SKRIPSI BUNGA ANALISIS ISI skripsi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam
kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang
primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai
berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang
komunikasi. Komunikasi didefinisikan oleh beberapa para ahli ilmu komunikasi. Salah satu
definisi komunikasi yang dijelaskan oleh Mulyana (2008:46) sebagai berikut :
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin
communis yang berarti “sama,” communico, communicatio, atau communicare yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering
disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama.
Proses komunikasi adalah aktivitas yang diperlukan untuk mengadakan dan
melakukan tindakan komunikatif, baik yang dilakukan komunikator, komunikan atau aktivitas
penyampaian pesan, noise yang bisa terjadi dalam setiap tindakan komunikatif dan lainnya.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan dasar manusia sebagai proses
sosial yang dijalaninya. Melalui komunikasi, seseorang bisa mempengaruhi orang lain, baik
secara langsung seperti dosen yang mengajar mahasiswanya atau tidak langsung seperti radio

menyampaikan pesannya kepada para pendengarnya. Komunikasi adalah mesin pendorong
proses sosial yang memungkinkan terjadinya interaksi antarmanusia dan menjadikan manusia
sebagai makhluk sosial.
Menurut John Dewey (Rivers, 2003: 33 ):
Dengan komunikasi manusia melakukan berbagai penyesuaian diri yang diperlukan
dan memenuhi berbagai kebutuhan dan tuntutan yang ada sehingga masyarakat
manusia tidak bercerai – berai. Melalui komunikasi manusia mempertahankan institusi
– institusi sosial berikut segenap nilai dan norma perilaku, tidak hanya dari tahun ke
tahun tetapi juga dari generasi ke generasi.

Menurut Berlo (Mufid, 2009: 99 ):
1

2

Terdapat lima unsur yang tidak dapat dilepaskan dalam komunikasi yaitu, pertama
komunikasi melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain atau dengan
lingkungannya atau bisa disebut dengan interaksi. Yang kedua dalam komunikasi
terdapat sebuah proses. Proses ini ditandai dengan aktivitas non statis. Kemudian,
unsur ketiga yang terdapat dalam komunikasi adalah pesan atau isi. Unsur ke empat

yang terdapat dalam komunikasi adalah saluran, media atau channel. Dan unsur
komunikasi yang terakhir atau kelima adalah gangguan atau noise.
Hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi yaitu era tulis,
era media cetak, era media telekomunikasi dan era media komunikasi interaktif. Dalam era
terakhir media komunikasi interaktif dikenal media komputer, videotext dan teletext,
teleconferencing, TV kabel dan sebagainya.
Pernyataan Marshall McLuhan (Rivers, 2003: 27 ):
“ ... Medium is message” (pesan media ya media itu sendiri). Media sebagai perluasan
bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga
menciptakan dan mempengaruhi cakupan serta bentuk dari hubungan-hubungan dan
kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu kepada
masyarakat. Dengan media setiap bagian dunia dapat dihubungkan menjadi desa
global.
Pengaruh media yang demikian besar kepada masyarakat menghantarkan pemikiran
McLuhan untuk menyampaikan Teori Determinime Teknologi yang mulanya menuai banyak
kritik dan menebar berbagai tuduhan. Ada yang menuduh bahwa McLuhan telah melebihlebihkan pengaruh media. Tetapi dengan kemajuan teknologi komunikasi massa, media
memang telah sangat maju. Saat ini, media ikut campur tangan dalam kehidupan manusia
secara lebih cepat daripada yang sudah-sudah dan juga memperpendek jarak di antara
pengguna. Salah satu media yang masih bertahan sampai saat ini adalah media audio atau
yang biasa dikenal dengan radio.

Di dalam dunia penyiaran terdapat dua kategori media penyiaran, yaitu penyiaran
televisi dan penyiaran Radio. Penyiaran Radio adalah media komunikasi massa dengar yang
menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa
program yang teratur dan berkesinambungan. Penyiaran Televisi adalah media komunikasi
massa suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang
teratur dan berkesinambungan. Kedua kategori ini sama-sama mempunyai kemampuan untuk
menarik perhatian khalayak secara serempak dan serentak.
Saat ini radio siaran merupakan ‘dunia’ yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Dari
lapisan bawah, menengah, hingga lapisan atas, baik tua, maupun muda, semuanya pasti sudah

3

akrab dengan media yang satu ini. Pernyataan Romli secara langsung diungkapkan dalam
bukunya yaitu: (Romli, 2004:8)
Radio sebagai salah satu pilihan media hiburan dan informasi, ternyata tidak kalah
pamornya dengan media televisi, bahkan media tersebut belum dapat menggantikan
posisi radio di telinga para pendengar setia radio. Info kesehatan, teknologi, gaya
hidup, info seni dan budaya, berita, politik, ekonomi, sosial, kriminalitas, agama,
bahkan gosip artis dapat didengar gratis di radio. Jika di televisi menyumbat imajinasi,
radio justru menciptakannya. Dimana radio adalah suara, dan setiap suara memiliki

visual yang mampu menciptakan gambar (the theater of mind). Radio menarik bagi
siapa saja, kepraktisan dan keanekaragaman tawaran program siarannya menjadikan
radio sebagai media paling popular.
Seiring semakin tingginya kebutuhan pendengar akan informasi dan hiburan dari
media radio, menyebabkan semakin banyak bermunculan radio-radio yang menyajikan
program-program acara yang dikemas sedemikian rupa secara menarik, agar pendengar lebih
tertarik untuk mendengarkan program acara tersebut. Radio yang muncul berlomba-lomba
untuk menyajikan acara yang menarik. Banyak radio yang menyajikan program yang ‘beda’
tetapi tetap disukai oleh pendengar. Maraknya jumlah radio siaran yang ada, membuat
masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk memilih radio mana yang pantas untuk mereka
dengar. Hal tersebut kemudian menyebabkan persaingan yang semakin ketat antara radio satu
dengan radio lainnya dalam merebut perhatian pendengar. Hal ini menuntut para pekerja radio
untuk lebih kreatif dalam menyajikan program-program yang variatif dan ‘menjual’ agar
stasiun radio pun memperoleh banyak pendengar, dengan cara mengemas acara sedemikian
rupa sehingga dapat menambah jumlah pendengar dan mempertahankan pendengar setia.
Syarat pertama sebuah media adalah menyajikan pemberitaan yang benar dan
komperhensif juga cerdas. Media dituntut untuk selalu akurat dan tidak boleh berbohong.
Fakta harus disajikan sebagai fakta dan pendapat harus dikemukakan sebagai pendapat.
Dalam masyarakat modern, isi media merupakan sumber informasi dominan sehingga media
lebih dituntut untuk menyajikan berita yang benar. Sebagai contohnya media harus bisa

membedakan secara jelas mana yang merupakan peristiwa politik dan mana yang merupakan
pendapat politisi.
Sebuah program berita juga harus memiliki nilai berita atau yang biasa dikenal dengan
istilah news value. (Morissan, 2008: 87 ):
Nilai berita atau news value yang harus terdapat pada suatu berita adalah kedekatan
atau yang biasa disebut dengan proximity makasudnya adalah sesuatu yang diberitakan
memiliki kedekatan baik secara emosional atau kedekatan terhadap fisik. Yang kedua

