Pandangan siswa madrasah aliyah kelas 3 terhadap filsafat : studi kasus terhadap MAN 4 Pondok Pinang dan MAN 1 Serpong

(1)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puja, serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT “for the great inspiration of love“, karena-Nya lah setiap manusia mempunyai rasa cinta di dalam hatinya, dan atas cinta itulah eksistensi manusia akan sangat jelas terlihat karena cinta adalah sebuah rasa kemanusiaan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, manusia utama yang telah memberikan jalan kepada umat manusia bagaimana cara untuk bereksistensi, yaitu dengan jalan menunjukan bagaimana cara manusia agar bisa menuju kepada Tuhannya.

Alhamdulillah akhirnya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “pandangan siswa Madrasah Aliyah kelas 3 terhadap Filsafat “( Study Kasus Terhadap MAN 4 Pondok Pinang dan MAN 1 Serpong )”.

Akan tetapi semua akan terasa ringan berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak untuk itu penulis ucapkan Terima kasih yang tulus dari lubuk hati, penulis haturkan kepada :

1) Bapak. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Bapak. Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

3) Bapak Drs. Harun Rasyid, MA. selaku Direktur Program Ekstensi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, beserta stafnya.

4) Bapak, Ibu, dan staf dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis sampai dapat menyelesaikan study di Fakultas ini.


(2)

5) Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri I Serpong Ibu Dra. Hj. Iis Aisyah beserta dewan guru yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6) Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Bapak. Drs. H. Muchyi beserta dewan guru yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7) Kedua orang tua yang mulia dan sangat saya hormati yang telah menyokong doa dan segalanya yang tak terhingga nilainya, sehingga tercapai cita- cita buah hatinya. Beserta kakak- kakak dan adik- adik tercinta.

8) Rekan rekan yang berada di bawah satu bendera Aqidah Filsafat Fahrul Malik, Sayid Nur Salim, dan anak-anak HOJEl, ternyata kita bisa melalui ini semua dan kita semua MERDEKA. !!!!

9) Rekan Rekan yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat semoga kita Sukses. 10)Rekan - Rekan yang berada di Organisasi Forisgab (Forum Remaja Islam

Gabungan ),KOMBA ( Komunitas Bambu ),Okp. GANESPA. Tanpa terkecuali. Terima kasih atas semua jasa kalian untuk penulis agar selesainya Skripsi ini. Penulis tidak akan dapat memberi apa yang telah kalian berikan pada penulis hanya Allah yang akan membalasnya. Amin.

Jakarta, 17 Februari. 2007


(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..…...……….i

DAFTAR ISI………...………..………..iii

DAFTAR TABEL MAN 4 PONDOK PINANG………...………v

DAFTAR TABEL MAN 1 SERPONG………....…...………vi

BAB I PENDAHULUAN………….………....………….……….……...…..1

A. Latar Belakang Masalah...………...….……….1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...…………...…..……7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... ………...……8

D. Metode Penelitian...………...…….8

E. Sistematika Penulisan...……….……….11

BAB II PENGERTIAN FILSAFAT…...13

A. Pengertian Filsafat... ………...…...…..13

B. Tema-Tema Kajian Filsafat... ………...…….19

BAB III GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1 SERPONG…………...……24

A. Gambaran Umum MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong…………...…...24

a) Sejarah Berdirinya MAN 4 Pondok Pinang...……...24

b) Misi dan Visi MAN 4 Pondok Pinang...………...27

c) Sejarah Berdirinya MAN 1Serpong...……...….30

d) Misi dan Visi MAN 1 Serpong...……...31

BAB IV HASIL PENELITIAN ...……….34


(4)

B. Pandangan Siswa Terhadap Filsafat...……...……….33

1. Pandangan Siswa MAN 4 Pondok Pinang Terhadap Filsafat...35

2. Pandangan Siswa MAN 1 Serpong Terhadap Filsafat ...45

BAB V PENUTUP………….…………...………...…55

A. Kesimpulan………....………..….…55

B. Saran dan Kritik.………...………..………..55

DAFTAR PUSTAKA………...….………….56


(5)

v


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Sebagai kajian filosofis, teori filsafat belumlah mendapatkan tempat yang memadai dalam ranah kajian pemikiran di negeri ini. karya Jujun S. Suryasumantri berjudul “Filsafat Ilmu” merupakan satu - satunya karya yang telah dicetak berulang kali. Hal ini menunjukan betapa langkanya kajian filsafat, dan pada akhirnya menuntut suatu kajian lebih lanjut.

Dalam masyarakat kita, tak terkecuali remaja, kajian filsafat dianggap sebagai ilmu yang kurang menarik. Filsafat mendapat tempat yang kurang baik di mata para remaja. Filsafat dianggap sebagai “biang keladi” bagi timbulnya pemberontakan atas dogma-dogma keagamaan.

Mendengar kata “filsafat”, imajinasi masyarakat langsung mengarah pada sosok yang menakutkan, bersentuhan dengan filsafat merupakan hal yang dihindari karena dapat merusak keimanannya selama ini. Secara membabi buta, stigma negatif terhadap filsafat, terus digulirkan di kalangan masyarakat kita.

Hal inilah yang pada akhirnya menarik penulis untuk melakukan penelitian lebih jauh seputar stigma negatif terhadap filsafat. Sejauh manakah pemahaman siswa terhadap ilmu filsafat? dan mengapa paradigma negatif terhadap filsafat yang dianggap sebagai kajian yang tidak terlalu penting muncul di kalangan umat Islam, khususnya siswa sekolah tingkat atas?.


(7)

vii

Sebagai hipotesis awal, gejala ini muncul sebagai akibat dari adanya dikotomi antara ilmu syariat dan ilmu non-syariat di tempat-tempat pendidikan yang formal maupun informal. Ilmu syariat mendapat tempat terhormat dalam dunia pendidikan kita.

Lihat saja misalnya referensi - referensi yang dikaji di pesantren-pesantren, sebuah lembaga pendidikan Islam, banyak memberikan ruang bagi kajian seperti fiqih, ushul fiqih, ilmu - ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan lain-lain. Sementara karya-karya para ulama seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Taimiyah, yang notabenenya adalah berkutat seputar kajian filsafat, tidak mendapatkan tempat. Bahkan karya-karya mereka dianggap“membahayakan” bagi eksistensi ideologi masyarakat.

Para tokoh pendidikan kita memberikan andil yang cukup besar terhadap berkembangnya stigma negatif terhadap filsafat. Ketidakseimbangan informasi yang diterima masyarakat menimbulkan kesalah pahaman terhadap filsafat. Filsafat tidak mendapat perhatian dari para tokoh kita, bahkan mengkajinya pun tidak. Tapi filsafat senantiasa digambarkan sebagai hal yang negatif.

Yang terjadi selanjutnya adalah tidak adanya obyektifitas dalam memandang filsafat. Tanpa melakukan penelaahan terhadap karya - karya mereka, filsafat diberikan label sesat. Stigma negatif ini senantiasa disandarkan pada kritik al-Ghazali terhadap para filosof muslim. Di sini pula terjadi salah pemahaman terhadap kritik al-Ghazali kepada filsafat Islam. Benarkah al-Ghazali menolak filsafat?

Maka ketika beberapa siswa ditanyakan apa itu filsafat mereka pada umumnya berpendapat bahwa kajian ilmu filsafat adalah kajian yang kurang menarik, paling sulit, dan melelahkan. Hal ini disebabkan selama ini dalam masyarakat tidak adanya ruang bagi kajian filsafat.


(8)

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik penelitian wawancara langsung guna diperoleh data yang seakurat dan sebaik mungkin. Karena di kalangan siswa sendiri terdapat beragam pandangan terhadap filsafat, sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.

Pada siswa di tingkat pelajar, paradigma yang berkembang adalah menolak filsafat. Selain tidak mendapat pelajaran tentang filsafat, mereka pun tidak mendapat gambaran yang seimbang dari para pendidiknya. Di sekolah tidak mendapat pelajaran, di luar pun mereka tidak bisa menemukan wajah filsafat yang sesungguhnya.

Kembali pada kritik al-Ghazali. Al-Ghazali di kalangan umat Islam dikenal sebagai ulama yang kritis terhadap filsafat. Bahkan al-Ghazali menjadi ikon bagi mereka yang menolak filsafat Islam. Dalam berbagai kesempatan, al-Ghazali ibarat dewa penyelamat yang menyelamatkan umat dari bahaya filsafat Islam yang dikembangkan oleh al-Kindi dan kawan-kawan.

