
ditanyakan itu.
b) Kesangsian (ragu-ragu)
Para filsuf pada wawl pemunculannya adalah mereka yang meragukan
cerita-cerita mitos dan mulai berspekulasi dengan menggunakan akalnya.
c) Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat kalau ia mulai menyadari betapa kecil dan
lemah ia, dibandingkan dengan alam semesta di sekelilingnya.
4. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Kumpulan pengetahuan untuk
dapat disebut ilmu harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu obyek
material dan obyek formal.
a. Obyek Material
Adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (gegenstand).
Sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari.

b. Obyek Formal

Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang
pemikir atau peneliti terhadap obyek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya.
5. Hubungan Ilmu dengan Filsafat
Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmuilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Sehingga ada yang mengatakan
bahwa filsafat sebagai “induk” atau “ibu” ilmu pengetahuan atau “mater
scientiarum”. Karena obyek material filsafat sangat umum yaitu seluruh
kenyataan.

RABU, 27 FEBRUARI 2013
filsafat ilmu
Bab I
Pendahuluan
1.

LATAR BELAKANG
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia
senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia

tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya.
Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan
Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu
tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk
mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas)
itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang
disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis
dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan,
maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang
khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari
tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang
sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita
mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat
manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat
apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita
sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang

merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab
dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 – 873 M).
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu
tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan
tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about
thinking.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan
tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara

konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa
memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana
definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis
untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk
dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
Berikut saya akan membahas tentang filsafat terkhususnya tentang
‘’pengenalan Filsafat’’
2.


Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan masakalah ini adalah:
a) Menjelaskan arti dan bagaimana timbulnya filsafat
b) Menjelaskan cabang-cabang beserta persoalan filsafat
c) Menjelaskan hubungan ilmu dan filsafat

1.
a)
b)






2.
a)

BAB II ISI
PENGENALAN FILASAFAT

Permulaan Mempelajari Filsafat
Secara Historis
Dengan cara mempelajari sejarah perkembangannya, sejak pemunculan
hingga sekarang
Secara Sistematis
Dengan cara mempelajari isinya yaitu mempelajari bidang pembahasannya
yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (cabang-cabang filsafat).
Misalnya
Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, meliputi
bidang-bidang ontologi,kosmologi, dan antropologi.
Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus dan
dalil-dalil berpikir yang benar.
Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
Estetika
Berkaitan dengan hakikat keindahan.

Arti Filsafat
Arti secara Etimologi
• Filsafat = Indonesia
• Falsafah = Arab
• Philosophy = Inggris
• Philosophia= Latin
• Philosophie= Jerman, Belanda, Perancis
Semua istilah itu bersumber pada istilah Yunani philosophia. Istilah
Yunani philein berarti “mencintai”, sedangkan philos berarti “teman”. Istilah
sophos berarti “bijaksana”, sedangkan sophia berarti “kebijaksanaan”.
Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali memakai
kata philosophia. Ia menyebut dirinya philosophos, yaitu pecinta
kebijaksanaan (lover of wisdom).

b)

Filsafat Sebagai Suatu Sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.
Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis,
terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari sudut

pandang yang mendalam.
c) Filsafat Sebagai Suatu Metode
Filsafat sebagai cara berpikir secara reflektif (mendalam),
penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.
Metode berpikir semacam ini bersifat inclusvie (mencakup secara luas) dan
synoptic (secara garis besar).
d)

Filsafat Sebagai Kelompok Persoalan
Banyak persoalan abadi (perennial problems) yang dihadapi manusia
dan para filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya.
e) Filsafat Sebagai Sekelompok Teori atau Sistem Pemikiran
Teori atau sistem filsafati itu dimunculkan oleh masing-masing filsuf
untuk menjawab masalah-masalah.
f) Filsafat Sebagai Analisis Logis tentang Bahasa dan Penjelasan Makna
Istilah
Kebanyakan para filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan
arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan
bahwa analisis tenteng arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan
tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Mereka
berpendirian bahwa bahasa merupakan laboraorium para filsuf, yaitu
tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
g)

Filsafat Merupakan Usaha untuk Memperoleh Pandangan yang
Menyeluruh
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari
berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia
yang konsisten.