4

nilai berita atau news value yang harus dimiliki oleh suatu berita adalah Ketenaran
atau prominence. Maksudnya adalah ketika keberadaan atau tingkah laku seseorang
yang dikenal oleh publik seperti artis, musisi bahkan politisi akan menjadi sesuatu
yang bisa dijadikan sebuah berita. Nilai berita yang ketiga adalah aktualitas atau
timeliness dapat diartikan dengan sesuatu yang diberitakan harus merupakan peristiwa
yang baru – baru terjadi atau bahkan peristiwa dimasa depan yang akan terjadi. Nilai
berita atau news value selanjutnya adalah dampak atau impact maksudnya adalah
sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita
yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula
nilai beritanya. Nilai berita atau news value yang selanjutnya adalah keluarbiasaan

atau magnitude. Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun magnitude di sini
menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan
besar, dan segala sesuatu yang besar. Nilai berita atau news value yang tidak kalah
menarik perhatian audience adalah nilai berita yang berisikan tentang konflik atau
perang atau conflict. Bisanya perang disini bisa diartikan perang fisik ataupun peran
non- fisik. Dan nilai berita atau news value yang terakhir adalah keanehan atau oddity.
Yang memiliki arti sesuatu yang tidak lazim (unusual) biasanya mengundang
perhatian orang di sekitarnya. Misalnya ukuran fisik yang tidak sesuai dengan
kebanyakan ukuran fisik orang lain disekitarnya.
Tren yang berlaku pada struktur industri media akhir-akhir ini adalah Pertumbuhan,
Integrasi, Globalisasi, dan Pemusatan Kepemilikan. Proses restrukturisasi pada industri media
telah mengizinkan para konglomerat untuk menjalankan strategi-strategi yang diarahkan
untuk memaksimalkan keuntungan, mengurangi biaya, dan meminimalkan resiko. Perubahan
dalam struktur media serta prakteknya berpengaruh nyata pada isi media. Pengejaran
keuntungan menjuruskan media pada sesuatu yang tidak penting. Isi pada media akan sering
berbenturan dan menyesuaikan pada kepentingan bisnis atau kepentingan pemilik bahkan.
Yang tentunya mengejar suatu keuntungan. Hal ini bisa saja menimbulkan konflik antar
kepentingan dengan media. (Mufid: 2010: 83)
Menurut Mufid konflik kepentingan pada media terkait dua pihak. Konflik
kepentingan ini dijelaskan (Mufid: 2010: 298)

Konflik pada media adalah konflik yang terjadi oleh penguasa dan pengusaha. Media
yang berafiliasi atau dimiliki oleh pengusaha atau pejabat tertentu pasti memeliki
konflik kepentingan, yakni apakah akan berpihak ke publik ataukah berpihak pada
penguasa atau pengusaha yang notabene sebagai pemiliki. Jika media massa termasuk
dengan media radio dibiarkan menjadi aparatus kekuatan sosial-politik, maka seluruh
materi pelayanannya akan senantiasa harus dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan
berbagai interest politik dari politik yang bersangkutan. Akibatnya, keunggulan media
tersebut akan bersifat sub-ordinated dengan pamrih politik. Padahal, antara keduanya
secara hakiki sangat berbeda.
Pelayanan media massa termasuk media penyiaran radio bersifat sosial, bukan politik.
Sebaliknya, pelayanan politik bersifat politik, bukan sosial. Bila pelayanan media bersifat

5

politik, maka muatan politik di dalamnya hanyalah berfungsi sebagai variabel antara. Artinya,
pembentukan atau perubahan kognisi, afeksi maupun konasi politik lewat media massa, tidak
dengan sendirinya terealisasi, kecuali setelah melampaui berbagai proses sosial.
Sebaliknya, jika media massa terperangkap oleh kepentingan politik praktis,
kinerjanya akan lebih bersifat monoton. Ini disebabkan karena terlalu dominannya misi politik
yang dipikulkan di pundak media. Pada sisi lain, media massa yang tidak menjadi aparatus

politik, akan lebih mampu memenuhi dan menciptakan selera publiknya. Tak lain karena
beban politik praktis yang dipikulnya, nyaris sangat kurang bahkan nihil.
Kepemilikan media oleh tokoh politik tidak akan lepas dari sedikit banyaknya
kepentingan yang ada didalamnya. Kepentingan tersebut tentunya adalah sebuah kepentingan
politik. Hal itu jelas sangat susah dinilai ke independensiannya. Pengertian independensi atau
arti independensi dapat dijelaskan seperti berikut. Independensi adalah suatu keadaan atau
posisi dimana kita tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaan insan media
adalah mandiri. Tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.
Namun kepentingan penguasa atau pengusaha dalam media seharusnya bisa dibatasi
dengan hadirnya kebijakan redaksi. Sudirman Tebba menyatakan secara langsung dalam
bukunya bahwa “Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media
massa untuk menyiarkan atau tidaknya suatu berita” (Tebba, 2005:150) .
Pertimbangan ini maksudnya adalah tentunya jelas berdasarkan dari jenis berita yang
akan disiarkan dengan media yang akan menyiarkannya. Perbedaan jenis radio satu dengan
yang lainnya, berkaitan dengan berbeda pula kebijakan – kebijakan redaksionalnya. Karena
tidak semua radio memiliki tindakan yang sama dalam menyikapi suatu berita atau peristiwa –
peristiwa tertentu. Di Indonesia, terutama bidang politik, selalu memiliki sudut pandang yang
berbeda untuk memberitakannya. Oleh karena itu, tiap lembaga media massa selalu memiliki
kebijakan redaksional dalam membuat pemberitaan.
Tebba juga menambahkan, (2005: 150) “Didalam kebijakan redaksional ada aspek –

aspek yang sangat penting yang harus diperhatikan untuk membuat suatu pemberitaan. Aspek
ini adalah Objektivitas, Legalitas, Nilai Berita, Keakuratan dan Keadilannya.”
Penjelasan lebih lengkap dari aspek – aspek yang terdapat pada kebijakan redaksi
terbagi menjadi sebagai berikut: (Tebba, 2005: 150)