Di sinilah terjadi kekeliruan terhadap pemikiran al-Ghazali dalam hubungannya dalam kritiknya terhadap Ibnu Sina dan al-Farabi. Kritik al-Ghazali dipahami secara parsial. Apa yang dipahami dari kritik al-Ghazali hanyalah obyek kritiknya tanpa menelaah lebih dalam latar belakang sosial politik yang menyebabkan munculnya kritik ini.

Pada dasarnya, al-Ghazali tidak menolak filsafat secara mutlak. Al-Ghazali sendiri adalah orang yang memiliki naluri pemikiran yang kritis. Ia banyak bersentuhan dengan teori-teori filsafat. Salah satu yang menjadi kritiknya adalah munculnya budaya taqlid dalam masyarakat. Al-Ghazali berpandangan bahwa dalam masalah taqlid, masyarakat harus mampu mengembangkan daya kritisnya terhadap segala hal yang ditemuinya.


(9)

ix

Sesuatu itu dipahami bukan atas dasar asumsi, melainkan berdasar pada hasil pemikiran yang ketat.

Begitu pula kritiknya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali tidak menolak filsafat Islam secara mutlak. Hal ini bisa dilihat dari pandangannya bahwa filsafat yang dikembangkan oleh al-Farabi dan kawan-kawan tidak menghasilkan ilmu yang tetap, melainkan mengandaikan suatu relativisme. Yang ingin dicapai melalui filsafat, menurut al-Ghazali, adalah ilmu yaqini, ilmu yang menghadirkan ketetapan dalam jiwa, bukan relativisme. Al-Ghazali berfilsafat dalam rangka mendapatkan kepastian terhadap beberapa obyek kajian, baik itu tentang ketuhanan, eskatologi maupun etika.

Al Ghazali sendiri memiliki nama lengkap Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad al – Ghazali. Ia lahir di Thus Kota Khurasan Iran Pada 450 H ( 1056 M. ). Ia wafat di tanah kelahirannya pada tahun 505 H, ( 111 M ).1

Dari sumber utama pertentangan pemikiran adalah penafsiran yang berlainan. Hal ini terjadi pada jawaban Ibnu Rusyd terhadap kitab karangan al Ghazali yakni Kerancuan Filsafat ( Tahafut al Falasifah ) di dalam tulisan tersebut al Ghazali menyalahkan kaum filosof dengan dibagi menjadi tiga golongan : materialis, naturalis, theis.2

Pertama golongan materialis mereka merupakan golongan terdahulu yang pada jamannya mereka beranggapan tidak adanya pencipta yang mengatur alam, alam bisa dikatakan diatur oleh kekuatan kekuatan yang mereka anggap memiliki kekutan yang lebih dari mereka, dan alam ada secara azali dengan sendirinya.

Kedua golongan naturalis mereka menganggap sifat – sifat alam dan keajaiban ciptaan Allah SWT mereka dapat mengakuinya namun mereka mempelajari penemuan

1

Abdul Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : Pustaka Setia, Bandung, 1997 ), h.215.

2


(10)

tersebut dan memaksakan pengaturan tuhan diatur kembali dengan pemikiran kaum Naturalis, dalam pandangan mereka tidak ada hari kebangkitan dan hisab. Mereka ini disebut oleh al - Ghazali dengan golongan kaum Zindiq.

Golongan Ketiga, golongan theis ( bertuhan ), mereka orang orang yang berfikir dengan menggunakan logika, dengan menggunakan argumen mereka menghsilkan ilmu kesesatan golongan ini sama dengan pemikiran Plato dan kawan – kawannya.

Dari sinilah kemudian pemikiran al - Ghazali mendapat bantahan dari seorang yang bernama Ibnu Rusyd yang lebih dikenal denga nama ( Averreos ). Ia merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam kajian filsafat islam, namun hanya dikenal di kalangan orang orang tertentu saja.

Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai ahli fiqih. Dia pula yang menyatukan filsafat dengan syariat. Baginya syariat telah mendorong untuk menalar semua wujud yang tampak melalui penalaran rasio dan mengambil pengetahuan secara rasional. Dengan memberi kesimpulan bahwa di samping ilmu qiyas ( analogi syariat ) wajib juga yang dinamakan qiyas aqli ( dalil rasio ). Maka, wajiblah kiranya filsafat Islam tersebut dalam pemikiran dan khazanah perkembangan pemikiran Islam, wajib pula kiranya mempelajari karya karya filsuf – filsuf terdahulu dengan tujuan dan maksud yang termaktub dalam sebuah hukum syariat.

Ibnu Rusyd yang memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad ibn Muhammad Ibn Rusyd, dilahirkan di Cordova pada 520 H ( 1126 M ). Ia wafat pada 9 Safar 595 H ( 10 Desember 1198 M ).3

Dapat disimpulkan bahwa syariat dan filsafat dapat dipertemukan tanpa adanya konflik. Keduanya bahkan dapat saling mendukung satu sama lainnya. Yang menjadi

3


(11)

xi

persoalan mendasar adalah kurangnya kajian yang mendalam dan seimbang terhadap filsafat dibanding dengan kajian tentang syariat.

Dia juga sebagai Intelektual dalam di dunia Islam dengan memiliki tugas sebagai hakim agung di Cordova dan sebagai pengarang kitab paling pluralis ( Bidayatul Mujtahid. ) Dia juga merupakan ulama yang menafsir secara Tekstual.4

Filsafat mengajarkan manusia untuk menjalankan hidup ini dengan penuh pertimbangan secara rasional. Dengan berpijak pada Rasionalitas, filsafat mencoba membawa manusia pada suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang berkeadilan dan sejahtera.

Secara bahasa, Filsafat memiliki arti sebagai pemikir bebas, radikal. Bebas di sini berarti tidak ada yang menghalangi pikiran untuk bekerja. Tidak ada satu kekuatan pun, yang menghalangi seseorang untuk berfikir, apalagi untuk menyeragamkannya. Selama seseorang masih sanggup berpikir walaupun ia berada dalam penjara, tetap saja pikiran dapat bekerja.5 Radix, artinya akar. Berfikir secara radikal berarti berpikir sampai ke akar suatu masalah.

Selanjutnya filsafat dapat diartikan sebagai ilmu rasional. Artinya, adanya penggunaan akal pikiran dan hukum hukum logika yang bisa diterima oleh akal.

Dalam penelitian ini, peneliti hendak melihat sejauh mana tanggapan dan cara pandang siswa pada tingkat kelas 3 Madrasah Aliyah terhadap kajian ilmu filsafat. Hal ini dimaksudkan guna memperoleh gambaran yang komperehensif seputar pandangan siswa yang duduk di bangku sekolah kelas 3 Madrasah Aliyah.

4

Ekky Al Maliki, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003), h. 114.

5


(12)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis perlu untuk memberikan suatu pembatasan masalah. Penulisan ini dibatasi pada : Pandangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas 3 terhadap Filsafat ( Studi kasus terhadap MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong ) Berdasarkan pembatasan tersebut, kami berusaha menghasilkan pembahasan yang sistematis, terarah dan jelas maka penulis membuat suatu rumusan masalah, yaitu :

1. Adakah nilai manfaat dari ilmu filsafat bagi Siswa Madrasah Aliyah ?

Tujuan dan kegunaan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap ilmu filsafat. Selain itu sebagai tugas akhir Akademik Strata 1 ( S1 ) Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri ( UIN ) Jakarta.

3. Sebagai pengembangan ilmu filsafat.

D. Metodologi Penelitian.

Dengan menggunakan populasi penelitian, menurut Arikunto dalam bukunya populasi didefinisikan seagai seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.6

6


(13)

xiii

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas 3 MAN I Serpong dan MAN 4 Pondok Pinang Namun dalam penelitian ini penulis tidak mengambil seluruh siswa kelas 3 tersebut sebagai subyek penelitian, akan tetapi sebagian saja yang dalam penelitian tersebut disebut sampel sebagai bagian yang dianggap mewakili dari populasi yang ada.

Sampel adalah “sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa dari masing - masing Siswa kelas 3 pada MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong. Pengambilan dengan teknik random sampling, yaitu pengambilan secara acak dengan cara mengundi kelas 3 yang berjumlah Beberapa kelas dari kelas 3 yang ada di MAN 4 Pondok Pinang dan MAN 1 serpong, penelitian ini tidak adanya

manipulasi terhadap variabel – variabel penelitian, tapi nantinya yang diungkap fakta yang berdasarkan pengukuran gejala yang ada pada diri responden maka penelitian ini termasuk penelitian survei.

