PSIKOANALISIS FILM BERBAGI SUAMI penerimaan

Nama

: Dioritania Putri Andiny
PSIKOANALISIS FILM BERBAGI SUAMI

Berbagi Suami merupakan sebuah film garapan Nia Dinata pada tahun 2006. Film ini
mengisahkan tentang kehidupan para perempuan yang “berbagi suami” atau dipoligami oleh
sang suami. Dalam film ini diceritakan 3 kisah yang berbeda. Cerita pertama yaitu cerita seorang
dokter kandungan bernama Salma yang dipoligami oleh sang suami yang pekerjaannya adalah
seorang tokoh agama dan seorang politikus. Disini diceritakan bagaimana Salma menerima
keadaan yang membuat hatinya sedih, yaitu ia dipoligami oleh sang suami tanpa
sepengetahuannya. Dalam cerita yang kedua, diceritakan ada seorang gadis bernama Siti yang
dibawa oleh Pak Lik-nya ke kota. Ia dijanjikan untuk bisa mengubah nasib. Namun ternyata,
tujuan awal Pak Lik-nya yaitu untuk menikahi Siti. Dan akhirnya Siti pun mau menjadi istri
ketiga dari Pak Lik. Cerita ketiga yaitu menceritakan tentang Mei Mei, seorang perempuan
keturunan Tionghoa yang bekerja di sebuah restoran terkenal. Dan ternyata ia memiliki
hubungan khusus dengan pemilik restoran tersebut yang bernama Koh Abun. Dan diceritakan
Koh Abun itu telah memiliki istri yang bernama Linda, atau biasa dipanggil Ci Linda. Terjadilah
“kucing-kucingan” antara Mei mei, Koh Abun, dan juga Ci Linda.
Dalam film ini, saya melihat bahwa Nia Dinata ingin memperlihatkan bagaimana
kehidupan perempuan yang dipoligami. Dalam film ini banyak sekali hal hal yang bisa kita

diskusikan. Dan kita dapat memakai psikoanalisis. Psikoanalisis itu sendiri dapat
memperlihatkan apa sebenarnya yang mau disampaikan oleh para apparatus filmnya. Dan dapat
kita lihat melalui treatment camera, dari dialog, narasi, pencahayaan, backsound, dan apapun
yang menjadi konteks dalam scene tersebut. beberapa contohnya yaitu,

Dapat terlihat pada gambar pertama, sosok
salma yang sedang menutup tangannya terlihat seperti sedang sedih, sedang menangis. Namun
digambar setelahnya, ia terlihat sedang menunggangi seekor kuda. Mengapa olahraga yang
dipilih disini adalah kuda? Karena kuda adalah hewan yang kuat, yang kokoh, yang jauh dari
kata lemah. Disini, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya apparatus film ini ingin
memperlihatkan sosok wanita yang dipoligami itu seorang wanita yang tegar, yang kuat. Salma
juga memiliki karakter kuat, dimana dalam sebuah dialog didalam scene yang memperlihatkan
suaminya sedang menggendong anak dari istri keduanya, Salmapun berkata pada suaminya
“Ibunya gak dibawa sekalian?” Dalam adegan ini juga diperlihatkan Salma yang selalu
tersenyum. Disini terlihat jelas bahwa ada pesan tersendiri yang dibawa oleh kuda tersebut.
namun bukan untuk pembanding antara kuda dan Salma, melainkan persamaan. Karena disini
Salma yang menunggangi kuda tersebut, salma yang mempunyai kuasa atas kuda tersebut. Maka,
salma digambarkan mewakili perempuan yang dipoligami mempunyai kekuatan yang sama
dengan kuda, bahkan lebih.


dengan melihat ketiga gambar tersebut saja kita sudah
pasti tau apa teori yang dipakai pada scene ini. Tentu adanya Pleasure in Looking. Maksudnya,
saat kita melihat scene ini, kita sebagai penonton merasakan adanya kenikmatan melihat objek
yang tidak dapat melihat balik. Tentunya scene ini sangat male gaze. Dimana yang diperlihatkan,
yang ditonjolkan disini ialah bagian tubuh dari sang perempuan. “In a world ordered by sexual
imbalance, pleasure in looking has been split between active/male and passive/female. The
determining male gaze projects its phantasy on to the female figure which is styled accordingly”
(Mulvey, 1992 : 346). Yang secara garis besar dapat diartikan, Perempuan dalam
“ketidakseimbangan jenis kelamin” selalu menjadi objek dalam male gaze terbeut. Dan laki laki
menjadi subjek yang menikmati objek. Jadi, perempuan hanya menjadi “alat pemuas” laki laki.
Skopofilia erotisme pun sangat terlihat pada scene ini. Dimana kita sebagai penonton
memandang suatu objek yang sudah terseksualisasikan atau tererotisasi yang sudah di atur
sedemikian rupa agar penonton mendapatkan kenikmatan atau pleasure in looking saat
menontonnya.

Setelah melihat ketiga gambar diatas, mungkin banyak orang yang memahami ini hanya sebagai
voyeurism. Karena terlihat seperti adanya adegan “mengintip”. Namun, menurut saya selain
voyeurism, ini adalah skopofilia erotisme. Dimana kita sebagai penonton sudah tau apa yang
akan dilakukan oleh kedua wanita tersebut. “fetishistic scopophilia builds up the physical beauty
of the object transforming it into something satisfying itself. The first avenue, voyeurism, on the

contrary, has association with sadism: pleasure lies in ascertaining guilt, asserting control and
subjecting the guilty person through punishment of forgiveness” (Mulvey, 1992 : 349). mengapa
kita sudah tau? Karena seperti diawal yang saya sudah jelaskan, bahwa psikoanalisis ini adalah
diaman kita menganalisis semua aspek, atau konteks yang terdapat didalamnya. Termasuk
adanya konten narasi. Dalam scene ini, Siti sedang bernarasi “Dan setiap ada kesempatan, kamar
mandi inilah yang mnjadi tempat kita berbagi semua rasa” dengan begitu, sudah jelaslah apa
yang terjadi didalam kamar mandi tersebut. kalau voyeurism, kita masih harus menebak apa sih
yang sedang terjadi, kenapa sih hal itu menjadi sebuah “rahasia” yang harus diintip. Jadi ada
beberapa garis besar perbedaan antara Skopofilia erotisme dan Voyeurism. Salah satunya yaitu,
dalam adegan skopofilia erotisme, kita telah mengetahui apa sih adegan yang mau diperlihatkan,
sudah tau arah adegan tersebut. namun dalam voyeurism, kita masih harus menebak-nebak.
Namun kedua hal tersebut bisa disatukan.