6

Dalam membuat pemberitaan, sejauh ini banyak sekali media yang membuat berita
terutama berita politik atau pemerintah sebagai sarana untuk keuntungan mereka
sendiri. Banyak berita yang ditulis dengan penekanan – penekanan tersendiri apabila
berita tersebut berisi tentang pemerintahan. Dimana berita tersebut akan mengandung
pro dan kontra, karena sebuah media termasuk radio sangat memungkinkan untuk
memunculkan banyak ekspresi dari publik untuk menanggapi suatu isu – isu. Dalam
hal itu, bukan berarti harus terlibat lebih jauh dengan isu yang dibuatnya. Dengan
terdapatnya aspek objektivitas dari kebijakan redaksi isi, membuat media mengetahui
bagaimana posisi mereka sebagai sarana penyaluran berita yang netral. Bahkan aspek
objektivitas ini membuat media tidak memberikan dukungan yang lebih terhadap
suatu pandangan tertentu dari pihak manapun.
Selain aspek objektivitas, aspek legalitas yang menjadi bagian dari kebijakan redaksi
juga menjadi ujung tombak insan jurnalis dalam membuat dan menyebarkan pemberitaan.

Tebba juga menjelaskan, (2005:151) “Hadirnya aspek legalitas dalam kebijakan redaksi juga
membuat pekerja rutin media atau seorang jurnalis harus membuat berita sesuai dengan fakta
yang ada dan dibenarkan oleh pihak – pihak yang berwenang”. Sehingga apa yang disiarkan
nantinya memang sesuatu yang benar dan tidak mengandung hal yang dapat mencemarkan
nama baik seseorang, atau yang biasa disebut fitnah yang akan berujung kepada sesuatu
momok yang dapat merugikan orang yang terlibat dalam pemberitaan tersebut.
Tebba (2005: 151) “Melakukan verifikasi ulang tentang kebenaran informasi juga
diperlukan dengan tujuan menghindari pemberitaan yang cenderung memihak. Setelah
jurnalis mendapatkan informasi tentang sebuah kasus dari pihak yang berwenang, jurnalis
harus memperhatikan nilai berita pemberitaannya. Jurnalis harus bisa memilih berita mana
saja yang memiliki nilai berita yang tinggi. Berita yang dibuat sebisa mungkin dapat menarik
para pendengar radio untuk terus mendengarkannya hingga selesai.”
Dari pembagian kategori berita yang dijelaskan diatas peneliti ingin menganalisa isi
pesan yang disampaikan oleh program Live Report Sindo Trijaya FM yang sudah ditentukan
dan membaginya sesuai dengan kategori beritanya masing-masing. Menurut Barelson &
Kerlinger (dalam Kriyantono, 2009:232) menjelaskan tentang analisis isi sebagai berikut :
“Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara
sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.”
Pengertian mengenai analisis isi selain menurut Barelson dan Kerlinger terdapat juga
definisi analisis isi menurut Budd (dalam Kriyantono,2009:232) yaitu : Analisis isi adalah

suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk

7

mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang
dipilih.
Selain pengertian mengenai analisis isi diatas, penggunaan analisis isi mempunyai
beberapa manfaat atau tujuan. McQuail (dalam Kriyantono, 2009 : 233) mengatakan
bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah: 1.)
Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media, 2.) Membuat
perbandingan antara isi media dengan realitas sosial, 3.) Isi media merupakan refleksi
dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat, 4.) Mengetahui
fungsi dan efek media, 5.) Mengevaluasi media performance, 6.) Mengetahui apakah
ada bias media.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis isi pada program laporan
langsung yang diudarakan oleh Sindo Tijaya FM selama tanggal 1 – 31 maret 2014. Penelitian
ini nantinya akan menganalisis isi program laporan langsung dengan mengunggunakan teori
kebijakan redaksi. Dalam teori kebijakan redaksi terdapat aspek – aspek didalamnya.
Nantinya aspek – aspek ini akan digunakan untuk menganalisis isi berita pada program
laporan langsung. Aspek – aspek tersebut adalah, aspek objektivitas, aspek legalitas, aspek
nilai berita, aspek keadilan dan aspek keakuratan. Pemilihan periode penelitian ini dilakukan
berdasarkan makin mendekatinya masa pemilihan legislatif dan umum yang akan
diselenggarakan pada tanggal 9 april 2014. Jika dilihat dari periode penelitian maka berita
dalam program laporan langsung pada Sindo Trijaya FM selama tanggal 1 sampai 31 maret
berisi tentang berita politik, baik tentang kebijakan pemerintahan yang sedang berjalanan
ataupun tentang hingar bingar mendekati masa pemilihan umum dan legislatif. Selain itu,
terdapat pula program laporan langsung dari Komisi Pemilihan Umum dan juga laporan
langsung dari beberapa lokasi kampanye khususnya partai Hanura yang notabenenya
komisaris dari MNC Group termasuk Sindo Trijaya FM bernaung di dalam partai itu.
Selain harus membuat naskah berita yang memenuhi syarat – syarat dari kebijkan
redaksi seperti objektivitas, legalitas, kredibilitas, nilai berita dan adil. Seorang reporter
lapangan yang akan menyampaikan laporan langsung atau Live Report juga harus mempunyai
kemampuan – kemampuan yang dapat menunjang karier dan kinerja mereka. Misalnya saja
kemampuan seorang reporter lapangan dalam membuat sebuah naskah berita yang baik.
Naskah berita yang baik tersebut bukan saja sebuah naskah berita yang enak saat dibacakan
reporter lapangan tetapi juga sebuah naskah berita yang bisa dimengerti oleh pendengar atau
audience. Sebagai contohnya naskah berita yang baik dan menurut tata cara pembuatan
naskah berita pada radio terletak pada pemilihan kosa kata atau diksi misalnya kata tersebut.