Dengan ide pokok dari tehnik pengambilan sampel melalui informasi mengenai keseluruhan informasi dan populasi dengan jalan mencari informasi pada sebagian saja dari populasai tersebut, dan informasi yang ditemukan diberlakukan pada seluruh populasi.

Penilitian yang dilakukan peneliti bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu methode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, dan suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang.

Penelitian deskriftif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan kegiatan, sikap sikap, serta proses yang sedang berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini akan membuat deskriptif, gambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta – fakta sejauh mana pemahaman dan pandangan siswa Madrasah Aliyah dalam kajian ilmu filsafat.


(14)

Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian diartikan sebagai metode pengumpulan data dengan melalui wawancara, di mana dua orang atau lebih secara fisik langsung berhadap hadapan yang satu dengan yang lain dan masing - masing dapat menggunakan saluran komunikasi secara lancar. 7 wawancara juga dapat diartikan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8

2. Angket ( kuesioner )

Angket yaitu sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal – hal yang ia ketahui.9 Peneliti menyebarkan kuesioner, dengan tehnik tujuan agar dapat diambil kesimpulan sejauh mana pandangan dan respon siswa terhadap kajian ilmu filsafat. Dengan tehnik menyebarkan kesiswa kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong dan Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang.

3. Observasi

7

Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta : 2000), h. 39.

8

Lexy J. Maleong, Methode penelitian kwalitatif ( Bandung : PT Rosda Karya, 2000 ), h.135.

9


(15)

xv

Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap gejala yang diteliti.10 Tehnik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal dan makna sudut pandang responden, terhadap penelitian tersebut. Lewat penelitian ini pula peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori tersebut digunakan langsung dan sudut pandang nara sumber yang mungkin didapati dari wawancara. Dalam observasi ini peneliti akan mengambil data seakurat - akuratnya agar didapatkan data yang benar benar valid

4. Analisis data

Setelah data yang penulis perlukan telah terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisa data dengan methode kuantitatif dengan pendekatan ini penulis menggunakan tehnik analisis data cara prosentase setelah ditabulasi dengan jumlah, Frekuensi jawaban responden untuk setiap jawaban. pedoman penulis untuk mencari setiap jawaban adalah :

% 100

Χ Ν =

Ρ F

keterangan . P : Angka prosentase yang dicari F : Frekuensi jawaban responden

N : Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu

E. Sistematika Penulisan.

Skripsi ini terdiri dari lima ( 5 ) bab masing masing bab membahas permasalahan yang berkaitan dengan tema kajian. Kelima bab tersebut antara lain.

10

Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta, 2000 ), h. 54.


(16)

Bab I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika Penelitian.

Bab II : Landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

Landasan teori, Pengertian Filsafat, Tema – Tema kajian Filsafat, Pengertian remaja.

Bab III : Gambaran Umum sekolah MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong, sejarah berdirinya MAN 4 Pondok Pinang, Misi dan Visi MAN 4 Pondok Pinang, Sejarah Berdirinya MAN 1 Serpong, Misi dan Visi MAN 1Serpong.

Bab IV : Hasil Penelitian. Latar belakang siswa mengetahui Filsafat, Pandangan Siswa terhadap filsafat, Pandangan siswa MAN 4 pondok pinang terhadap filsafat, pandangan siswa MAN 1 serpong terhadap filsafat.


(17)

xvii

BAB II FILSAFAT

1. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara bahasa kata Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu

Philosophia, dengan memiliki dua arti kata Philos dengan arti mencintai, dan sophia

dengan arti kebijaksanaan. Berarti Philosophia berarti : cinta akan kebijaksanaan ( Inggris : love of Wisdom ). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “Filsuf” atau “Filosof” artinya pecinta kebijaksanaan.11

Secara arti filsafat diartikan cara berpikir bebas yang masih dalam dataran makna. Seseorang dapat berpikir dengan bebas selagi pemikiran tersebut bisa dipertanggung jawabkan dengan argumennya sendiri, berfilsafat adalah cara kerja untuk berfikir bebas dengan menggunakan akal semampunya hal ini sering disebut sebagai pemikiran yang radikal dengan sampai pada keakar - akarnya dalam suatu masalah, hal ini pun sampai pada melewati batas batas fisik dengan memasuki area diluar fisikal ini sering disebut sebagai metafisis. Filsafat merupakan usaha manusia untuk mencari dan mencari hal – hal yang baru secara Rasional, Kritis, Sistematis dan radikal.

A. Rasional manusia menggunakan pemikiran dengan hukum hukum logika yang masuk akal, hal ini merupakan hasil sebuah kegiatan pemikiran dengan mengandalkan otak dan akal secara bersama sama. Dan ini tidak bisa disebut sebagai Wahyu atau pun apa yang datang dari tuhan. Jika seorang filsuf menyampaikan hasil pemikirannya tersebut dan setiap orang mampu untuk memahaminya maka berhasillah apa yang dicita - citakan seorang Filsuf.

11


(18)

B. Kritis artinnya ia tidak akan menerima begitu saja hal - hal yang didapat ia akan berupaya mengklarifikasi dengan pemikirannya secara hati hati, dengan mengevaluasi segala pemikiran yang ada.

C. Sistematis adanya suatu aturan tertentu yang memiliki alur yang jelas. D. Radikal arti kata Radix yang berarti Akar, dalam pengertian bahwa dalam berfilsafat hendaknya pemahaman digali sampai pada akar - akarnya, sehingga pemahamam menjadi menyeluruh dan mendalam.12

Mohammad Hatta dalam pendahuluannya Alam Pikiran Yunani menulis “apa sebenarnya yang disebut filosof, lebih baik jangan dipersoalkan pada permulaan menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karna banyak ragam dan paham. Tiap – tiap ahli berlainan pendapatnya tentang apa yang dikatakan filosofi. Tiap – tiap filosof pun lain – lain tujuannya, buat sementara sebagai tempat berpegang kita sebutkan saja sifatnya yang umum, seperti yang dilukiskan oleh Windelband. Filosofi sifatnya merentang pikiran sampai sejauh – jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Sebab itu filosofi orang sebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya.”13

Menurut Cicero, penulis Romawi ( 106 – 43 SM ), orang yang pertama - tama memakai kata filsafat ialah Pythagoras ( 497 – SM ), sebagai reaksi terhadap orang orang cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.

Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya lengkap tidak sesuai dengan manusia. Tiap - tiap orang mengalami kesukaran - kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh hidupnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa

12

Bagus Takwin. Dasar - dasar Filsafat. 2004 dari : http : //Psikologi,webhostme.Com /filsafat/filsafat.htm.

13


(19)

xix

mencangkup keseluruhannya. Oleh karna itu, maka kita ini bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pecinta pengetahuan, yaitu filosof.14

Namun pengertian bijak seseorang berbeda dengan apa yang diterangkan diwilayah Timur sejak zaman kuno ditimur telah banyak orang – orang yang melakukan pencarian kebijaksanaan dan kebenaran. Di India umpamanya, orang bijak adalah orang yang telah mendapatkan kebijaksanaan yang terdiri dari“atman” adalah “Brahman”, bahwa jiwa manusia adalah tuhan sendiri. Barang siapa yang mengetahui ini semua ialah orang bijak.15

Dalam masyarakat modern, filosof adalah ahli pikir yang mengajarkan aliran paham, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan tingkah laku perbuatan kita. Dengan demikian jelaslah bahwa filosof itu tidak harus menurut tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah – tengah kita, dalam tingkah laku perbuatan dan tindakan sehari – hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.16

Kata filsuf memiliki arti orang yang berpikir dengan memikirkan hakekat segala sesuatu dengan melakukan secara mendalam dengan segala kemampuan yang ada. Dengan demikian seorang filsuf harus dapat mencari kebenaran dengan melakukan pencarian yang sungguh - sungguh.

Dikatakan pula filsuf adalah ahli pikir yang radikal, bukan dalam arti, bahwa ia hendak membuang atau mengubah seluruhnya, tetapi dalam arti yang sebenarnya, yakni ia berusaha mencapai radix, akarnya. Akar apa? Akar kenyataan, dunia, ujud, akar pengetahuan tentang diri sendiri. Kalau ditemukan akar itu, maka semua yang berakar

14

Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam ( Jakarta : Bulan Bintang , 1990), h, 3.

15

Harun Hadiwijiono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 ( Jakarta : Kanisius, 1980), h. 7.