3. Timbulnya Filsafat
a) Keheranan (dalam bahasa Yunani thaumasia)
Manusia adalah makhluk yang dapat heran terhadaphal-hal yang
dijumpainya. Ia heran terhadap lingkungan hidupnya bahkan dapat heran
terhadap dirinya sendiri sehingga ia akan mengajukan pertanyaan yang
bercorak kefilsafatan untuk mengetahui hakikat atau esensi yang
ditanyakan itu.
b) Kesangsian (ragu-ragu)
Para filsuf pada wawl pemunculannya adalah mereka yang meragukan
cerita-cerita mitos dan mulai berspekulasi dengan menggunakan akalnya.
c) Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat kalau ia mulai menyadari betapa kecil dan
lemah ia, dibandingkan dengan alam semesta di sekelilingnya.
4. Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Kumpulan pengetahuan untuk
dapat disebut ilmu harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu obyek
material dan obyek formal.
a. Obyek Material

b.

5.

6.
a.
b.

c.

d.

e.
f.

7.
a.
b.

c.
d.
e.

Adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (gegenstand).
Sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari.
Obyek Formal
Adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang
pemikir atau peneliti terhadap obyek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya.
Hubungan Ilmu dengan Filsafat
Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmuilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Sehingga ada yang mengatakan
bahwa filsafat sebagai “induk” atau “ibu” ilmu pengetahuan atau “mater
scientiarum”. Karena obyek material filsafat sangat umum yaitu seluruh
kenyataan.
Persoalan Filsafat
Ciri- ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut
Bersifat sangat umum
Persoalan filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus.
Bersifat spekulatif
Berusaha untuk menduga kemungkinan yang akan terjadi. Para filsuf
telah memberikan sumbangan yang penting dengan terkaan-terkaan yang
cerdik (intelligent guesses).
Bersangkutan dengan nilai-nilai (values)
Persoalan filsafat bertalian dengan keputusan tentang pernilaian
moral, estetis, agama, dan social. Nilai adalah suatu kualitas abstrak yang
ada pada suatu hal yang dapat menimbulkan rasa senang, puas, dll. bagi
orang yang mengalami dam menghayatinya.
Bersifat kritis
Filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya dengan begitu saja oleh ilmuwan tanpa
pemeriksaan secara kritis.
Bersifat sinoptik
Meninjau hal-hal atau benda-benda secara menyeluruh.
Bersifat implikatif
Kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka dari
jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling
berhubungan.
Berpikir secara Kefilsafatan
Radikal
Berpikir sampai ke akar-akarnya, tentang hakikat,esensi dan substansi.
Universal (umum)
Berpikir tentang hal-hal atau proses-proses yang bersifat umum,
bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia, serta
memuat kesimpulan yang universal.
Konseptual
Hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman individu.
Koheren dan Konsisten
Koheren berarti sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir, sedangkan
konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi
Sistematik
Kebulatan dari sejumlah unsure yang saling berhubungan menurut tata
pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menekankan sesuatu
peranan tertentu.

f.
g.
h.
8.
a.

b.

Komprehensif
Menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
Bebas
Bebas dari prasangka sosial, historis, kultural, atau religious.
Bertanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap hati nurani yang bertumpu pada kebebasan
berpikir degan etika.
Persoalan-persoalan dan Cabang-cabang Filsafat
Persoalan-persoalan filsafat
• Persoalan keberadaan (being) / eksistensi (existence)
• Persoalan pengetahuan (knowledge) / kebenaran (truth)
• Persoalan nilai-nilai (values)
Cabang-cabang filsafat
Alburey Castell, cabang-cabang dari filsafat adalah teologi,
epistimologi, etika, politik, dan sejarah.
Anshari: metafisika, logika, etika, estetika, epistimologi, filsafat
khusus (hukum, agama,sejarah, manusia, pendidikan, dst).
Katsouf: metodologi, metafisika, estetika, etika, logika, dan
epistimologi.