8

Selain itu, pembuatan naskah berita yang baik juga mengandung penjelasan mengenai
5W+1H. Sebuah naskah berita harus mengandung unsur what,when,why,who dan where dan
juga how. What yang berarti apa yang sedang terjadi, when yang berarti kapan kejadian
tersebut terjadi, why yang berarti kenapa kejadian tersebut bisa terjadi, who yang berarti siapa
saja orang – orang yang terlibat dalam kejadian tersebut dan where yang berarti kapan atau
waktu kejadian tersebut terjadi dan how yang berarti bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi.
Kemampuan membuat sebuah naskah berita yang baik tidak akan dimiliki oleh seseorang
yang tidak memiliki atau sebelumnya tidak mempelajari ilmu yang berkaitan dengan
jurnalisme. (Astuti: 2008: 80)
Menjadi seorang reporter lapangan juga membutuhkan ketertarikan didalam berita
yang hangat. Bagaimana tidak, informasi yang terus bergerak dengan pesat sangat diminati
dan memang menajadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi audience atau pendengar.
Apalagi seseorang ingin mendengarkan radio salah satu faktornya adalah perolehan informasi
yang cepat. Dua dari dua puluh kemampuan mendasar yang telah disebutkan pada paragraf
diatas juga sangat percuma adanya jika kemampuan lainnya, yaitu kemampuan untuk
menggunakan suara mereka ( para reporter lapangan ) dalam menyampaikan naskah berita
yang akan dikomunikasikan menjadi sesuatu yang efektif bagi pedengar tidak dimiliki oleh
seorang reporter lapangan. Seorang reporter lapangan yang menyampaikan laporan langsung
harus menggunakan teknik pernafasan melalui diagfragma perut agar suara yang dihasilkan
menjadi bulat dan artikulasi menjadi lebih jelas untuk didengar. Setelah mengetahui beberapa
contoh dari kemampuan yang harus dimiliki oleh reporter lapangan. Pernyataan di atas
didapatkan oleh peneliti melalui pengalaman peneliti saat sedang menjalani proses praktek
kerja lapangan.
Setelah mengetahui kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang reporter lapangan,
efektivitas kerja seorang reporter lapangan juga bisa dilihat dari cara reporter lapangan dalam
memproduksi sebuah laporan langsung. Memproduksi sebuah laporan langsung bagi seorang
reporter lapangan juga bukanlah suatu proses kerja yang mudah sebab, dalam memproduksi
sebuah laporan langsung dibutuhkan pemahaman mengenai situasi yang akan dihadapi.
Seorang reporter lapangan tidak boleh langsung terjun ke tempat dimana peristiwa yang akan
diliput terjadi. Seorang reporter lapangan harus mengetahui bagaimana kondisi atau situasi
tempat peliputan. Misalnya saja, seorang reporter lapangan akan meliput sebuah tempat yang
sedang berkonflik. Seorang reporter lapangan harus mengetahui apakah situasi konflik atau
peperangan sekaligus aman bagi dirinya untuk berada ditempat tersebut dalam waktu yang

9

lama untuk mendapatkan sebuah berita. Namun, sangat disayangkan jika kemampuan,
keterampilan dan proses kerja yang dimiliki oleh seorang reporter lapangan dalam
memproduksi sebuah laporan langsung harus sedikit dikotori atau ditumpangi oleh
kepentingan dari pihak – pihak tertentu. Salah satunya adalah kepentingan yang di tumpangi
oleh pemilik media tersebut.
Melihat bagaimana seharusnya para rutin pekerja media melakukan tugasnya maka,
tidak dapat diingkari kewajiban seorang wartawan atau reporter atau jurnlis adalah mencari
kebenaran. Namun, mencari kebenaran juga tidaklah mudah.
Pernyataan pada paragraf sebelumnya mengenai pola kerja rutin media juga dipertegas
oleh Yusi A. Pareanom secara langsung dalam bukunya yaitu “ Bahwa dalam proses mencari
kebenaran ini dibutuhkan kondisi yang tepat dengan artian jangan sampai tugas mereka
menjadi sesuatu yang mengancam kehidupan mereka. Selain itu para wartawan atau reporter
juga harus mengetahui bagaimana mengkomunikasikannya terhadap publik sehingga publik
mampu menerima dan percaya terhadap informasi yang disampaikan oleh wartawan ataupun
reporter” (Pareanom: 2011: 58)
Selain itu Pareanom (2011: 59) menyatakan bahwa:
Tidak ada yang mempersoalkan bahwa organisasi berita melayani banyak konstituen.
Organisasi – organisasi masyarakat, organisasi nonpemerintah, perusahaan induk
mereka sendiri, para pemegang saham, para pemasang iklan, dan banyak lagi
kepentingan yang harus didengar dan dilayani oleh organisasi berita yang sukses.
Namun, komitmen kepada warga (citizen) seharusnya lebih besar ketimbang
komitmen atau bahkan egoisme profesional. Seharusnya sebuah berita mengandung
unsur tersirat yang berpihak kepada publik misalnya mengenai ulasan film yang jujur,
ulasan restaurant yang tak terpengaruh oleh pemasang iklan dan liputannya tidak
untuk kepentingan pribadi atau condong kepada kepentingan pemilik. Hal ini harus
didukung dengan pengertian yang kuat bahwa orang – orang yang mencari dan
melaporkan berita tak dihalangi atau diganggu saat sedang menggali dan
menyampaikan sebuah kebenaran. Atau bahkan oleh resiko terganggunya kepentingan
bisnis lain dari pemilik media. Pengumpul atau pencari berita tidaklah seperti pegawai
perushaan lain. Para pengumpul dan pencari berita ini mempunyai sebuah kewajiban
sosial yang tak jarang bersebrangan dengan kepentingan utama ‘atasan’ atau ‘bos’
ditempat mereka bekerja. Apalagi jika melihat syarat utama hasil kerjanya yang sangat
sulit. Yaitu, syarat keberadaan berita yang utama adalah akurat dan persuasif.
Maksudnya adalah sebuah berita harus bisa membuat khalayak atau audiense menjadi
sangat percaya.
Pareanom juga menambahkan “Kesetiaan terhadap warga atau khalayak atau audiense
adalah makna dari independensi jurnalistik”. Istilah independesi ini sering digunakan dengan
sebagai sinonim atau gagasan lain termasuk ketidakterikatan, tidak berat sebelah dan tidak