16


(20)

padanya akan dapat dipahami. Berpikir radikal itu ditujukan pada “kedalaman” (diepte). Sekiranya kedalaman ini tercapai maka dapatlah dipastikan apa yang berasal dari “kedalaman” itu. Berpikir radikal juga melingkupi yang universal.17

Filsafat, sebagai proses berfikir sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencangkup”ada yang tampak” dan ”ada yang tidak tampak”. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu : yang ada dalam kenyataan, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan obyektif tentang yang ada, agar dapat mencapai hakikatnya.18

Mustofa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata kata Filsafat dikalangan Muslim, maka ia berkesimpulan bahwa kata kata “hikmah dan hakim“ dalam bahasa Arab dipakai dalam arti “filsafat dan filosof” dan sebaliknya, hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat - alatnya yang tertentu, yaitu akal dan methode – methode berpikirnya.19

Al–Kindi sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat pada tiga bagian :

1. Imu fisika ( ilm – ut thibiyyat ), merupakan tingkat terendah. 2. Ilmu matematika ( al – ilm – ur – riyadhi ), tingkatan tengah. 3. Ilmu ketuhanan (ilm – ur – rububiyah ), tingkatan tertinggi.

Yang pertama adalah tingkatan alam nyata, terdiri dari benda – benda kongkrit yang ditangkap panca indra. Yang kedua, berhubungan dengan benda juga, tapi

17

R.F. Beerling, Filsafat Dewasa Ini ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994 ), h. 12.

18

Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama ( Pamulang : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 1.

19


(21)

xxi

mempunyai wujud tersendiri, yang dapat dipastikan dengan angka – angka ( Misalnya ilmu hitung, teknologi, astronomi, musik ). Dan yang ketiga yang tidak berhubungan dengan benda sama sekali yaitu soal ketuhanan.20

Seperti halnya tokoh filsuf Muslim yang bernama Ibnu Sina memberikan definisi Filsafat adalah: Ilmu pengetahuan tentang Maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

Plato dalam pandangannya terhadap filsafat adalah pengetahuan segala yang ada. Begitu juga dengan, N. Drikarya berpandangan bahw filsafat adalah perenungan yang sedalam – dalamnya tentang sebab – sebab “ada” dan “berbuat” perenungan tentang kenyataan yang sedalam – dalamnya, sampai “mengapa” yang penghabisan.21

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat aadalah pengertian dan kebijaksanaan.( Understanding and wisdom ).22

Dari uraian diatas filsafat memiliki kajian yang sangat beragam hal ini disebabkan karna banyaknya pandangan dan penafsiran yang dilakukan oleh para tokoh filsafat dengan memegang teguh argumennya tersebut.

Disamping itu, filsafat juga menunjukan bagaimana para filsuf menyelesaikan dan memberikan jalan keluar dari satu persoalan kepersoalan lain, mengapa persoalan yang sama dapat muncul dalam variasi bahasa, dari satu filsuf ke filsuf yang lain, dari

20

Gazalba. Sistematika filsafat. h. 19.

21

Bakhtiar, Filsafat Agama, h. 9.

22


(22)

satu generasi kegenerasi yang lain pula, dan bagaimana keterkaitan pola pikir antara satu filsuf ke filsuf yang lain dan seterusnya.23

Dalam buku Why not Remaja Doyan Filsafat. Didefinisikan filsafat adalah sesuatu yang sangat dekat dengan keseharian kita. Setiap orang pasti bertanya dan mempertanyakan tentang segala sesuatu. Setiap manusia pasti menanyakan berbagai fenomena yang ia hadapi. Pertanyaan seperti : Mengapa aku hidup ? mengapa manusia mati ? Apa tujuan hidup ? dan sebagainya terkadang muncul begitu saja tanpa di undang dan kita menjadi gelisah dan berusaha mencari jawabannya.24

Dalam pengertiannya filsafat itu sendiri secara umum para ahli filsafat memiliki argumen yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama terhadap ilmu filsafat.

Bagi Kant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan. Diajukannya empat pertanyaaan yang menggariskan lapangan filsafat :

1. Apa yang bisa kita ketahui? dijawab dengan filsafat Metafisika. 2. Apa yang boleh kita kerjakan? dijawab dengan Filsafat Etika 3. Sampai dimana pengharapan kita? dijawab dengan Filsafat Agama

4. Apakah yang dinamakan manusia? dijawab dengan Filsafat Antropologi.25

2. TEMA - TEMA KAJIAN FILSAFAT

Dalam tulisan ini akan diringkas tentang kajian dan tema – tema dalam Filsafat. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa filsafat terdiri dari tiga cabang yaitu : Metafisika, Aksiologi, dan Epistemilogi dari ketiga cabang besar ini masih dibagi lagi

23

Mohammad Muslih, Filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ) (Bogor : Belukar, 2005 ), h.15.

24

Ekky Al Malaky, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003 ), h.114.

25


(23)

xxiii

cabang yang bisa digambarkan. Metafisika (Teologi, Kosmologi, antropologi) Aksiologi ( Etika, ) Epistemologi (Logika ).26

Dalam tulisan ini akan dibahas secara berurutan tema kajian filsafat mulai dari Metafisika, Epistemologi dan Aksiologi dengan membahas dari ketiga cabang – cabang tersebut. Memang masih banyak cabang – cabang kajian yang lain, tapi yang jelas beberapa cabang ini paling menonjol dan cukup menarik minat para pengkaji filsafat.27

A. Metafisika

Metafisika jika diambil dari kata latin metaphysica dan Yunani Meta taphysica

( sesudah Fisika ),dan Meta ( Setelah, melebihi ) dan Phisicos ( menyangkut Alam atau

Physis( alam ).28

Metafiska merupakan cabang mata rantai tertua dari filsafat. Kelahirannya diawali dengan ketertarikan untuk mengungkap “misteri” dibalik realitas. Sama dengan maksud istilahnya, yaitu Meta yang berarti dibalik, dan fisika yang berarti alam fisik (

Dzahir ). Metafisika dalam bahasa Arab dimengerti sebagai ma wara‘ a al thabi’ah.

Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif – filosofis tentang realitas, dimana pengetahuan spekulatif – filosofis itu dimaksudkan sebagai menjangkau sesuatu yang fisik.29

1. Teologi

Secara harfiah kata teologi ( Theologie atau theology ) terdiri dari Teo atau Teos yang berarti tuhan dan Logi atau Logos yang berarti pengetahuan ( Science, Studi,

26

Muslih, Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis), h. 56.

27

Muslih, filsafat umum ( dalam pemahaman Praktis ), h, 56.

28

Lorens Bagus, Kamus Filsafat ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002 ), h. 623.

29


(24)

Discourse), paham, atau pembicaraan : jadi teologi mengandung arti pengetahuan, paham atau pembicaraan tentang tuhan, teologi bisa di artikan juga dengan ilmu yang membicarakan tentang hal - hal yang berkaitan dengan ketuhanan atau ilmu ketuhanan.30

2. Kosmologi

dari bahasa Yunani Kosmos ( Dunia, Alam semesta ) dan Logos ( ilmu tentang alasan, Pokok bagi). Kosmologi dapat diartikan, ilmu tentang alam semesta sebagai suatu sistem yang rasional dan teratur, atau juga ilmu yang memandang alam semesta sebagai kesatuan yang integral.31

3. Antropologi

disebut dengan philosophical Antropology, istilah ini secara harfiyah berarti pengetahuan filosofis mengenai manusia. Antropologi filsafat berusaha menjawab pertanyaan apa itu manusia.32

B. Axsiologi

Axsiologi dari kata Yunani Oxios ( layak, Pantas ) dan Logos ( ilmu, Study mengenai ). Ilmu ini merupakan analisis nilai – nilai dengan cara membatasi arti, ciri – ciri, asal. Aksiologi diartikan sebagai studi filosofis tentang hakikat nilai – nilai. Pertanyaan hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara. 1. nilai bersifat

30

Achmad Gholib, teologi dalam perspektif Islam, ( Jakarta : UIN jakarta Press, 2005),h. 5.

31

Bagus, Kamus Filsafat, h. 499.