 Metafisika
Memuat uraian tentang sesuatu yang ada di belakang gejala-gejala fisik,
seperti bergerak,berubah, hidup, mati.
o Persoalan ontologism
o Persoalan kosmologis
o Persoalan antropologis
 Logika
Ilmu, kecakapan, atau alat untuk berpikir secara lurus (correct thinking)
Etika
Menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia (teori tentang baik dan
buruk)
 Estetika
Kajian filsafati tentang keindahan dan kejelekan.
Ada tiga jenis persoalan filsafat yang utama, yaitu persoalan tentang
keberadaan (ontologi), persoalan tentang pengetahuan (epistimologi),
pengetahuan tentang nilai-nilai (aksiologi).
 Epistomologi
Epistemologi,
(dari bahasa
Yunani episteme (pengetahuan)
dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan
dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk
salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang
filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya;
metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis
dan metode dialektis.









Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang
mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman.
John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu
manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula
rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman
inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan
jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari
penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana
tersebut.
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua
pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai
kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat
diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa
yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu
bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan
mengenai hal-hal yang factual.
Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi
pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang
sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai
dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat
ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian
tentang pengalaman. Baran sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinyan
sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam
bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan
penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang
barang sesuatu seperti keadaanya sendiri, melainkan hanya tentang
sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang
gejala (Phenomenon).
Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa
semua pengetahuan di dasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya
untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal
memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta
pengalaman.
Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suau sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan
secara langsung dari pengetahuan intuitif.
Salah satu di antara unsut-unsur yang berharga dalam intuisionisme
Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman
di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data
yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan

di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih
tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik
pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman
inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya.
Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya
mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,
sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian sajayang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang
diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan
dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan,
barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak
kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita
keadaanya yang senyatanya.
 Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode
penuturan serta analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa
yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari
dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu
pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan, bertolak paling
kurang dua kutub
 Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut
John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran
atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu
sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya
ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang
tidak benar.
 Ontology
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis
mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis
ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang
sesuai dengan akal manusia.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat
dalam setiap kenyataan. Dalam rumusan Lorens Bagus; ontology

menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
Ontologi adalah hakikat yang ada yang merupakan asumsi dasar bagi
apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Ontologi menurut
Anton Bakker (1992) merupakan ilmu pengetahuan yang paling universal
dan paling menyeluruh.
Bab III Penutup
1.

KESIMPULAN
Filsafat adalah pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami,
mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya.
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam
hal makna dan nilai-nilainya. Tujuan filsafat adalah pemahaman dan
kebijaksanaan.
Arti Filsafat Dari segi etimologi:
a) Falsafah (arab), philosophy (inggris), philosophia (latin), philosophie
(jerman, belanda, perancis).
b) Philein (mencintai) dan sophos (bijaksana).
c) Sophos/sophia dapat bermakna kerajinan, kebenaran pertama,
pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual, pertimbangan yang sehat,
kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis.
 Filsafat sebagai suatu sikap
Sikap menyelidik secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia
meninjau suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
 Filsafat sebagai suatu metode
Cara berpikir secara mendalam (reflektif), penyelidikan yang
menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.
 Filsafat sebagai kelompok persoalan
5. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek
tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam
membentuk tindakan seseorang”
Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu objek tertentu”. Pengetahuan “merupakan hasil tahu
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Soekanto, bahwa “pengetahuan merupakan
“hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan
dalam
pikiran
manusia”.
Pengetahuan adalah “interaksi yang terus menerus antara
individu dan lingkungan”. Dengan demikian pengetahuan
adalah suatu proses, bukan suatu “barang”. Pengetahuan
adalah “tekanan kepada proses psikologi ingatan atau
kognitif”. Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus

mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan
psikomotorik”.
Pengetahuan (khnowledge) adalah “hasil tahu dari manusia
yang sekedar menjawab pertanyaan “What” misalnya apa air,
apa manusia, apa alam, dan sebagainya”. Pengetahuan hanya
dapat menjawab pertanyaan sesuatu itu. Pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang
dihadapinya.
Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman dan
penelitian
terbukti
bahwa
perilaku
didasarkan
atas
pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa
didasari pengetahuan. Pengetahuan merupakan dasar untuk
terbentuknya tindakan seseorang .
6. Jawaban Terbaik: Tanpa pengetahuan, keyakinan yang kita miliki tidak
akan memberi kontribusi yang berarti dalam hidup kita. Pengetahuan tanpa
diimbangi dengan keyakinan juga akan menimbulkan kekacauan.
Penemuan-penemuan ilmuwan tidak akan memberi kebahagiaan pada
manusia jika dalam pemanfaatanya hanya mengandalkan nafsu saja.
Seharusnya dalam pemanfaatan penemuan itu diikuti dengan pemikiran
apakah hal yang dilakukan dengan penemuan itu benar atau tidak.

Pengertian Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta-fakta, prinsipprinsip hakikat yang sebenarnya, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika
Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang
meliputi teori, metode, dan praktek yang dilakukan secara sistematis.
Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persamaan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha
berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkaplengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebabakibatnya.
Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
Ketiganya mempunyai metode dan sistem.
Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul
dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Berikut beberapa titik persamaan dari filsafat, ilmu pengetahuan dan agama :

a.
1.
2.
3.
b.
1.
c.
1.

1.
a.

b.
c.
2.
a.
b.

c.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
b.
c.

Filsafat dan Imu Pengetahuan
Didasarkan pada rasio, maksudnya sama-sama berdasarkan akal budi
Mempunyai metode, menempuh suatu jalan untuk mencapai kebenaran
Bersifat sistematis, memberikan suatu uraian atau penjelasan yang menyeluruh
dan bagian-bagian yang saling berhubungan.
Filsafat dan Agama
Filsafat dan Agama adalah sama-sama mengandung suatu pemandangan yang
luas.
Ilmu Pengetahuan dan Agama
Perpaduan ilmu pengetahuan dan agama dikonsepkan oleh Al Ghazali sebagai al
ma’rifah. Al gazali menjelaskan bahwa jalan menuju ma’rifah sebagai kerinduan
rohani untuk mengenal Tuhan dengan hati nurani melalui tingkat-tingkat ilmu
pengetahuan. Al ma’rifah menjadi tingkat yang tertinggi di dalam pengetahuan dan
kesadaran rohani manusia terhadap Tuhan.
Perbedaan Filsafat, Ilmu Pengtahuan dan Agama
Gambaran umum
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan
atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta
universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan
tangannya sendiri yang bernama logika.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan
jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau
kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia
Obyek material (lapangan)
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita).
Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris juga bersifat
eksperimental. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak
dalam disiplin tertentu.
Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman
Obyek formal (sudut pandangan)
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu,
obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu
mengadakan penyatuan diri dengan realita.
Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi
Cara mendapatkan sesuatu
Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
Ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu,
nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis.
Agama dilakukan dengan melihat sumber-sumber hukum agama yang terkait
yang sudah dipastikan kebenarannya karena bersumber dari Tuhan.
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh manusia, atau
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan indrawi. Pengetahuan akan muncul ketika orang menggunakan akal
atau indranya untuk mengenali benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan. Misalnya, saat pertama kali orang makan cabai maka Dia
akan tahu bagaimana rasa cabai itu, bentuknya, warnanya, atau bahkan akan
bertanya-tanya apa zat-zat apa yang dikandungnya.
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan manusia saat dia merasa cukup
tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Maksudnya
adalah orang akan merasa yakin kalau apa yang mereka ketahui adalah benar. Jadi,
keyakinan terjadi setelah orang percaya adanya suatu kebenaran.