10

keberpihakan. Contoh independensi dapat dilihat pada organisasi-organisasi tertentu dimana
keberadaannya adalah merdeka tanpa diboncengi kepentingan tertentu. Seperti organisasi
media yang ada di Indonesia saat ini. (2011:59)
Dalam konteks lain, independensi juga merupakan hak sebagai manusia, yang
memiliki hak bebas dan merdeka tanpa ditekan oleh orang lain. Tentu saja dalam
pelaksanaannya yang disebut independen juga ada batasan-batasannya. Karena suatu lembaga
atau organisasi juga tidak dapat eksis tanpa adanya dukungan dari pihak lain. Hal ini begitu
terasa jika kita melihat segelintiran konflik – konflik yang berujukan pada sebuah
kepentingan. Yaitu, kepentingan politik. Independensi dalam pemberitaan yang muncul
biasanya nilai beritanya terlalu bias dengan siapa pemilik media tersebut. Maka tidak jarang
ditemui suatu berita yang ternyata melupakan aspek kejujurannya. Yang malah isi berita
tersebut terlihat berat sebelah. Entah ada yang salah dari ideologi tempat para rutin media
bekerja, atau memang ada dorongan dari pemilik modal yang mengharuskan pekerja rutin
media tersebut untuk membuat berita positif yang bermuatkan pemilik modal saja.
Pemilihan Umum Presiden akan segera digelar pada beberapa waktu kedepan. Maka,
tidak heran jika beberapa media termasuk Sindo Trijaya FM yang notabene dipimpin oleh
salah satu calon yang mendeklarasikan diri sebagai wakil presiden menjadikan Sindo Trijaya
FM sebagai alat yang bisa sangat bermanfaat untuk digunakan

melakukan kampanye

terselubung bahkan menjatuhkan pemerintahan yang masih sedang berjalan sekarang. Dalam
proses berpolitik di Indonesia, sebelum sebuah partai politik bisa lolos menjadi partai yanga
akan bertarung dipemilihan umum, maka partai – partai tersebut harus lolos didalam proses
pemilihan legislatif. Maka partai Hanura salah satunya yang terdaftar sebagai sebuah partai
baru harus memiliki presentasi suara sebanyak minimal 20 % dalam

memenangkan

pemilihan legislatif. Maka tidak heran jika Sindo Trijaya FM yang menjadi tempat dimana
pemiliknya merupakan bakal calon wakil presiden dari partai Hanura ‘dimanfaatkan’ sebagai
‘mesin kamapanye gratis’. Bahkan tidak jarang ditemui adanya beberapa pemberitaan yang
terkesan ingin ‘menjatuhkan’ pemerintahan yang sedang berjalan saat ini. Ada pula beberapa
‘promosi gratisan’ yang dilakukan oleh pengisi acara yaitu salah satunya adalah penyiar untuk
mempromosikan program reality show berjudul “ Wujudkan Mimpi Indonesia “ sebuah
program reality show yang ditayangkan oleh stasiun swasta milik MNC Group lainnya yaitu
RCTI. Program ini khusus berisikan kampanye oleh calon presiden dan wakil presiden yang
memang dikenal sebagai CEO MNC Group tempat Sindo Trijaya FM bernaung.

11

Beberapa waktu yang lalu, ketika peneliti menjalankan proses Praktek Kerja Lapangan
pada Sindo Trijaya FM sebagai reporter lapangan. Peneliti berkesempatan untuk meliput acara
pendeklarasian Wiranto dan Hary Tanoe sebagai pasangan presiden dan wakil presiden tahun
2014 ini. Tidak hanya sekedar memberikan laporan langsung ternyata acara tersebut juga
disiarkan langsung dan eksekutif oleh stasiun televisi milik MNC Group lainnya yaitu RCTI
dalam program Seputar Indonesia Sore. Hal ini sah – sah saja bagi pasangan calon presiden
dan calon wakil presiden tersebut sebagai salah satu cara untuk kampanye atau hanya sekedar
menegenalkan kepada publik. Tidak hanya media televisi RCTI saat itu yang menayangkan
secara eksklusif tetapi acara tersebut juga diliput oleh media lainnya milik MNC Group yaitu
Sindo TV, Global TV, Sindo Trijaya FM, MNC TV dan Koran Sindo.
Media siaran khususnya media siaran radio yang dimiliki oleh MNC Group adalah
Global Radio, V-Radio, Radio Dangdut Indonesia dan Sindo Trijaya FM. Namun peneliti
memilih untuk meneliti Sindo Trijaya FM dikarenakan adanya beberapa faktor. Faktor
utamanya adalah segmentasi. Segmentasi pendengar dari Sindo Trijaya adalah kaum
akademis, profesional dan birokrat. Maka berita atau program yang akan diudarakan pada
Sindo Trijaya FM dibuat sesuai dengan kebutuhan segmentasi pendengarnya yang memang
membutuhkan informasi mengenai kebijakan pemerintahan, hukum, sosial, budaya dan
politik. Sedangkan segmentasi pendengar yang menjadi target dari Global Radio adalah
pelajar dan mahasiswa usia 16 – 25 tahun. Segmentasi pendengar yang dimiliki oleh V –
Radio adalah perempuan pada khususnya baik dari kaum ibu rumah tangga sampai wanita
karier. Dan segmentasi pendengar dari Radio Dangdut Indonesia adalah kelas menengah
kebawah seperti pedagang, buruh serabutan dan lain sebagainya. Faktor selanjutnya adalah
program siaran. Program siaran yang ada di dalam Sindo Trijaya FM adalah program laporan
langsung dan talk show dari kalangan pemerintahan dan juga tokoh – tokoh nasional.
Kemudian program pada Global Radio adalah program – program yang berisikan tentang
informasi ringan baik dari dalam atau luar negeri. Seperti film, konser musik, event – event
baik dari individual atau milik perusahan (Fun Running dan Fun Bike). Lalu, berbeda dengan
Sindo Trijaya FM dan Global Radio, program yang diudarakan oleh V- Radio adalah program
yang berisi tentang talk show mengenai kehidupan wanita. Misalnya talk show bersama pakar
pengelolaan keuangan rumah tangga, pakar hubungan seksual dan talkshow – talkshow yang
berhubungan dengan kesehatan dan kecantikan. Sedangkan pada radio milik MNC Group
lainnya yaitu Radio Dangdut Indonesia program – program yang diudarakan adalah program
talk show yang biasanya diisi oleh artis atau penyanyi dangdut yang sedang mempromosikan