32


(25)

xxv

subyaktif. 2. Nilai merupakan kenyataan. 3. Nilai merupakan unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan.33

Axsiologi dapat diartikan sebagai bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang dilakukan manusia dan apa yang harus dilakukan manusia?” di sini kita membicarakan tentang nilai – nilai. Axsiologi yang mengkaji pengalaman dan penghayatan dari pengalaman pengalaman manusia, didalammya dibahas tentang nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu prilaku baik, selain itu membicarakan tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan keindahan.34

1. Etika

Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiyah, istilah “etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : Tempat Tinggal yang biasa; akhlak; watak; perasaan. Dalam bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan. Dan inilah arti terakhir yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah Etika yang oleh Filsuf Yunani besar Aristoteles (384 – 322 s. M.) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka Etika berarti, ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.35

33

Bagus, Kamus Filsafat, h. 33.

34

Takwin, http//psikologi.webhostme.com/filsafat/filsafat.htm,

35


(26)

C. Epistemologi

Epistemologi dari kata Yunani episteme ( pengetahuan, ilmu pengetahuan ) dan

Logos ( pengetahuan ). Dapat dikatakan pengetahuan tentang pengetahuan ada kalanya disebut “teori pengetahuan”. Perbedaan pokok antara teori – teori pengetahuan dalam perbedaan antara metode Rasional dan metode Empiris penekanannya pada pemikir – pemikir terdahulu seperti. Plato, Descartes, Spinoza, yang kedua dijelaskan oleh. Francis Bacon, Locke, Hume dan lainnya. Contohnya seperti pengetahuan yang ilmiyah.36Epistemologi masalah yang bersangkutan dengan pertanyaan – pertanyaan tentang pengetahuan.37

1. Logika

Berasal dari Bahasa Latin dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantik. Logika adalah ilmu yang mempelajari methode dan hukum - hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul betul penalaran yang salah.38

Kata logika dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis, Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa.39

36

Bagus, Kamus Filsafat, h. 212.

37

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996 ), h.135.

38

Mundiri, Logika, ( Jakarta : Rajagrafindo persada, 2003),h 1-2.

39


(27)

xxvii

BAB III

GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1 SERPONG

A. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 PONDOK PINANG

a. SEJARAH BERDIRINYA MAN 4 PONDOK PINANG

Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah lembaga pendidikan Agama yang merupakan alih fungsi dari PGAN 28 Jakarta yang berlokasi di jalan. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan Dengan Surat keputusan Menteri Agama RI nomor 42 tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992 dengan status milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 21, 980 m2 luas bangunan 7, 317 m2 .

Sesuai dengan perubahan zaman dalam sejarah bangsa ini. Pada akhirnya pendidikan mengalami penyesuaian – penyesuaian seiring dengan perubahan dan perkembangan dalam agama Islam diseluruh Indonesia dengan didukungnya pada keputusan TAP MPRS Nomor II/ 1960 dengan lampiran B ( 3 ) dengan di sebutkan bahwa :

Hendaknya Madrasah didirikan sebagai badan Otonom dibawah Departemen Agama bukan dibawah Departemen PP & k. Sedangkan dalam Undang – Undang pendidikan Nomor : 4 / 50 Jo 12/54 pasal 10 ( 2 ) Dicantumkan :

“belajar disekolah Agama telah Mendapat pengakuan dari Menteri Agama Di anggap telah memenuhi syarat kewajiban belajar.”

Dalam aturan tersebut diatas tidak hanya belajar di Madrasah hanya pendidikan Formal dan sekedar memenuhi kebutuhan pendidikan dalam bidang agama. Namun lebih dari itu pengembangan pendidikan akan lebih penting jika ditunjang dengan adanya aturan dan pengaturan dari Pemerintah atau dari Deparrtemen Agama terhadap Madrasah Aliyah ini. Dengan adanya pengakuan tersebut dari Menteri Agama maka


(28)

lembaga - lembaga yang memiliki pendidikan berbasis Agama Islam hendaknya memiliki dan meningkatkan kwalitas dalam Hal pengembangan pendidikan agar para lulusan dapat berperan dan memiliki nilai kwalitas yang baik tidak hanya etika dalam berbangsa saja, namun memiliki nilai - nilai Keagamaan yang matang.

Dengan berkembangnya lembaga – lembaga pendidikan, dinyatakan dalam SKB 3 menteri ( Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri Dalam Negeri ) pada 24 Maret 1975 Menyatakan : Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadi mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang - kurangnya 30 % disamping mata pelajaran umum yang diberikan meliputi tiga tingkatan

1. Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar ( SD )

2. Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) 3. Madrasah Aliyah Setingkat dengan Sekolah Tingkat Atas ( SMA )

Sejalan dengan pelaksanaan Undang – Undang pendidikan dan pembaharuan Madrasah yang pada saat itu banyak ragam seperti PHIN, MAAIN dan lain lain.

Maka tujuan Madrasah harus memiliki mutu dalam rangka menyamaratakan mata pelajaran umum yang setingkat sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Seperti halnya :

1. Nilai Ijazah memiliki nilai yang sama dengan Sekolah umum

2. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan kesekolah umum ataupun Perguruan Tinggi umum yang setingkat lebih tinggi

3. Siswa Madrasah dapat pindah kesekolah umum tanpa harus tertinggal mata pelajaran yang umum.

Usaha dalam melakukan penyamaan dengan pelajaran umum dengan melakukan perbaikan perbaikan yang meliputi :


(29)

xxix 1. Kurikulum

2. Buku pelajaran, alat pendidikan dan sarana belajar. 3. Tenaga pendidikan.

Dengan adanya perbaikan - perbaikan seperti yang tertulis diatas maka adanya perubah - perubahan yang sangat signifikan seperti :

1. Eksistensi Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam menjadi lebih mantap dan kuat.

2. Memiliki pengetahuan umum yang lebih baik dengan disanding dengan pengetahuan agama yang lebih baik lagi.

3. Adanya fasilitas fisik yang lebih menunjang didalam Madrasah dan belajar mengajar akan lebih sempurna.

4. Adanya Civil Effect terhadap Ijazah Madrasah.

Dengan adanya SKB 3 Menteri tersebut maka harapan terhadap Madrsah dapat terwujud dengan memiliki mutu pendidikan terhadap yang disempurnakan meliputi penyempurnaan kurikulum dan susunan Organisasi dan tata kerja Madrasah yang lebih baik lagi. Dengan penyempurnaan seperti ini setiap sepuluh tahun adanya penyempurnaan kurikulum sebagaimana keputusan Menteri Agama Nomor 10 tahun 1984 dimana dalam kurikulum tahun 1984 merupakan kurikulum yang memberikan pengalaman belajar siswa dalam bidang pengetahuan dan keterampilan sebagai bakal untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang meningkatkan kwalitas manusia Indonesia seutuhnya.

b. VISI DAN MISI MAN 4 PONDOK PINANG


(30)

Misi : Menjadikan agama Islam sebagai sumber nilai pengembangan Madrasah.

Mengembangkan pembelajaran yang bernuansa Islami. Menempatkan tugas guru mengajar sesuai dengan disiplin ilmu dan latar belakangnya serta profesionalisme melalui pembinaan dan pelatihan.

FASILITAS BELAJAR MAN 4 PONDOK PINANG

NO JENIS FASILITAS JUMLAH KET

1 RUANG BELAJAR 30 BAIK

2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK

3 RUANG LAB. KIMIA 1 BAIK

4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK

5 RUANG LAB KOMPUTER 2 BAIK

6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK

7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK

8 MASJID 1 BAIK

9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK

10 LAP. BASKET 1 BAIK

11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK

12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK

13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK


(31)

xxxi FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

NO JENIS EKSKUL KET

1 PRAMUKA AKTIF

2 PMR AKTIF

3 KIR AKTIF

4 ECC AKTIF

5 SEPAK BOLA AKTIF

6 BOLA BASKET AKTIF

7 PRIMA AKTIF

8 KALIGRAFI AKTIF

9 JURNALISTIK AKTIF

10 MARAWIS AKTIF

11 FMIK AKTIF

12 PENCAK SILAT AKTIF

KEADAAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG

NO KELAS LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH LOKAL

1 1 ( x ) 148 213 361 10

2 2 ( X I ) I P A 50 94 144 4

3 2 ( X I ) I P S 55 53 108 3

4 2 ( X I ) B. ARAB. 19 29 48 2

5 2 ( X I ) B. JEPANG 12 21 33 1

6 3 ( X I I ) I P A 52 76 128 4

7 3 ( X I I ) I P S 52 65 117 3

8 3 ( X I I ) B. ARAB 25 35 60 2

9 3 ( X I I ) B. JEPANG 4 25 29 1

JUMLAH


(32)

c. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 1

SERPONG

Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong yang berada diwilayah Tanggerang Banten adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang berlokasi di jalan. Raya Serpong kelurahan Kademangan Cisauk Tanggerang. Dengan Surat keputusan Menteri Agama RI nomor 107 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997 dengan status milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 3000 m2 .

Lembaga yang tidak diragukan lagi eksistensinya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran dalam masyarakat sekitar melalui pendidikan agama yang relatif terjangkau dengan menjunjung tinggi nilai – nilai keberagamaan.

Dalam menghadapi perkembangan dalam hal pembangunan secara fisik Madrasah ini sedang dalam tahap pembangunan yang dimulai sejak tahun 2005. pembangunan fisik ini diharapkan adanya peningkatan kwalitas pendidikan dan pengajaran walau hampir sebagian para pengajar tidak diragukan lagi kemampuan dalam mengajar. Pembangunan gedung baru ini diharapkan dapat memberikan belajar yang lebih nyaman.

Dengan diberlakukannya Undang – Undang Pendidikan Nasional No. 2 Tahun. 1989 tentang Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Islam dengan penyelenggara Pihak Departemen Agama maka tujuan dan keberadaan harus adanya peningkatan dalam hal pengetahuan siswa yang lebih baik lagi dengan melalui pengembangan diri siswa yang sejalan dengan ilmu pengetahuan, Teknologi dan kesenian dengan penjiwaan Agama Islam.

Berdasarkan tujuan diatas maka tujuan utama dari Madrasah Aliyah adalah mewujudkan tujuan pendidikan Nasional yang bermuara pada tujuan pembangunan


(33)

xxxiii

Nasional dengan memerlukan usaha – usaha yang sistematis secara maksimal sehingga menjadi bangsa yang maju.

d. MISI DAN VISI MAN 1 SERPONG MISI

a. Meningkatkan sikap dan tanggung jawab atas dasar keikhlasan seorang guru kepada Allah SWT.

b. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan agama

c. Mengembangkan profesionalisme guru dan peningkatan pelayanan pendidikan demi terciptanya lulusan yang baik

VISI

“Sebagai Madrasah Aliyah yang berkwalitas dan berkarya dipercaya dan dibanggakan serta menghasilkan lulusan yang berkwalitas.”


(34)

FASILITAS BELAJAR MAN I SERPONG

NO JENIS FASILITAS JUMLAH

KET

1 RUANG BELAJAR 8 BAIK

2 RUANG LAB. FISIKA 1 BAIK

3 RUANG U K S 1 BAIK

4 RUANG LAB. BIOLOGI 1 BAIK

5 RUANG LAB KOMPUTER 1 BAIK

6 RUANG LAB. BAHASA 1 BAIK

7 RUANG PERPUSTAKAAN 1 BAIK

8 MASJID 1 BAIK

9 LAP. SEPAK BOLA 1 BAIK

10 LAP. BASKET 1 BAIK

11 LAP. BOLA VOLLY 1 BAIK

12 LAP. BULU TANGKIS 1 BAIK

13 LAP. TENIS MEJA 1 BAIK

14 RUANG KESENIAN 1 BAIK

KEADAAN SISWA MAN 1 SERPONG

NO KELAS JUMLAH SISWA LOKAL

1 1 ( X ) 115 3

2 2 ( X I ) 59 2

3 3 ( X I I ) 61 3


(35)

xxxv

FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAN 1 SERPONG

NO JENIS EKSKUL KET

1 PRAMUKA AKTIF

2 PMR AKTIF

3 KIR AKTIF

4 ECC AKTIF

5 SEPAK BOLA AKTIF

6 BOLA BASKET AKTIF

7 PRIMA AKTIF

8 KALIGRAFI AKTIF

9 JURNALISTIK AKTIF

10 MARAWIS AKTIF

11 FMIK AKTIF


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG SISWA MENGETAHUI FILSAFAT

Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua Madrasah Aliyah Negeri yakni Madrsasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah 1 Serpong. Pengertian dan pemahaman filsafat siswa kelas 3 diperoleh dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( S K I ) buku tersebut ditulis oleh. Murodi, MA.

Materi filsafat bagi siswa kelas 3 didapat pada BAB. Peradaban Islam di Andalusia dan imprialisme barat kedunia Islam, selain di lingkungan sekolah siswa juga mendapati materi filsafat diluar sekolah. Berbeda dengan materi yang didapat disekolah materi filsafat yang didapat diluar sekolah sebagian siswa menyatakan bingung dengan filsafat yang ada diluar sekolah atau dimasyarakat.

Penulis menyebarkan angket sebanyak 66 angket pertanyaan dengan pembagian, 33 lembar pertanyaan disebar ke sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan 33 lembar pertanyaan untuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong.

B. PANDANGAN SISWA TERHADAP FILSAFAT

Untuk itulah penulis mencoba untuk mencari dan memberikan gambaran atau kenyataan yang ada dalam pemahaman siswa Madrasah Aliyah Negeri kelas 3 yakni siswa dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyan Negeri 1 Serpong, dalam memahami filsafat. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :

1. PANDANGAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG


(37)

xxxvii

PENGERTIAN FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1

SEPERTI APA PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT MU

33

A MEMAHAMI 19 57, 6 %

B KURANG MEMAHAMI 12 36, 4 %

C TIDAK MEMAHAMI 2 6, 0 %

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 33 siswa / responden terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang kurang memahami dan yang tidak memahami filsafat. Dari Madrasah tersebut yakni Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang sekolah tersebut dalam memberikan pandangan terhadap filsafat sangat beragam.

Dari 33 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 19 siswa atau 57, 6 % bagi yang kurang memahami 12 siswa atau 36, 4 % dan yang tidak memahami sebanyak 2 siswa atau 6, 0 %.

Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis disekolahnya masing – masing dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis keperpustakaan sekolah, ternyata ada buku – buku yang terkait dengan filsafat walaupun hanya beberapa saja koleksi buku – buku filsafat.

Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat adalah cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat selanjutnya. Hal ini


(38)

disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa mengikuti kegiatan keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda halnya bagi siswa yang tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi tentang filsafat dan tidak mengikuti materi pelajaran dengan baik.

TABEL. 2

FILSAFAT PADA KESESATAN

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

2

APAKAH FILSAFAT MEMBAWA PADA KESESATAN

33

A JAWABAN YA 28 84, 9 %

B JAWABAN TIDAK 5 15, 1 %

Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat membawa pada kesesatan sebanyak 28 siswa atau 84, 9 % siswa yang menyatakan tidak membawa pada kesesatan sebanyak 5 siswa atau 15, 1 %.

Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang dilakukan penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat membawa pada kesesatan dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat tersebut kebingungan tersebut dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah dan dimasyarakat mengalami perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya diajarkan hanya pada pengenalan para tokoh dan sedikit tentang pemikirannya, namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat dianggap sebagai ilmu yang harusnya tidak perlu dipelajari.


(39)

xxxix

Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada kesesatan sebanyak 5 siswa / responden atau 15, 1 %. Siswa. Siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman atau cara berpikir siswa yang lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman filsafat dari segi ilmu, dimana setiap ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan nantinya pemikiranlah yang menyatakan ilmu itu baik atau buruk.

TABEL. 3

MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT )

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

3

APAKAH ANDA SETELAH LULUS INGIN MEMILIH JURUSAN FILSAFAT

33

A JAWABAN. YA 12 36, 4 %

B JAWABAN. TIDAK 21 63, 6 %

Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk memasuki filsafat hanya 12 siswa / responden atau 36, 4 %. Dan yang menyatakan tidak masuk dalam filsafat sebanyak 21 siswa / responden atau 63, 6 %. Dari kedua jawaban tersebut bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam filsafat dikarenakan tidak ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang sulit – sulit. Dalam pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat para pendidik diluar sekolah


(40)

seperti guru – guru agama diluar sekolah yang menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat membawa seseorang pada penyimpangan - penyimpangan agama.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam filsafat mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun disayangkan dari hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau saya lulus dari sekolah saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya engga masuk dalam perguruan tinggi yang saya pilih”.40

TABEL. 4

FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

4

APAKAH ANDA SETUJU DENGAN MATERI FILSAFAT DAPAT DIPELAJARI PADA SEKOLAH TINGKAT ATAS ( MADRASAH ALIYAH ).

33

A SETUJU 30 90, 9 %

B TIDAK SETUJU 3 9, 1 %

Dari data diatas terlihat jelas dari 33 siswa menyatakan setuju sebanyak 30 siswa atau sebanyak 90, 9 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat sebanyak 3 siswa atau 9, 1 %.