12

album atau lagu mereka. Jika dilihat dari kedua faktor yang dijelaskan diatas maka, peneliti
memutuskan untuk meneliti program laporan langsung pada Sindo Trijaya FM. Karena
segmentasi pendengar dan isi dari masing – masing progam radio menggambarkan profile
radio.
Dari penjelasan latar belakang yang telah disebutkan di atas, peneliti tertarik untuk
melihat analisis isi program Live Report Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan
presiden 2014. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti kebijakan redaksi yang terdapat
dalam program Live Report atau laporan langsung melalui metode analisis isi.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan penjelasan di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
“Sejauh mana aspek – aspek kebijakan redaksi dalam isi berita program Live Report
Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?” periode 1 maret sampai
31 maret 2014
1.3 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan penjelasan di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
1. Seberapa besar indikator - indikator aspek objektivitas dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?
2. Seberapa besar indikator – indikator aspek legalitas dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?
3. Seberapa besar indikator - indikator nilai berita dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?
4. Seberapa besar indikator - indikator aspek keakuratan dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?
5. Seberapa besar indikator – indikator aspek keadilan dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, dengan demikian penelitian ini memiliki tujan:
1. Untuk mengetahui seberapa besar aspek objektivitas dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014
2. Untuk mengetahui seberapa besar aspek legalitas dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014
3. Untuk mengetahui seberapa besar nilai berita dalam kebijakan redaksi yang diterapkan
pada Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014
4. Untuk mengetahui seberapa besar aspek keakuratan dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan oleh Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014

13

5. Untuk mengetahui seberapa besar aspek keadilan dalam kebijakan redaksi yang
diterapkan oleh Sindo Trijaya FM selama masa kampanye pemilihan umum 2014
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan informasi mengenai kebijakan
redaksional pada isi program Live Report Sindo Trijaya FM selama masa kampanye
pemilihan umum 2014.
1.5.1 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada
stasiun radio Sindo Trijaya FM khususnya untuk program Live Report serta pihak – pihak
yang terlibat dalam struktur organisasi atau pihak redaksi untuk lebih memperhatikan dan
mempertimbangkan isi dari program di Sindo Trijaya FM selama masa kampanye
pemilihan presiden 2014
1.5.2 Manfaat Akademis
Secara akademis, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi,
Universitas Paramadina terutama peminatan Penyiaran untuk lebih dalam meneliti isi
program berita, terutama mengetahui kepentingan isi berita tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Muhammad Mufid menjelaskan secara langsung dalam bukunya yang berjudul Etika
dan Filsafat Komunikasi bahwa “Komunikasi adalah sebuah tindakan yang selalu dilakukan

14

oleh manusia setiap detik dalam hidupnya. Komunikasi merupakan suatu bentuk pola perilaku
yang dilakukan oleh manusia untuk bertukar pesan atau informasi. Komunikasi adalah proses
atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver),
melalui suatu medium (channel) yang biasanya mengalami gangguan (noise).” (Mufid, 2010:
98).
Mufid juga menjelaskan, (Mufid, 2010: 98):
Secara mendasar komunikasi mempunyai enam unsur. Yang pertama Komunikasi
melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain atau hubungan seseorang dengan
lingkungannya, baik dalam rangka pengaturan atau koordinasi. Kedua adalah Proses,
yakni aktivitas yang nonstatis, bersifat terus - menerus. Ketika bercakap – cakap
dengan seseorang misalnya, tentu saja tidak diam saja. Di dalamnya kita membuat
perencanaan, mengatur nada, menciptakan pesan baru, menginterpretasikan pesan,
merespons atau mengubah posisi tubuh agar terjadi kesesuain dengan lawan
bicara.Yang Ketiga adalah Pesan, yaitu tanda (signal) atau kombinasi tanda yang
berfungsi sebagai stimulus (pemicu) bagi penerima tanda. Pesan dapat berupa tanda
atau simbol. Sebgaian dari tanda dapat bersifat universal, yakni dipahami oleh
sebagian besar manusia di seluruh dunia, seperti senyum sebagai tanda senang, atau
asap sebgai tanda adanya api. Tanda lebih bersifat universal daripada simbol. Ini
dikarenakan simbol terbentuk melalui kesepakatan, seperti simbol negara. Karena
terbentuk melalui kesepakatan, maka simbol tidak bersifat alami dan tidak pula
universal. Kemudian yang keempat adalah Saluran (channel), adalah wahana di mana
tanda dikirim. Channel bisa bersifat visual (dapat dilihat) atau aural (dapat didengar).
Selanjutnya adalah Gangguan (noise), segala sesuatu yang dapat membuat pesan
menyimpang, atau segala sesuatu yang dapat mengganggu diterimanya pesan.
Gangguan (noise) bisa bersifat fisik, psikis (kejiwaan) atau semantis (salah paham).
Dan yang terakhir adalah Perubahan, yakni komunikasi menghasilkan perubahan pada
pengetahuan, sikap atau tindakan orang – orang yang terlibat didalam proses
komunikasi.
Jika dikaitkan dengan penelitian, maka Sindo Trijaya FM adalah sebuah media siaran
yang menjadi saluran (channel) untuk membagi pesan atau menyebarkan pesan. Sedangkan,
informasi yang terdapat dalam program Live Report merupakan kumpulan ide atau pesan atau
informasi (messages). Sedangkan reporter yang menyampaikan laporan langsung berfungsi
sebagai pengirim pesan (sender). Sedangkan pendengar atau audiense yang biasa disebut
dengan profesional sindo adalah penerima pesan (receiver).
Menurut peneliti, komunikasi merupakan sebuah kegiatan atau aktivitas yang bisa
dilakukan oleh antar pribadi dengan pribadi, pribadi dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok. Kegiatan atau aktivitas ini bertujuan untuk saling menukar makna, tanda,
informasi ataupun pesan. Aktivitas ini biasanya menggunakan sebuah media sebagai
penghantar pesan dari pengerim pesan (komunikator) kepada penerima. Media dalam aktivitas