40

. Wawancara pribadi dengan, Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS. Pamulang. Tanggal, 20 desember 2006.


(41)

xli

Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap materi filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk menambah wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari hasil wawancara adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah menyesatkan, namun bagaimana nantinya kita yang akan menilainnya sesat atau tidak ilmu tersebut.

Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat dikarenakan mereka meyakini filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan dalam materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka didasari juga dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma norma masyarakat dan pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa tokoh penulis dinegeri ini dan para pendidik dimasyarakat yang memberikan pmahaman filsafat secara liar. Dari wawancara yang penulis laksanakan dengan seorang guru / ustadz, menyatakan “masih labilnya cara berpikir siswa pada akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang dari norma masyarakat dan syariat agama.”41

TABEL.5

FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

5

APAKAH ANDA MENGALAMI KESULITAN

DALAM MEMAHAMI

33

41

wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17, Desember 2006


(42)

FILSAFAT

A JAWABAN. YA 28 84, 8 %

B JAWABAN. TIDAK 5 15, 2 %

Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan kesulitan dalam memahami kajian filsafat sebanyak 28 siswa atau 84, 8 %. Dan yang merasa tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 5 siswa atau 15, 2 %, dari 33 siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dikarenakan adanya perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang didapat di kehidupan sehari – hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat materi filsafat hanya sekedar tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut. Namun di masyarakat atau di kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman filsafat secara liar dengan pemberian materi yang tidak mendasar dari para guru mengaji. Dengan pernyataan dari beberapa siswa yang penulis wawancarai bahwa “filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dari ilmu tersebut”.

Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu filsafat walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut menyatakan filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.

TABEL. 6

SULIT MENDAPAT MATERI

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE


(43)

xliii DALAM MENDAPATKAN MATERI FILSAFAT

A JAWABAN YA 23 69, 7 %

B JAWABAN TIDAK 10 30, 3 %

Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi filsafat sebanyak 23 siswa atau 69, 7 % dan yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat sebanyak 10 siswa atau 30, 3 %. Hal yang menyebabkan siswa kesulitan mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan memiliki buku kajian filsafat.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa terkadang siswa diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi filsafat didapat dari hasil kajian tersebut.

TABEL.7

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

7

APAKAH ADA KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA

33

A JAWABAN YA 31 93, 9 %


(44)

Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki hubungan dengan agama sebanyak 31 siswa atau 93, 9 % siswa dan siswa yang menyatakan filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 2 siswa atau 6, 10. Dari 33 siswa yang diberikan angket.

Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa agama juga mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.

Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan alam.

Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam tidak mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.

TABEL. 8

TOKOH DALAM FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

8

APAKAH ANDA MENGENAL TOKOH - TOKOH FILSAFAT


(45)

xlv

A MENGENAL 30 90, 9 %

B TIDAK MENGENAL 3 9, 1 %

Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 siswa. Dengan materi pertanyaan apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 33 siswa menyatakan mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 30 siswa atau 90, 9 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh filsafat siswa dapat mengenal tokoh dari materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh- tokoh filsafat di Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur, Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak mengenal siapa tokoh filsafat. Dan bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat sebanyak 3 siswa atau 9, 1 %.

2. PANDANGAN SISWA MAN 1 SERPONG

TABEL. 1

PENGERTIAN FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1

SEPERTI APA PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT MU

33


(46)

B KURANG MEMAHAMI 10 30, 4 %

C TIDAK MEMAHAMI 7 21, 2 %

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 33 siswa / responden terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang kurang memahami dan yang tidak memahami filsafat. Dari Madrasah tersebut yakni Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong, sekolah tersebut dalam memberikan pandangan terhadap filsafat sangat beragam.

Dari 33 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 16 siswa atau 48, 4 % bagi yang kurang memahami 10 siswa atau 30, 4 % dan yang tidak memahami sebanyak 7 siswa atau 21, 2 %.

Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis disekolah masing – masing dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis keperpustakaan sekolah, ternyata ada buku – buku yang terkait dengan filsafat walaupun hanya beberapa saja koleksi buku – buku filsafat.

Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat adalah cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat selanjutnya. Hal ini disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa mengikuti kegiatan keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda halnya bagi siswa yang tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi tentang filsafat dan tidak mengikuti materi pelajaran dengan baik.


(47)

xlvii TABEL. 2

FILSAFAT PADA KESESATAN

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

2

APAKAH FILSAFAT MEMBAWA PADA KESESATAN

33

A JAWABAN YA 27 81, 9 %

B JAWABAN TIDAK 6 18, 1 %

Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat membawa pada kesesatan sebanyak 27 siswa atau 81, 9 % siswa yang menyatakan tidak membawa pada kesesatan sebanyak 6 siswa atau 18, 1 %.

Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang dilakukan penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat membawa pada kesesatan dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat tersebut kebingungan tersebut dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah dan dimasyarakat mengalami perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya diajarkan hanya pada pengenalan para tokoh dan sedikit tentang pemikirannya, namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat dianggap sebagai ilmu yang harusnya tidak perlu dipelajari.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada kesesatan sebanyak 6 siswa / responden atau 18, 1%. Siswa. Siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman atau cara berpikir siswa yang lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman filsafat dari segi ilmu, dimana setiap


(48)

ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan nantinya pemikiranlah yang menyatakan ilmu itu baik atau buruk.

TABEL. 3

MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT )

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

3

APAKAH ANDA SETELAH LULUS INGIN MEMILIH JURUSAN FILSAFAT

33

A JAWABAN YA 9 27, 3 %

B JAWABAN TIDAK 24 72, 7 %

Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk memasuki filsafat hanya 9 siswa / responden atau 27, 3 %. Dan yang menyatakan tidak masuk dalam filsafat sebanyak 24 siswa / responden atau 72, 7 %. Dari kedua jawaban tersebut bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam filsafat dikarenakan tidak ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang sulit – sulit. Dalam pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat para pendidik diluar sekolah seperti guru – guru agama diluar sekolah yang menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat membawa seseorang pada penyimpangan - penyimpangan agama.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam filsafat mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun disayangkan dari hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau saya lulus dari sekolah


(49)

xlix

saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya tidak masuk dalam perguruan tinggi yang saya pilih”.

TABEL. 4

FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

4

APAKAH ANDA SETUJU DENGAN MATERI FILSAFAT DAPAT DIPELAJARI PADA SEKOLAH TINGKAT ATAS ( MADRASAH ALIYAH ).

33

A SETUJU 29 87, 8 %

B TIDAK SETUJU 4 12, 2 %

Dari data diatas terlihat jelas dari 33 siswa menyatakan setuju sebanyak 29 siswa atau sebanyak 87, 8 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat sebanyak 4 siswa atau 12, 2 %.

Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap materi filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk menambah wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari hasil wawancara


(50)

adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah menyesatkan, namun bagaimana siswa yang akan menilainya sesat atau tidak ilmu tersebut.42

Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat dikarenakan mereka meyakini filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan dalam materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka didasari juga dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma norma masyarakat dan pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa tokoh penulis dinegeri ini dan para pendidik dimasyarakat yang memberikan pmahaman filsafat secara liar. Dari wawancara yang penulis laksanakan dengan seorang guru / ustadz, menyatakan “masih labilnya cara berpikir siswa pada akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang dari norma masyarakat dan syariat agama.”43

TABEL.5

FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

5

APAKAH ANDA MENGALAMI KESULITAN

DALAM MEMAHAMI FILSAFAT

33

A JAWABAN YA 27 81, 9 %

B JAWABAN TIDAK 6 18, 1 %

42

Wawancara pribadi dengan, M. Farizal fahriz, siswa MAN I Serpong, kelas IPA. Pamulang. Tanggal 22 Desember. 2006.

43

wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17, Desember 2006


(51)

li

Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan kesulitan dalam memahami kajian filsafat sebanyak 27 siswa atau 81, 9 %. Dan yang merasa tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 6 siswa atau 18, 1 %, dari 33 siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dikarenakan adanya perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang didapat di kehidupan sehari – hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat materi filsafat hanya sekedar tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut. Namun di masyarakat atau di kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman filsafat secara liar dengan pemberian materi yang tidak mendasar dari para guru mengaji. Dengan pernyataan dari beberapa siswa yang penulis wawancarai bahwa “filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dari ilmu tersebut”.

Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu filsafat walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut menyatakan filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.

TABEL. 6

SULIT MENDAPAT MATERI

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

6

APAKAH ANDA KESULITAN DALAM MENDAPATKAN MATERI FILSAFAT

33


(52)

B JAWABAN TIDAK 15 45, 4 %

Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi filsafat sebanyak 18 siswa atau 54, 6 % dan yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat sebanyak 15 siswa atau 45, 4 %. Hal yang menyebabkan siswa kesulitan mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan memiliki buku kajian filsafat.

Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa terkadang siswa diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi filsafat didapat dari hasil kajian tersebut.

TABEL.7

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

7

APAKAH ADA KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA

33

A JAWABAN YA 29 87, 9 %

B JAWABAN TIDAK 4 12, 1 %

Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki hubungan dengan agama sebanyak 29 siswa atau 87, 9 % siswa dan siswa yang menyatakan


(53)

liii

filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 4 siswa atau 12, 1 %. Dari 33 siswa yang diberikan angket.

Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa agama juga mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.

Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan alam.

Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam tidak mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.

TABEL. 8

TOKOH DALAM FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

8

APAKAH ANDA MENGENAL TOKOH - TOKOH FILSAFAT

33

A MENGENAL 28 84, 5 %


(54)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 siswa. Dengan materi pertanyaan apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 33 siswa menyatakan mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 28 siswa atau 84, 5 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh filsafat siswa dapat mengenal tokoh dari materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh- tokoh filsafat di Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur, Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak mengenal siapa tokoh filsafat. Dan bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat sebanyak 6 siswa atau 15, 5%.


(55)

lv

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.

Dilihat dari cara pandang dan cara berpikir siswa dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Terlihat semua siswa dapat memberikan pemahaman filsafat secara baik, namun disayangkan pemahaman yang telah tertanam dengan baik, mereka tidak dapat pemahaman yang baik pula diluar sekolah, siswa diluar sekolah dihadapkan pada pemahaman filsafat yang dapat membawa kepada hal yang positif seperti, pemahaman sebagian masyarakat : filsafat adalah sebuah penyelewengan agama bahkan akan membawa pada penyimpangan – penyimpangan norma – norma dimasyarakat.

B. Saran.

Untuk menjadi pertimbangan dan penerapan dalam pembelajaran disekolah, beberapa poin catatan yang penulis sampaikan yakni :

1. Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap kajian ilmu filsafat.

2. Adanya peningkatan kesadaran dalam hal pemikiran yang lebih sistematis, terarah dan jelas.

3. adanya penambahan buku - buku kajian filsafat diperpustakaan sekolah, tidak hanya buku yang mengenalkan tokoh tokoh dari Andalusia saja namun ada juga buku - buku yang mengenalkan tokoh – tokoh filsafat diluar anadalusia.

4. Adanya pendidikan dasar – dasar filsaat bagi siswa sejak dini.

5. Diperlukannya mata plajaran khusus yang membidangi kajian filsafat di setiap sekolah tingkat atas.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Reineka Cipta, 1996.

Asyarie, Musa. Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berpikir. Yogyakarta : Lesfi, 2002. Badan penelitian dan pengembangan Depdagri dan Otda, Metode Penelitian Sosial.

Jakarta : 2000.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Bertens, K. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Gholib, Ahmad. Teologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta : UIN press, 2005. Hadiwijiono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Jakarta : Kanisius, 1980. Hanafi. Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996.

Kahruddin, Mahdiyah. Remaja dan Dakwah Islam dan Perjuangan. Jakarta : Kalam Mulia, 1993.

Kartanegara, Mulyadi. Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung : Mizan, 2003. Kattsoff, Louis.O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996. Koentjaraningrat. Methodologi Penelitian Masyarakat. Jakart, 1985.

Maleong, lexy J. Methode Penelitian Kwalitatif. Bandung : PT Rosda Karya, 2000. Maliki, Ekky. Why not (Remaja Doyan Filsafat ). Bandung : Darr Mizan, 2003. Mundari. Logika. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2003.

Muslih, M. Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis ). Bogor : Belukar. 2005. Mustofa, Abdul. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997.


(57)

lvii

Surya, Mohammad. Psikologi Perkembangan Publikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978.

Takwin, Bagus. “Dasar Dasar filsafat.”artikel diakses tanggal 2 Juli 2003 dari http ://psikologi, webhostme.com/filsafat/filsafat.htm.

Wawancara pribadi dengan Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS. Pamulang, 20 Desember 2006.

---, M. Farizal Fahriz siswa MAN 1 Serpong. Kelas IPA. Pamulang, 22 Desember. 2006.

---, Ust. Lukman Al Hakim, dan beberapa guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17 Desember 2006.


(58)

(1)

filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 4 siswa atau 12, 1 %. Dari 33 siswa yang diberikan angket.

Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan bahwa agama juga mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan berbuat begitu juga halnya dengan filsafat.

Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan alam.

Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam tidak mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.

TABEL. 8

TOKOH DALAM FILSAFAT

NO MATERI PERTANYAAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

8

APAKAH ANDA MENGENAL TOKOH - TOKOH FILSAFAT

33

A MENGENAL 28 84, 5 %


(2)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 33 siswa. Dengan materi pertanyaan apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 33 siswa menyatakan mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 28 siswa atau 84, 5 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh filsafat siswa dapat mengenal tokoh dari materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokoh- tokoh filsafat di Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur, Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak mengenal siapa tokoh filsafat. Dan bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat sebanyak 6 siswa atau 15, 5%.


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.

Dilihat dari cara pandang dan cara berpikir siswa dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Terlihat semua siswa dapat memberikan pemahaman filsafat secara baik, namun disayangkan pemahaman yang telah tertanam dengan baik, mereka tidak dapat pemahaman yang baik pula diluar sekolah, siswa diluar sekolah dihadapkan pada pemahaman filsafat yang dapat membawa kepada hal yang positif seperti, pemahaman sebagian masyarakat : filsafat adalah sebuah penyelewengan agama bahkan akan membawa pada penyimpangan – penyimpangan norma – norma dimasyarakat.

B. Saran.

Untuk menjadi pertimbangan dan penerapan dalam pembelajaran disekolah, beberapa poin catatan yang penulis sampaikan yakni :

1. Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap kajian ilmu filsafat.

2. Adanya peningkatan kesadaran dalam hal pemikiran yang lebih sistematis, terarah dan jelas.

3. adanya penambahan buku - buku kajian filsafat diperpustakaan sekolah, tidak hanya buku yang mengenalkan tokoh tokoh dari Andalusia saja namun ada juga buku - buku yang mengenalkan tokoh – tokoh filsafat diluar anadalusia.

4. Adanya pendidikan dasar – dasar filsaat bagi siswa sejak dini.

5. Diperlukannya mata plajaran khusus yang membidangi kajian filsafat di setiap sekolah tingkat atas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : Reineka Cipta, 1996.

Asyarie, Musa. Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berpikir. Yogyakarta : Lesfi, 2002. Badan penelitian dan pengembangan Depdagri dan Otda, Metode Penelitian Sosial.

Jakarta : 2000.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Bertens, K. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Gazalba, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang, 1992.

Gholib, Ahmad. Teologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta : UIN press, 2005. Hadiwijiono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Jakarta : Kanisius, 1980. Hanafi. Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996.

Kahruddin, Mahdiyah. Remaja dan Dakwah Islam dan Perjuangan. Jakarta : Kalam Mulia, 1993.

Kartanegara, Mulyadi. Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung : Mizan, 2003. Kattsoff, Louis.O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996. Koentjaraningrat. Methodologi Penelitian Masyarakat. Jakart, 1985.

Maleong, lexy J. Methode Penelitian Kwalitatif. Bandung : PT Rosda Karya, 2000. Maliki, Ekky. Why not (Remaja Doyan Filsafat ). Bandung : Darr Mizan, 2003. Mundari. Logika. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2003.

Muslih, M. Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis ). Bogor : Belukar. 2005. Mustofa, Abdul. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997.


(5)

Surya, Mohammad. Psikologi Perkembangan Publikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978.

Takwin, Bagus. “Dasar Dasar filsafat.”artikel diakses tanggal 2 Juli 2003 dari http ://psikologi, webhostme.com/filsafat/filsafat.htm.

Wawancara pribadi dengan Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS. Pamulang, 20 Desember 2006.

---, M. Farizal Fahriz siswa MAN 1 Serpong. Kelas IPA. Pamulang, 22 Desember. 2006.

---, Ust. Lukman Al Hakim, dan beberapa guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17 Desember 2006.


(6)