15

ini bisa menggunakan media udara sebagai penghantar suara dalam proses komunikasi
langsung atau face to face ataupun menggunakan media massa berupa media cetak dan media
penyiaran.
2.1.1 Isi Atau Pesan
Para ahli komunikasi mengakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia
hanya dalam menyebarkan pesan – pesan yang bersifat informatif. Nurudin menyatakan
dalam bukunya, bahwa “Komunikasi bermedia yang memang mengunakan media massa,
tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi
sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung
tidak pada saat itu.” (Nurudin, 2007: 17)
Pernyataan dari Nurudin (2007: 23) “Pesan yang disebarkan melalui media massa
bersifat umum (public) karena ditunjukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.”
Jadi, tidak ditunjukan kepada perseorangan atau kepada kelompok orang tertentu. Media
massa tidak diperkenankan untuk menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut
kepentingan umum. Media massa akan meyiarkan berita menegenai seorang menteri yang
meresmikan sebuah proyek pembangunan, tetapi tidak diperkenankan menyiarkan berita
seorang meneteri yang melaksanakan kegiatan personal misal perayaan ulang tahun dirinya.
Selain itu, pengertian mengenai pesan juga dijelaskan (Nurudin, 2007: 37 -38):
Pesan pada proses komunikasi memiliki tujuan tertentu. Pesan dalam proses
komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan dalam komunikasi bisa satu,
namun lambang yang dipergunakan bisa macam – macam. Lambang yang
dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah body gesture, warna dan
kial. Dalam kehidupan sehari – hari pesan komunikasi disampaikan kepada
komunikan dengan menggunakan gabungan lambang. Lambang yang paling banyak
digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Karena bahasalah yang dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkret dan abstrak,
pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan datang dan lain hal sebagainya.
Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya taka akan
dapat dikomunikasiakan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi
dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa.
Melalui sumber yang lain Effendy menjelaskan (2007: 101):
Salah satu elemen pada komunikasi adalah isi atau pesan. Isi atau pesan merupakan
hal yang tidak bisa dilepaskan dari komunikasi massa dan media massa. Masing masing media massa mempunyai kebijakan sendiri – sendiri dalam pengolaan isi atau
pesannya. Karena masing – masing media melayani masyarakat yang beragam juga
menyangkut individu atau kelompok sosial. Isi media atau pesan media bisa dibagi ke

16

dalam enam kategori yaitu, pertama berita dan informasi, kedua analisis dan
intepretasi, ketiga pendidikan dan sosialisasi, keempat dalah hubungan masyarakat dan
persuasi dan yang kelima adalah iklan dan bentuk penjualan lain dan yang keenam dan
terakhir adalah hiburan.
Keterangan Effendy lainnya yang dikutip adalah (2007: 101) “Berita dan informasi
merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa. Setiap hari media massa
memberikan informasi dan berbagai kejadian dari seluruh dunia kepada para audience-nya.”
Televisi menyediakan laporan terkini sebagai salah satu tanggung jawab menyediakan
berbagai informasi kejadian di seluruh dunia kepada penontonya. Begitu juga dengan radio.
Radio menyediakan laporan terkini baik yang dibentuk dalam laporan langsung ataupun
berupa program talk show. Isi pada program yang dibuat oleh media radio juga ditujukan bagi
pendengarnya. Surat kabar menyediakan berbagai bentuk informasi agar masyarakat
memahami dan lebih tahu. Media cetak tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight
news saja, tetapi juga feture, investigative reporting(laporan investigasi), tajuk rencana dan
ulasan lainnya.
Effendy juga menjelaskan secara langsung bahwa (2007: 101) “Pada intinya dalam
berbagai bentuk apapun kemasan isi atau pesan, tetaplah menyiadakan informasi yang
dibutuhkan masyarakat adalah tujuannya. Media menggali semua peristiwa yang terjadi di
masyarakat dan dikembalikan lagi ke masyarakat.”
Jika dikaitkan dengan penelitian, Sindo Trijaya FM sebagai sebuah media siaran
memberikan isi media yang pertama yaitu berita dan informasi. Berita dan informasi pada
Sindo Trijaya FM diudarakan kepada khlayak melalalui program liputan atau reportase
lagsung atau yang biasa dikenal dengan live report. Program liputan atau repotase langsung
ini menyediakan

laporan atau update terkini mengenai kejadian di seluruh titik yang

dianggap menjadi daya tarik bagi pendengarnya. Dalam program liputan atau reportase
langsung pada Sindo Trijaya FM dapat didengarkan bagaimana segala peristiwa yang terjadi
di masyarakat digali langsung dari narasumber yang bersangkutan. Misalnya peristiwa
pemilihan umum, maka reporter akan mengulasnya dengan memberikan berita dari Komisi
Pemilihan Umum atau KPU.
Media massa tidak hanya berfungsi untuk memberitakan isi atau pesan tetapi juga
mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian atau peristiwa. Melalui keahlian dalam
menginterpretasikan pesan, dan fakta – fakta dari lapangan, media massa menyajikan berita
yaang mudah untuk dipahami. Misalnya sebuah media cetak menyediakan interpretasi

17

kejadian yang mungkin sulit untuk dipahami oleh pembacanya. Media itu memberikan data –
data pendukung yang sangat berguna untuk melakukan interpretasi pesan lewat editornya,
media cetak membuat tajuk rencana yang berusaha menjelaskan suatu peristiwa terjadi,
meramalkan dan menunjukan mana yang baik dan mana yang jelas. Sedangkan pada media
media massa siaran yaitu radio, usaha untuk mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian
dilakukan dengan cara mengudarakan potongan suara narasumber yang berguna sebagai isi
atau pesan bahkan ujung tombak sebuah radio. Potongan suara narasumber yang diudarakan
juga berfungsi sebagai sesuatu yang akan di interpretasikan oleh pendengarnya agar setiap
kejadian atau peristiwa yang di udarakan mudah untuk dipahami.
Pernyataan tambahan Effendy yang dikutip lainnya adalah (2007: 102) “Usaha untuk
menginterpretasikan fakta – fakta di lapangan tidak berarti bahwa sajian berita yang
disampaikan semuanya harus merupakan berita baik. Akan tetapi, media massa dituntut untuk
melakukan pelaporan yang menjelaskan secara detail, tidak ceroboh dan tidak berat sebelah.”
Jika dikaitkan dengan penelitian, mengintepretasikan sebuah isi pesan atau informasi
pada Sindo Trijya FM dapat dilakukan dengan cara medengarkan kutipan suara wawancara
dengan narusumber bagi pendengarnya. Dan saat mengintepretasikan pesan atau isi yang akan
ditulis menjadi sebuah naskah baca reporter lapangan juga mendengarkan kutipan wawancara
dengan narasumber. Kutipan suara wawancara dengan narasumber dapat membantu
mempermudah pendengar untuk mengevaluasi suatu berita atau informasi yang didengar
olehnya.
Fungsi sebuah media massa lainnya juga turut dijelaskan oleh Effendy (2007: 103):
Ketika sebuah media massa dengan informasi dan anlisisnya memberikan ilmu
pengetahuan pada masyarakat, secara tidak langsung media sedang memfungsikan diri
sebagai pendidik. Dengan kata lain, apa yang disaajikannya mengandung unsur
pendidikan. Khalayak yang sebelum mengkonsumsi isi atau informasi dari sebuah
media massa tidak mengetahui hal – hal apa saja yang ada di luar angkas. Namun
ketika media massa memberitakannya khalayak jadi mengetahui. Fungsi pendidikan
ini secara tidak langsung ada kaitannya dengan sosialisasi. Pendidikan itu sama saja
dengan sosialisasi suatu ilomu pengetahuan dari generasi ke generasi selanjutnya.
Jika dikaitkan dengan penelitian maka, Sindo Trijaya FM telah memberikan
pengetahuan kepada masyarakat. Pengetahuan ini bisa didapatkan oleh masyarakat melalui
berita yang tersaji pada program liputan langsung milik Sindo Trijaya. Misalnya saja berita
terkini mengenai pemilihan umum. Dengan laporan langsung dari reporter lapangan Sindo
Trijaya FM melalui Komisi Pemilihan Umum pendengar akan mengetahui kapan akan

18

dilaksnakan pemilihan umum dan hal – hal yang berkaitan dengan tata cara pemilihan umum
lainnya. Sampai dengan profile siapa – siapa saja yang akan menjadi kandidat pada pemilihan
umum nantinya.
Effendy (2007: 104) juga menjelaskan, ketika terdapat keluhan pembaca pada rubrik
atau letter to the editor sebenarnya media sedang mengadakan fungsi menghubungkan.
Dengan kata lain, “ Isi media bisa menjadi alat penghubung antarberbagai pihak yang menjadi
sasaran medianya.” misalnya ketika sebuah berita diudarakan oleh radio, pada saat itu ada
pendengar yang menanggapi dengan cara menelfon ke studio on air yang akan langsung
diterima oleh produser maka radio tersebut telah menjalankan fungsi menghubungkan. “Pada
intinya setiap isi media terdapat unsur menghubungkan.”
Jika dikaitkan dengan penelitian, hubungan yang dapat dijalin akibat dari adanya
sejauh apa umpan balik atau feedback yang diberikan oleh suatu berita. Sindo Trijaya FM
membuka berbagai cara agar umpan balik ini bisa didapatkan. Salah satunya dengan
menggunakan line telefon , SMS, Blackberry Massanger dan whatssup. Dalam setiap berita
yang diudarakan melalui program liputan atau repotase lapangan atau live report pendengar
berhak bertanya atau berkomentar melalui jaringan atau line yang dibangun oleh Sindo
Trijaya FM. Hubungan ini dapat menjadi hal yang sangat penting bagi pekerja di Sindo
Trijaya FM agar memberikan berita yang dibutuhkan oleh pendengar.
Iklan menjadi salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari media massa. Iklan bisa
berfungsi sebagai persuasi. Lewat iklanlah sebuah ‘nyawa’ media ditetapkan. Media sangat
mebutuhkan iklan. Sebuah organisasi media massa yang ditunjukan untuk mendapatkan laba
bukan organisasi sosial, iklan menduduki posisi yang sangat penting. Iklan yang terdapat
dalam sebuah media juga sangat berpengaruh terhadap isi atau pesan yang akan disampaikan
oleh media tersebut. Terlebih lagi berita aatau isi pesan yang terdapat dalam media tersebut
tidak boleh bertentangan dengan iklan yang ada. Misalnya, sebuah media memberitakan
tentang kasus atau peristiwa keracunan susu formula yang kadluarsa. Padahal pemasang atau
pemasok utama keungan pada media tersebut adalah produk susu formula, maka media
tersebut sangat dilarang keras untuk menayangkan berita mengenai peristiwa keracunan susu
formula tersebut.
Jika dikaitkan dengan penelitian maka, Sindo Trijaya FM mengudarakan iklan atau
sponsor yang menghidupkan radio tersebut. Misalnya dalam program siaran langsung
disponsori oleh salah satu provider yaitu Indosat. Maka pada isi dan beritaya yang akan

19

dimuat dan disiarkan nantinya tidak boleh ada berita yang menyatakan tentang keluhan
masyrakat mengenai jaringan atau signal dari indosat yang terganggu atau bahkan tidak
berfungsi. Unsur sponsor atau pendonor keuangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian
yang lainnya adalah sangat dilarang keras memberitakan pemeberitaan mengenai hal negatif
dari Partai Hanura dan juga calon presiden dan calon wakil presiden yang memang adalah
pemilik dari Sindo Trijaya FM bernaung.
2.1.2 Model Komunikasi
Seiring dengan berkembangnya ilmu komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu, maka
hadirlah berbagai macam model komunikasi. Diantaranya adalah model komunikasi Lasswell.
Laswell memperkenalkan model komunikasi yang biasa didengar dengan “who says what to
whom in what channel with what affect”, atau “siapa berkata apa kepada siapa dengan
menggunakan saluran apa serta menimbulkan pengaruh apa.”
Teori Laswell, walaupun masih berfokuskan pada komunikasi verbal satu arah, namun
teori tersebut dipandang lebih maju daripada teori yang pernah ada. Di samping berhasil lepas
dari pengaruh komunikasi propaganda yang ketika itu sangat mendominasi wacana
komunikasi, Lasswell juga mendefinisikan medium pesan dalam arti yang lebih luas yakni
media massa. Sebagian kritikus bahkan menilai teori Lasswell melampaui teori Aristoteles.
Jika Aristoteles hanya mendefinisikan tujuan komunikasi sebagai proses membangun citra
positif agar ucapan seseorang didengar orang lain, maka Lasswell mendefinisikan tujuan
komunikasi sebagai penciptaan pengaruh dari pesan yang disampaikan. (Mufid: 2010: 99)
Berdasarkan definisi komunikasi di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi
merupakan aktivitas penyampaian pesan oleh communicator terhadap communicant. Jika
dikaitkan dengan topik penelitian, stasiun Radio Sindo Trijaya melalui program – program
beserta isinya berperan sebagai communicator yaitu menyampaikan informasi melalui isi
program – program yang ada di Sindo Trijaya FM yang disampaikan oleh penyiar.
Sedangkan, audience atau pendengar Sindo Trijaya FM yang biasa disebut “profesional
sindo” sebagai communicant. Yaitu penerima pesan yang disampaikan oleh communicator.
Sedangkan materi isi program yang disampaikan melalui gelombang siaran udara radio adalah
sebagai pesan atau massage yang akan diterima oleh communicant.
2.2 Komunikasi Massa

20

Definisi komunikasi massa yang paling sederhan